Analisis diksi terhadap penerjemahan kitab fiqhul-mar'til-muslimah : studi komparatif

ANALISIS DIKSI TERHADAP PENERJEMAHAN
KITAB FIQHUL-MAR'ATIL-MUSLIMAH
(STUDI KOMPARATIF)

mSUSUN OLEH :
UMANIH

100024018590

JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H / 2007 M

ANALISIS DIKSI TERHADAP PENERJEMAHAN
KITAB FIQHUL-MAR'ATIL-MUSLIMAH
(STUDI KOMPARATIF)

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Syarat-syarat

Mencapai Gelar SaJjana Sastra

Oleh:
UMANIH

100024018590

H.

JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANlORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1428 H / 2007 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Analisis Diksi Terhadap Terjemahan Bnkn Fiqhnlmar'atil-mnslimah (Studi Komparatit) telah diujikall dalam sidallg munaqosyah
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jllkarta pada tanggal 5
Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana program strata I (S I) pada JUnlsan Tmjamah.


Jakarta, 5 Februari 2007
Sidang Munaqosyah
m・セ。ョNァォャ ー

Anggota

Dr. H. Abdul Chair

Ahmad

NIP. 150 210 746

NIP. 150 303 001

Anggota

NIP. 150262446

H.

NIP. 150 274 620

KATAPENGANTAR

t'P'yl セケ|

1il\ セ

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat
dan kamnia-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
semoga Allah limpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan program strata (S 1) pada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Jakarta. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini bukanlah mukjizat
yang datang tiba-tiba melainkan melalui proses yang tidak luput dari bantuan,
bimbingan, dorongan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak tetima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan kepada penulis dalanl bentuk apapun sehingga selesainya
skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada Yth:
I.


Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN SyarifHidayatuliah Jakarta.

2.

Bapak Dr. H. Abdul Chair, Dekan fakultas Adab dan Humalliora UIN Jakarta.

3.

Bapak Drs. Abdullah, M.Ag, Ketua Jurusan Trujamah

4.

Bapak Drs. Ikhwan Azizi, Sekretaris Jurusan Tmjamah

5. Bapak H. A Ismakun Ilyas, Lc, MA, selaku dosen pembimbing materi dall teknis
dalam penyusunan skripsi ini
6. Perhargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada kedua orallg tua
yaitu, "Ummi" dall "Bapak" tercinta yallg telah susah payah membimbing dall
membesm'kan penulis dari kecil sampai sekarallg, tetima kasih untuk kakakkakakku atas motivasi bimbingan dan do'a kepada penulis.

7. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Adab dall Humaniora Jurusan Trujamah, ymlg telah
memberikall ilmu yang sangat berguna kepada kami semua, terutama penulis.
8.

Pihak perpustakaall UIN Jakarta, Imall Jama, Perpustakazm UNJ, Perpustakaml
Umum Kotamadya Jakarta-Selatall, yang telah membantu penulis memperoleh
referensi untuk penyusunan skripsi ini.

9.

Sahabat setia "Irsan Ilyas", yang selalu mengingatkan, membantu dan menemani
penulis setiap saat. penulis tidak akan dapat membayar semua bantuan yang
telah diberikan.

10. Ternan-ternan seperjuangan Jurusan Tarjamah angkatan 2000, atas kebersamaan
mereka yang senantiasa memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
khususnya untuk sahabat-sahabatku, Obi, Vita, Sasi, Yuli, Lala dan ternan-ternan
lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
11. Serta berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
1m.


Penulis menyadari meskipun telah semaksimal mungkin berusaha dalam
pembuatan skripsi ini, akan tetapi tentu masih banyak keknrangan. Kritik dan saran
yang membangun selalu penulis harapkan dalam penulisan skripsi inL Penulis
berharap semoga amal dan niat baik semuanya dibalas oleh Allah SWT, dengan
pahala yang berlimpah.

Jakarta,S Februari 2007
Penulis
Umanih

PEDOMAN TRANSLITERASI

Skripsi ini menggunakan transliterasi yang bersumber dari pedoman translitersi Arab
atas keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
158 tahun 1987 dan No. 0543 b/U/87, dengan sedikit memodifikasi pada sistem
penulisan sebagaimana dijelaskan di bawah ini :

f


=

.,j

z

q

=

J

s

.:.l

k

)


b

..r'

t

sy

..?

S

J

s

uP




d

JP

lJ

t

)

z

m
n

=

w
h


=
=

=

.ki

=

g


y

=

.b

y
=


..::.J



=I..l

J

C

h

c:.

kh =

t

1;

d

t

z



=

r

t.

