Perbandingan Indeks Plak Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada Murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

(1)

PERBANDINGAN INDEKS PLAK PENGGUNA

PESAWAT ORTODONTI CEKAT PADA MURID SMA

SWASTA HARAPAN 1 DAN SMA NEGERI 1 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ULFA FITRIA ANGGRAENI NIM: 110600074

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonsia Tahun 2015

Ulfa Fitria Anggraeni

Perbandingan Indeks Plak Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada Murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

x + 48 halaman

Perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat saat ini tidak hanya bertujuan untuk mengoreksi disharmoni pada gigi, namun juga dianggap sebagai sebuah fenomena yang banyak diminati. Fenomena menggunakan pesawat ortodonti cekat banyak terjadi pada masyarakat luas termasuk kalangan remaja. Keinginan menggunakan pesawat ortodonti cekat terkadang tidak diiringi dengan kesadaran menjaga status kebersihan mulutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan skor indeks plak pengguna pesawat ortodonti cekat pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan, serta melihat apakah ada perbedaan signifikan skor indeks plak di antara keduanya. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat hubungan status kebersihan mulut berdasarkan pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jadwal kontrol rutin ke dokter gigi dan jenis sikat gigi pada pengguna pesawat ortodonti cekat.

Penelitian dekriptif komparatif ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan plak gigi pada 60 murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan dengan masing-masing sekolah berjumlah 30 orang. Subjek diminta menggosok gigi dahulu kemudian seluruh permukaan gigi diolesi larutan disclosing solution. Selanjutnya skor plak diperiksa dengan menggunakan indeks plak PHP-M.

Pada penelitian ini digunakan uji t tidak berpasangan. Pada uji statistik tersebut, diperoleh bahwa rata-rata skor indeks plak pada SMA Swasta Harapan 1 adalah 2,04, sedangkan pada SMA Negeri 1 Medan diperoleh rata-rata skor indeks plak 1,84. Berdasarkan


(3)

rata-rata skor indeks plak, kedua sekolah memiliki kategori status kebersihan mulut sedang. Pada penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jadwal kontrol rutin ke dokter gigi, dan jenis sikat gigi pada pengguna pesawat ortodonti cekat berpengaruh terhadap status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan skor indeks plak pada pengguna pesawat ortodonti cekat murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan. Daftar Rujukan: 49 (1997-2014)


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim skripsi

Medan, 19 Mei 2015

Pembimbing : Tanda Tangan

Mimi Marina Lubis, drg., Sp. Ort ………


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 19 Mei 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Mimi Marina Lubis, drg., Sp. Ort ANGGOTA : 1. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan berkat, anugerah, dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran, bantuan, serta doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati dan dengan tulus mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) selaku Ketua Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort selaku koordinator skripsi di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Mimi Marina Lubis, drg., Sp. Ort selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dengan sabar memberikan bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort selaku dosen penguji skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberi masukan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Erliera, drg., Sp.Ort selaku dosen penguji skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberi masukan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Isnandar, drg., Sp. BM selaku dosen pembimbing akademis.

8. Seluruh staf pengajar FKG USU, terutama staf dan pegawai di Departemen Ortodonsia FKG USU atas bantuan yang diberikan kepada penulis.


(7)

9. Kepala Sekolah dan murid SMA Swasta Harapan 1 Medan dan SMA Negeri 1 Medan atas izin dan waktu yang diberikan.

10. Keluarga tersayang, Ayah Moch. A. Chusen, Ibu Julaichah Pratiwi, Kakak Lutfi Rachmawati, Keluarga Gatot Pujo, dan seluruh keluarga besar atas doa, harapan, perhatian, dukungan moril dan materil, serta cinta dan kasih yang melimpah. 11. Augina, Elfiza, Yunishara, Febrina, Diah, Fajar, Hafizah, Monica, Roni, dan Yulindia yang telah membantu penelitian sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

12. Jessica, Andira, Amalia Ihsani, Octavina, Novita Zein dan teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia FKG USU yang telah membantu dan memberikan semangat.

13. Laidini, Vivi, Tania, Noni, sahabat-sahabat penulis dan seluruh teman-teman FKG USU angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima dengan terbuka berbagai kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan buah pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan masyarakat.

Medan, 19 Mei 2015 Penulis,

(Ulfa Fitria Anggraeni) NIM: 110600074


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Ortodonti ... 6

2.1.1 Pengertian Pesawat Ortodonti Cekat... 6

2.1.2 Piranti Pesawat Ortodonti Cekat ... 7

2.1.2.1 Braket ... 7

2.1.2.2 Band ... 8

2.1.2.3 Archwire ... 9

2.1.2.4 Elastik ... 9

2.1.2.5 O Ring ... 9

2.1.2.6 Power Chain ... 10

2.2 Plak Gigi ... 10

2.2.1 Pengertian Plak Gigi ... 10

2.2.2 Klasifikasi dan Komposisi Plak Gigi ... 11


(9)

2.3 Indeks Plak... 14

2.4 Hubungan Pesawat Ortodonti Cekat dan Pembentukan Plak ... 17

2.5 Remaja ... 17

2.7 Kerangka Teori ... 21

2.8 Kerangka Konsep ... 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

3.3.1 Populasi Penelitian ... 23

3.3.2 Sampel Penelitian ... 23

3.3.3 Besar Sampel ... 24

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 25

3.4.1 Variabel Penelitian ... 25

3.4.2 Definisi Operasional ... 25

3.5 Alat dan Bahan ... 27

3.5.1 Alat ... 27

3.5.2 Bahan ... 28

3.5 Cara Pengambilan Data ... 29

3.6 Pengolahan Data... 29

3.7 Analisis Data... 29

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 30

BAB 5 PEMBAHASAN... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

6.1 Kesimpulan ... 43

6.2 Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN


(10)

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Cara pemberian skor indeks plak Loe & Sillness ... 14 2. Cara pemberian skor untuk OHI dan OHIS ... 15 3. Kategori status kebersihan mulut berdasarkan indeks plak PHP-M ... 17 4. Distribusi pengguna pesawat ortodonti cekat pada

murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan ... 30 5. Rata – rata skor indeks plak dan kategori status kebersihan mulut

pengguna pesawat ortodonti cekat pada murid SMA Swasta

Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan ... 31 6. Hasil uji t tidak berpasangan ... 31 7. Kategori status kebersihan mulut berdasarkan indeks plak pada murid

SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan ... 32 8. Distribusi status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat

di SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan berdasarkan

tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua ... 33 9. Distribusi status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat

di SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan berdasarkan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pesawat ortodonti cekat ... 7 2. Plak gigi dengan pewarnaan disclosing solution ... 11 3. Permukaan gigi yang diperiksa ... 16 4. Alat penelitian: a. lembar pemeriksaan, b. sarung tangan, c. masker,

d. alat tulis, e. tiga serangkai (sonde, pinset, kaca mulut),

f. kapas, g. sikat gigi, h. tisu ... 27 5. Bahan penelitian: a. air mineral, b. disclosing solution, c. pasta gigi ... 28


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Data Skor Indeks Plak Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada Murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

2. Data Pendidikan, Pendapatan, dan Pekerjaan Orang Tua Murid Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 3. Data Kontrol Terakhir ke Dokter Gigi dan Jenis Sikat Gigi yang Digunakan

Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

4. Lembar Penjelasan kepada Subjek Penelitian 5. Lembar Informed Consent

6. Lembar Kuesioner 7. Lembar Pemeriksaan

8. Hasil Perhitungan Statistik Perbandingan Skor Indeks Plak Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada Murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA negeri 1 Medan 9. Personalia Penelit


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonsia Tahun 2015

Ulfa Fitria Anggraeni

Perbandingan Indeks Plak Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada Murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

x + 48 halaman

Perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat saat ini tidak hanya bertujuan untuk mengoreksi disharmoni pada gigi, namun juga dianggap sebagai sebuah fenomena yang banyak diminati. Fenomena menggunakan pesawat ortodonti cekat banyak terjadi pada masyarakat luas termasuk kalangan remaja. Keinginan menggunakan pesawat ortodonti cekat terkadang tidak diiringi dengan kesadaran menjaga status kebersihan mulutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan skor indeks plak pengguna pesawat ortodonti cekat pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan, serta melihat apakah ada perbedaan signifikan skor indeks plak di antara keduanya. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat hubungan status kebersihan mulut berdasarkan pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jadwal kontrol rutin ke dokter gigi dan jenis sikat gigi pada pengguna pesawat ortodonti cekat.

Penelitian dekriptif komparatif ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan plak gigi pada 60 murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan dengan masing-masing sekolah berjumlah 30 orang. Subjek diminta menggosok gigi dahulu kemudian seluruh permukaan gigi diolesi larutan disclosing solution. Selanjutnya skor plak diperiksa dengan menggunakan indeks plak PHP-M.

Pada penelitian ini digunakan uji t tidak berpasangan. Pada uji statistik tersebut, diperoleh bahwa rata-rata skor indeks plak pada SMA Swasta Harapan 1 adalah 2,04, sedangkan pada SMA Negeri 1 Medan diperoleh rata-rata skor indeks plak 1,84. Berdasarkan


(15)

rata-rata skor indeks plak, kedua sekolah memiliki kategori status kebersihan mulut sedang. Pada penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jadwal kontrol rutin ke dokter gigi, dan jenis sikat gigi pada pengguna pesawat ortodonti cekat berpengaruh terhadap status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan skor indeks plak pada pengguna pesawat ortodonti cekat murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan. Daftar Rujukan: 49 (1997-2014)


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pesawat ortodonti cekat adalah pesawat ortodonti yang dicekatkan langsung pada gigi dan hanya dapat dipasang maupun dilepas oleh ahli ortodonti. Perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat bertujuan untuk mendapatkan suatu estetik yang baik, keteraturan posisi gigi, oklusi yang bebas dari disharmoni oklusal, dan keharmonisan gigi geligi dengan jaringan periodontal dan TMJ. Perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat juga dapat mengatasi beberapa masalah yang tidak dapat diatasi oleh perawatan menggunakan pesawat ortodonti lepasan, seperti gigi yang menyimpang jauh, perawatan lengkung bawah, penutupan ruang, mengoreksi hubungan insisivus, dan mengontrol gerakan pada banyak gigi.1-3

