Nurfajriah. HS, 2014 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INQUIRY DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross sectional design. Dalam penelitian ini kelas yang akan diberikan perlakuan dinamakan dengan
kelas eksperimen. Kelas eksperimen terdiri dari dua kelompok yang akan diberikan perlakuan dua jenis inkuiri yang berbeda yaitu guided inquiry dan
modified inquiry. Sebelumnya masing-masing kelas eksperimen diberi pretest kemudian perlakuan sebanyak dua kali pertemuan untuk masing-masing jenis
inkuiri yang digunakan yaitu guided inquiry dan modified inquiry. Setelah diberikan perlakuan, kemudian kelas tersebut diberi posttest. Adapun pola
desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Adapun kegiatan proses penelitian jika diuraikan secara detail dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2 Rancangan Kegiatan Proses Penelitian Nama
Group Pertemuan ke-
Jenis ModelMateri Durasi
Seluruh Siswa
I Pre test
30 menit Group A
II Modified InquiryKonduksi
Post test 135 menit
Group B III
Modified InquiryKonveksi Post test
135 menit Group A
IV Guided InquiryKonveksi
Post test 135 menit
Group B V
Guided InquiryKonduksi Post test
135 menit
Nurfajriah. HS, 2014 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INQUIRY DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Arikunto 2006, hlm. 97 menyatakan bahwa penelitian dengan menggunakan desain cross sectional bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
hubungan antara variabel yang diteliti. Selain itu, Hidayat 2007, hlm. 57 mengemukakan bahwa rancangan cross sectional merupakan rancangan
penelitian yang pengukuran atau pengamatanya dilakukan secara simultan pada satu saat atau sekali waktu.
Penelitian cross sectional mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain pada populasi yang diteliti, menguji keberlakuan suatu
model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan diantara masing-masing kelompok pada waktu tertentu. Kelemahan rancangan cross sectional lainnya
adalah ketidakmampuannya untuk menjelaskan proses yang terjadi dalam objekvariabel yang diteliti serta hubungan korelasionalnya. Rancangan cross
sectional mampu menjelaskan hubungan antara dua variabel, namun tidak mampu menunjukkan arah hubungan kausal di antara kedua variabel tersebut
Shklovski, et.al., 2004. Studi cross sectional berbeda dengan studi perbandingan atau yang biasa
disebut dengan comparative study. Studi perbandingan walaupun di dalamnya mengandung variabel, akan tetapi berbeda baik dengan eksperimen maupun
dengan korelasi. Variabel dalam studi perbandingan tidak untuk dicari hubungannya atau pengaruh perlakuan tertentu seperti dalam eksperimen,
akan tetapi untuk dicari perbandingannya tentang suatu hal. Dengan demikian data kedua variabel sebenarnya sudah tersedia, peneliti tinggal menghitung
keduanya, kemudian dibandingkan dan diuji signifikansinya melalui analisis statistik Sanjaya, 2013: 39-40.
C. Populasi dan Sampel Penelitian