=



.l

J

4$

Volml Pendek

Vokal Panjang
,

=

A
I

,
=

u

1.;... -=A.

.Y.

terdapat
L :11

lJ"'o"J



kerancuan

\_ 1, _ ",

'"1!""".lgJ

penerjemahan

pada

kalimat

..

yi.i;yJ Anshori Vmar mengmtikan kalimat

dengan, " ... bila niat itu dilakukan mel1jelang wudhu', asal jangkanya -menurut adat

6

Curui)- tidak terlalu lama...". Sedang penerjemahan Zaid Husein pada kalimat
tersebut " ... bila niat itu dilakukan tidak lama setelah perbuatan...". Pada dua kata
yang bergaris bawah terlihat bahwa kata 'menjelang' tidaklah sama dengan kata
'setelah'. Menurut Gorys Keral: kata 'setelah' adalah keterangan yang menyatakan
bahwa suatu peristiwa atau perbuatan telah mencapai titik penyelesaian. Sedangkan
kata 'menjelang' adalah kata yang menyatakan bahwa suatll perbuatan akan
dilakukan. 5 Dengan demikian peneljemahan tersebut bertolak belakang dalam hal
makna.
Pada teks lain

Teks Esa (terjemahan) Anshori Umar:
Mendahulukan anggota ketika membasuh kedua tangan dan kaki.

Teks Esa (terjemahan) Zaid Husein:
Mendahulukan tangan dan kaki kanan daripada kiri.
Kata yang bergaris bawah Hセi

dan \N^セiI

oleh Zaid Husein tidak diartikan, ia

hanya mewakilkan kata 'anggota' untuk kedlla kata tersebllt. Padahal kata 'anggota'
masih berarti lImllm. Dalam teori syarat ketepatan diksi, kata khusus lebih
diutamakan penggllnaanya, karena kata khusus lebih mendekatkan makna yang
5 Gorys
6

Keraf, Tala Bahasa lndanesia (Flores NTT : Nusa Indahl, h. 74

Ibrahim Muhammad Jamal. loc. Cit.

7

dimaksud atau diinginkan oleh penulis .Karena itu, teljemahan Zaid Husein pada
kalimat di atas kurang tepat.
Dari beberapa contoh di atas jelas bahwa banyak hasil terjemahan, yang
terkadang kita dapat menemukan dua teljemahan dari teks Bsu yang sama, ketika kita
membacanya kita menemukan adanya perbedaan dalam Bsa-nya yang menyebabkan
terjemahan satu lebih dimengerti dan dipahami oleh si pembaca dari teljemahan yang
kedua. Agar terhindar dari kesalahan menerjemah maka sem'ang penerjemah harus
menguasai kaidah-kaidah bahasa teljemahan, sehingga pembaca dapat memahami
hasil terjemallan itu.
Buku fiqhul-mar 'atil-muslimah ditulis oleh Syekh Ibrahim Muhammad AIJamal, telah diterjemallkan oleh beberapa orang penerjemah. Dari sekian banyal( hasil
tel:jemahan buku ini, penulis melihat bahwa terjemahan Anshori Vmar dan Zaid
Husein merupakan terjemahan yang banyal( beredar di masyarakat. Dengan banyak
beredamya kedua buku teljemahan ini, penulis merasa perlu meneliti hasil terjemallan
keduanya, karena jika terdapat teljemahan yang berbeda, dikhawatirkan akan
menimbulkan kesalah pahaman bagi pembaca. Apabila hal ini sampai terjadi tidak
mustahil akan timbul perbedaan tata cara beribadah. Kesalahan-kesalahan seperti ini
seharusnya segera diatasi, sebelum akhirnya menimbulkan perpecahan dalam tubuh
umat islam. Dengan demikian amat berat kiranya tugas seor2U1g peneljemah (dalam
hal ini buku-buku fiqih), ia harus senantiasa berhati-hati dalam menerjemahkan kata
maupun kalimat. Setiap kala maupun kalimat yang dipilih hams tepat dan sesuai,

8

guna menghindari hal-hal yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan umat
islam.
BerdasaTkan latar belakang itulah penulis mencoba mcneliti hasil terjemahan
kitab ini. Untuk itu penulis memberi judul skripsi ini dengall "ANALISIS DIKSI
TERHADAP

HASIL

TERJEMAHAN

BUlW

FIQHUL-MAR'AU

AL-

MUSLIMAU (STUm KOMPARATIF)".
B. Pembatasan Masalah

Pengamatan pada buku teljemahan fiqh al-mar'ati al-muslimah memberi
inspirasi kepada penulis untuk mengangkat permasalahan pada kajian diksi. Dan dari
sekian banyak bab dalam buku tersebut, penulis mengambil satu bab saja, bab
thaharah dengan alasan agar penelitian yang akan penulis lakukan dapat mengena dan
tidak melebar.
Maka dalam hal ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
I. Apakah model teljemahan yang dipakai oleh kedua peneljemah.

