PERAN MALAIKAT DALAM KITAB SUCI (Studi Komparatif Kitab Suci Al-Qur’an dan Perjanjian Lama) Peran Malaikat Dalam Kitab Suci (Studi Komparatif Kitab Suci Al-Qur’an dan Perjanjian Lama).

(1)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Perbandingan Agama (Ushuluddin) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S. Ud).

Oleh:

JOKO MARYANTO NIM: H 000 090 013 NIRM: 09/X/02.4.3/0013

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014


(2)

(3)

Fakultas : Fakultas Agama Islam

ABSTRAK

Malaikat adalah salah satu makhluk rohani yang di informasikan di dalam kitab suci agama-agama Samawi. Malaikat secara umum bertugas sebagai utusan Allah SWT untuk menyampaikan firman-firman-Nya. Malaikat merupakan makhluk yang istimewa, meskipun malaikat merupakan makhluk rohani, dengan perintah dan seizin Allah, malaikat juga dapat menampakkan diri dalam wujud manusia. Hal ini biasanya terjadi ketika para malaikat mendapatkan tugas dari Allah untuk menyampaikan perintah-perintah-Nya, sebagaimana di kisahkan didalam kitab suci agama-agama Samawi, termasuk di dalamnya adalah Kitab

Suci Al-Qur’an dan Perjanjian Lama. Selain itu mereka juga memiliki peran yang

lain baik di alam ruh maupun alam manusia.

Di dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan Perjanjian Lama banyak ayat-ayat

yang menceritakan tentang malaikat. Akan tetapi, informasi yang diberikan dari masing-masing kitab suci tersebut terdapat kesejajaran dan ada pula perbedaannya, baik dari pengertian, kedudukan serta tugas para malaikat.

Penelitian ini membahas tentang malaikat dalam kitab suci Al-Qur’an dan

Perjanjian Lama, dan spesifik pada pembahasan peran malaikat dalam kedua kitab

suci tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research)

karena data-data yang digunakan ialah data-data yang dikumpulkan dari sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah Kitab Suci Al-Qur’an dan Perjanjian Lama. Sedangkan

sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku, artikel, serta jurnal ilmiah. Data yang dikumpulkan dengan tehnik dokumenter yang kemudian disimpulkan secara kualitatif komparatif dan disipulkan secara deduktif.

Dari hasil analisis, penulis menyimpulkan bahwa terdapat kesejajaran dan

perbedaan dari peran malaikat dalam Al-Qur’an dan Perjanjian Lama. Dalam hal

pemaknaan kata malaikat terdapat kesejajaran antara Al-Qur’an dan Perjanjian

Lama yakni sebagai utusan Allah. Dari segi kedudukan dan tugas malaikat sebagian terdapat kesejajaran dan sebagian lainnya terdapat perbedaan.


(4)

1 dibicarakan dalam kitab suci Al-Qur’an dan Perjanjian Lama, baik dari sisi sifat keghaibannya maupun tentang misi penurunan wahyu Allah kepada para rasul, serta tugas-tugas yang lain yang harus dijalankan sebagai wujud ketaatan terhadap penciptanya.

Di dalam Islam, percaya

akan adanya malaikat adalah

kewajiban bagi orang-orang yang

beriman.1 Sebab di dalam

Al-Qur’an disebutkan bahwa malaikatlah yang menjadi perantara dalam menyampaikan firman-Nya

kepada para rasul, sehingga

menafikkan para malaikat, berarti

menafikkan pula firman-firman

(wahyu) Allah.

1

Muhammad Na’im Yasin, Yang Menguatkan Yang Membatalkan Iman, Terj.Abu Fahmi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1990), hlm. 174.

peran malaikat sebagai utusan yang

menyampaikan perintah Allah

kepada manusia, mengabarkan

peristiwa-peristiwa penting kepada

orang-orang pilihan yang

mewartakan iman,2 salah satunya

yaitu kisah tentang malaikat yang menghalangi Abraham yang akan menyembelih anaknya Ishak, atas perintah Allah (Kel. 22: 11), serta tugas-tugas lainnya.

Meskipun di dalam Al-Qur’an dan Perjanjian Lama

sama-sama menceritakan tentang

malaikat, namun Al-Qur’an dan

Perjanjian Lama bukanlah satu kesatuan kitab suci, keduanya merupakan kitab suci yang berbeda yang menjadi sumber ajaran bagi umat yang berbeda pula. Maka dari

2

Darmawijaya, Malaikat-Malaikat dalam Kitab Suci, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2010), hlm. 14.


