commit to user
6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lahan Lahan merupakan bentangan permukaan bumi yang memiliki macam
sifat yang berbeda dimana ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu iklim, batuan, air, tanah, penggunaan lahan, vegetasi, proses penggunaan lahan
dimana kesesuaian lahan sebagai gambaran tingkat kecocokan sebidang tanah untuk penggunaan tertentu Sitorus dalam Ambardhi, 2000 : 4 .
Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada
pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk didalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang seperti hasil reklamasi laut,
pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinasi FAO 1976 dalan Arsyad, 1989 : 207 .
2. Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk
macam-macam alternatif penggunaan Dent dan Young dalam Abdullah, 1993 : 57. Evaluasi lahan melibatkan pelaksanaan survai atau peralihan bentuk bentang
alam, sifat serta distribusi tanah, macam dan distribusi vegetasi beserta aspek- aspek lahan lainnya. Keseluruhan evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dan membuat perbandingan dari macam-macam penggunaan lahan yang memberikan harapan positif. Macam penggunaan lahan ini dalam evaluasi dikenal
dengan LUT Land Utilization Type Abdullah, 1993 : 57. 3. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian Lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu Sitorus, 1995 : 42. Struktur klasifikasi
kesesuaian lahan menurut kerangka FAO 1976 dapat dibedakan menurut tingkatannya sebagai berikut :
commit to user
a. Ordo Kesesuaian Lahan Order Ordo Kesesuaian Lahan menunjukkan jenis atau macam kesesuaian atau
keadaan kesesuaian secara global umum. b. Kelas Kesesuaian Lahan Class
Kelas Kesesuaian Lahan menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo. c. Sub_Kelas Kesesuaian Lahan Sub_Class
Sub_Kelas Kesesuaian Lahan menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan di dalam kelas.
d. Satuan Kesesuaian Lahan Unit Unit menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam
pengelolaan di dalam Sub_Kelas. Kelas kesesuaian suatu area dapat berbeda tergantung dari jenis tipe
penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuaian mempunyai penekanan yang yang tajam yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat
positif dalam hubungannya dengan keberhasilan penggunaanya. Penelitian ini menggunakan struktur klasifikasi kesesuaian lahan yang kedua yaitu
kelas kesesuaian lahan. 4. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi kesesuaian lahan adalah proses penafsiran potensi lahan untuk tujuan tertentu yang meliputi kegiatan survei bentuk lahan, vegetasi, tanah, iklim,
dan lain-lain untuk membandingkan bentuk-bentuk penggunaan lahan yang diusulkan dengan tujuan evaluasi FAO, 1976 dalam Santoso : 6. Banyaknya
faktor untuk menilai, terdapat berbagai macam aplikasi kesesuaian lahan yang menggunakan SIG. Selain untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan
lahan suatu wilayah, evaluasi sumberdaya lahan dapat juga diarahkan ke evaluasi kesesuaian lahan. Hal ini mencerminkan bahwa potensi suatu wilayah untuk
peruntukan secara umum atau penggunaannya, sedangkan untuk kesesuaian lahan lebih bersifat spesifik, merujuk pada peruntukan tertentu misalnya untuk
pemukiman, untuk tanaman pertanian, untuk lokasi perindustrian, untuk lokasi hutan lindung, untuk lokasi perdagangan maupun lainnya. Sehingga tiap-tiap
commit to user
penggunaan lahannya berbeda tergantung pada tingkat kesesuaian lahan sehingga tiap penggunan lahan dapat dipertimbangkan untuk pemanfaatan lainnya.
Kerangka dasar dari evaluasi kesesuaian lahan yaitu membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat
sumberdaya yang ada dalam sumberdaya tersebut. Prosedur evaluasi disamping membutuhkan persyaratan yang berbada-beda juga membutuhkan keterangan-
keterangan tentang lahan tersebut yang menyangkut aspek sesuai dengan perencanaan peruntukan yang sedang dipertimbangakan. Adapun keterangan-
keterangan tersebut menyangkut tiga aspek utama yaitu lahan, penggunaan lahan, serta aspek ekonomis.
Proses evaluasi kesesuaian lahan terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pengumpulan karakteristikkualitas lahan, tahap penentuan kebutuhan dari jenis
penggunaan lahan, dan tahap evaluasi kesesuaian lahan dengan membandingkan karakteristikkualitas lahan dengan kebutuhan dari jenis penggunaan lahan.
5. Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan Metode evaluasi kesesuaian lahan adalah cara mengatasi potensi atau
nilai dari suatu areal untuk penggunaan tertentu. Menurut Jamulya 1992 : 1 terdapat tiga metode dalam mengadakan evaluasi kesesuaian lahan, yaitu :
a. Metode Pemerian description Metode pemerian dilaksanakan dengan menjelaskan kelas-kelas
kesesuaian lahan dalam bentuk kalimat, bahkan metode ini juga menggunakan perbandingan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria kelas
kesesuaian lahan, tetapi dianalisis dengan deskripsi sugestif. Analisis deskripsi sugestif adalah pemerian suatu gambaran yang meyakinkan tentang kualitas dan
karakteristik lahan sehingga tercipta suatu penghayatan tentang potensi lahan yang sedang di evaluasi.
b. Metode Pengharkatan Scoring Metode Pengharkatan merupakan suatu cara untuk menilai potensi
lahan dengan jalan memberi harkat pada setiap parameter lahan, sehingga diperoleh kelas kesesuian lahan berdasarkan perhitungan harkat pada setiap
commit to user
parameter lahan. Terdapat dua macam teknik pengharkatan yaitu : 1 Teknik Penjumlahan atau Teknik Pengurangan, teknik ini dilakukan dengan
menjumlahkan atau mengurangi harkat setiap parameter lahan. 2 Teknik Perkalian atau Teknik Pembagian Sistem Indeks dilakukan dengan mengalikan
atau membagi harkat setiap parameter lahan. Dari kedua teknik tersebut akan diperoleh suatu nilai atau indeks tertentu dengan menunjukkan kelas kesesuaian
lahan. c. Metode Perbandingan Matching
Metode Matching merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kesesuaian lahan dengan jalan mencocokkan serta membandingkan antara kualitas
dan karakteristik lahan dengan kriteria kesesuaian lahan, sehingga di peroleh potensi yang ada pada satuan lahan tertentu.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode scoring. 6. Kelas Kesesuaian Lahan
Kelas merupakan keadaan tingkat kesesuaian lahan pada tingkat ordo. Pada tingkat kelas yng tergolong ordo sesuai S dibedakan kembali pada tiga
kelas yaitu lahan sangat sesuai S1, cukup sesuai S2, dan sesuai marginal S3. Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai N dibedakan dalam dua kelas
yaitu lahan tidak sesuai saat ini N1, dan lahan tidak sesuai permanen N2. a. Kelas Sangat Sesuai S1
Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan
tidak mempengaruhi secara langsung produksi lahan tersebut, serta tidak menambah masukan input dari yang biasa dilakukan dalam pengusahaan lahan.
b. Kelas Cukup Sesuai S2 Lahan mempunyai faktor penghambat agak berat. Berpengaruh
terhadap produktifitas lahan tersebut, memerlukan tambahan masukan. Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi.
commit to user
c. Kelas Sesuai Marginal S3 Lahan yang mempunyai faktor pembatas sangat berat apabila
digunakan untuk penggunaan tertentu yang lestari. Faktor penghambat ini akan berpengaruh terhadap produktifitasnya, memerlukan tambahan masukan yang
lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor penghambat pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan
atau investasi dari pemerintah atau swasta. d. Kelas Tidak Sesuai Saat ini N1
Lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat sangat berat, akan tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan
tingkat pengetahuan saat ini dengan biaya yang rasional. e. Kelas Tidak Sesuai Permanen N2
Lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin untuk dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari.