2. Apakah diksi hasil teljemahan yang dilakukan oleh ke dua penmjemah sesuai
dengan syarat kesesuaian dan ketepatan diksi.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah yang pellulis kemukakan di atas, maka yang menjadi
tujuan umum dalam penelitian ini adalah membandingkan pemilihan diksi yang
dilakukan oleh ke dua peneIjemah pada buku tersebut.
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

9

I.Mengetahui model terjemahan yang dipakai oleh kedua penerjemah.
2.Mengetahui kwalitas diksi yang telah dilakukan oleh ke dua peneIjemah.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah membantu penerjemah terutama
penerjemah pemula untuk mengetahui pemakaian maupWl pemilihan kata-kata pada
teljemahan teks atau buku.

D. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis kemukakan, maka jenis penelitian
yang akan penulis lakukan adalah penelitian deskriptif karena penulis menganalisis
data-data yang terdapat dalam bab thaharah pada buku terjemahan fiqh wanila , lalu
mendeskripsikan hasilnya. Selain itu, penulis menggunakan teori diksi dan leksikal
sebagai pisau analisis.
Pencarian data yang penulis lakukan dalam pencliti[ffi ini melalui Iibl'lliry
search yaitu pencarian data kepustakaan yang dapat mcndukung penelitian ini.

Eo Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi yang penulis gunakan mengacu pada "pedoman
penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi" yang disusun oleh Tim UlN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan diterbitkan oleh UlN Jakmia Press tahun 2002
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

10

Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manlilllt penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II adalah bab kerangka teori yang berisi tentang definisi

Lョ。ィ ュ・ェセ ー

model

penerjemahan dan penilaian hasil terjemahan, definisi diksi dan kolersinya
dengan makna, syarat ketepatan dan keserasian diksi, selia diksi dalam
kalimat.
Bab III adalah bab analisis data yang berisi tentang biografi penel:jemah dan analisis
diksi, serta perbandingan hasil tel:jemahan Anshori Umar dan Zaid Husein
AI-Hamid.
Bab IV adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

BABII
KERANGKA TEORI
A. Teol"! Terjemahan
Berabad-abad lamanya orang telah meneljemahkan, namun baru pada akhirakhir ini saja perkembangan teori teljemahan nampak. Dari peninggalan sejarah kita
mengetahui adanya terjemahan bagian-bagian dari Epic Gilgamesh bahasa SumeIia
ke dalam empat atau lima bahasa Asia sekitar abad kedua S.M. Sejarah juga mencatat
bahwa dokumen-dokumen yang pertama-tama di teljemahkan adalah kitab suci
bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani sekitar abad ketiga S.M. 7
Apa yang telah dilakukan berabad-abad itu hendaknya dapat dilakukan secara
lebih mudah, efisien dan baik dengan adanya teori teljemahan. Adanya teori
tejemahan ini semakin dapat diyakini bahwa dengan pengetahuan teoIi terjemahan
seseorang akan mendapat gambaran yang jelas mengenai penerjemahan, jadi bukan
suatu gambaran yang samar-samar yang hanya dapat dirasakan saja tanpa dapat
dideshipsikan seca!'a eksak.
Dalanl dunia penerjemahan, bahasa memiliki hubungan yang sangat erat,
karena pekeljaan meneljemah melibatkan bahasa dengan segala aspeknya.
Peneljemahan adalah kegiatan yang dapat membukt!kan dengan jelas tentang peran
bahasa dalam kehidupan sosial (Hatim dan Mason, I990). Melalu! kegiatan ml,

7

J. M. Cohen, Translation. "The Encyclopedia Americana Interna/ionaf', (New York:

Americana Corporation, ]976),27: 12-15

12

seorang penerjemah menyampaikan kembali isi sebuah teks dalam bahasa lain.
Penyampaian ini bukan hanya sebagai kegiatan penggantial1, karena penerjemah
dalam hal ini melakukan kegiatan komunikasi barn yakni dalam bentuk teks, dengan
memperhatikan aspek-aspek sosial ketika teks baru ita akan dibaca atau
dikom\mikasikan. 8

