Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai Negara yang berkembang terus berusaha meningkatkan pembangunan di segala bidang karena pembagunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.Oleh karena itu maka hasil dari pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia dengan adil dan merata. Pembangunan di bidang ekonomi adalah salah satu pembangunan yang sedang dilakukan Indonesia dan pembangunan di bidang ekonomi ini juga ikut melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaannya seperti misalnya keterlibatan perusahaan dalam negeri maupun perusahaan asing yang beroperasi di dalam negeri.Keterlibatan perusahaan dalam pembangunan juga melibatkan tenaga kerja dimana tenaga kerja juga merupakan asset dari perusahaan. Tenaga kerja juga merupakan peran yang sangat penting dalam pembangunnan nasional sebagai pelaku dan tujuan dari pembangunan itu sendiri.Pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa : “ tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang danatau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.” Dan pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Ketenagakerjaan juga menjelaskan tentang pekerja yaitu bahwa “ pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.” Dari dua penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa apa yang dimaksud dengan tenaga kerjaadalah seseorang yang bekerja pada orang lain baik itu orang perseorangan,pengusaha,badan hukum maupun badan-badan lainnya yang mempekerjakan seseorang tersebut dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pada dasarnya manusia bekerja untuk bertanggungjawab bagi kelangsungan dan perkembangan hidupnya, tidak hanya sekedar mencari nafkah melainkan harus pula didasari itikad baik bahwa dengan jasa-jasa yang telah dijualnya itu dapat pula merupakan sumbangan untuk turut melancarkan usaha dan kegiatan dalam pengembangan masyarakat. 1 Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja atau buruh dan Maka dari itu setiap orang berhak mendapatkan pekerjaan yang layak dengan nilai-nilai kemanusiaan, hal ini tertuang dalam pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi bahwa : “ tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” 1 G. Kartasapoetra, R.G. Kartasapoetra, dan A.G Kartasapoetra, 1985, Hukum Perburuhan Di Indonesia Berlandaskan Pancasila, Sinar Grafika, Jakarta, h.13. menjamin kesamaan kesempatan kerja serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apa pun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. Perlindungan terhadap pekerjaburuh merupakan faktor utama dalam kesehatan dn keselamatan kerja. Kesehatan kerja didefinisikan sebagai segala aturan dan upaya yang bertujuan untuk melindungi pekerjaburuh dari tindakan maupun kondisi yang dapat mengganggu kesehatan fisik, psikis, atau kesusilaannya. Pendapat serupa dikemukakan oleh Imam Soepomo, bahwa kesehatan kerja adalah “ aturan- aturan dan usaha-usaha untuk melindungi pekerjaburuh dari kejadian atau keadaan perburuhan yang merugikan atau dapat merugikan kesehatan dan kesusilaan dalam seseorang itu melakukan pekerjaan dalam hubugan kerja.” 2 Keselamatan kerja didefinisikan sebagai segala aturan dan upaya yang bertujuan untuk menyediakan perlindungan teknis bagi pekerjaburuh dari risiko-risiko akibat penggunaan alat dan bahan berbahayaberacun di tempat kerja. Imam Soepomo berpendapat bahwa keselamatan kerja adalah “ aturan yang bertujuan menjaga keamanan pekerjaburuh atas bahaya kecelakaan dalam menjalankan pekerjaan di tempat kerja yang menggunakan alat dan mesin atau bahan pengolah berbahaya.” 3 Kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan untuk melindungi pekerjaburuh dari risiko-risiko yang mungkin timbul dalam pelaksanaan pekerjaan, khusunya risiko 2 Imam Soepomo, 1974, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja Perlindungan Buruh , Pradnya Paramita, Jakarta, h.7-8. 3 Ibid, h.8. kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. 4 Terdapat beberapa prinsip dalam pengaturan maupun pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja.Secara garis besar, prinsipnya adalah perlindungan pekerjaburuh. 5 a. 7 tujuh jam 1 satu hari dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 6 enam hari kerja dalam 1 satu minggu; atau Ada beberapa ruang lingkup dalam kesehatan kerja salah satunya yang sangat penting adalah mengenai waktu kerja. Waktu kerja merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam dunia ketenagakerjaan.Hal ini mengingat bahwa pekerjaburuh adalah manusia kodrati dengan segala keterbatasan fisik dan psikis serta disamping perannya sebagai salah satu faktor produksi maka perlu mengatur dan memperhatikan waktu kerja. Pasal 77 ayat 1 Undang-undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja. Dan pasal 77 ayat 2 Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa : Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi : b. 8 delapan jam 1 satu hari dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 5 lima hari kerja dalam 1 satu minggu. Pasal 78 ayat 1 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan meneyebutkan bahwa : 4 L. Meily Kurniawidjaya, 2010, Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja, UI Press, Jakarta, h.1-2. 5 John Bowers dan Simon Honeyball, 2000, Textbook on Labour Law, terjemahan Melania Kiswandari, Jakarata, h.30-33. Pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 77 ayat 2 harus memenuhi syarat : a. Ada persetujuan pekerjaburuh yang bersangkutan; dan b. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 tiga jam dalam 1 satu hari dan 14 empat belas jam dalam 1 satu minggu. Pasal 78 ayat 2 Undang-undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib membayar upah kerja lembur. Dewasa ini, masih sering terjadi masalah terkait ketenagakerjaan walaupun peraturan yang mengatur ketenagakerjaan sudah ditetapkan.Seperti yang kita ketahui juga bahwa dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan yang berdiri dan berkembang dengan baik dan pesat, hal ini tentu saja mempengaruhi pekerja.Seperti salah satu masalah yang sering terjadi adalah pelanggaran jam atau waktu kerja tenaga kerja dan tidak membayarkan upah kerja lembur apabila pekerja bekerja melebihi waktu kerja yang sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Undang-undang Ketenagakerjaan.Pelanggaran masalah tenaga kerja terkait waktu kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan ini sering terjadi di perusahaan- perusahaan yang bergerak di bidang industri dan sedang mendapatkan angin baik dalam usahanya atau perusahaan yang sedang melakukan kejar target dalam usaha produksinya.Perusahaan seperti ini bisanya perusahaan yang bergerak di bidang produksi, seperti salah satunya perusahaan garmen. Perusahaan garmen yang sering mendapatkan pemesanan selalu mendapatkan masalah dalam hal penyelesaian produksi agar sesuai dengan target penyelesaian yang telah menjadi deadlinenya dengan klien. Salah satunya seperti di perusahaan industri garmen HapeInterior Design yang ada di daerah Sanur, Denpasar Selatan. Pada perusahaan garmen Hape interior design memiliki pekerjaburuh jarit sebanyak 3 orang yang bertugas melakukan penyelesaian proses penjaritan yang melakukan pekerjaannya selama 9 jam dalam 6 hari kerja, dalam hal ini sudah tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.Disamping itu dengan banyaknya pemesanan dirasa dapat memberatkan pekerjaburuh karena dapat menyebabkan waktu kerja yang berlebihan. Karena seorang pekerja sering memilki posisi atau kedudukan yang lebih rendah dari perusahaan atau majikannya menyebabkan pekerja sering merasa malu, sungkan, dan takut dalam melakukan upaya-upaya untuk melindungi haknya atau mungkin pekerjaburuh masih tidak mengetahui bahwa ada upaya-upaya yang dapat dilakukan olehnya untuk melindungi hak-hak mereka sebagai pekerjaburuh. Maka dari itu perlu adanya pengawasan ketenagakerjaan yang lebih baik agar hak-hak pekerja bisa lebih diperjuangkan.Apabila pekerjaburuh sudah melakukan upaya- upaya dalam mendapatkan hak-haknya maka dirasa perlu dikaji lebih mendalam, hal ini mengingat bahwa pekerjaburuh tidak mengikuti serikat pekerja dan dapar melakukan penyelesaian secara bipartit. Berdasarkan uraian di atas, maka timbul keinginan penulis untuk mengkaji tentang perlindungan hukum bagi pekerja yang dilanggar hak-haknya terkait dengan pelanggaran waktu kerja.Maka penulis memberikan judul pada penulisan hukum ini adalah “ PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA TERKAIT DENGAN PELANGGARAN WAKTU KERJA PADA GARMEN HAPE INTERIOR DESIGN DI SANUR DENPASAR SELATAN.” 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan penulis dalam membatasi masalah yang diteliti sehingga sasaran yang hendak dicapai menjadi jelas, searah dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan.Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pekerja terkait dengan waktu kerja pada perusahaan garmen Hape Interior Designdi Sanur Denpasar Selatan ? 2. Apakah upaya hukum yang dilakukan oleh pekerja untuk mendapatkan hak- haknyapada perusahaan garmen Hape Interior Design di Sanur Denpasar Selatan ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah