commit to user
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sapi Peranakan Friesian Holstein Jantan PFH sebagai Sapi Potong
Sapi Peranakan Fresian Holstein PFH merupakan sapi dari hasil persilangan sapi jantan FH dengan sapi lokal Soetarno, 2003. Sapi ini
memiliki ciri-ciri warna bulu hitam dengan bercak putih pada dahi, umumnya terdapat warna putih berbentuk segitiga. Bagian bawah dari carpus berwarna
putih atau terus hitam, ujung ekornya berwarna putih, dan tanduknya pendek dan menjurus ke depan. Sapi ini agak lambat mencapai dewasa kelamin. Jenis
sapi ini biasanya dikawinkan pertama kali saat berumur 15 – 18 bulan. Bobot anak sapi FH yang baru dilahirkan mencapai 43 kg Ahira,2007. Sapi jenis ini
banyak dikembangbiakkan oleh peternak di Indonesia karena memiliki sifat beradaptasi yang cukup baik Bintara,2009.
Berat badan sapi betina dewasa mencapai 625 kilogram, sedangkan berat sapi jantan mencapai 900 kilogram. Sapi betina berperilaku tenang dan
jinak, sedangkan sapi jantan agak mudah marah. Ukuran badan, kecepatan pertumbuhan, dan karkasnya yang bagus menyebabkan pedet keturunan FH
jantan sangat disukai dan dipelihara untuk tujuan produksi daging sebagai sapi potong dan banyak dipilih peternak karena mamiliki efisiensi pakan yang
baik sehingga dapat memberikan pertambahan bobot badan yang tinggi Mukhtar,2006.
Populasi bangsa sapi PFH mendominasi bangsa-bangsa sapi perah lainnya di Indonesia. Daerah sebaran sapi PFH sebagai sapi potong mengikuti
pula jalur produsen dan konsumen susu Jawa Barat meliputi Lembang, bogor, dan pengalengan, Jawa Tengah meliputi Boyolali, Solo, dan Yogyakarta serta
Jawa timur meliputi Malang dan Surabaya Kanisius,2001.
B. Usaha Peternakan Sapi Potong Rakyat
Usaha peternakan sapi potong rakyat memiliki ciri antara lain skala usaha kecil dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah,
mutu produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar, dan kurang peka terhadap perubahan-perubahan. Usaha peternakan sapi potong di
commit to user
Indonesia didominasi oleh usaha ternak sapi potong kecil dan menengah. Cyrilla dan Ismail, 1988.
Kecilnya skala usaha pemeliharaan sapi di daerah pertanian intensif disebabkan peternakan tersebut merupakan usaha yang dikelola oleh rumah
tangga petani, dengan modal, tenaga kerja, dan manajemen yang terbatas. Kecilnya pemilikan ternak juga karena umumnya usaha penggemukan sapi
merupakan usaha sampingan dari usaha pokok yaitu pertanian sehingga pendapatan peternak dari usaha peternakan juga cukup minim Ilham,2002.
Menurut Sugeng 2002, tingkat produksi rendah diakibatkan beberapa faktor yaitu faktor tujuan pemeliharaan, faktor bibit, dan faktor
pakan tersedia yang terbatas. Abidin 2002 berpendapat, meskipun masih berskala kecil, usaha sapi potong memerlukan pencatatan. Selain itu perlu
disusun rencana cash flow selama masa usaha. Perlu juga dipertimbangkan pembelian barang, misalnya konsentrat dengan cara kredit hal ini tidak terlalu
berpengaruh jika skala usaha masih kecil tetapi akan berpengaruh besar jika skala usaha semakin besar.
C. Faktor-faktor Produksi dalam Usaha Peternakan