Seiring dengan perkembanganya, pesawat ortodonti cekat tidak hanya mengoreksi disharmoni pada gigi, namun juga dianggap sebagai sebuah fenomena yang banyak diminati. Fenomena menggunakan pesawat ortodonti cekat banyak terjadi pada masyarakat luas termasuk kalangan remaja. Pada usia remaja mulai timbul kesadaran akan tubuhnya. Remaja secara psikologi memiliki keinginan untuk tampil terbaik, mencintai diri sendiri, dan keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar.4-6,8 Banyak diantara mereka yang secara klinis memiliki gigi yang normal namun meminta untuk dipasangkan pesawat ortodonti cekat. Beberapa alasan yang melatarbelakangi penggunaan alat ini adalah bentuknya yang unik dan menarik. Penggunaan pesawat ortodonti cekat memerlukan biaya yang relatif mahal sehingga paradigma sempit di masyarakat awam bahwa yang menggunakan pesawat ortodonti cekat adalah orang kaya. Oleh karena itu, pemakaian pesawat ortodonti cekat juga bertujuan agar dipandang sebagai orang kaya.7

Sementara itu, perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat dapat meningkatkan terjadinya akumulasi dan retensi plak. Hal ini disebabkan karena


(17)

komponen pesawat ortodonti cekat yang terdiri dari braket, band, archwire, elastik, o ring dan power chain memiliki desain yang rumit sehingga menyulitkan dalam pembersihan gigi dan cenderung terjadi penumpukan plak pada gigi di sekitar braket dan sepertiga mahkota gigi pada tepi gingiva. Biomaterial yang digunakan dapat memberikan permukaan tambahan bagi banyak mikroorganisme seperti Streptococcus mutans, Lactobacilli, Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Prevotella nigrescens, Tannerella forsythia, dan species Fusobacterium. Mikroorganisme tersebut menempel pada biofilm dan meningkatkan terjadinya akumulasi dan retensi plak bakteri yang selanjutnya dapat menyebabkan terbentuknya white spot. Penelitian Basdra, dkk., menyatakan bahwa hampir 50% pasien pengguna pesawat ortodonti cekat secara klinis dijumpai white spot selama perawatan. White spot ini disebabkan karena larutnya permukaan enamel akibat proses demineralisasi oleh bakteri yang menghasilkan asam. Demineralisasi tersebut merupakan proses awal terjadinya karies. Proses bakterial pada karies secara progresif dapat menyebabkan kerusakan pada struktur jaringan keras gigi. Adanya akumulasi plak juga dapat menyebabkan terjadinya gingivitis hingga periodontitis.9-11

Plak merupakan lapisan semitransparan yang mengandung polisakarida yang melekat erat pada permukaan gigi. Plak terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Banyak indeks yang dapat digunakan untuk mengukur indeks plak, diantaranya adalah indeks plak oleh Loe and Silness, indeks plak oleh O’Leary, indeks Plaque Formation Rate (PFRI), Indeks Oral Hygiene dan Indeks Oral Higiene Simplified (OHI dan OHIS), Indeks Oral Rating (ORI), indeks Patient Hygiene Performance (PHP) oleh Podshadley and Haley, dan Personal Hygiene Performance-Modified (PHP-M) oleh Martin dan Meskin.12-14

Indeks plak Loe and Silness tahun 1964 diindikasikan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat dengan margin gingival. Indeks plak O’Leary cukup ideal untuk memonitor kebersihan mulut. Indeks plak ini menggunakan gambar atau grafik yang dapat menunjukan lokasi plak


(18)

sehingga memungkinkan dokter gigi dan pasien untuk melihat kemajuan setelah pasien melakukan kontrol plak.14

Indeks Plaque Formation Rate (PFRI) digunakan untuk mengukur pembentukan plak selama satu hari, yaitu penumpukan plak yang terjadi pada gigi selama 24 jam setelah dilakukan pembersihan gigi oleh dokter gigi. Indeks Oral Hygiene dan Indeks Oral Hygiene Simplified (OHI dan OHIS) digunakan untuk menentukan status kebersihan mulut pada penelitian epidemiologis. Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan skor debris dan skor kalkulus yang dijumlahkan. Pemeriksaan dilakukan pada enam gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Indeks Oral Rating (ORI) dikembangkan oleh Dr. Makoto Kawamura untuk melakukan pemeriksaan kebersihan rongga mulut dengan menggunakan komputer dan perangkat lunak agar memudahkan pasien melakukan evaluasi kebersihan rongga mulutnya.14

Indeks kebersihan mulut PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified) dari Martin dan Meskin tahun 1972 merupakan indeks yang telah dimodifikasi dari Personal Hygiene Index (PHP) dari Podshadley dan Haley tahun 1968. Indeks PHP untuk menilai debris, sedangkan indeks PHP-M digunakan untuk mengukur plak yang dibuat khusus bagi pemakai pesawat ortodonti cekat. Gigi yang dilakukan pemeriksaan pada metode PHP-M ini adalah gigi insisivus sentralis kanan atas, kaninus kiri atas, premolar dua kiri atas, insisivus sentralis kiri bawah, kaninus kanan bawah, premolar dua kanan bawah. 1, 13-14

Penelitian Hagg, dkk., tahun 2004 di China tentang pengaruh piranti pesawat ortodonti cekat terhadap kandida dan enterobakterium pada kelompok usia 15,5 - 18 tahun menunjukan bahwa terjadi kenaikan skor plak sebelum pemakaian pesawat ortodonti cekat dan setelah penggunaan pesawat ortodonti cekat yaitu skor 1 menjadi skor 1,25. Hal serupa juga ditunjukan penelitian yang dilakukan oleh Kenan, dkk., tahun 2011 tentang pengaruh perawatan pesawat ortodonti cekat terhadap status kesehatan rongga mulut yang menunjukkan terjadi peningkatan indeks plak saat bulan pertama penggunaan pesawat ortodonti cekat dan saat terakhir pemakaian pesawat ortodonti cekat, yaitu 1,02 menjadi 1,42.12-16


(19)

Pada saat ini pesawat ortodonti cekat banyak digunakan oleh berbagai kalangan termasuk pada murid SMA. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan melihat perbandingan indeks plak antara murid SMA swasta dan SMA negeri. Adapun sampel yang akan digunakan adalah murid yang sedang menjalani perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat di SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan. Indeks yang akan digunakan untuk mengukur plak pada penelitian ini adalah Indeks PHP-M.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, timbul permasalahan yang akan diteliti yaitu bagaimana perbandingan indeks plak pengguna pesawat ortodonti cekat antara murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan indeks plak pengguna ortodonti cekat antara murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui skor indeks plak dan kategori status kebersihan mulut pada murid SMA Swasta Harapan 1 Medan.

2. Mengetahui skor indeks plak dan kategori status kebersihan mulut pada murid SMA Negeri 1 Medan.

3. Mengetahui perbandingan skor indeks plak antara murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan.

4. Mengetahui hubungan status kebersihan mulut berdasarkan pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jadwal kontrol rutin, dan sikat gigi yang digunakan oleh pengguna pesawat ortodonti cekat.


(20)

1.4 Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan skor indeks plak skor indeks plak antara murid SMA Swasta Harapan 1 dan murid SMA Negeri 1 Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data bagi penelitian selanjutnya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi kepada ahli ortodonti untuk perencanaan program edukasi dan instruksi kesehatan gigi dan mulut.

4. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi murid dan pihak sekolah mengenai perawatan dengan pesawat ortodonti cekat dan kaitannya dengan status kebersihan mulut.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan Ortodonti

Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi estetika dan fungsi gigi menjadi optimal. Perawatan ortodonti tidak hanya memperbaiki susunan gigi-geligi, tetapi dalam kasus-kasus tertentu mempunyai dampak yang besar terhadap penampilan wajah seseorang. Susunan gigi-geligi yang baik juga dapat menyebabkan standar kebersihan mulut menjadi lebih baik dan mencegah terjadinya gangguan pada TMJ.3 Terdapat dua perawatan ortodonti yaitu pemakaian pesawat ortodonti lepasan dan pemakaian pesawat ortodonti cekat.

2.1.1 Pengertian Pesawat Ortodonti Cekat

Pesawat ortodonti cekat adalah salah satu alat kedokteran gigi untuk perawatan gigi yang tidak beraturan dan hanya bisa dilepas pasang oleh ahli ortodonti (Gambar 1).7,17 Pesawat ortodonti cekat dapat digunakan untuk menangani kasus-kasus tertentu yang tidak dapat ditangani menggunakan pesawat ortodonti lepasan. Kasus-kasus tersebut seperti kasus dengan gigi yang menyimpang jauh, perawatan lengkung bawah, penutupan ruang, perbaikan hubungan insisivus, dan memberikan gerakan pada banyak gigi. Pesawat ortodonti cekat juga memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pesawat ortodonti lepasan yaitu tidak mudah terjadi pengungkitan karena retensi dicekatkan langsung pada gigi, kurang membutuhkan ketrampilan dari pihak pasien dalam mengendalikan pesawat, dan memungkinkan dilakukan gerakan pada beberapa gigi secara bersamaan. Namun, pesawat ortodonti cekat memiliki kekurangan, yaitu pesawat dicekatkan langsung pada gigi dan desainnya yang rumit memudahkan terjadinya penumpukan sisa makanan.2,3


(22)

Gambar 1. Pesawat Ortodonti Cekat.7

2.1.2 Piranti Pesawat Ortodonti Cekat

Piranti pesawat ortodonti cekat terdiri dari braket, band, archwire, elastik, o ring dan power chain.2

2.1.2.1 Braket

Braket merupakan piranti pesawat ortodonti cekat yang melekat dan terpasang mati pada gigi, dimana braket berfungsi untuk menghasilkan tekanan yang terkontrol pada gigi-gigi. Braket memberikan titik perlekatan pada mahkota gigi, sehingga archwire dan asesorinya dapat memberi pengaruh terhadap posisi gigi. Braket harus ditempel dengan kuat pada gigi, baik dengan perlekatan langsung atau dengan bantuan band baja antikarat yang dilas ke braket.25

Terdapat tiga tipe braket pada pesawat ortodonti cekat, antara lain braket logam, braket transparan (braket keramik), dan braket lingual. Saat pertama kali menggunakan braket dapat menyebabkan munculnya beberapa ulser di dalam rongga mulut, ulser ini akan berkurang setelah tiga sampai empat hari. Ulser ini terjadi akibat gesekan braket yang terus-menerus mengenai mukosa mulut.25


(23)

Berikut pembahasan mengenai tipe braket pada pesawat ortodonti cekat.25 a. Braket Logam

Braket logam dibuat dari baja antikarat dengan mengecor dan memakai mesin agar didapat hasil yang tepat.

b. Braket Transparan (Braket Keramik)

Braket transparan terbuat dari kristal besar tunggal dengan mesin maupun dari bubuk polikristalin dengan proses “injection moulding”. Braket ini tahan terhadap distorsi maupun perubahan warna, tetapi mempunyai sejumlah kekurangan jika dibandingkan dengan braket logam, seperti rapuh, mudah patah, dan lebih mahal.

c. Braket Lingual

Braket lingual adalah braket yang direkatkan ke permukaan lingual gigi. Bentangan antar braket menjadi berkurang dibandingkan dengan braket logam dan braket keramik. Diperlukan desain khusus untuk penggunaan braket lingual ini, dalam mekanismenya sebisa mungkin harus menghindari terjadinya iritasi pada lidah dan jaringan di sekitarnya. Kesulitan dalam pengaturan posisi braket yang akurat membuat teknik perekatan tidak langsung sangat diperlukan sehingga demikian dukungan laboratorium sangat vital. Braket lingual memiliki beberapa kekurangan yaitu hasilnya kurang baik, diperlukan waktu kontrol yang lama, jumlah waktu perawatan secara kronologis lebih lama, pasien lebih tidak nyaman, dan braket lingual cenderung mudah lepas.

2.1.2.2 Band

Band merupakan piranti pesawat ortodonti cekat yang terbuat dari baja antikarat tanpa sambungan. Band dapat direnggangkan pada gigi sehingga dapat cekat dengan sendirinya. Band tidak boleh meluas ke permukaan oklusal gigi dan juga tidak boleh beroklusi dengan gigi antagonisnya karena band akan menjadi longgar akibat gaya oklusal.2,25


(24)

2.1.2.3 Archwire

Archwire merupakan piranti pesawat ortodonti cekat dimana sifat archwire tergantung pada diameter kawat, komposisi kawat, panjang dan bentuk bentangan antar braket, lebar braket, serta gesekan antar kawat dan alur braket. Archwire selalu mengalami perubahan selama masa perawatan. Setiap perubahan archwire akan menuntun gerakan gigi sampai mendapatkan posisi gigi yang ideal.

2.1.2.4 Elastik

Elastik adalah piranti pesawat ortodonti cekat yang dibuat dalam beberapa bentuk yang sesuai untuk penggunaan ortodonti. Cincin lateks elastik tersedia dalam berbagai ukuran dan ketebalan. Lateks elastik ini memiliki kelebihan yaitu dapat diganti oleh pasien setiap hari sehingga dapat mempertahankan gaya konstan yang layak. Elastik harus dipakai terus-menerus, kecuali jika dipakai saat pembersihan gigi.25

Benang elastik berfungsi untuk menutup ruang dan selama tahap awal yang berkaitan dengan gigi yang menyimpang parah, sebelum dapat dikaitkan langsung ke dalam archwirenya. Benang dapat putus dan tidak dapat diganti oleh pasien.25

Rantai elastik berguna untuk mengaitkan sejumlah gigi ke archwire dan mempertahankan ke dalam kontak. Sering terjadi resiko dalam mengaplikasikan gaya yang berlebihan dan idealnya dipakai suatu pengukur ketegangan untuk memastikan bahwa besar gaya yang diaplikasikan telah sesuai.25

2.1.2.5 O Ring

O ring adalah pengikat elastik yang digunakan untuk merekatkan archwire ke braket, biasanya berwarna abu-abu atau bening, tetapi banyak juga jenis warna lain yang membuat braket menjadi menarik. O Ring elastik sebaiknya diganti setiap waktu kontrol untuk mempertahankan perlekatan yang baik antara archwire dan braket.25


(25)

2.1.2.6 Power Chain

Terbuat dari bahan elastik yang sama dengan o ring elastik. Power chain berupa ikatan mata rantai. Power chain ditempatkan pada gigi, bentuknya seperti pita yang tersambung dari satu gigi ke gigi yang lain. Power chain berfungsi untuk menutup celah antar gigi. Power chain memberi kekuatan yang lebih dan menggerakkan gigi lebih cepat. Terkadang power chain tetap aktif meskipun celah telah tertutup, hal ini berfungsi untuk memastikan tidak terjadi relaps.25

2.2 Plak Gigi

Penggunaan pesawat ortodonti cekat memiliki komponen dan desain yang berdampak terhadap kebersihan rongga mulut. Salah satu dampak penggunaan pesawat ortodonti cekat adalah mempermudah pembentukan plak gigi.

2.2.1 Pengertian Plak Gigi

Plak adalah lapisan semitransparan yang mengandung polisakarida yang melekat erat pada permukaan gigi. Plak adalah deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Plak dapat berupa mukus yaitu lapisan bening tipis yang dipenuhi oleh bakteri atau mikroorganisme yang ada di rongga mulut. Mukus itu sendiri merupakan kumpulan mucin, yaitu zat yang terkandung di saliva dan merupakan sarana atau alat bagi bakteri untuk menempel pada gigi. Oleh karena warnanya yang bening plak hanya dapat dilihat dengan cara pewarnaan, yaitu menggunakan disclosing solution (Gambar 2).13,17,18,26


(26)

Gambar 2. Plak gigi dengan pewarnaan disclosing solution.26

2.2.2 Klasifikasi dan Komposisi Plak Gigi

Plak gigi diklasifikasikan menjadi dua katagori, yaitu plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak supragingiva ditemukan di atas margin gingiva atau berkontak langsung dengan margin gingiva. Plak supragingiva umumnya ditemukan di sepertiga gingival mahkota gigi, area inter-proximal, dan area pit fisura. Plak subgingiva ditemukan di bawah margin gingiva, terletak antara jaringan gigi dan jaringan surkular gingiva.19

Plak gigi terdiri dari bakteri, Mycoplasma sp, ragi, protozoa, dan virus. Menurut para ahli, plak terdiri dari 70% bakteria dan 30% bahan matriks antar sel. Tiap satu gram plak terdapat 2x1011 bakteri yang terdiri dari 325 spesies bakteri, Myciplasma sp, ragi, protozoa, dan virus.13 Berdasarkan International Journal of Medical Dentistry tahun 2013, pada 1 mm3 plak gigi dengan berat sekitar 1 mg terkandung lebih dari 108 bakteri. Meskipun sedikitnya terdapat 300 spesies bakteri telah diisolasi dan diidentifikasi karakteristiknya, namun tetap saja tidak memungkinkan untuk mengidentifikasi semua spesies yang ada.19


(27)

2.2.3 Pembentukan Plak Gigi

Pola pengembangan plak mencakup tiga fase:19 1. Perlekatan bakteri pada permukaan padat gigi 2. Pembentukan mikro koloni pada permukaan gigi 3. Pematangan plak subgingiva

Pembentukan plak diawali dengan fase pembentukan pelikel, yaitu selapis tipis bakteri yang terbentuk dalam beberapa menit di permukaan gigi yang bersih. Selanjutnya dalam beberapa jam terjadi perlekatan dimana bakteri melekat pada pelikel dan lapisan lendir terbentuk di sekitar perlekatan bakteri tersebut. Selanjutnya terbentuk plak supragingiva muda yang terdiri dari bakteri berbentuk batang dan kokus gram positif, serta beberapa bakteri berbentuk batang dan kokus gram negatif. Pada plak supragingiva tua terdapat peningkatan presentasi bakteri anaerob gram negatif. Plak supra gingival dapat berkembang menjadi pembentukan plak subgingiva yang kebanyakan terdapat bakteri gram positif dan beberapa bakteri gram negatif berbentuk batang dan kokus.19

Bakteri melekat pada gigi dibantu oleh mukus. Lapisan mukus ini bening dan sangat tipis, sehingga terkadang tidak disadari bahwa mukus telah dipenuhi oleh bakteri dan telah menjelma menjadi plak gigi. Adanya plak pada gigi mempermudah melekatnya sisa makanan. Sisa makanan yang menempel pada plak gigi adalah energi bagi bakteri di mulut untuk menciptakan lubang gigi.17 Terdapat berbagai tipe bakteri yang hidup di dalam rongga mulut, beberapa diantaranya mempunyai kemampuan membentuk koloni pada permukaan gigi dan membentuk plak secara berkesinambungan. Plak yang tipis dapat berada pada daerah pit dan fisura gigi, permukaan licin mahkota gigi, daerah permukaan interproksimal, pada permukaan restorasi gigi, serta pada mahkota tiruan. 12, 14-15

Pembentukan plak sangat dipengaruhi oleh bakteri. Streptokokus merupakan spesies bakteri pertama yang melekat pada gigi dan memulai terbentuknya plak. Beberapa spesies lain secara progresif juga menginfiltrasi plak dan beberapa hari setelah terjadinya pertumbuhan bakteri akan terlihat bahwa yang lebih dominan adalah basil negatif. Mikroorganisme yang paling bersifat kariogenik adalah


(28)

golongan Streptokokus, seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinus, dan Lactobacillus. Organisme-organisme tersebut tidak hanya memproduksi asam organik secara cepat dari refined carbohydrates yang dikenal sebagai asidogenik, mereka juga mempunyai kemampuan menghasilkan suasana asam tinggi yang disebut sebagai “asidurik”. Streptococcus sobrinus merupakan produsen asam paling cepat. Lactobacillus adalah mikroorganisme yang secara khusus dikenal sebagai penyumbang suasana asam dan merupakan salah satu organisme penyebab karies dentin. Polisakarida yang dihasilkan oleh Streptococcus mutans dan bakteri lainnya merupakan penyumbang perlekatan pada gigi melalui pelikel dan akan menyebabkan metabolisme karbohidrat oleh bakteri pada saat sumber diet telah mencapai kejenuhan.13,20-22

Metabolisme bakteri dari refined carbohydrate dengan tingkat yang tinggi pada plak di permukaan gigi dapat menyebabkan penurunan pH sebanyak 2 - 4 poin. Derajat penurunan pH tergantung pada ketebalan plak, jumlah dan gabungan bakteria yang terdapat pada plak, serta efisiensi kemampuan buffer saliva. Pemulihan pH pada kondisi normal berlangsung dalam waktu 20 menit dan pada beberapa pasien dapat berlangsung hingga beberapa jam. Semakin lama pemulihan pH menuju kodisi normal, semakin besar kemungkinan terjadi karies gigi. Aliran saliva yang sangat tinggi dapat mengembalikan pH sampai sisa makanan benar-benar telah hilang dalam rongga mulut.13

Pembentukan plak gigi tidak dapat dicegah karena akan selalu ada dan terbentuk lagi. Hal yang perlu dilakukan adalah mengontrol agar jumlah plak tidak terlalu banyak. Menyikat gigi merupakan salah satu proses meminimalkan keberadaan plak untuk sementara sehingga tidak banyak sisa makanan yang dapat menempel di gigi.12 Cara lainnya yaitu dengan menggunakan benang gigi, penggunaan bahan kimia Klorheksidin dan memantau keberadaan plak dengan menggunakan disclosing solution atau cairan pewarna plak gigi.23


(29)

2.3 Indeks Plak

Banyak indeks yang dapat digunakan untuk mengukur indeks plak, diantaranya adalah indeks plak oleh Loe and Silness, indeks plak oleh O’Leary, indeks Plaque Formation Rate (PFRI), indeks Oral Hygiene dan indeks Oral Higiene Simplified (OHI dan OHIS), indeks Oral Rating (ORI), indeks Patient Hygiene Performance (PHP) oleh Podshadley and Haley, dan Personal Hygiene Performance-Modified (PHP-M) oleh Martin dan Meskin.14

Indeks plak oleh Loe and Silness tahun 1964 diindikasikan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat dengan margin gingival. Indeks plak Loe and Silness dapat dilakukan dengan menggunakan larutan pewarna yang dioleskan ke seluruh permukaan gigi dan kemudian diperiksa pada empat permukaan gigi, yaitu permukaan mesial, distal, lingual, dan fasial. Selanjutnya skor dihitung, bila skor berkisar 0 - 1 dikategorikan baik, 1,1 - 1,2 sedang, dan 2,1 - 3 buruk.14

Tabel 1. Kriteria penilaian indeks plak Loe and Silness.14

KODE KRITERIA

0 Tidak ada plak pada gingiva

1 Dijumpai lapisan tipis plak yang melekat pada margin gingival di daerah yang berbatasan dengan gigi tetangga.

2 Dijumpai tumpukan sedang deposit lunak pada saku gingival dan pada margin gingival dan atau pada permukaan gigi tetangga yang dapat dilihat langsung.

3 Terdapat deposit lunak yang banyak pada saku gusi dan atau pada margin dan permukaan gigi tetangga.

Indeks Oral Hygiene dan indeks Oral Hygiene Simplified (OHI dan OHIS) merupakan indeks yang banyak digunakan untuk menentukan status kebersihan mulut pada penelitian epidemiologis. Pemeriksaan dilakukan pada enam gigi yaitu gigi 16,


(30)

11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang diperiksa permukaan bukalnya, sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan skor debris dan skor kalkulus. Skor 0 - 1,2 dikategorikan baik, 1,3 - 3,0 kategori sedang dan 3,1 - 6 kategori buruk.14

Tabel 2. Cara pemberian skor untuk OHI dan OHIS.14 1. Skor Debris

KODE KRITERIA

0 Tidak ada debris atau stein

1 Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stein ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut.

2 Debris lunak menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi 3 Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

2. Skor Kalkulus

KODE KRITERIA

0 Tidak ada kalkulus

1 Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi yang terkena

2 Kalkulus supra gingival menutupi lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena. Adanya kalkulus subgingiva berupa flek di sekeliling gigi.

3 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena. Adanya kalkulus subgingiva berupa pita yang tidak terputus di sekeliling leher gigi.

Indeks Patient Hygiene Performance (PHP) yang dikeluarkan oleh Podshadley AG dan Haley JV pada tahun 1968 mengukur skor indeks plak dari kedua permukaan gigi yaitu bukal dan lingual/palatal sedangkan Personal Hygiene


(31)

Performance-Modified (PHP-M) adalah indeks plak yang diindikasikan untuk pengguna pesawat ortodonti cekat.1

Indeks Personal Hygiene Performance-Modified (PHP-M) dari Martin dan Meskin tahun 1972, merupakan indeks yang telah dimodifikasi dari Personal Hygiene Index (PHP) dari Podshadley dan Haley tahun 1968. Indeks PHP-M digunakan untuk mengukur plak pada pengguna pesawat ortodonti cekat. Pemeriksaan plak menggunakan indeks PHP-M dibantu dengan mengoleskan disclosing solution. Gigi yang dilakukan pemeriksaan pada metode PHP-M ini adalah gigi insisivus sentralis kanan atas, kaninus kiri atas, premolar dua kiri atas, insisivus sentralis kiri bawah, kaninus kanan bawah, premolar dua kanan bawah.1, 13-14 Pada bagian yang terdapat plak diberi skor 1, daerah yang tidak ada plak diberi skor 0. Daerah yang terdapat braket tidak dihitung. Selanjutnya skor indeks plak dihitung dengan cara jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah seluruh permukaan gigi yang diperiksa.1


(32)

Tabel 3. Kategori status kebersihan mulut berdasarkan indeks plak.4

KODE KRITERIA

0 Sangat Baik

0,1-1,7 Baik

1,8-3,4 Sedang

3,5-5,0 Buruk

2.4 Hubungan Pesawat Ortodonti Cekat dan Pembentukan Plak

Pesawat ortodonti cekat adalah perawatan yang digunakan untuk mengembalikan posisi gigi agar berfungsi secara optimal dan mencapai fungsi estetika. Perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga tiap pasien yang menjalani perawatan harus memberikan perhatian yang lebih terhadap kebersihan mulut. Pesawat ortodonti cekat mengakibatkan akumulasi plak yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah mikroba menjadi meningkat dan perubahan komposisi dari mikrobial. Hal ini disebabkan karena pesawat ortodonti cekat memiliki desain yang rumit sehingga menyulitkan dalam pembersihan gigi.1

Plak yang menumpuk menyebabkan terjadinya karies gigi dan gingivitis yang selanjutnya dapat menyebabkan terjadi kerusakan pada jaringan periodontal. Penggunaan pesawat ortodonti cekat juga meningkatkan terjadinya traumatik ulser yang diakibatkan oleh komponen pesawat ortodonti cekat. Iritasi oral dan ulser biasanya terjadi di sekitar braket, clasp, dan band. Traumatik ulser tersebut menyebabkan pengguna pesawat ortodonti cekat menjadi malas untuk membersihkan gigi dan mulut karena sakit yang ditimbulkannya. Apabila dibiarkan dapat menyebabkan peningkatan jumlah plak.1

Sikap pengguna pesawat ortodonti cekat terutama pada usia remaja juga berpengaruh. Psikologi anak remaja yang ingin terlihat menarik dengan menggunakan pesawat ortodonti cekat tidak didukung dengan kesadaran untuk menjaga kebersihan mulut. Hal ini disebabkan karena remaja kurang mempunyai


(33)

kesadaran untuk menjaga kebersihan mulut dan kurang mengetahui akibat yang dapat ditimbulkan oleh plak yang menumpuk. Metode untuk menjaga kebersihan rongga mulut yang tepat seharusnya diajarkan dan ditekankan kepada pasien saat pemasangan pesawat ortodonti cekat. Instruksi dalam menjaga kebersihan rongga mulut juga harus diberikan selama perawatan pada saat kunjungan berkala.5

Selama perawatan pasien juga dianjurkan untuk memeriksakan kondisi periodontal agar penyakit periodontal dapat terdeteksi sedini mungkin. Selama perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat perlu dilakukan tindakan pencegahan penumpukan plak sehingga didapatkan kebersihan rongga mulut yang baik. Beberapa tindakan pencegahan penumpukan plak dapat dilakukan, seperti menyikat gigi secara teratur, berkumur, dan kontrol berkala ke dokter gigi. Kontrol berkala saat perawatan ortodonti mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit periodonsium. Kebersihan rongga mulut ini menjadi tanggung jawab pasien, orang tua, dan dokter gigi. Dokter gigi harus memotivasi dan memberikan instruksi untuk menjaga kebersihan mulut. Data terbaru menyatakan bahwa individu yang mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjaga kebersihan rongga mulut mempunyai dampak yang lebih baik terhadap penyakit periodontal.24

2.5 Remaja

Dalam dunia psikologi pertumbuhan masa remaja banyak menarik perhatian para ahli. Bahkan para ahli di bidang lain juga tertarik untuk meneliti tentang masa remaja, misalnya, bidang antropologi, kedokteran, dan kedokteran gigi. Masa remaja telah dipelajari sejak jaman dahulu oleh para ahli. Beberapa diantaranya adalah Aristoteles yang menggambarkan perkembangan pubertas berdasarkan perubahan jasmaniah, Rousseau mengemukakan bahwa masa pubertas adalah masa perkembangan yang penting, dan Herbart pada awal abad ke 19 mengatakan bahwa umur 10 - 17 tahun dianggap sebagai masa yang penting dalam pendidikan disiplin, dan perkembangan individu bukan saja rekapitulasi pilogenis tetapi juga rekapitulasi kultural. Teori lama menyebutkan bahwa masa remaja dianggap sebagai Sturn und Drunk, strorm and stress, yaitu semacam badai topan. Para psikologi modern


(34)

menyelidiki masa remaja dalam relasi antara umur dengan berbagai tingkah laku karakteristik, seperti perkembangan emosi, kepribadian, dan intelektual.6

Secara umum masa remaja atau adolesen adalah salah satu fase perkembangan hidup manusia ketika seorang individu yang belum dewasa dalam umur belasan tahun mencapai kulminasi pertumbuhan jasmani dan mental. Masa remaja juga dikatakan sebagai masa perkembangan yang merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar umur 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada umur 18 hingga 21 tahun.5-6

Secara biologis dan kimiawi, pada masa remaja mulai tumbuh fungsi dari alat kelamin, yaitu mulai mengeluarkan kelenjar-kelenjar kelamin (hormon genitalia) yang mereproduksikan jenisnya. Pada masa remaja mulai tumbuh pubes, yaitu rambut-rambut tanda kedewasaan, misalnya kumis dan rambut genetalia. Oleh karena itu, masa itu disebut pubertas. Perubahan hormonal yang terjadi pada masa remaja bertanggung jawab atas sebagian naik turunnya emosi remaja.5-6

Secara psikologi, oleh karena pertumbuhan dan perkembangan mental serta pengaruh hormon genetalia terhadap jasmani dan rohani, maka tingkah laku remaja bukan lagi sebagai anak-anak, akan tetapi sudah mengarah kepada tingkah laku orang dewasa. Secara sosiokultural, anak remaja mulai mengenal, menemukan dan dikenalkan kepada norma-norma atau nilai hidup orang dewasa serta belajar dan diajar untuk melaksanakannya. Anak remaja mencari dan diberi posisi atau status sosial dalam masyarakat. Perkembangan masa remaja tidaklah sama karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti etnis, budaya, sejarah, gender, sosial-ekonomi, dan gaya hidup yang bervariasi.5-6

Berikut adalah karakteristik remaja antara lain:5-6,8

1. Selama masa remaja terjadi perubahan yang cepat pada tubuh dan suatu gambaran ideal (ideomatis) mengenai bentuk tubuh yang dicita-citakan serta gerakan-gerakan motoris habitual (pola tingkah laku, gaya, dan lagak). Anak remaja mengalami perasaan cinta yang lebih terhadap dirinya sendiri, seperti memuja akan ketampanan dan kecantikan diri sendiri.


