Uji hipotesis Analisis Data

53

b. Uji linieritas hubungan

Uji linieritas hubungan bertujuan untuk mengetahui apakah korelasi antar variabel bebas dan variabel tergantung mengikuti korelasi searah linier atau tidak. Variabel citra raga dengan variabel perilaku makan mempunyai korelasi linier yang ditunjukkan dengan nilai F beda 0,057 dengan p 0,050. Uji linier ini diketahui bahwa variabel bebas dan variabel tergantung berada dalam garis lurus artinya linier.

2. Uji hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Untuk menguji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini maka teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi r xy sebesar 0,718 dengan p = 0,000 sehingga p ≤ 0,01 yang berarti ada korelasi positif yang sangat signifikan antara citra raga dengan perilaku makan. Hal ini berarti variabel citra raga dapat dijadikan prediktor untuk mengukur variabel perilaku makan, sehingga jika dikaitkan dengan hipotesis yang telah diajukan maka hipotesis tersebut diterima atau terbukti kebenarannya. Artinya, semakin tinggi atau positif citra raga maka semakin tinggi pula perilaku makan pada remaja putri. Sebaliknya, semakin rendah atau negatif citra raga maka perlaku makan pada remaja putri juga akan semakin rendah. Selain itu, juga diperoleh koefisien determinan r 2 sebesar 0,515, sehingga sumbangan efektif citra raga terhadap perilaku makan pada remaja putri sebesar 51,5 54 yang berarti masih terdapat sumbangan relatif sebesar 48,5 variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku makan pada remaja putri di luar variabel citra raga. Hasil kategori citra raga tergolong sedang dengan rerata empirik = 131,098 dan rerata hipotetik = 125. Hasil kategori perilaku makan tergolong sedang dengan rerata empirik = 135,293 dan rerata hipotetik = 125.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan ada korelasi positif yang sangat signifikan antara citra raga dengan perilaku makan. Semakin tinggi citra raga yang dimiliki individu maka semakin tinggi pula perilaku makannya, sebaliknya jika individu memiliki citra raga yang rendah maka akan semakin rendah perilaku makannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Pratt dalam Witari, 1997 mengatakan bahwa gambaran fisik pada remaja mempengaruhi perilaku makannya sehari-hari. Gambaran fisik ini oleh Hardy dan Hayes 1988 disebut citra raga, dimana citra raga merupakan sebagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik. Remaja yang memiliki citra raga tinggi dinilai memiliki citra raga yang positif akan memiliki harga diri yang tinggi, merasa mampu dan berfikir dengan penuh percaya diri ha tersebut juga didukung pendapat Melliana 2006 bahwa individu yang memiliki citra raga tinggi dinilai memiliki citra raga positif yang dapat dilihat dari kepedulian diri self care. Individu mempunyai perhatian pada persoalan