1. Definisi Penerjemahan.
Kegiatan penerjemahan secara luas diartikan sebagai scmua kegiatan manusia
dalam mengalihkan pesan atau makna, baik verbal ataupan non-verbal dari satu
bentuk ke bentuk yang lain.
MeneIjemahkan merupakan seni (art) yang didukung kecil1taan, kemauan dan
dedikasi. Sebagai suatu seni dalam menyampaikan pesan, baik malulU dan gaya
bahasanya, penerjemah hendaknya membekali diri dengan kemampuan estetis, begitu
pula penyusunan kalimat memerlukan kompetensi yang serba estetis.
Penerjemahan juga mempakan suatu keterampilan (skill) yang bisa dipelajari,
ditingkatkan, dikembangkan dan diajarkan. Menerjemahkan suatu teks bukanlah
sekedar menuliskan pikiral1-pikiran penerjemah sendiri, bempapun baiknya. Dan
bukan pula menyadur saja, dengan pengertian menyadur sebagai pengungkapan
kembali amanat dari satu karya dengan meninggalkan detail-detailnya tanpa harus

8

h.6

Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: P.T. Grasindo, 2000), Cel. ICe-l,

13

mempertahankan gaya bahasanya dan tidak hams ke dalam bahasa lain.(Pengertian
menyadur tersebut diberikan oleh Hmimurti Kridalaksana)9
Untuk mengetahui dunia peneljemahml, kurang lengkap bila kita tidak
mengenal para tokoh, beserta definisi yang diungkapkan.
a. Eugene A. Nida
Dalam

bukunya

The

Theory

and

Practice

of Translation,

Nida

mendefinisiakan peneIjemahan sebagai :"Translating consist in reproducting in the
receptor language the closest natural equivalent to the message of the source
language, first in meaning and secondly in style. lO (MeneIjemahkml berarti
menciptakan padanan yang paling dekat dalam bahasa penerima terhadap pesan Bsu,
pertama dalam hal makna, dan kedua pada gaya bahasanya).
bJuliane House
Sedangkan menurut House (1977) dalam disertasinya beIjudul "A Model for
Translation Quality Assessment" terjemahan adalah "Translation is the replacement
of a text in the source language by semantically and pragmatically equivalent text in
the target language (TeIjemahan merupakan penggmltiml kembali naskah berbahasa
sumber dengan yang berballasa sasaran ymlg secara semantik dan pragmatik
sepadml. II
9

Nurrachman Hanafl, Op. Cit.• h. 23

10

Eugene A. Nida and Charles Taber, The Theorist and Practice ofTranslation, ( Leiden: The

United Bible Societies, 1974), p. 12
II

Nun-achman Hanafl, Op. Cit., h. 26

14

c. J. C. Catford
Catford menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan
penerjemahan, dan ia mendefinisikan peneIjemahan ini sebagaimana dikutip oleh
Nurachman Hanafi "The replacement of textual material in one language (8L) by
equivalent textual material in another language (TL)". (Mengganti bahasa teks dalam
bahasa sumber (Bsu) dengan bahasa teks yang sepadan dalam bahasa sasaran
(Bsa)).12
Jelas terlihat bahwa Catford sangat menekankal1 penggantian naskah
hendaknya sepadan, karena kesepadanan merupakan hal yang amat penting dalam
penerjemahan. Melalui kesepadanan pesan yang disampaikan akan sama dengan
pesan yahg terkahdung dalam naskah asH. Dan bukanlah suatu terjemahan bila pesan
yang disampaikan tidak sepadan dengan naskah aslil1ya.
d. P. NewMark
New Mark, seperti yang dikutip Rochayah Maachali memberikan definisi.
'Translitiol1 is an exercise wich consists in the attempt to ・セL。ャーイ

a written message in

one language by the same message in another language'. (TeIjemahan merupakan
latihan dalam upaya menggantikan pesan tertulis dari bahasa satu dengan pesan yang
sarna pada bahasa lainnya).13

12

J. C. Calford, A Linguistic Theory ofTranslation (London: Oxford University Press, 1974 )

Fourth Impression, pAO
13

Nurrachman Hanafi, Gp. Cit., h. 25

15

e. Leonard Foster
Definisi tetjemahan yang dilll1gkapkan Foster sebagaimana yang telah dikutip
oleh Nurachman Hanafi yaitu "Translation as the transferenee of the conteet of a text
from one language irlto another, bearing in mind that we cannot always dissociate the
content from the form" (TeIjemahan mempakan pemindahan isi naskah dari satu
bahasa ke bahasa lainnya, yang perlu diingat bahwa kita tidak selalu bisa
memindahkan isi bentuk dari naskah itu).14
f. J. Levy
Seperti yang dikutip oleh Nurachman Hanafi, pelldefinisian terjemahan
menurut Levy adalah suatu keterampilan. Kejelasan diri penerjemah tampak
tercermin dalam opininya. Dalam Translation a Decisioh Process, Levy menjelaskan
"Translation is a freedom of ehoice between several apt.roximately equivalent
possibilities of realizing situational meaning" (Terjemahan mempakan proses kreatif
yang memberikan kebebasan bagi penerjemah lll1tuk memilih kemungkinan padanan
yang yang dekat dalani menglll1gapkan makna yang sesuai dengan situasinya).15
Sebagai suatu ptoses kreatif kegiatan penerjemahan rttemberikan kebebasan bagi
penerjemah untuk mencari padanan yang sesuai dengan konteks situasinya.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, penulis
menyimpulkan secara umum tejemahan adalah proses pengalihan pesan baik lisan