(5)

itulah mengapa perlu dilakukan kajian untuk mengetahui akan adanya kemungkinan kesejajaran maupun perbedaan peran malaikat

dalam Al-Qur’an dan Perjanjan

Lama.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di

atas, maka penulis menyusun

rumusan masalah dengan

mengelompokkan ayat-ayat tentang

malaikat di dalam Al-Qur’an dan

Perjanjian Lama. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peran malaikat

dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan

Perjanjian Lama. Setelah diketahui peran malaikat di dalam kedua kitab suci tersebut maka penulis

akan mengkomprasikan data

keduanya, sehingga dapat diketahui

adnya kesejajaran maupun

perbedaan peran malaikat dalam

Kitab Suci Al-Qur’an dan

Perjanjian Lama.

Adapun manfaat dari

penelitian ini adalah dapat

menambah khazanah keilmuan bagi pembaca serta bermanfaat dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita terhadap Allah

SWT, dengan memperdalam

pengetahuan terhadap salah satu rukun iman dalam Islam, yaitu iman kepada Malaikat Allah.

Sejauh pengetahuan

penulis, belum ditemukan skripsi

yang membahas tentang

perbandingan malaikat menurut Al-Qur’an dan Perjanjian Lama, meskipun cukup banyak buku-buku yang membahas tentang malaikat. Adapun yang sudah penulis temukan hasil karya ilmiah sebelumnya berupa skripsi dan


(6)

buku-buku yang membahas tentang malaikat yaitu antara lain:

Khoirun Nashikin (2008, IAIN Walisongo Semarang) dalam

skripsinya yang berjudul Malaikat

dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Komparatif Penafsiran Muhammad Husein Thabathaba'i dalam Tafsir Al-Mizan dan Fakhr Ar-Razi Alam Tafsir Mafatih Al-Ghaib), menyimpulkan bahwa Muhammad Husein Thabathaba'i menggunakan

metode tafsir bil Qur'ān dengan

pendekatan ra'yu dan menitik

beratkan pada aspek filosofis dan

sosiologis, sehingga penafsiran

tentang malaikat yang

ditawarkannya pun cenderung

rasional, yakni menyimpulkan

bahwa malaikat hakikatnya

merupakan esensi dari nur (cahaya)

jadi malaikat bersifat personal

imaterial. Sedangkan Fakh ar-Razi

mengunakan sebuah metode yaitu analitik dan menitik beratkan pada

pola tafsir bil maṡur dan bi ra'yi.

Sehingga Fakhr ar-Razi

memberikan pengertian tentang

malaikat sebagai satu

watak/keadaan/atau karakter yang non materi, sehingga malaikat

dikatakan makhluk impersonal

imaterial.

Malaikat-Malaikat Dalam Kitab Suci, karya St. Darmawijaya. Dalam buku ini membahas kajian tentang paham malaikat dalam kitab suci (alkitab), antara lain

yakni mencakup pengertian

malaikat, kisah-kisah malaikat

dalam kitab suci, tugas para malaikat dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru serta paham malaikat dalam kisah-kisah kuno.


(7)

Berdasarkan data-data yang penulis peroleh, belum ditemukan penelitian yang terdahulu, yang meneliti tentang peran malaikat

dalam Al-Qur’an dan Perjanjian

Lama. Sehingga penulis menyusun

penelitian ini dengan judul “ Peran

Malaikat dalam Kitab Suci (Studi

Komparatif Kitab Suci Al-Qur’an

dan Perjanjian Lama)”.

Malaikat merupakan

termasuk hal yang ghaib dan tidak dapat diindera namun bukan berarti malaikat tidak dapat dipelajari. Dalam hal ini ‘Abd al-Jabar mengemukakan pendapat bahwa yang ghaib memang tidak ada yang dapat mengetahui secara langsung, namun untuk dapat mengetahui hal yang ghaib dapat dilakukan melalui

penyimpulan berdasarkan

pengetahuan atas yang hadir di

sekitarnya yang disebut sebagai dalil.

