Pembahasan 1 Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Teknik Relaksasi Nafas Dalam

49 5.1.3Perbedaan Intensitas Nyeri Selama Persalinan kala I antar Kelompok Intervensi Untuk mengetahui perbedaan penurunan intensitas nyeri selama persalinan kala I pada kedua kelompok intervensi dilakukan dengan menggunakan t-Test. Tabel 5.6Perbedaan Intensitas Nyeri Selama Persalinan Kala I antara Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Aromaterapi Mawar Variabel Mean SD Standar error p Pair 1 Sebelum Relaksasi Sesudah Relaksasi 1,33 0,488 0,126 0,000 Pair 2 Sebelum Aromaterapi Sesudah Aromaterapi 2,13 0,640 0,165 0,000 Berdasarkan tabel 5.6 diperoleh rata-rata penurunan skala nyeri pada kelompokteknik relaksasi nafas dalam1,33 dengan standar deviasi 0,488dan standar error 0,126. Rata-rata penurunan skala nyeri pada kelompok aromaterapi mawar adalah 2,13 dengan standar deviasi 0,640dan standar error 0,165. Hasil uji statistik didapatkan nilai p adalah 0,000. 5.2. Pembahasan 5.2.1 Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Teknik Relaksasi Nafas Dalam Universitas Sumatera Utara 50 Intensitas nyeri yang dirasakan oleh ibu pada persalinan kala 1 fase laten sebelum dilakukan intervensi teknik relaksasi nafas dalam mayoritas berada dalam rentang nyeri sedang namun ada 2 orang ibu yang merasa nyeri berat. Kedua responden yang mengalami nyeri berat sama-sama bersuku batak dan merupakan responden dengan paritas primipara. Kedua faktor inilah yang mungkin membuat intensitas nyeri yang dirasakan ibu berada pada rentang nyeri berat. Hal ini sesuai dengan Danuatmaja Meilisari 2004yang menyatakan bahwanyeri persalinan dapat dipengaruhi oleh faktor fisiologi maupun psikologi. Sosio-kultural merupakan satu dari enam dimensi yang mempengaruhi nyeri yang dirasakan seseorang.. Pada kelompok sebelum diberi intervensi relaksasi nafas dalam terdapat dua responden yang merasakan nyeri berat dan keduanya bersuku batak. Pilliteri 2003 menyatakan bahwa persepsi dan ekspresi seseorang terhadap nyeri persalinan dipengarui oleh budaya individu danbudaya mempengaruhi sikap ibu pada saat bersalin. Hal ini juga sejalan dengan penelitianSuza 2003 yang menemukan bahwa nyeri yang dialami oleh pasien yang berasal dari suku Batak dan Jawa ternyata berbeda baik dalam laporan nyerinya serta respon terhadap nyeri itu sendiri. Responden bersuku batak lebih ekspresif dalam merespon nyeri dan memandang nyeri sebagai sesuatu yang mengganggu, tidak menyenangkan, dan merupakan pengalamanyang melelahkan. Faktor lain yang mempengaruhi nyeri adalah pengalaman persalinan. Kedua responden yang mengalami nyeri berat belum mempunyai pengalaman persalinan sebelumnya primipara. Menurut Bobak 2000 pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu Universitas Sumatera Utara 51 primigravida belum mempunyai pengalaman melahirkan dibandingkan ibu multigravida. Ibu yang pertama kali melahirkan akan merasa stres atau takut dalam menghadapi persalinan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pujiati, dkk 2011 yang membandingkan tingkat nyeri persalinan kala 1 pada ibu bersalin normalprimigravida dan multigravida di kabupaten grobogan tahun 2011. Dalam penelitian ini didapat 66,7 ibu primipara mengalami nyeri berat sedangkan responden multipara berada pada rentang nyeri ringan dan nyeri sedang. Setelah ibu melakukan teknik relaksasi nafas dalam tidak ada satu orang ibu yang berada dalam rentang nyeri berat , hal ini mungkin disebabkan munculnya perasaan lebih tenang dan nyaman saat ibu dapat mengatur irama pernafasannya lebih stabil. Hal ini sesuai dengan Kozier 2004 yang menyatakan bahwa dengan melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara berulang akanmenimbulkan rasa nyaman. Adanya rasa nyaman inilah yang akhirnya akanmeningkatkan toleransi seseorang terhadap nyeri. Orang yang memiliki toleransinyeri yang baik akan mampu beradaptasi terhadap nyeri. Penelitian Yuliati 2011 yang melakukan penelitian dengan memberikan metode relaksasi pernafasan kepada 22 ibu yang memasuki kala I fase aktif di Medan, mendapatkan adanya penurunan intensitas nyeri sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam rata – rata intensitas nyeri 6,27 sedangkan setelah dilakukan relaksasi pernafasan intensitas nyeri berkurang menjadi 4,77. Adanya penurunan intensitas nyeri yang signifikan ini disebabkan karena teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri Potter Perry, 2005. Universitas Sumatera Utara 52 5.2.2Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi Aromaterapi Mawar Intensitas nyeri yang dirasakan ibu pada kelompok intervensi aromaterapi mawar sebelum dilakukan intervensi diperoleh sebanyak 12 responden 80 berada dalam rentang nyeri sedang, dan 3 orang 20 nyeri berat. Gambaran intensitas nyeri pada responden yang diberikan aromaterapi mawar lebih banyak yang mengalami nyeri berat