(35)

2. Anak remaja membutuhkan, menemukan, dan mencari status sosialnya. Anak remaja sudah mempunyai idaman status sosial dalam masyarakatnya. Erikson tahun 1968 menyatakan gagasan tentang pembentukan identitas selama masa remaja. Remaja dinilai sebagai individu yang sedang mencari siapa diri mereka dan mencari tempat di dunia ini.

3. Adanya relasi dan interaksi dalam kelompok sehingga muncul perhatian terhadap lawan jenis. Oleh karena itu ada keinginan untuk menarik lawan jenis yang ia suka, salah satunya dengan memerhatikan penampilan. Pada masa ini juga timbul kesadaran akan penilaian terhadap dirinya.

4. Sosialitas anak remaja mulai berkembang ke arah sikap sosial yang sebenarnya. Namun, pada usia tersebut mereka mengalami kebingungan mengenai hal yang akan mereka anut. Kelompok sebaya memegang peran penting dalam hal ini.


(36)

2.7 KERANGKA TEORI

Skor Indeks Plak

Patient Hygiene Performance (PHP) index modifikasi

- Pengertian Plak Gigi

- Klasifikasi dan Komposisi Plak Gigi - Pembentukan Plak Gigi

Plak Gigi

- Psikologi Remaja - Karakteristik

Remaja Remaja

- Braket

a. Braket logam b. Braket transparan c. Braket Lingual - Band

- Archwire - Elastik - O Ring - Power Chain

Komponen Pengertian

Pesawat Ortodonti Cekat

Hubungan Pesawat Ortodonti Cekat dan Pembentukan Plak


(37)

2.8 KERANGKA KONSEP

- Pendidikan Orang tua - Pendapatan Orang tua - Kontrol rutin ke dokter gigi - Jenis sikat gigi

Indeks Plak Pesawat Ortodonti Cekat


(38)

BAB 3

METODE PENELITIAN

5.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif komparatif yaitu membandingkan variabel yang sama untuk sampel yang berbeda. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran indeks plak pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan. Selanjutnya membandingkan skor indeks plak pada kedua sampel tersebut.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Aula SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 - Mei 2015.

3.3 Populasi dan Sampel penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan yang sedang menggunakan pesawat ortodonti cekat.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan yang sedang menggunakan pesawat ortodonti cekat dan memenuhi criteria inklusi. Jumlah sampel didapat berdasarkan perhitungan besar sampel.


(39)

Kriteria inklusi untuk penelitian ini terdiri dari: 1. Murid SMA Swasta Harapan 1 Medan. 2. Murid SMA Negeri 1 Medan.

3. Telah menggunakan pesawat ortodonti cekat minimal satu bulan. 4. Menggunakan pesawat ortodonti cekat rahang atas dan rahang bawah. 5. Bersedia menjadi subjek penelitian yang dibuktikan dengan kesediaan untuk mengisi surat persetujuan sebagai subjek penelitian dan kooperatif dalam pengambilan data.

Kriteria Ekslusi untuk penelitian ini terdiri dari:

1. Subjek penelitian memakai pesawat ortodonti cekat kurang dari satu bulan. 2. Tidak hadir saat penelitian dilakukan.

3.3.2 Besar Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling. Adapun besar sampel ditentukan dengan rumus:

Keterangan:

n : besar sampel minimum

Z : derajat kepercayaan, untuk  = 0,1

P : proporsi penelitian sebelumnya, yaitu 89,47% d : presisi mutlak, dipilih sebesar 10%

Pada penelitian ini tingkat kepercayaan ditetapkan 90%, α = 10% = 0,1

Zα = 1,64 d = 0,1


(40)

P = 0,8947 � = �α 2.. P. 1 − P2

= (1,64)2 . 0,8947 . 0,1053 0,012

= 25,339 = 26

Dengan demikian, besar sampel minimal yang diperlukan masing-masing kelompok adalah 26 orang. Pada penelitian ini total besar sampel yang digunakan adalah 60 orang dengan masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang.

3.4 Definisi Operasional

a. Indeks plak adalah indeks yang digunakan untuk menghitung skor plak gigi. Indeks yang digunakan pada penelitian ini adalah indeks M. Indeks PHP-M adalah indeks yang digunakan khusus pada pengguna pesawat ortodonti cekat. Pemeriksaan dilakukan pada enam gigi, yaitu gigi insisivus sentralis kanan atas, kaninus kiri atas, premolar dua kiri atas, insisivus sentralis kiri bawah, kaninus kanan bawah, premolar dua kanan bawah. Pemeriksaan dilakukan pada permukaan mahkota gigi bagian fasial atau lingual dengan membagi tiap permukaan mahkota gigi menjadi sembilan subdivisi (Gambar 3). Adapun subdivisinya yaitu sepertiga gingiva pada bagian mesial, sepertiga tengah gingiva, sepertiga gingiva pada bagian distal, sepertiga tengah pada bagian mesial, sepertiga tengah pada bagian distal, sepertiga insisal atau oklusal pada bagian mesial, sepertiga tengah insisal atau oklusal, sepertiga insisal atau oklusal pada bagian distal, dan bagian tengah.4

Pada bagian yang terdapat plak diberi skor 1, sedangkan daerah yang tidak terdapat plak diberi skor 0. Daerah yang terdapat braket tidak dihitung. Selanjutnya skor indeks plak dihitung dan dikategorikan status kebersihan mulutnya. Adapun cara menentukan indeks plak PHP-M, yaitu dengan rumus:2

IP: Jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa Jumlah seluruh permukaan gigi yang diperiksa


(41)

Kategori indeks PHP-M berdasarkan jumlah rata-rata plak yang nampak pada permukaan gigi digunakan untuk menentukan status kebersihan mulut. Kategori indeks PHP-M yaitu sangat baik, baik, sedang, dan buruk (tabel 1). Kategori sangat baik apabila di dapatkan skor 0, baik 0,1 – 1,7, sedang 1,8 – 3,4, dan buruk 3,5 – 5,0.

b. Pesawat ortodonti cekat adalah alat kedokteran gigi yang dicekatkan langsung pada gigi untuk perawatan gigi tidak beraturan dan hanya dapat dilepas pasang oleh ahli ortodonti.

c. Pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir orang tua yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

 Tidak sekolah / SD

 SMP / SMA / D1 / D2 / D3  S1 / S2 / S3

d. Pendapatan orang tua adalah penghasilan orang tua setiap bulan yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

 > Rp 5.000.000,00

 Rp 2.000.000,00 – Rp 5.000.000  < Rp 2.000.000,00

e. Kontrol rutin ke dokter gigi adalah kontrol terjadwal pada pengguna pesawat ortodonti cekat yang tebagi menjadi empat kelompok, yaitu:

 Bulan saat penelitian  1 bulan sebelum penelitian  3 – 6 bulan sebelum penelitian

 Lebih dari 6 bulan sebelum penelitian

f. Jenis sikat gigi adalah jenis sikat yang digunakan untuk membersihkan gigi dan mulut sehari-hari. Terdapat dua jenis sikat gigi, yaitu:

 Sikat gigi khusus ortodonti  Sikat gigi konvensional


(42)

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat

1. Lembar pemeriksaan 6. Sonde

2. Sarung tangan 7. Pinset

3. Masker 8. Kapas

4. Alat tulis 9. Sikat gigi

5. Kaca mulut 10. Kertas tisu

3.5.2 Bahan 1. Air kumur 2. Pasta gigi

3. Disclosing solution

Gambar 4. Alat penelitian: a. lembar pemeriksaan, b. sarung tangan, a.masker, d. alat tulis, e. tiga serangkai


(43)

Gambar 5. Bahan penelitian: a. air mineral, b. disclosing solution, c. pasta gigi

3.5 Cara Pengambilan Data

1. Pengambilan data indeks plak pada murid dilakukan dengan cara mengumpulkan subjek penelitian di aula SMA Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan.

2. Pemeriksaan dilakukan selama 10 hari pada waktu yang telah ditentukan dan setiap harinya terkumpul 10 murid yang akan diperiksa.

3. Pada waktu pemeriksaan, sampel diminta untuk mengisi lembaran informed concent, lembar kuesioner, dan data diri pada lembar pemeriksaan.

4. Kemudian dilakukan pemeriksaan indeks plak. Indeks plak diukur dengan menggunakan PHP-M indeks.

5. Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

a. Sampel diminta menyikat gigi untuk menyingkirkan sisa-sisa makanan atau debris.

b. Seluruh permukaan gigi diolesi dengan larutan pewarna (disclosing solution) lalu berkumur-kumur dan diperiksa daerah yang berwarna merah pada permukaan gigi dengan bantuan kaca mulut.

c. Pada gigi yang terdapat plak diberi skor 1 dan gigi yang tidak terdapat plak diberi skor 0.


(44)

3.6Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi. Semua data yang telah diperoleh berdasarkan pemeriksaan diedit. Dalam hal ini diperiksa kembali apakah semua isian telah lengkap.

3.7Analisis Data

1. Dilakukan perhitungan skor indeks plak pada murid SMA Swasta Harapan 1 Medan.

2. Dilakukan perhitungan skor indeks plak pada SMA Negeri 1 Medan. 3. Dilihat perbandingan skor indeks plak antara murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan.


(45)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Subjek penelitian adalah murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan pengguna pesawat ortodonti cekat yang memenuhi kriteria dan berjumlah 60 orang dengan masing - masing kelompok berjumlah 30 orang. Adapun subjek penelitian terdiri dari 14 orang laki - laki dan 16 orang perempuan pada SMA Swasta Harapan 1 serta 6 orang laki - laki dan 24 orang perempuan pada murid SMA Negeri 1 Medan. Distribusi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi pengguna pesawat ortodonti cekat pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

Sekolah

SMA Harapan 1 Medan SMA Negeri 1 Medan

N % N %

Laki-laki 14 46,67% 6 20%

Perempuan 16 53,33% 24 80%

Jumlah 30 100% 30 100%

Pada subjek penelitian dilakukan pengukuran indeks plak yang dilakukan pada enam gigi, bagian fasial dan lingual, yaitu gigi insisivus sentralis kanan atas, kaninus kiri atas, premolar dua kiri atas, insisivus sentralis kiri bawah, kaninus kanan bawah, premolar dua kanan bawah. Sebelum dilakukan pemeriksaan sampel diminta untuk menggosok gigi terlebih dahulu untuk menyingkirkan sisa makanan, kemudian permukaan gigi diolesi larutan pewarna (disclosing solution).

Pemeriksaan indeks plak dilakukan oleh satu orang operator. Indeks plak diukur dengan cara membagi permukaan fasial gigi menjadi delapan subdivisi dan permukaan lingual menjadi sembilan subdivisi. Pada subdivisi yang terdapat plak diberi skor satu dan apabila tidak terdapat plak diberi skor nol. Skor tersebut dijumlah


(46)

dan dibagi dengan seluruh permukaan gigi yang diperiksa. Skor indeks plak rata-rata SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rata – rata skor indeks plak pengguna pesawat ortodonti cekat pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

Sekolah N Rata-rata Skor

Indeks Plak

Standar Deviasi

SMA Harapan 1 Medan 30 2,04 0,75

SMA Negeri 1 Medan 30 1,84 0,68

Pada tabel 5 diketahui bahwa rata-rata skor indeks plak pada SMA Swasta Harapan 1 adalah 2,04 dengan standar deviasi 0,75. Rata – rata skor indeks plak pada SMA Negeri 1 Medan adalah 1,84 dengan standar deviasi 0,68. Rata – rata skor indeks plak kedua sekolah adalah 1,94 (Lampiran 8). Hasil pemeriksaan indeks plak dengan menggunakan PHP-M kemudian dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Uji t tidak berpasangan digunakan untuk melihat perbandingan indeks plak pengguna pesawat ortodonti cekat pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan. Hasil uji t tidak berpasangan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil uji t tidak berpasangan.

Sekolah N Rata – rata Skor

Indeks Plak

Hasil Uji Statistik X ± SD

SMA Harapan 1 Medan 30 2,04 ± 0,75 0,248

SMA Negeri 1 Medan 30 1,84 ± 0,68

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai p sebesar 0,248 (p> 0,1). Oleh karena itu, hasil analisis dengan uji statistik t tidak berpasangan menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna atau signifikan secara statistik dengan probabilitas 0,1 pada skor indeks plak antara murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan. Besarnya perbedaan rerata kedua kelompok adalah + 0,20 (Lampiran 8). Hal


(47)

tersebut menunjukkan bahwa SMA Swasta Harapan 1 memiliki rata - rata skor indeks plak yang lebih tinggi daripada SMA Negeri 1 Medan.

Tabel 7. Kategori status kebersihan mulut berdasarkan indeks plak pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

Indikator SMA Harapan 1 Medan SMA Negeri 1 Medan

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Sangat Baik

0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)

Baik 4 (28,57%) 8 (50%) 2 (33,33%) 14 (58,33%) Sedang 10 (71,43%) 8 (50%) 4 (66,67%) 10 (41,67%)

Buruk 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)

Jumlah 14 (100%) 16 (100%) 6 (100%) 24 (100%)

Pada tabel 7 diperoleh hasil pemeriksaan indeks plak yang menunjukkan bahwa pada murid laki-laki SMA Swasta Harapan 1 Medan sebanyak 28,57% memiliki status kebersihan mulut baik, 71,43% memiliki status kebersihan mulut sedang, dan tidak ada satupun yang memiliki status kebersihan mulut buruk. Pada murid perempuan SMA Swasta Harapan 1 Medan sebanyak 50% memiliki status kebersihan mulut baik dan 50% memiliki status kebersihan mulut sedang. Pada murid laki-laki SMA Negeri 1 Medan sebanyak 33,33% memiliki status kebersihan mulut baik dan 66,67% memiliki status kebersihan mulut sedang. Pada murid perempuan SMA Negeri 1 Medan sebanyak 58,33% memiliki status kebersihan mulut baik dan 41,67% memiliki status kebersihan mulut sedang.


(48)

Tabel 8. Distribusi status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat di SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan berdasarkan tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua.

SMA Harapan 1 Medan SMA Negeri 1 Medan

N orang Status Kebersihan Mulut Anak N orang Status Kebersihan Mulut Anak

Baik Sedang Baik Sedang

Pendidikan orang tua SMP/SMA/D1 /D2/D3 8 (26,67%) 3 (37,5%) 5 (62,5%) 4 (13,33%) 2 (50%) 2 (50%)

S1/S2/S3 22

(73,33%) 9 (40,91%) 13 (59,09%) 26 (86,67%) 8 (30,77%) 18 (69,23%) Pendapatan orang tua

> 5 juta 21 (70%) 12 (57,14%) 9 (42,86%) 19 (63,33%) 10 (52,63%) 9 (47,37%) 2 juta – 5 juta 9

(30%) 0 0% 9 100% 11 (36,67%) 6 (54,54%) 5 (45,45%)

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa pada SMA Swasta Harapan 1 Medan distribusi pendidikan orang tua anak pengguna pesawat ortodonti cekat berada pada jenjang SMP / SMA / D1 / D2 / D3 sebesar 26,67% dengan status kebersihan mulut anak baik sebesar 37,50% dan sedang 62,50%. Pendidikan terakhir orang tua anak pengguna pesawat ortodonti cekat berada pada jenjang S1 / S2 / S3 sebesar 73,33% dengan status kebersihan mulut anak baik sebesar 40,91% dan sedang 59,09%.

Pada SMA Negeri 1 Medan distribusi pendidikan orang tua anak pengguna pesawat ortodonti cekat berada pada jenjang SMP / SMA / D1 / D2 / D3 sebesar 13,33% dengan status kebersihan mulut anak baik sebesar 50% dan sedang 50%. Pendidikan terakhir orang tua anak pengguna pesawat ortodonti cekat berada pada jenjang S1 / S2 / S3 sebesar 86,67% dengan status kebersihan mulut anak baik sebesar 30,77% dan sedang 69,23%.

Pendapatan orang tua anak pengguna pesawat ortodonti cekat pada SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan berkisar 2 hingga 5 juta dan di atas 5 juta rupiah. Pada SMA Swasta Harapan 1 Medan sebesar 30% memiliki pendapatan orang tua 2 hingga 5 juta rupiah dengan kategori status kebersihan mulut anak baik sebesar 0% dan sedang 100%. Sebesar 70% memiliki pendapatan orang tua lebih dari 5 juta rupiah dengan kategori status kebersihan mulut anak baik sebesar 57,14% dan


(49)

sedang 42,86%. Pada SMA Negeri 1 Medan sebesar 36,67% memiliki pendapatan orang tua 2 hingga 5 juta rupiah dengan kategori status kebersihan mulut anak baik sebesar 54,54% dan sedang 45,45%. Sebesar 63,33% memiliki pendapatan orang tua lebih dari 5 juta rupiah dengan kategori status kebersihan mulut anak baik sebesar 52,63% dan sedang 47,37%.

Tabel 9. Distribusi status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat di SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan berdasarkan kontrol terakhir ke dokter gigi dan jenis sikat gigi

SMA Harapan 1 Medan SMA Negeri 1 Medan

N (orang) Status Kebersihan Mulut N (orang) Status Kebersihan Mulut

Baik Sedang Baik Sedang

Kontrol Terakhir ke dokter gigi Bulan saat penelitian 7 (23,33%) 5 (71,43%) 2 (28,57%) 10 (33,33%) 6 (60%) 4 (40%) 1 bulan sebelum penelitian 8 (26,67%) 4 (50%) 4 (50%) 15 (50%) 10 (66,67%) 5 (33,33%) 3-6 bulan sebelum penelitian 11 (36,67%) 1 (9,09%) 10 (90,91%) 3 (10%) 0 (0%) 3 (100%) Lebih dari 6

bulan sebelum penelitian 4 (13,33%) 2 (50%) 2 (50%) 2 (6,67%) 0 (0%) 2 (100%) Jenis Sikat gigi Sikat gigi khusus ortodonti 12 (40%) 7 (58,33%) 5 (41,67%) 11 (36,67%) 5 (45,45%) 6 (54,54%) Sikat gigi konvensional 18 (60%) 14 (77,78%) 4 (22,22%) 19 (63,33%) 9 (47,37%) 10 (52,63%)

Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa pada SMA Swasta Harapan 1 Medan sebesar 23,33% pengguna pesawat ortodonti cekat melakukan kontrol terakhir ke dokter gigi pada bulan saat penelitian dengan status kebersihan mulut baik 71,43% dan sedang 28,57%, sedangkan yang melakukan kontrol terakhir ke dokter gigi satu bulan sebelum penelitian sebesar 26,67% dengan status kebersihan mulut baik 50% dan sedang 50%. Pada pengguna pesawat ortodonti cekat yang melakukan kontrol terakhir ke dokter gigi 3 – 6 bulan sebelum penelitian sebesar 36,67% dengan status


(50)

kebersihan mulut baik 9,09% dan sedang 90,91%, sedangkan yang melakukan kontrol terakhir ke dokter gigi lebih dari 6 bulan sebelum penelitian sebesar 13,33% dengan status kebersihan mulut baik 50% dan sedang 50%.

Pada SMA Negeri 1 Medan sebesar 33,33% pengguna pesawat ortodonti cekat melakukan kontrol terakhir ke dokter gigi pada bulan saat penelitian dengan status kebersihan mulut baik 60% dan sedang 40%, sedangkan yang melakukan kontrol terakhir ke dokter gigi satu bulan sebelum penelitian sebesar 50% dengan status kebersihan mulut baik 66,67% dan sedang 33,33%. Pada pengguna pesawat ortodonti cekat yang melakukan kontrol terakhir ke dokter gigi 3 – 6 bulan sebelum penelitian sebesar 10% dengan status kebersihan mulut sedang 100% dan tidak ada yang memiliki status kebersihan mulut baik, demikian juga sebesar 6,67% yang melakukan kontrol terakhir ke dokter gigi lebih dari 6 bulan sebelum penelitian seluruhnya memiliki status kebersihan mulut sedang.