7. Karakteristik Lahan Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi.
Contoh dari karakteristik lahan adalah curah hujan, jumlah bulan kering, tekstur tanah, kedalaman efektif, besarnya kandungan N total dalam tanah, dan
sebagainya. Sitorus 1995 : 5 mendefinsikan karakteristik lahan sebagai suatu proses yang meliputi penentuan ciri lahan land properies yang ada hubungannya
dan dapat diukur atau dianalisis tanpa memerlukan usaha-usaha yang besar. Karakteristik lahan dalam penelitian ini antara lain :
a. Tinggi Muka Air Tanah Kedalaman muka air tanah mempengaruhi keawetan bangunan, semakin
dangkal muka air tanah semakin jelek untuk penempatan bangunan keteknikan. Pengukuran tinggi muka air tanah dapat dilakukan secara langsung di lapangan
yaitu mengukur tinggi muka air tanah dari permukaan sumur gali. Kelas dan kriteria tinggi muka air tanah untuk industri dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kelas dan Kriteria Tinggi Muka Air Tanah
No. Kelas
Tinggi Muka Air Tanah 1.
Sangat baik 250 cm
commit to user
2. Baik
151 - 250 cm 3.
Sedang 101 - 150 cm
4. Jelek
51 - 100 cm 5.
Sangat jelek 50cm
Sumber : Sunarto, dkk 1991 : 23 b. Potensi Kembang Kerut Tanah
Potensi kembang kerut tanah merupakan kualitas tanah yang ditentukan oleh perubahan volume tanah karena perubahan kadar air dalam tanah. Faktor
tanah utama yang mempengaruhi potensi kembang kerut adalah jumlah liat dan sifatnya. Sifat liat pada tanah sangat penting dalam evaluasi lahan untuk kawasan
industri. Tanah dengan daya kembang kerut besar berpotensi meretakkan dinding, menghancurkan dan merobohkan bangunangedung industri. Potensi kembang
kerut tanah dapat diuji dengan menghitung nilai COLE Coefficient of Linier Extensibility. Panjang pengerutan dihitung berdasarkan perubahan panjang
sample tanah pada saat lembab dan saat kering. Kelas dan kriteria potensi kembang kerut untuk industri dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kelas dan Kriteria Potensi Kembang Kerut
No. Kelas
COLE 1.
Sangat baik 0.01
2. Baik
0.01 - 0.03 3.
Sedang 0.03 - 0.06
4. Jelek
0.06 - 0.09 5.
Sangat jelek 0.09
Sumber : USDA 1971 dalam Sutanto 1993 : 20 c. Jarak Terhadap Jalan Utama
Jalan utama adalah jalan yang menghubungkan antara wilayah suatu daerah menuju luar daerah tersebut antara lain sebagai penghubung menuju pusat
kota, kawasan pelabuhan dan sebagainya. Jarak terhadap jalan utama berpengaruh terhadap aksesibilitas atau kemudahan dalam mencapai lokasi. Data jarak
terhadap jalan utama diperoleh dari peta jaringan jalan dan cek lapangan. Kelas dan kriteria jarak terhadap jalan utama untuk industri dapat dilihat pada tabel 3.
commit to user
Tabel 3. Kelas dan Kriteria Jalan Utama
No. Kelas
Jarak Km 1.
Sangat Baik ± 0,5
2. Baik
0,5 ± 1
3. Sedang
1 ± 1,5
4. Jelek
1,5 ± 2
5. Sangat Jelek
2
Sumber : Endang 1999 : 34 8. Kualitas Lahan
Kualitas lahan merupakan hasil interaksi antara karakteristik tanah, penggunaan lahan, dan keadaan lingkungan Darmawijaya, 1992 : 272. FAO
dalam Sitorus 1995 : 5 mendefinisikan kualitas lahan adalah suatu sifat lahan yang kompleks atas sifat komposit yang sesuai untuk suatu penggunaan yang
ditentukan oleh seperangkat karakteristik lahan yang berinteraksi. a. Suhu Temperatur Udara t
Suhu atau temperatur suatu daerah dipengaruhi oleh ketinggian tempat tertentu. Temperatur udara rata-rata dihitung dengan menggunakan Rumus Braack
yaitu T = 26,3
± 0,6 H
o
C Keterangan :
T = Rata-rata temperatur tahunan
26,3 = Rata-rata temperatur tahunan di daerah beriklim tropis 0,6 = Konstanta temperatur
H = Tinggi tempat dihitung dalam hekto meter. b. Ketersediaan air
1 Jumlah Bulan Kering Jumlah bulan kering dihitung berdasarkan curah hujan yang kurang dari 60
mm selama satu tahun. Berikut merupakan tabel klasifikasi bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering.