14

Ibid, h. 27

15

Ibid. h. 24

16

maupun tulisan dari satu bahasa ke bahasa lain dengan memperhatikan kesepadanan
dan gaya ke dua bahasa.
2. Model Terjemahan

Berbagai ragam terjemahan yang kita temukan berikut namanya. Semua itu
tergantung dari sudut mana kita menyoroti naskah yang diminati untuk dijadikan
sasaran. Menurut New Mark (1988) seperti yang dikutip oleh Rochayah Machali
jenis penerjemahan dapat dikelompokan menjadi dua. Yaitu :
a. Penerjemahan yang memberikan penekana terhadap bahasa sasaran (Bsa).
Penerjemahan jenis ini bempaya menghasilkan dampak yang relatif sama
dengan yang diharapkan oleh penulisa asli terhadap pembaca versi Bsu.
Penerjemahan ini terdiri dari beberapa metode, yaitu :
1. Adaptasi/Saduran
Adaptasi atau saduran merupakan metode penerjemaJnan yang paling bebas
dan paling dekat dengan teks bahasa sasaran (Bsa). Kata 'saduran' dapat dimasukkan
di sini asalkan penyadurannya tidak mengorbankan hal-hal penting dalam naskah asli.
Metode ini biasa dipakai dalam meneljemahkan drama atau puisi, yaitu yang
mempertahankan tema, karalcter dan alur.
2. Peneljemahan bebas
Penerjemahan yang menggunakan metode ini biasanya lebih mengutanlakan
isi dan mengorbankan bentuk teks Bsu. Metode ini berbentuk sebuah parafi'ase yang
dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya.

17

3. Penerjemahan Idiomatik
Penerjemahan jenis ini bertujuan mereproduksi atau menghasilkan pesan
dalam teks Bsu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan
idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya.
4. Peneljemahan Komunikatif
Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang sedemikian
rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti
oleh pembaca.
b. Penerjemahan yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber (Bsu).
Dalam metode jenis ini, penerjemah berupaya mewujudkan kembali dengan
setepat-tepatnya makna kontekstual Tsu, meskipun menghadapi hambatan-hambatall
sintaksis dan semantik pada Tsa (yakni hambatan belltuk dan makna).
Penerjemahall ini melahirkan beberapa metode penerjemahan, :,ebagai berikut :
1. Penerjemahan Kata-Demi-Kata
Dalatn metode penerjemahan jenis ini, kata-kata Tsa biasanya langsung
diletakkan di bawah versi Tsu. Kata-kata dalam Tsu diterjemahkan di luar konteks,
dan kata-kata yang bersifat kultural dipindahkan apa adanya. Umumnya metode ini
dipergunakan sebagai tabapan prapenerjemahan pada penerjemahan teks yang sangat
sukar atau unM memahami mekanisme Bsu. Namun demikian metode ini tidak
lazim digunakan sebagai metode penerjemahan yang umum di Indonesia.

18

2. PeneIjemahan Harfiah
Penerjemahan yang dilakukan dengan menggunakan metode ini, konstruksi
gramatikal Bsu dicarikan padanannya yang terdekat dalam Bsa, tetapi peneIjemahan
leksikal atau, kata-katanya dilakukan terpisah dari konteks. Hasil terjemahan dengan
metode ini me11iadi kaku, karena peneljemah memaksakan aturan-aturan tata bahasa
Bsu ke dalam tata bahasa Bsa.
Metode penerjemahan ini digunakan sebagai proses awal penerjemahan bukan
sebagai metode penerjemahan yang lazim. Metode ini membantu penel:jemah melihat
masalah yang harus diatasi.
3.Penerjemahan Setia
Penerjemahan ini mencoba mereproduksi makna kontekstual Tsu dengan
masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Penerjemahan ini berpegang teguh pada
maksud dan tujuan Tsu, sehingga hasil teIjemahan kadang-kadang terasa kaku dan
sering kaH asing karena, kata-kata yang bennuatan lrultural atau budaya
dialihbahasakan, tetapi penyimpangal1 dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih
tetap dibiarkan. Metode ini bennanfaat untuk membantu penerjemah dalam proses
awal pengalihan.
4.Penerjemahan Semantis
PeneIjemahan semantis hams senantiasa mempertimbangkan unsur estetika
teks Bsu dengan mengkompromikan makJIa selama masih dalam batas kewajaran.
Kata yang sangat sedikit bennuatan budaya dapat diteIjemaIlkal1 dengan kata-kata
yang netral atau yang fungsional.