Jenis sikat gigi yang digunakan oleh pengguna pesawat ortodonti cekat pada SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan yaitu sikat gigi khusus ortodonti dan sikat gigi konvensional. Pada SMA Swasta Harapan 1 Medan sebesar 40% menggunakan sikat gigi khusus ortodonti dan memiliki status kebersihan mulut baik sebesar 58,33% serta sedang 41,67%, sedangkan yang menggunakan sikat gigi konvensional sebesar 60% dengan status kebersihan mulut baik 77,78% dan sedang 22,22%. Pada SMA Negeri 1 Medan sebesar 36,67% menggunakan sikat gigi khusus ortodonti dan memiliki status kebersihan mulut baik sebesar 45,5% serta sedang 54,5%, sedangkan yang menggunakan sikat gigi konvensional sebesar 63,33% dengan status kebersihan mulut baik 47,37% dan sedang 52,63%.


(51)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penggunaan pesawat ortodonti cekat saat ini banyak digunakan di masyarakat luas termasuk kalangan remaja untuk mengoreksi masalah oklusi, namun masih banyak yang belum menyadari risiko penggunaan pesawat ortodonti cekat seperti masalah kebersihan mulut.29 Salah satu indikator kebersihan mulut dapat dilihat dari skor indeks plak. Skor indeks plak didapat dengan cara mengukur akumulasi dan retensi plak gigi berdasarkan indeks tertentu.

Penggunaan pesawat ortodonti cekat memudahkan terjadinya akumulasi plak pada gigi. Hal tersebut disebabkan karena pesawat ortodonti cekat memiliki desain yang rumit sehingga menyulitkan dalam pembersihan gigi dan memudahkan terjadinya penumpukan plak terutama di daerah braket. Biomaterial yang digunakan juga memberikan permukaan tambahan bagi banyak mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut menempel pada biofilm dan terjadinya akumulasi dan retensi dari plak gigi.29-31 Adanya akumulasi dan retensi plak gigi yang dibiarkan dapat menyebabkan terjadinya pembentukkan kalkulus, karies, peradangan pada gingiva dan jaringan periodontal. Mudahnya terjadi retensi dan akumulasi plak gigi pada pengguna pesawat ortodonti cekat memerlukan perhatian yang lebih dalam menjaga status kebersihan mulutnya, terlebih lagi pada usia remaja. Penggunaan pesawat ortodonti cekat pada usia remaja memungkinkan peningkatan risiko akibat kontrol plak yang buruk. Oleh karena itu, edukasi dan kontrol plak sangatlah penting pada perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat.32,33

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan indeks plak dan melihat ada tidaknya perbedaan signifikan pada skor indeks plak pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan. Penelitian dilakukan dengan cara mengukur skor indeks plak dengan menggunakan indeks PHP-M dan sebelumnya subjek penelitian diminta untuk menggosok gigi terlebih dahulu. Pemeriksaan skor plak dilakukan oleh satu orang operator.


(52)

Subjek penelitian adalah usia remaja yaitu murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan pengguna pesawat ortodonti cekat yang memenuhi kriteria. Adapun kriterianya yaitu sedang memakai pesawat ortodonti cekat rahang atas dan rahang bawah serta telah memakainya lebih dari satu bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor indeks plak murid SMA Swasta Harapan 1 adalah 2,04 dan SMA Negeri 1 Medan 1,84. Rata-rata skor indeks plak kedua sekolah tersebut menunjukkan status kebersihan mulut kategori sedang (tabel 5). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Cantekin, dkk., pada anak remaja di Turki yang menyatakan bahwa kategori status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat pada anak remaja adalah sedang. Adapun skor plak rata-rata dengan menggunakan indeks plak Loe and Silness pada penelitian tersebut adalah 1,02 yang merupakan kategori status kebersihan mulut sedang.16 Hasil penelitian tersebut sejalan pula dengan penelitian Hagg, dkk., pada anak remaja pengguna pesawat ortodonti cekat yang mendapat skor indeks plak 1,25 dan tergolong memiliki status kebersihan mulut sedang.12 Penelitian tersebut mendekati hasil penelitian Mardianto pada mahasiswa FKIK UMY angkatan 2013, yaitu pengguna pesawat ortodonti cekat memiliki status kebersihan mulut baik sebesar 10%, 75% sedang, dan 15% buruk.34 Mendekati juga penelitian Sanjaya di Surakarta yang mendapatkan hasil sebesar 76,47% memiliki status kebersihan mulut sedang, 23,52% buruk, dan tidak terdapat subjek penelitian dengan status kebersihan mulut baik.35

Distribusi status kebersihan mulut pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan menunjukkan kategori sedang hingga baik. Hasil pemeriksaan indeks plak menunjukkan bahwa pada murid laki-laki SMA Swasta Harapan 1 Medan memiliki status kebersihan mulut baik 28,57% dan sedang 71,43%, sedangkan pada murid perempuan sebanyak 50% memiliki kebersihan mulut baik dan sedang 50%. Pada murid laki-laki SMA Negeri 1 Medan sebanyak 33,33% memiliki status kebersihan mulut baik dan sedang 66,67%, sedangkan pada murid perempuan SMA Negeri 1 Medan sebanyak 58,33% memiliki status kebersihan mulut baik dan sedang 41,67% (tabel7). Hal tersebut mendekati penelitian Munzirah di Banda Aceh yang melihat gambaran status kebersihan mulut pada anak remaja. Pada penelitian tersebut


(53)

diketahui bahwa status kebersihan mulut pada pengguna pesawat ortodonti cekat termasuk kategori buruk hingga baik.28 Adapun hasil yang didapat yaitu status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat yang dipasang oleh dokter gigi spesialis ortodonti adalah baik 62,5%, sedang 6,25%, dan buruk 31,25%. Subjek yang memasang di dokter gigi umum memiliki status kebersihan mulut baik 24,4%, sedang 40%, dan buruk 35,6%, serta subjek yang memasang di selain dokter gigi adalah baik 16,7%, sedang 33,3%, dan buruk 50%.28

Pada hasil penelitian tidak didapatkan murid dengan status kebersihan mulut buruk. Hal ini mungkin disebabkan karena subjek penelitian berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi yang baik sehingga pemasangan pesawat ortodonti cekat hanya dilakukan di dokter gigi spesialis ortodonti dan dokter gigi umum. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Kwan pada anak remaja di Hongkong yang menyatakan bahwa sosial ekonomi berpengaruh terhadap peningkatan indeks plak pada pengguna pesawat ortodonti cekat dimana anak dengan sosial ekonomi rendah memiliki peningkatan indeks plak yang lebih signifikan.12 Penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian Hansu, Anindita, dan Mariati yang menyatakan bahwa sosial ekonomi berpengaruh terhadap status kebersihan mulut karena orang dengan sosial ekonomi tinggi memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan ke dokter gigi dalam hal perawatan lebih baik dikarenakan keadaan sosial ekonomi yang menunjang.36Hal serupa juga dikemukakan oleh Rumampuk, Anindita, dan Mintjelungan pada penelitian di SMP Bitung dimana sosial ekonomi baik dapat meningkatkan kesadaran untuk melakukan kunjungan ke dokter gigi.37

Pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pengetahuan tentang kesehatan. Adanya pengetahuan yang baik tentang kesehatan dapat meningkatkan kesadaran dalam menjaga status kebersihan mulut. Sehingga orang tua lebih peduli dan ikut serta dalam program perawatan pesawat ortodonti cekat pada anak.36,38,39 Status kebersihan rongga mulut berdasarkan pendidikan orang tua dapat dilihat pada tabel 8. Pada penelitian diperoleh hasil bahwa pada SMA Swasta Harapan 1 Medan dengan jenjang


(54)

pendidikan terakhir orang tua SMP / SMA / D1 / D2 / D3 sebesar 37,50% anak memiliki status kebersihan mulut baik dan 62,50% memiliki status kebersihan mulut sedang, sedangkan pada pendidikan terakhir orang tua S1 / S2 / S3 sebesar 40,91% memiliki status kebersihan mulut baik dan 59,09% memiliki status kebersihan mulut sedang. Pada SMA Negeri 1 Medan dengan jenjang pendidikan terakhir orang tua SMP / SMA / D1 / D2 / D3 sebesar 50% anak memiliki status kebersihan mulut baik dan 50% memiliki status kebersihan mulut sedang, sedangkan pada orang tua dengan pendidikan terakhir S1 / S2 / S3 sebesar 30,77% memiliki status kebersihan mulut baik dan 69,23% memiliki status kebersihan mulut sedang. Tidak ada satupun dari kedua sekolah yang memiliki status kebersihan mulut buruk. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan orang tua memiliki pengaruh terhadap status kebersihan mulut. Namun, pengetahuan yang ada belum diaplikasikan secara maksimal untuk menjaga status kebersihan rongga mulut.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yulianti dan Muhlisin yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh tingkat pendidikan orang tua dengan status kebersihan rongga mulut yang selanjutnya dapat menyebabkan karies gigi. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil sebanyak 92,9% pendidikan orang tua adalah SMP / SMA / D1 / D2/ D3, sedangkan S1 / S2 / S3 sebesar 7,1%. Adapun status kebersihan mulut anak yang diperoleh adalah 70% anak terdapat karies dan 30% tidak terdapat karies.40 Riyanti tahun 2005 menyatakan bahwa pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku anak dalam menjaga kebersihan mulut. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan.41 Penelitian ini sependapat dengan penelitian Horas tahun 2005 dimana adanya hubungan antara karakteristik orang tua (tingkat pendidikan, tingkat penghasilan dan pengetahuan) dengan pengalaman karies gigi pada anak.42 Penelitian Tantursyah tahun 2009 menjelaskan bahwa pada anak-anak, pengaruh dari orang tua sangat kuat. Pengetahuan, sikap dan perilaku orangtua, terutama ibu, dalam pemeliharaan gigi memberi pengaruh yang cukup signifikan pada anak.43 Hal tersebut sedikit berbeda dengan penelitian Mardianto yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan status kebersihan mulut.34