commit to user
Tabel 4. Klasifikasi Bulan Kering, Bulan Lembab, dan Bulan Basah No. Kelas
Curah Hujan mmbln 1
Bulan Kering 60
2 Bulan Lembab
60 ± 100
3 Bulan Basah
Sumber : Handoko, 1995 : 168
2 Rata-rata Hujan Tahunan Rata-rata hujan tahunan merupakan rata-rata curah hujan dalam periode
sepuluh tahunan yang dinyatakan dalam mm. c. Keadaan Perakaran
1 Drainase Tanah Drainase permukaan adalah kecepatan berpindahnya air dari sebidang tanah,
baik berupa limpasan permukaan ataupun berupa peresapan air ke dalam tanah Darmawijaya, 1997 : 285. Kondisi drainase dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu drainase permukaan dan drainase tanah. Drainase permukaan ditentukan oleh relief topografi dan kemiringan lerengnya sementara
drainase tanah tanah ditentukan oleh tekstur dan permeabilitas tanah. Dalam penelitian ini drainase yang digunakan sebagai parameter adalah drainase
permukaan. Kelas dan kriteria drainase permukaan untuk industri dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Kelas dan Kriteria Drainase Permukaan
No. Kelas
Drainase Permukaan 1.
Sangat baik Lahan kering dan pengatusan sangat baik
2. Baik
Lahan dengan pengarusan sangat baik setelah turun hujan 3.
Sedang Lahan dengan pengatusan sedang, sedikit terpengaruh
fluktuasi air tanah 4.
Jelek Lahan dengan pengatusan lambat, sangat terpengaruh oleh
fluktuasi air tanah 5.
Sangat jelek Daerah rawa dan genangan banjir
Sumber : Suprapto, dkk 1990 : 57 2 Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menyatakan perbandingan antara fraksi lempung, debu, dan pasir. Tekstur suatu horison tanah
commit to user
merupakan sifat yang hampir tidak berubah, berlainan dengan struktur dan konsistensi. Disamping itu tekstur tanah juga digunakan sebagai pendekatan
untuk menentukan kembang kerut dan daya dukung tanah. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti disajikan pada tabel 6. atau berdasarkan data
hasil analisis di laboratorium dan menggunakan segitiga tekstur seperti disajikan pada Gambar 1. Pengelompokan kelas tekstur adalah:
Halus h : Liat berpasir, Hat, Hat berdebu Agak halus ah : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung
liat berdebu Sedang s : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung
berdebu, debu Agak kasar ak : Lempung berpasir
Kasar k : Pasir, pasir berlempung
Sangat halus sh : Liat tipe mineral liat 2:1
Tabel 6. Menentukan Kelas Tekstur di Lapangan
commit to user
Tabel 7. Kelas dan Kriteria Tekstur Tanah
No. Kelas Tekstur
Tanah 1.
Sangat baik Pasir berlempung, Pasir berdebu, Pasir bergeluh, Pasir
2. Baik
Geluh berpasir, Geluh pasir berlempung, Geluh pasir berdebu 3.
Sedang Debu, Geluh, Geluh berdebu, Geluh lempung berdebu, Geluh
lempung berpasir, Lempung berpasir 4.
Jelek Lempung bergeluh, Lempung berpasir halus, Geluh
berlempung 5. Sangat
jelek Lempung, Lempung
berdebu
Sumber : CSRFAO and Staff 1983 dalam Santoso : 27 3 Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh bidang lereng dengan bidang horizontal dan dinyatakan dalam besaran derajat atau prosen.
Kemiringan lereng sangat berpengaruh dalam penentuan lokasi industri. Konstribusi yang nyata dan kemiringan lereng antara lain sebagai
perimbangan pendirian gedung industri, dimana semakin besar kemiringannya maka akan semakin besar pula investasi yang harus
dikeluarkan untuk penanganannya. Selain itu kemiringan lereng juga akan berpengaruh terhadap kecepatan atau volume limpasan permukaan yang
dapat mengakibatkan banjir. Kelas dan kriteria kemiringan lereng untuk industri dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Kelas dan Kriteria Kemiringan Lereng
Sumber : Suharsono 1983 : 67 4 Ancaman Banjir
Banjir adalah peristiwa menggenangnya air di permukaan tanah atau juga meluapnya air dari saluran yang kapasitasnya lebih kecil dari volume air.
No. Kelas Kemiringan
Lereng 1. Datar
3 2.
Landai 3 - 8
3. Agak Miring
8 - 30 4.
Miring 30 - 50
5. Terjal
50
commit to user
Banjir merupakan faktor yang sangat merugikan untuk berdirinya suatu gedungbangunan industri. Informasi ancaman banjir dapat diperoleh dari
wawancara dengan penduduk sekitar pada saat survey lapangan. Menurut Rintung, dkk 2007 : 12 banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari
kedalaman banjir dan lamanya banjir. Kelas dan kriteria ancaman banjir untuk industri dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Kelas dan Kriteria Ancaman Banjir
No. Kelas Lama
Penggenangan Banjir
1. Sangat baik
Daerah tidak pernah dilanda banjir. 2. Baik
Banjir terjadi tidak teratur dalam waktu kurang dari satu tahun 3.
Sedang Selama waktu satu bulan dalam setahun secara teratur terjadi banjir.
4. Jelek Selama 2-5 bulan dalam setahun secara teratur terjadi banjir.
5. Sangat jelek
Selama 6 bulan atau lebih selalu terjadi banjir secara teratur.
Sumber : Arsyad 1989 : 209 5 Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan beban pondasi tanpa terjadi keruntuhan akibat dari pergeseran Wesley, 1977 dalam
Santoso, 2003 : 29. Daya dukung tanah merupakan parameter penting dalam perencanaan pembangunan pondasi bangunan karena berfungsi dalam
menyangga konstruksi bangunan. Penentuan daya dukung tanah dilakukan lapangan dengan menggunakan alat penetrometer. Kelas dan kriteria daya
dukung tanah untuk industri dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Kelas dan Kriteria Daya Dukung Tanah
No. Kelas
Daya Dukung Tanah 1.
Sangat baik 4.50 Kgcm
2
2. Baik
2.75 - 4.50 Kgcm
2
3. Sedang
1.75 - 2.75 Kgcm
2
4. Jelek
1.25 - 1.75 Kgcm
2
5. Sangat jelek
1.25 Kgcm
2
Sumber : Sunarto, dkk 1991 : 55
commit to user
6 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan merupakan bentuk campur tangan manusia baik secara
permanen maupun siklis terhadap suatu kumpulan sumberdaya lahan dan sumberdaya buatan yang secara keseluruhan disebut dengan lahan dengan
tujuan untuk mencukupi kebutuhan, baik kebendaan maupun spiritual atau keduanya Malingreau, 1981 : 72 . Dalam evaluasi lahan untuk lokasi
sentra industri perlu diketahui penggunaan lahan saat ini karena ada penggunaan lahan yang tidak dapat dialihfungsikan menjadi
bangunangedung industri, hal ini disebabkan beberapa jenis penggunaan lahan mempunyai fungsi sosial ekonomis maupun kelestarian sosial.
Klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan adalah klasifikasi menurut Malingreau 1981 : 73 dengan modifikasi menyesuaikan dengan kondisi
penelitian. Kelas dan kriteria penggunaan lahan untuk industri dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Kelas dan Kriteria Penggunaan Lahan
No. Kelas Penggunaan
Lahan 1.
Sangat baik Lahan berupa semak, lahan kosong, dan lahan tidak dimanfaatkan.
2. Baik Lahan pekarangan, kebun campuran, dan sejenisnya.
3. Sedang
Lahan pertanian kering berapa tegalan, perkebunan dan semacamnya.
4. Jelek
Lahan pertanian berupa sawah non irigasi dan semacamnya. 5.
Sangat jelek Sawah irigasi, permukiman, situs purbakala, militer, pendidikan dan
jasa.