dibandingkan responden yang mendapat intervensi teknik relaksasi nafas dalam, hal ini mungkin disebabkan paritas responden sebagian besar adalah primipara. Pada ibu primigravida umumnya merasacemas dan takut menghadapi persalinan.Stres atau rasa takut ternyata secara fisiologisdapat menyebabkan kontraksi uterus menjaditerasa semakin nyeri dan sakit dirasakan. Ibudalam kondisi inpartu tersebut mengalamistress maka tubuh merangsang tubuhmengeluarkan hormon stressor yaitu hormone Katekolamin dan hormon Adrenalin.Katekolamin ini akan dilepaskan dalamkonsentrasi tinggi saat persalinan jika ibutidak bisa menghilangkan rasa takutnyasebelum melahirkan. Akibatnya tubuhtersebut maka uterus menjadi semakin tegangsehingga aliran darah dan oksigen ke dalamotot otot uterus berkurang karena arterimengecil dan menyempit akibatnya adalahrasa nyeri yang tak terelakkan Bobak, 2000. Hasil penelitian pada kelompok ibu yang mendapat intervensi teknik aromaterapi mawar diperoleh intensitas nyeri sebelum intervensi rata-rata 5,53sedangkan sesudah dilakukan intervensi rata-rata 3,40 . Penurunan nyeri ini disebabkan oleh mekanisme kerja aromaterapi secara inhalasi yang mampu membuat seseorang merasa rileks. Molekul minyak atsiri yang terhirup akan Universitas Sumatera Utara 53 menempel pada silia – silia yang lembut dari sel – sel reseptor. Ketika molekul menempel pada silia, suatu pesan elektrokimia akan ditransmisikan melalui saluran olfactory ke dalam sistem limbik. Hal ini akan merangsang memori dan respon emosional. Selanjutnya, hipotalamus akan menyampaikan pesan – pesan ke bagian lain otak serta bagian badan yang lain. Pesan yang diterima itu kemudian diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan senyawa elektrokimia yang menyebabkan euphoria, relaks, atau sedatif Satuhu Yuliani, 2012. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amelia pada tahun 2008 di Klinik Bersalin Sam Medan dengan memberikan aromaterapi lavender kepada 18 ibu yang memasuki kala I persalinan, dari hasil penelitian Amelia tersebut dapat disimpulkan bahwa aromaterapi lavender dapat menurunkan intensitas nyeri persalinan kala I. 5.2.3Perbedaan Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I antar Kelompok Pelaksanaan masing – masing intervensi efektif menurunkan intensitas nyeri pada ibu bersalin selama persalinan kala I fase laten hal ini dapat dilihat pada gambaran intensitas nyeri pada kedua kelompok setelah diberikan intervensi yang sama – sama mengalami penurunan yang signifikan p=0,000. Namun demikian, Wahyuni 2004 menyatakan bahwa apabila perbedaan tersebut bermakna dari segi klinis, sehingga dalam hal keefektifan, nilai signifikansi terabaikan. Dalam penelitian ini keefektifan intervensi dilihat dari perbedaan nilai rata – rata intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi sehingga dapat Universitas Sumatera Utara 54 dinyatakan bahwa intervensi teknik aromaterapi lebih efektif yakni penurunan intensitas nyeri rata-rata sebesar 2,13 dibandingkan teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan intensitas nyeri persalinan kala I fase laten. Hasil penelitian ini sesuai dengan Simanjuntak 2009 yang meneliti efektivitas aromaterapi lavender menggunakan tungku pemanas dalam menurunkan intensitas nyeri kala 1 persalinan. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa intensitas nyeri kala I persalinan ibu-ibu bersalin yang ada di Klinik Bersalin Sumi Ariani dan Martini Medan yang telah diberikan aromaterapi lavender mengalami penurunan yang signifikan, nilai p=0.000 p0.05 dengan nilai mean difference = 1.10. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aromaterapi lavender yang diberikan menggunakan tungku pemanas dapat menurunkan intensitas nyeri kala I persalinan. Penurunan intensitas nyeri lebih signifikan pada kelompok intervensi aromaterapi mungkin disebabkan adanya aroma menenangkan yang dihirup oleh ibu sehingga mengalihkan perhatian ibu dari nyeri yang dirasakannya. Hal ini sesuai dengan Agusta 2000 yang menyatakan kandungan minyak atsiri pada aroma bunga mawar bersifat antidepresan, sedatif, dan meringankan stress. Ketika minyak atsiri terhirup, molekul yang mudah menguap volatile dari minyak tersebut menempel pada silia – silia yang lembut dari sel – sel reseptor. Ketika molekul menempel pada silia, suatu pesan elektrokimia akan ditransmisikan melalui saluran olfactory ke dalam system limbik. Hal ini akan merangsang memori dan respon emosional. Hipotalamus berperan sebagai relay dan regulator, memunculkan pesan – pesan yang harus disampaikan ke bagian lain otak serta bagian badan yang lain. Pesan yang diterima itu kemudian diubah menjadi Universitas Sumatera Utara 55 tindakan yang berupa pelepasan senyawa elektrokimia yang menyebabkan euphoria, relaks, atau sedatif Satuhu Yuliani, 2012.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Universitas Sumatera Utara