19

Perbedaan yang mendasar pada kedua kelompok atan jenis metode di atas
terletak pada penekanalU1ya saja, dall di luar perbedaml ini keduanya saling berbagi
masalah. Keberbagial1 ini menyal1gkut (I) Maksud atau tujUal1 dalalll sebual1 teks
Bsu, (2) Tujual1 penerjemal1, (3) Pembaca dal1latar belalcang atau setting teks. 16
3. Penilaian Hasil Terjemahan

Penilaial1 teIjemal1al1 sal1gat penting disebabkal1 oleh dua alaSail (I). Untuk
mencipatakal1 hubungal1 dialektik al1tal'a teori dal1 praktek penerjemahal1, (2). Untuk
kepentingal1 kriteria dan standar dalam menilai kompetensi peneIjemal1, temtalna
apabila kita menilai beberapa versi teks Bsa dal'i teks Bsu yal1g sallla. 17
Seoral1g peneIjemal1 tentunya mallgingiukan hasil terjemal1al1 yang baik.
TeIjemahal1 yal1g baik agak

sulit didapatkan.

Sebab

membutuhkal1 segenap keal1lian peneIjemal1 dalalll segala ュ。Gセャ

untuk mencapainya,
segi. Bukan hanya

semal1gat yal1g berkobar dan bakat yal1g ada padanya secara alalllial1, pengalamal1
yal1g luas pun sal1gat membantn dalalll menambal1 gairah keIja.
Beberapa prinsip penerjemal1al1 yal1g ditawarkal1 Savory(1968) dalaln ral1gka
mencapai produk atau hasil teIjemahan yal1g baik, diantaral1ya;
(I). A translation must give the words of original (TeIjemahal1 hams menyajikal1

kata-kata dari naskal1 aslinya)

16

Rochayah Machali, Op. Cit., h. 49-56

17

Ibid.. h. 108

20

(2). A translation must give the ideas of the original (Terjemahan harus menyajikan
ide-ide dari naskah aslinya)
(3). A translation should read like an original work (Terjemahan hendaknya terbaca
sendiri karya aslinya)
(4). A translation should reflect the style of the translator (Terjemahan hendaknya
merefleksikan gaya dari naskah aslinya)
(5). A translation should possess the style of the translator (TeIjemahan hendaknya
memiliki gaya yarig dipakai oleh penerjemah)
(6). A translator should read like a translator (TeIjemahan hendaknya terbaca sebagai
terjemahan)
(7). A translation should read as a contemporary of the translator (Tel:jemahan
hendaknya terbaca sebagaimana bahasa kontemporer naskah aslinya)
(8). A translation should read as a contemporary of the lranslator (TeIjemahan
hendaknya terbaca sebagaimana bahasa kontemporer Iィ。ュ・ェイセエャー
(9). A translation may add to or omit from the original (Terjemahan boleh
menambahkan atau mengurangi bagian dari naskah aslinya)
(10). A translation may never add to or omit from the original (Teljemahan sarna
sekali boleh tidak menambah atau mengurangi bagian dari naskah aslinya)
(11). A translation of verse should be in prose (Terjemahan sajak hendaknya
berbentuk prosa)

21

(12). A translation of verse should be

III

verse (Terjemahan sajak hendaknya

berbentuk sajak)18
Dari kesemuanya,

penerjemah tentu akan mengalanli kesulitan bila

menerapkan semua prinsip di atas, sebab terkadang satu dengan lailillya saling
beliolak belakang. Karenanya, seorang penerjemah boleh memilih mana yang paling
tepat menurut selera masing-masing, tidak perlu semuanya hams diikuti.
Menilai teljemahan tentunya didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu, sehingga suatu teIjemahan dapat dikatakan baik jika telah
memenuhi semua kriteria tersebut.
Suatu peI1ilaiatI harus mengikuti prinsip validitas dan reliabilitas, akan tetapi,
karena penilaian karya terjemahan adalah relative (berdasarkan kriteria lebih-kurang),
maka validitas penilaian dapat di pandang dari aspek content validity dan face

validity. AlasanI1ya adalah karena menilai satu terjemahan berarti melihat aspek isi
(content) dan sekaliglIs juga aspek-aspek yang menyangkut "keterbacaan" seperti
ejaan (face), sekalipun ejaan itu sendiri juga berkaitan dengan rnakna.
Pada saat ini definisi terjemahan yang dianggap baik oleh banyak orang ialah
yang didasarkan pada makna dan bukan pada bentuk. Tujuan penerjemahan yang
berdasarkan makna, dalam garis besarnya, bertujuan untuk me:ngalihkan malma yang
terdapat di dalam bahasa atau teks sumber ke dalam bahasa atau teks sasaran. Dalam
mengalihkan makna dari Bsu ke dalam Bsa hanls dijaga agar tidak ada yang hilang

IS

Nurrachman Hanafi, Op. Cit.. h. 77

22

dan tidak ada yang ditambah atau berubah. Selain itu, makna yang dialihkan ke dalarn
Bsu itu harus diungkapkan sewajar mungkin menurut kaidah-kaidah yang berlaku
bagi Bsa.
Berdasarkan pengertian teljemahan diatas, penilaian terhadap hasil terjemahan
dapat ditujukan kepada, pertama-tarna makIla atau isi teks; kedua, kewajaran menurut
Bsa. Selain apa yang harus dinilai atau diperhatikan, perlu juga diketahui bagaimana
cam melakukan penilaian untuk jenis-jenis penerjemahan tertentu, siapa yang
berkompeten menilai perlu juga ditentukan.
Dalarn penilaian isi teks, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah isi teks
terjemahan akurat atau tidak. Sejauh mana makna yang terdapat di dalam Bsu dapat
dialihkan secara akurat ke dalam teks teljemahan. Pedoman yang perlu diperhatikan
di sini ialah apakah ada yang ditambah dan dikurangi. Jika teks terjemahan dapat
mengungkapkan seluruh makna yang terdapdt di dalarn Bsu, maka teljemahan dapat
dianggap kurang baik. Selain itu, harus diperhatikan pula, apa teks teljemahan
memuat sesuatu yang tidak terdapat di dalarn Bsu. Jika ada, maka teljemahan
dianggap tidak baik. Seandainya makna dapat ditimbang, maka bobot makna Bsu
hams sarna dengan bobot malma Bsa. 19

19

Maurist Simatupaug, Pengantar Teori Teljemah, (Jakarta, VI

Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, J999/2000), h. J30

Direktorat Jendral

23

B. TEORI DIKSI

Dalam kegiatan komunikasi, kata-kata dijalin-satukan dalam suatu konstruksi
yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa.
Yang paling penting dari rangkaian kata-kata tadi adalah pengertian yang tersirat
dibalik kata-kata yang digunakan. Setiap anggota masyarakat yang terlibat dalam
kegiatan komunikasi, selalu berusaha agar orang lain dapat memahaminya dan di
samping itu, ia harus bisa memahami orang lain. Dengau eara ini terjalinlah
komunikasi dua arall yang baik dan hmllionis.
Pengertian yang terdapat dalam sebuah kata mengandung makna bahwa tiap
kata mengungkapkml sebuah gagasan atau sebuah ide, yang ak;;m disampaikan kepada
orang lain.
Bila kita menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan, maka
dengan demikian semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula
ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya.
Mereka yang luas kosa katanya, dapat dengan mudall dan lanem' mengadakan
komunikasi dengml orang lain.
Tidak dapat pula dismlgkal bahwa penguasaaan kosa kata adalah bagian yang
sangat penting dalam dunia perguruan tinggi bagaiman tidak, seeara menyolok
aktivitas seorang mahasiswa setiap hari sebenmnya berkisar pada persoalan kosakata.
Sepanjang hari ia hams mengikuti perkuliallan dan menulis karya-karya
ilmiah ymlg sudah tentu ia akan bersinggungan langsung dengan kata-kata. Bila ia
menguasai kosakata seeara luas dml mengetailUi seeara tepat batasan-batasan

24

pengertiannya maka

Ja

akan mengungkapkan pula sec:ara tepat apa yang

dimaksucikannya.
1. Pengertian Diksi dan Korelasinya Dengan Makna

a. Pengertian Diksi.
Diksi dalam kamus bahasa Indonesia (1988) benuti pemilihan kata yang
bennakna tepat dan selaras (cocok penggunannya) untuI(

ョ。ォー ァョオ セHュ

gagasan

dengan pokok pembicaraan, peristiwa dan ldlalayak pendengar atau pembaca.
Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer diksi berarti pilihan kata;
penggunaan kata yang sesuai dalam penyampaian suatu gagasan dengan tema
·
. .
. 20
pemblcaraan,
pertstIwa,
atau pellllrsa.

Menurut Gorys Keraf, pilihan kata atau diksi adalah "kemampuan
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin
disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi
dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat
dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau
perbendaharaan kata bahasa itU. 21 Kridalaksana (1993) mendefinisikan diksi dengan

20

Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modem

English Press, 2002), Cet. Ke-2, h. 354
21

II,h.24

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. Ke-

25

pilihan kata dan kejelasan lafal wItuk memperoleh efek tectentu dalam berbicara di
depan mnmn atau karang-mengarang. 22
Diksi di dalam kamus teori linguistik Ingris-Arab AI-Khuli (1982) adalah

: ..t;, liJ I L9.! .. , , ,

Pemilihan kata : Memilih kata dalam berbicara dan tulis menulis kemudian disusun
berdasarkan aspek ketepatan, kejelasan dan efektif. 23
AdapWl menurut Purwa Darminta, ia yakin bahwa pada umWlWya pilihan
selalu diarahkan kepada kata-kata yang "tepat", "seksanla", dan "Iazim". Ketiga
Wlsur tadi menjadi pedoman untuk memilih kata. "Tepat"

mengenai arti dan

tempatnya. Kata yang tepat di tempat yang tepat. Itulah yang patut digWlakan.
"Seksama" ialah serasi benar apa yang hendak dituturkan. "Lazim", adalah sudah
menjadi kata wnmn, kata yang di kenaI dan dipakai dalam bahasa Indonesia. 24

22

Hari Murti Kridalaksana, Kamus Linnguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993),

Cet Ke-3, h.44
23

M. Al Kholi, A Dictionary of Theorithical With an Arabic-english Glossary, (Riyadh:

Librairie Du Lihan, 1982), p. 97
24

h.43

A. Widia Marlaya, Seni Menggayakan Kalimat, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Cet. Ke-5,

26

Sinonim diksi adalah pilihan leksikal. Pilihan kata sebagai sinonim diksi dapat
menyesatkan, karena pilihan kata itu tidak boleh selalu berupa kata (dasar atau
turunan), tetapi dapat berupa kata majemuk atau frase. 25
Dari beberapa pendapat diatas, secara umum penulis menyimpulkan definisi
diksi dengan, pilihan kata yang sesuai dengan

makna dan ide yang ingin

diungkapkan. Tepat dalam penggunaannya, serasi dengan apa yang akan diungkapkan
dan lazim dikenal serta dipakai dalam bahasa Indonesia umum. Sinonim diksi tidak
selalu pilihan kata, karena pilihan kata tidak selalu berupa kala (dasar atau turunan)
tetapi dapat pula berupa frase atau kata majemuk.
b. Korelasi Diksi dengan Makna.
Telah diketahui bahwa kata hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, apabila
berada dalam kalimat. Ketika seseorang sedang berkomunikasi dengan lawan
bicaranya. Di samping ia mengungkapkan kehendak, perasaan, dan pikirlin, ia juga
mempertimhangkan pemilihan kata yang akan digunakannya. Tentu saja kata yang
dipilih adalah kata kata-kata yang dapat mendukuhg apa yang dikehendakinya,
dipikirkan dan dirasakan.
Pemilihan kata bukan saja rnempertimbangkat1lawan bicara, tetapi juga ingin
menunjukkan watak pembicara. Itu sebabnya seorang pembicara bukan saja dihmtut

25

Akrom Malibmy, "Pokok-pokok Perkuliahan Stilistika", Makalah, (Jakarta: UIN,

September 2003), h. 9

27

untuk mengetahui pada saat mana suatu kata digunakan, dan pada saat mana kata
tersebut tidak dapat dimanfaatkan.
Kesalahan seorang penulis atau pembicara dalam pemilihan kata akan
berakibat perubahan makna yang diterima oleh pembaca atau pendengar. Sehingga
pesan yang disampaikan tidak dapat tersalurkan, bahkan memungkinkan adanya
kesalah pahaman.
Makna kata dapat menimbulkan reaksi pada orang yang mendengar atau
membaca. Reaksi yang timbul itu dapat belwujud "pengertian" atau "tindakan".
Dalam berkomunikasi kita tidak hanya berhadapan dengan "kata", tetapi dengan
suatu rangkaian kata yang mendukung suatu amanat. Pembaca atau pendengar yang
berlainan akan memj:Jengaruhi pula pilihan kata dan cara penyampaian amanat
tersebut.26
Dengan demikian seseorang yang telah mengetahui makna sebuah kata tidak
akan begitu saja berbicara atau menulis. Banyak faktor yang harus diperhatikan,
dipertimbangkan, dan diperhitungkan.

2. Syarat Ketepatan dan Kesesuaian DiI