Sumber : Malingreau 1981 : 73 9. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Sentra Industri
Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menilai suatu lahan apakah sesuai atau tidak untuk kawasan bangunangedung industri. Persyaratan
penggunaan lahan untuk kawasan industri sangat penting diperhatikan berdasarkan Keppres No. 53 tahun 1989 dan Keppres No. 33 tahun 1990,
persyaratan kawasan industri adalah: a. Kawasan yang memenuhi persyaratan
commit to user
lokasi industri, b. Tidak terletak di kawasan hutan lindung, c.Tidak boleh terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah yang beririgasi dan berpotensi untuk di
bangun jaringan irigasi, d. Tersedia sumber air yang cukup, e. Adanya sistem pembuangan air limbah, f. Tidak menimbulkan dampak sosial yang berat.
Menurut Sutanto 1991 : 4 prasyarat untuk menilai didirikannya suatu kawasan industri adalah dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang
mencakup faktor fisik dan faktor sosial, dalam hal ini adalah alam dan manusia. Faktor-faktor alam meliputi geologi dan geomorfologi, tanah, tata air, iklim, dan
penggunaan lahan. Faktor-faktor sosial mencakup antara lain penduduk, mata pencaharian, dan pemerintah. Melihat faktor kompetensi dari aspek pembangunan
industri dan berbagai dampak yang ditimbulkan, maka faktor fisik lahan cenderung menjadi faktor utama dalam menentukan lokasi kawasan industri
dengan tidak mengecilkan faktor non fisik lahan. Informasi geomorfologi merupakan faktor fisik lahan yang dapat
digunakan dalam pendekatan untuk menentukan lokasi kawasan industri, meliputi variabel relief, proses, dan materi penyusun. Masing-masing variabel
geomorfologi diperinci menjadi tujuh parameter, yaitu: a. Variabel relief, meliputi kemiringan lereng, b. Variebel proses geomorfologi meliputi ancaman banjir, c.
Variabel materi penyusun meliputi tekstur tanah, drainase permukaan, tinggi muka air tanah, daya dukung tanah, potensi kembang kerut tanah, dan penggunaan
lahan. Faktor aksesibilitas juga berpengaruh terhadap penentuan lokasi didirikannya bangunan industri.
10. Industri a. Pengertian Industri
Industri adalah suatu tempat atau lahan di muka bumi yang digunakan untuk sebagai suatu tempat usaha Sutanto, 1991 : 1
UU No. 5 Tahun 1984 menyatakan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku, bahan mentah, bahan setengah jadi dan atau
barang yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk rekayasa industri. Pengertian industri juga meliputi semua macam perusahaan yang mempunyai
commit to user
kegiatan tertentu dalam mengubah secara mekanik atau secara kimia bahan-bahan organis sehingga menjadi hasil baru.
Pengertian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku, bahan mentah, barang setengah jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasa ataupun dapat diartikan sekelompok bisnis tertentu yang memiliki teknik dan
metode untuk menghasilkan laba. Dari pengertian diatas maka industri mencakup segala kegiatan produksi
yang memproses pembuatan bahan-bahan mentah menjadi bahan-bahan setengah jadi atau barang jadi maupun kegiatan yang bisa mengubah keadaan barang dari
suatu tingkat ke tingkat yang lain, kearah peningkatan nilai atau daya gunanya. b. Industri di Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan yang cukup penting di Kabupaten Klaten. Sehingga pembangunan di bidang
industri menjadi prioritas utama tanpa mengebaikan pembangunan di sektor lain. Banyaknya perusahaan industri dan jumlah unit usaha di Kabupaten Klaten dari
tahun 2004 telah mengalami peningkatan, sehingga dapat mengurangi pengangguran, menambah kesempatan kerja, dan meningkatkan pendapatan.
Pengertian sentra industri berdasarkan PERDA Kabupaten Klaten No. 4 Tahun 2006 pasal 46 Huruf c adalah suatu kawasan permukiman yang didalamnya
ada aktivitas industri skala kecil. Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten memiliki potensi sentra industri yang beragam, yang tersebar di beberapa desa dan
meliputi berbagai jenis produk yang tidak hanya bernilai seni namun juga memiliki nilai ekonomis. Jenis produk unggulan di Kecamatan Kalikotes meliputi
industri pengecoran logam, industri pande besi, industri furniture, industri tembakau, industri konfeksi pakaian jadi, industri gerabah, budidaya ikan tawar,
industri genteng, serta industri keramik.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Tjaturahono Budi Sanjoto 1996, dalam Tesisnya yang berjudul