(55)

Kontrol rutin ke dokter gigi juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi status kebersihan rongga mulut. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan yang melakukan kontrol rutin ke dokter gigi bulan saat penelitian dan satu bulan sebelum penelitian memiliki status kebersihan mulut baik lebih banyak dibanding pengguna pesawat ortodonti cekat yang melakukan kontrol rutin ke dokter gigi 3 - 6 bulan sebelum penelitian atau lebih dari 6 bulan (Tabel 9). Hal tersebut berarti bahwa kontrol rutin ke dokter gigi penting dilakukan untuk menjaga status kebersihan rongga mulut. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Ackerman, dkk., yaitu penting melakukan kontrol rutin ke dokter gigi selama perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat untuk mengevaluasi perawatan dan juga tetap menjaga status kebersihan mulut.44 Menurut Mantiri, Wowor, dan Anindita dokter gigi berperan dalam memberikan instruksi dan motivasi selama perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat. Hal serupa juga dikemukakan oleh penelitian Wulandari tahun 2012 di RSGMP Universitas Indonesia yang menyatakan bahwa dorongan motivasi yang diberikan oleh dokter gigi pada pengguna alat ortodonti cekat menyebabkan penurunan jumlah plak pada pasien pengguna pesawat ortodonti cekat.4,45 Pada saat melakukan kontrol rutin ke dokter gigi juga dilakukan kontrol kebersihan mulut dan diberikan motivasi serta instruksi dalam menjaga status kebersihan mulut pada pengguna pesawat ortodonti cekat. Ahli ortodonti dan staf dapat terus memotivasi dan memberikan instruksi kepada pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulutnya. Program dalam kebersihan rongga mulut pada pengguna pesawat ortodonti cekat menjadi tanggung jawab pasien, orang tua, dan dokter gigi. 38,45-47

Motivasi dan instruksi secara terus menerus dalam menjaga status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat pada usia remaja khususnya murid SMA sangat penting untuk dilakukan karena pada usia tersebut kesadaran anak dalam menjaga status kebersihan rongga mulut masih kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena secara psikologi alasan yang melatarbelakangi penggunaan pesawat ortodonti cekat adalah keinginan untuk mendapat pengakuan dari lingkungan sekitar dan bukan menitikberatkan pada fungsi dari pesawat ortodonti cekat itu sendiri.6,7 Namun, murid


(56)

SMA pengguna pesawat ortodonti cekat memiliki kesadaran dalam menjaga status kebersihan rongga mulut yang lebih baik daripada murid SMP. Hal ini disebabkan karena murid SMA berada pada usia akhir remaja dan menuju usia dewasa muda sehingga secara psikologi lebih matang, pengetahuan mengenai kebersihan rongga mulut lebih baik, dan kesadaran dalam menjaga status kebersihan mulut pun menjadi lebih baik. Murid SMA juga dianggap lebih mudah menyerap instruksi yang diberikan oleh dokter gigi.39

Jenis sikat gigi yang digunakan juga berpengaruh dalam menyingkirkan plak gigi sehingga status kebersihan mulut dapat dijaga. Pada penelitian diperoleh hasil bahwa sebanyak 60% murid SMA Swasta Harapan 1 dan 63,3% murid SMA Negeri 1 Medan belum menggunakan jenis sikat gigi khusus ortodonti dan masih menggunakan jenis sikat gigi konvensional. Pesawat ortodonti cekat memiliki desain yang rumit sehingga membutuhkan sikat gigi khusus ortodonti yang mampu menyesuaikan dengan desain tersebut. Berdasarkan penelitian Sukmawati pada mahasiswa FKG USU diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada penurunan indeks plak dengan menggunakan sikat gigi khusus ortodonti dan sikat gigi konvensional pada pengguna pesawat ortodonti cekat. Adapun penurunan indeks plaknya adalah sebesar 2,96 untuk sikat gigi khusus ortodonti dan 2,07 untuk sikat gigi konvensional.1 Penelitian Wati juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan skor indeks plak pada pengguna pesawat ortodonti cekat sebelum dan sesudah penggunaan sikat gigi khusus ortodonti.48 Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Winatha dimana didapatkan hasil bahwa penggunaan sikat gigi khusus ortodonti mampu menurunkan skor indeks plak yang lebih baik daripada sikat gigi konvensional. Pada penelitian tersebut pemakaian sikat gigi khusus ortodonti mampu menurunkan rerata skor indeks plak sebesar 1,49, sedangkan sikat gigi konvensional mampu menurunkan skor indeks plak sebesar 1,16.49

Uji t tidak berpasangan pada penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna atau signifikan secara statistik pada skor indeks plak antara murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan (Tabel 12). Hal ini mungkin disebabkan karena SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan memiliki


(57)

tingkat ekonomi dan kesadaran dalam menjaga status kebersihan mulut, baik jadwal kontrol rutin maupun kebiasaan sehari-hari yang tidak jauh berbeda (Lampiran 8).


(58)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perbandingan skor indeks plak pengguna pesawat ortodonti cekat pada murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Murid SMA Swasta Harapan 1 Medan memiliki rata – rata skor indeks plak 2,04 dengan status kebersihan mulut sedang.

2. Murid SMA Negeri 1 Medan memiliki rata – rata skor indeks plak 1,84 dengan status kebersihan mulut sedang.

3. Tidak ada perbedaan yang signifikan skor indeks plak pada pengguna pesawat ortodonti cekat murid SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan.

4. Pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jadwal kontrol rutin ke dokter gigi, dan jenis sikat gigi pada pengguna pesawat ortodonti cekat memiliki kaitan dengan status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk mendapatkan hasil penelitian dengan validitas yang lebih tinggi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat, seperti kondisi maloklusi, waktu penggunaan pesawat ortodonti cekat, teknik menyikat gigi, serta penggunaan obat kumur dan benang gigi.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan subjek penelitian berasal dari tingkat ekonomi berbeda untuk melihat pengaruh tingkat ekonomi terhadap status kebersihan mulut pada pengguna pesawat ortodonti cekat.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sukmawati W. Efektifitas sikat gigi konvensional dan sikat gigi khusus ortodonti terhadap penurunan indeks plak pemakai fixed orthodontic pada mahasiswa FKG USU. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2010: 1-3,11-5.

2. Foster TD. Buku ajar ortodonti. Alih Bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta: EGC, 1997: 140-3.

3. William JK, Cook PA, Isaacson KG, Thom AR. Alat-alat ortodonti cekat: prinsip dan praktik. Alih Bahasa. Susetyo B. Jakarta: EGC, 1998: 1-6, 152-3. 4. Mantiri SC, Wowor VNS, Anindita PS. Status kebersihan mulut dan status

karies gigi mahasiswa pengguna alat ortodonti cekat. J e - GiGi 2013; 1(1): 1-7.

5. King LA. The science of psychology: an appreciative view. Alih Bahasa. Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika, 2010: 188-98, 204-5.

6. Fudyartanta K. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011: 201-20.

7. Ramdhani GS. Fenomena fixed orthodontic (behel) antara pemborosan dan kebutuhan. http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/04/14/fenomena-fixed-orthodontic-behel-antara-pemborosan-dan-kebutuhan-355664.html (September 9.2014).

8. Darmayanti N. Meta-analisis: Gender dan depresi pada remaja. J Psikologi 2011; 35(2): 164-80.

9. Sukontapatipark W, El-Agroudi MA, Selliseth NJ, Thunold K, Selving KA. Bacterial colonization associated with fixed orthodontic appliances. A scanning electron microscopy study. Eur J Orthod 2001; 23: 475-84.

10.Sadewo E. Perbedaan penggunaan sikat gigi ortodonti dan non ortodonti terhadap akumulasi plak pada pengguna ortodonti cekat di PSPDG FKUB


(1)

a. Gigi 11

C B A

E x D

H G F

Permukaan Fasial b. Gigi 23

C B A

E x D

H G F

Permukaan Fasial c. Gigi 25

C B A

E x D

H G F

Permukaan Fasial d. Gigi 31

C B A

E x D

H G F


(2)

A B C

D I E

F G H

Permukaan Lingual

A B C

D I E

F G H

Permukaan Lingual

A B C

D I E

F G H

Permukaan Lingual

A B C

D I E

F G H


(3)

C B A

E x D

H G F

Permukaan Fasial f. Gigi 45

C B A

E x D

H G F

Permukaan Fasial

Keterangan: Skor 1 : Ada plak Skor 0 : Tidak ada plak


(4)

A B C

D I E

F G H

Permukaan Lingual

A B C

D I E

F G H

Permukaan Lingual

III. Status Kesehatan Rongga Mulut

IP = Jumlah total skor indeks plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa Jumlah seluruh permukaan gigi yang diperiksa

IP total = 11 + 23 + 25 + 31 + 43 + 45

= + + + + +

17 17 17 17 17 17 = ……..

17 = …….

Kategori status kebersihan mulut berdasarkan indeks plak: a. Sangat Baik

b. Baik c. Sedang d. Buruk


(5)

KETERANGAN LEMBAR PEMERIKSAAN

1. Gambar Permukaan Fasial dan Lingual Gigi

Keterangan:

A: 1/3 gingiva pada bagian mesial G: 1/3 tengah insisal atau oklusal

B: 1/3 tengah gingival H: 1/3 insisal atau oklusal

pada bagian distal C: 1/3 gingiva pada bagian distal I : Bagian tengah

D:1/3 tengah pada bagian mesial

E: 1/3 tengah pada bagian distal

F: 1/3 insisal atau oklusal pada bagian mesial

2. Kategori Status Kebersihan Mulut berdasarkan Indeks Plak

Indikator Skor

Sangat Baik Skor 0

Baik Skor 0,1-1,7

Sedang Skor 1,8-3,4


(6)

LAMPIRAN 9

DATA PERSONALIA PENELITI

Riwayat Peneliti

Nama : Ulfa Fitria Anggraeni

Tempat dan Tanggal Lahir : Magelang, 19 Maret 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 2 (dua) dari 2 (dua) bersaudara

Alamat : Komp. Citra Seroja Blok A19, Medan No. Telepon : 081225775506

Alamat e-mail : ulfa.fitria21@yahoo.co.id Riwayat Pendidikan

1999-2005 : SD Rejowinangun Selatan 2 Magelang 2005-2008 : SMP Negeri 1 Magelang

2008-2011 : SMA Negeri 1 Magelang

2011-sekarang : Program Sarjana-1 Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera