Faktor Predisposisi Pembentukan Plak Pengukuran Skor Plak

puluh. Plak yang tumbuh ini tergantung dari diet dan begitu pula bermacam-macam ketebalan yang dibentuk tergantung dari pada macam-macam makanan. 23,24 Diet yang terdiri atas maltosa dan glukosa, akan dijumpai plak gigi yang tipis dan tak tentu strukturnya karena polisakarida yang terbentuk lebih sedikit. Bila diet diganti dengan sukrosa, plak ini akan menjadi tebal dan melekat. Hal ini disebabkan adanya pembentikan polisakarida ekstraseluler yang lebih banyak dihasilkan dari pemecahan sukrosa. Melalui bantuan Streptococcus mutans akan membentuk dekstrant dan levan. Diantaranya levan merupakan bahan penting karena dapat melekatkan plak pada gigi dan relatif tidak bisa larut dan tahan terhadap destruksi mikroorganisme. Levan termasuk hasil produksi yang penting karena jika sumber eksogen tidak ada maka levan dapat dipakai sebagai nutrisi dalam bentuk karbohidrat oleh mikroorganisme dalam plak. Plak juga dapat terbentuk lebih cepat antara jam makan dan waktu malam hari. 23,24

2.2.3 Faktor Predisposisi Pembentukan Plak

Beberapa faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak dan menghalangi pembersihan plak. Faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak. Retensi yang keliru merupakan faktor yang menguntungkan bagi retensi plak. Tepi tumpatan yang berlebihan sangat sering ditemukan dan berasal dari penggunaan matriks yang ceroboh dan kegagalan untuk memoles bagian tepi. Walaupun tidak ada plak pada tepi restorasi, inflamasi bisa saja terjadi. 1,6 Restorasi dengan kontur yang buruk, terutama dengan konturnya yang terlalu besar dan mahkota atau tumpatan yang terlalu cembung dapat menghalangi usaha penyikatan gigi yang efektif. Demikian juga pada kavitas karies terutama di dekat tepi gingiva dapat merangsang terbentuknya daerah timbunan plak. 1,6 Geligi tiruan yang longgar atau geligi tiruan yang tidak terpoles dengan baik cenderung berfungsi sebagai fokus timbunan plak. Pada pesawat ortodonti yang dipakai siang malam juga dapat menjadi daerah timbunan plak, kecuali bila pasien sudah diajarkan cara membersihkan plak yang bertumpuk pada pesawat. 1,6 Universitas Sumatera Utara Susunan gigi yang tidak beraturan merupakan predisposisi dari retensi plak dan mempersulit upaya menghilangkan plak. Pada kasus kegagalan mengganti gigi yang tanggal juga dapat menyebabkan terjadinya timbunan plak dan kalkulus pada gigi-gigi non-fungsional antagonisnya. 1,2,6

2.2.4 Pengukuran Skor Plak

Beberapa indeks sederhana dan dapat dipercaya tersedia untuk membantu dokter gigi dan peneliti mengukur status periodontal seseorang. Ada beberapa indeks yang biasa digunakan, namun yang perlu diingat bahwa tidak ada satupun indeks yang bisa digunakan untuk semau jenis penelitian. Indeks yang baik adalah indeks yang dapat dipercaya, sederhana dan mudah digunakan serta mudah dipahami dan dijelaskan kepada penderita. 2 Tingkat perluasan dan keparahan dari penyakit periodontal dan faktor- faktor etiologinya seperti halnya plak dan kalkulus dental dinilai sebagai variabel kualitatif oleh setiap rata-rata sistem indeks. Namun demikian, terdapat beberapa masalah yang mungkin dialami yang harus diperhatikan seperti elemen yang bersifat subjektif dalam pengumpulan data dan perbedaan pendapat mengenai metode analisa statistik yang terbaik atau paling valid. 6 Banyak indeks yang berkembang untuk mengukur plak diantaranya adalah: 2,5,6,25 1. Indeks plak O’Leary Indeks plak O’Leary cukup ideal untuk memonitor kebersihan mulut. Indeks plak ini menggunakan gambar atau grafik yang dapat menunjukkan lokasi plak sehingga memungkinkan dokter gigi dan pasien untuk melihat kemajuan setelah pasien melakukan kontrol plak. Selain itu, gambar tersebut memudahkan dokter gigi menentukan lokasi penumpukan plak dan bagian mana yang harus lebih ditekankan penyikatan giginya atau pembersihan dengan benang gigi. Pemeriksaan dengan menggunakan indeks ini hanya dilakukan pada permukaan yang ada plak dan diberi skor. Untuk permukaan yang tidak ada plak dibiarkan kosong. Kemudian, jumlah total permukaan yang diberi skor ditambahkan Universitas Sumatera Utara dan dibagi dengan jumlah total permukaan yang ada dalam rongga mulut dan dikalikan seratus. Hasil inilah yang merupakan nilai indeks plak pasien. Untuk mengevaluasi perkembangan kontrol plak pasien, maka dapat dilakukan dengan membandingkan indeks skor awal dan berikutnya. 2. Indeks Plak L ö e dan Silness Indeks ini dikembangkan oleh L ö e dan Silness pada tahun 1964. Indeks ini digunakan terhadap penilaian plak yang berada di sekitar margin gingiva. Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap enam gigi sebagai representatif terhadap seluruh gigi di rongga mulut. Gigi tersebut adalah gigi molar satu kanan, gigi insisivus dua kanan dan gigi premolar satu kiri pada rahang atas. Pada rahang bawah adalah gigi premolar satu kanan, gigi insisivus dua kiri dan gigi molar satu kiri. Pemeriksaan dilakukan pada permukaan mesial, distal, bukal dan lingual dan dinilai secara terpisah. Skor akhir indeks plak adalah rata-rata dari keseluruhan skor permukaan. 3. Oral Higiene Index dan Oral Higiene Index Simplified OHI dan OHI-S Pemeriksaan dilakukan pada enam gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31 dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya, sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada diganti dengan gigi 21 dan sebaliknya. Indeks ini merupakan salah satu indeks yang populer digunakan untuk menentukan status kebersihan mulut pada penelitian epidemiologis. Pada awalnya indeks ini disebut OHI yang dikembangkan oleh Greene dan Vermillion pada tahun 1960 dan empat tahun kemudian dimodifikasi dengan nama indeks Oral Hygiene Index Simplified OHI-S. Pemeriksaannya terdiri atas pemeriksaan skor debris dan skor kalkulus. Masing-masing skor dijumlahkan dan total skor OHI diperoleh dari penjumlahan skor debris dan kalkulus. Untuk mengukur rerata skor OHI adalah jumlah total OHI dibagi dengan jumlah permukaan yang diperiksa. 4. Plak Formation Rate Index PFRI PFRI mengukur pembentukan plak selama satu hari, yaitu penumpukan plak yang terjadi pada gigi selama 24 jam setelah dilakukan pembersihan gigi oleh dokter Universitas Sumatera Utara gigi. Pemahaman tentang pentingnya faktor yang dapat mengontrol pembentukan plak gigi merupakan alasan dibuatnya indeks ini. 5. Quigley-Hein Index QHI Indeks ini dikembangkan pada tahun 1962 oleh G. A. Quigley dan J. W. Hein. Penilaian terhadap plak pada permukaan labial gigi anterior dengan pengukuran skala dari 0-5. 6. QHI Modifikasi Turesky Indeks ini dikembangkan pada tahun 1970 oleh S. Turesky, N. D. Gilmore dan I. Glickman dan merupakan modifikasi dari indeks Quigley-Hein. Penilaian terhadap permukaan fasial dan lingual dari seluruh gigi kecuali gigi molar ketiga. Tabel 2. Kriteria skor indeks Quigley-Hein modifikasi Turesky Skor Kriteria Tidak terdapat plak 1 Terdapat sedikit plak pada daerah margin gigi 2 Selapis tipis plak 1mm pada batas servikal gigi 3 Plak menutupi lebih dari 1mm, tapi tidak mencapai 13 permukaan gigi 4 Plak menutupi 13 gigi, tapi tidak mencapai 23 permukaan gigi 5 Plak menutupi 23 atau lebih permukaan gigi Cara penghitungan skor:

2.3 Kerangka Konsep