Penyimpulan dari tanda atau dalil itulah yang diajukan sebagai jalan untuk mengetahui yang ghaib. Karena tanda-tanda ini berupa hal-hal yang diketahui yang ada di sekitar manusia, sementara yang dituju adalah pengetahuan akan sesuatu yang ghaib maka cara

seperti itu disebut Bisysyahidi ‘alal

ghaibi al-istidlal. Dalil digunakan untuk mengetahui sesuatu yang

tidak dapat diketahui secara daruri

(ilmu pasti).3

Kata ‘peran’ di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti seperangkat tingkat (aktifitas) yang diharapkan

dimiliki seseorang yang

3

Machasin, Al-Qadi Abd al-Jabbar,

Mutasyabih al Qur’an: Dalih Rasionalitas Al

-Qur’an, (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2000), hlm. 63-64.


(8)

berkedudukan di dalam suatu

masyarakat (kelompok).4

Dalam pengertian ini

berarti ada dua hal yang sangat penting bila membahas tentang peran, yakni tentang kedudukan

seseorang, dan juga tugas

seseorang itu dalam suatu

kelompok. Akan tetapi dalam penelitian ini yang akan dibahas bukanlah kedudukan dan tugas seseorang (manusia), melainkan kedudukan serta tugas salah satu makhluk Allah, yakni malaikat.

Istilah kitab suci sangat identik dipahami dengan sumber ajaran suatu agama. Setiap agama

baik samawi maupun ardhi

memiliki kitab suci sebagai

sumber ajaran masing-masing

selain merupakan sumber

4

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 667.

informasi akan sejarah lahirnya suatu agama.

1. Al-Qur’an

Secara harfiyah Al-Qur’ān

berarti ‘bacaan’.5 Secara definisi

Al-Qur’an adalah merupakan kitab suci agama Islam yang berisi firman-firman Allah SWT yang

diturunkan kepada nabi

Muhammad SAW melalui

perantara malaikat Jibril a.s,

dengan menggunakan bahasa

Arab, yang terdiri dari 114 surat dan terhimpun dalam mushhaf yang dimulai dari surat Al-Faatihah dan diakhiri dengan surat

An-Naas, bacaannya sebagai

ibadah yang mendekatkan diri

manusia kepada-Nya.6

Tujuan Allah menurunkan Al-Qur’an ialah sebagai pedoman

5

Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 54.

6

Tim Dosen PAI UNY, Din Al-Islam, hlm. 21.


(9)

bagi seluruh umat manusia, penyejuk qalbu, solusi dari semua

masalah, dan kebaikan bagi

seluruh Alam (QS. Al-An’aam:

155; QS. An-Nahl: 89). 2. Perjanjian Lama

Pada awalnya Perjanjian Lama adalah kitab suci agama Yahudi. Perjanjian Lama secara garis besar berisi tentang riwayat sejak nabi Adam hingga masa dekat sebelum nabi Yahya, sedang bagian Alkitab yang lain yaitu Perjanjian Baru berisi tentang riwayat setelah nabi Yahya/ Yahya Pembaptis hingga kisah penyaliban Yesus hingga kenaikan Yesus ke

Surga.7

Didalam Alkitab Umat

Katolik menggunakan Perjanjian Lama terjemahan Yunani, dengan susunan yang terdiri dari 46 kitab

7

Djarnawi Hadikusuma, Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Persatuan, t.t), hlm. 5.

yang dianggap kanonik atau

sah/diakui sedang 2 kitab

diantaranya dianggap Apokrif

(tidak sah/tersembunyi).

Sedangkan Perjanjian Lama yang digunakan umat Protestan adalah Perjanjian Lama Ibrani terdiri dari 39 Kitab, sedang 9 kitab lainnya

digolongkan kitab Apokrif.8

Di dalam Perjanjian Lama Ibrani terdiri dari 3 bagian, yaitu Kitab Taurat, Nabi-Nabi, dan Kitab-kitab, yang kemudian

orang-orang Yahudi menyebutnya

dengan TENAK/ TANAKH (Thora,

Nebiim, Ketubim).9

3. Malaikat Dalam Al-Qur’an

Secara bahasa, kata

malaikat atau malāikah ( ةكءام )

adalah bentuk jamak dari kata

8

Djarnawi Hadikusuma, Sekitar, hlm. 7. 9

J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), hlm. 9.


(10)

malak ( كلم).10 Ada yang

berpendapat bahwa kata malak

terambil dari kata alaka,

mal’ākah , dan ma’lak. Dari

akar kata tersebut diperoleh

perkataan malā’ik, karena

mereka adalah utusan Allah. Ada juga yang berpendapat

bahwa kata malak terambil dari

kata la’aka dan mal’ākah yang

berarti ‘pesan’.11 Sehingga

dapat diartikan bahwa malaikat adalah makhluk Allah yang bertugas menyampaikan pesan

dari Allah SWT kepada

makhluk-Nya.12

Banyak ulama

berpendapat bahwa malaikat

10

H.G. Abdurrasyid, dan A.F. Hidayat, Kamus Lengkap Arab-Indonesia, Indonesia-Arab (Kontekstual-Aplikatif), (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 172.

11

Umar S. Al-Asyqar. Menyingkap Rahasia Alam Malaikat Menurut Al-Qur’an dan Sunnah. Terj. Supriyanto Abdullah, (Yogyakarta: Kreasi Total Media, t.t). hlm. vii.

12

H. M. S. Projodikoro, Makhluk Ghaib dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pilar Media, 2009), hlm. 18.

dalam segi pengertiannya dalam bahasa agama adalah makhluk halus yang diciptakan dari cahaya yang dapat berbentuk

dalam aneka bentuk, taat

mematuhi perintah Allah dan

tidak memiliki kemampuan

untuk mengingkari

(membangkang) dari

perintah-perintah-Nya.13

4. Malaikat Dalam Perjanjian Lama

Istilah malaikat

bukanlah istilah yang berasal dari kosakata bahasa Indonesia. Istilah malaikat dirujuk dari

bahasa Ibrani yaitu malakh

yang berarti utusan,14

sedangkan dalam bahasa

Inggrismalaikatdisebut dengan

kata angels yang dirujuk dari

bahasa Yunani yaitu aggelos

13

Ibid, hlm. 20. 14


(11)

yang juga memiliki arti ‘utusan Allah’.15

Malaikat bukanlah

makhluk jasmaniah seperti

manusia, namun malaikat

merupakan makhluk rohani

(Ibr. 1: 14). Sebagai makhluk rohani malaikat tidak dapat terdeteksi oleh panca indera

manusia, karena malaikat

bersifat nonfisik atau

immaterial. Namun keberadaan malaikat harus difahami sebagai wujud spiritual bukan wujud

secara material.16

Berdasarkan landasan teori tersebut, kemudian perlu dilakukan

pengembangan sebagai tindak

lanjut penerapan teori yang

15Gerald O’Coliins dan Edward G. Farugia, Kamus Teologi (Judul Asli: A Concise Dictioanry of Theology), Terj. I. Suharyo, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996), hlm. 186.

16

Mortimer Adler, Angel and Us, Perjumpaan Dengan Malaikat, (Jakarta: Penerbit Teraju Mizan, 2005), hlm. 45.

digunakan dalam penelitian ini, yakni dengan mengelompokkan

ayat-ayat yang mengisahkan

tentang peran malaikat dalam

Kitab Suci Al-Qur’an dan

Perjanjian Lama. Kemudian dari ayat-ayat tersebut dianalisis agar menemukan kemungkinan adanya kesejajaran dan perbedaan peran malaikat dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan Perjanjian Lama yang mencakup pengertian malaikat, kedudukan malaikat, serta tugas malaikat.

B. Model Penelitian

Penelitian ini termasuk

dalam penelitian kepustakaan

(Library Research) karena data yang akan diteliti berupa naskah-naskah, buku-buku, atau


(12)

majalah-majalah yang bersumber dari

khasanah kepustakaan.17

Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah metode komparatif yaitu

suatu metode yang berusaha

memperbandingkan agama secara umum atau gejala-gejala agama (unsur agama) tanpa memihak, karena dalam hidup manusia terdapat unsur-unsur yang dapat

diuraikan atau diklasifikasikan

dalam lingkup struktur-struktur fundamental yang memiliki arti

fenomena tersendiri.18

Membandingkan satu

agama dengan agama lainnya

bertujuan mencapai dan

menentukan struktur yang

fundamental dari

17

Muhammad Nazir, Metode

Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 54.

18

Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 41.

pengalaman dan konsepsi-konsepsi keagamaan dengan memilih dan

menganalisis kesejajaran dan

perbedaan antar agama.19

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik dokumenter. Teknik

dokumenter ialah teknik

pengumpulan data yang

didapatkan melalui

dokumen-dokumen tertulis yang berupa arsip-arsip, ayat-ayat dalam kitab suci, buku-buku, majalah, biografi,

autobiografi, memoar, catatan

harian, prasasati, teori,

hukum-hukum, dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah

penelitian guna memperoleh data-data penelitian yang relevan dan

akurat.20

19

Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan Tentang Methodos dan Sistima), (Yogyakarta: Yayasan Nida,1970), hlm 6-7.

20

Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial


(13)

Pada penelitian ini model analisis yang digunakan yakni

model analisis kualitatif

komparatif yang menekankan

keaslian dan kepastian (tanpa

perlakuan manipulatif) dalam

menggambarkan fenomena sosial

secara holistic. Metode komparatif

menggambarkan tentang tipe-tipe yang berbeda dari

kelompok-kelompok fenomena, untuk

menentukan secara analitis

faktor-faktor yang membawa ke

kesamaan-kesamaan (titik temu) dan perbedaan-perbedaan, dalam pola-pola yang khas dari tingkah laku.21

Data yang telah

dikumpulkan dari sumber-sumber di atas kemudian dianalisis secara

kualitatif dan komparatif,

Humaniora Pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 234.

21

Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi, hlm. 39.

kemudian disimpulkan secara

deduktif, yaitu cara menganalisis data dari uraian permasalahan yang umum disimpulkan ke khusus sehingga penyajian hasil penelitian

ini dapat difahami dengan

mudah.22 Dalam hal ini

permasalahannya adalah mengenai peran malaikat dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan Perjanjian Lama.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Kedudukan Malaikat Dalam Al-Qur’an dan Perjanjian Lama

Dalam Al-Qur’an

malaikat merupakan hamba Allah SWT yang sangat taat akan segala perintahnya dan disucikan dari kesyahwatan,

terhindar dari

22

Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 47.


(14)

keinginan yang timbul akibat hawa nafsu, serta terhindar dari

dosa dan salah.23

Dalam Perjanjian Lama malaikat, malaikat merupakan utusan Allah untuk tugas

ataupun misi-misi tertentu.24

Selain sebagai utusan juga memiliki kedudukan sebagai pelayan dan bala tentara Allah

yang sangat taat kepada

perintahnya (Mzm. 29: 1-2), meskipun ada pula malaikat yang menyalahi kodrat akibat

kesombongannya sehingga

dibuang oleh Tuhan ke dunia untuk menjadi setan yang menjerumuskan manusia dan menjadi simbol keburukan atau kejahatan (Yes. 14: 12-15).

23

Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Ilmu Tauhid), (Bandung : CV. Diponegoro, 1999), Hlm. 174.

24

J.L. Ch. Abineno, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), hlm. 41.

Dengan demikian ada kesejajaran kedudukan malaikat

dalam Al-Qur’an dan perjanjian

lama, yakni malaikat

merupakan hamba yang

melayani-Nya dan menjalankan perintah-Nya, namun ternyata terdapat perbedaan pula dalam

kedudukannya, dalam

Al-Qur’an malaikat merupakan makhluk yang taat dan tidak membangkang, namun dalam

Perjanjian Lama ternyata

malaikat memiliki kehendak

bebas sehingga dapat

membangkang dari perintah-Nya dan akhirnya menjadi setan.

2. Tugas Malaikat Dalam

Al-Qur’an dan Perjanjian Lama Secara garis besar tugas malaikat adalah menjalankan


(15)

berhungan dengan tugas di alamnya, maupun tugas yang berhubungan dengan manusia. Kemudian jika ditinjau dari

ayat-ayat Al-Qur’an yang

berkenaan dengan malaikat,

adapun tugas-tugas para

malaikat adalah sebagai

berikut; bertasbih mensucikan nama-Nya dari ketidak laziman (QS. Anbiyaa : 20; QS. Al-A’raaf: 206, QS. An-Nahl: 49; QS. Az-Zumar: 75; QS.

Ash-Syuraa: 5), memikul

singgasana Arsy dimana Allah

SWT bertahta (QS.

Al-Mu’min: 7; QS. Az-Zumar: 75; QS. Al-Haqqah: 17), menjaga pintu surga dan memberikan salam kepada penghuni surga

(QS. Ar-Ra’du: 23-24),

menjaga pintu neraka dan

menyiksa para penghuni

neraka (Q.S. Az-Zumar: 71-72; QS. Al-Mudatstsir: 31; QS.

Az-Zukhruf: 77), meniup

sangkakala yang menjadi tanda

hari kiamat serta hari

kebangkitan (QS. Az-Zumar: 68), menyampaikan firman-firman-Nya kepada Nabi dan Rasul-Nya (QS. Al-Baqarah: 97), mencatat setiap amal perbuatan manusia (QS. Al- Infithaar: 10-12), meneguhkan hati orang-orang yang beriman

(QS. Al-Anfaal: 12),

mendo’akan serta

memohonkan ampun bagi

orang-orang yang beriman

(QS. Al-Ahzab: 43),

melindungi dan membantu

orang-orang yang beriman

(QS. Al-Ahzab: 43), melaknat

dan menjatuhkan hukuman


(16)

Al-Baqarah: 161-162; QS. Ali ‘Imran: 87-88; QS. Al-Baqarah 210; QS. Al-Furqaan: 25-26;

Al-Anfaal: 50; QS.

Muhammad: 27; QS. Al-Hijr:

6-8; QS. Al-‘Alaq: 18), serta

mencabut nyawa setiap

makhluk-Nya (QS. As-Sajdah 11).

Kemudian, di dalam Perjanjian Lama, adapun tugas

malaikat yang dikisahkan

dalam kitab-kitab Perjanjian Lama adalah sebagai berikut;

menyembah dan menjadi

pelayan bagi-Nya (Mzm. 29: 1-2; Mzm. 103: 20-21; Dan. 7:

10), menjaga pintu surga

(Taman Eden) (Kej. 3: 24), sebagai perantara/ penyampai perintah-Nya kepada manusia (Kis.7: 53, Gal. 3:19, Ibr. 2: 2),

sebagai penyampai kabar

gembira atau peristiwa penting (Kej. 16: 11, Hak. 13: 3-5), melindungi orang-orang yang percaya (Yos. 5: 13-15; 2 Raj. 6: 17-18), serta menjatuhkan

hukuman bagi orang-orang

kafir dan durhaka (Kej. 19: 1-3; Kej. 19: 15 ; Kej. 24: 7; Kej. 28: 12; 2Sam. 24: 16-17; 2Raj. 19: 35; 1Taw. 21: 12-30; 2Taw. 32: 21; Mzm. 78: 49; Yes. 37: 36.

3. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Berdasarkan

uraian-uraian data dan analasis data yang sudah dilakukan maka

dapat ditarik kesimpulan

mengenai Peran Malaikat

Dalam Kitab Suci (Studi


(17)

Al-Qur’an dan Perjanjian Lama) adalah sebagai berikut:

a. Ditinjau dari pengertian

malaikat dalam Al-Qur’an dan

Perjanjian Lama, secara bahasa

kata malaikat diartikan

‘utusan’, kemudian jika didefinisikan juga memiliki

makna yang sama, yakni

merupakan makhluk rohani yang berperan sebagai utusan yang melaksanakan perintah, dan menyampaikan berita dari Allah kepada manusia.

b. Dalam perspektif kedudukan,

ada kesejajaran kedudukan

malaikat di dalam Al-Qur’an

dan Perjanjian Lama, yakni

sama-sama sebagai hamba

Allah yang melayani dan menjalankan segala

perintah-Nya. Namun selain

kesejajaran, terdapat pula

kedudukan yang berbeda,

yakni di dalam Al-Qur’an

malaikat tidaklah memiliki

kewenangan untuk melawan

kehendak-Nya, sehingga

selamanya malaikat akan tetap memiliki peran sebagaimana

kodratnya yakni menjadi

makhluk yang taat kepada perintah Allah. Sedangkan di

dalam Perjanjian Lama

malaikat memiliki kehendak bebas untuk memilih tetap taat

kepada-Nya atau menjadi

makhluk yang lebih rendah derajatnya yakni setan.

c. Dalam perspektif tugasnya,

secara umum tugas malaikat

dalam Al-Qur’an maupun

Perjanjian Lama adalah

sama-sama menjalankan segala

perintah-Nya. Namun dalam


(18)

beberapa tugas yang sedikit berbeda, seperti di dalam Al-Qur’an ada malaikat yang bertugas meniup sangkakala, sedang di dalam Perjanjian Lama tidak ditemukan ayat

yang menyebutkan hal

tersebut. Di dalam Al-Qur’an

ada malaikat yang bertugas mencabut nyawa, sedangkan di dalam Perjanjian Lama tidak

disebutkan malaikat yang

secara khusus diberikan

amanah untuk mencabut nyawa

makhluk-Nya, di dalam

Perjanjian Lama hanya disebut

malaikat mendatangkan

musibah sebagai bentuk

hukuman akibat kedurhakaan maupun kekafiran, di dalam Al-Qur’an ada malaikat mendoakan dan memohonkan

ampun (manusia) kepada

Allah, namun di dalam

Perjanjian Lama tugas malaikat

semacam ini tidak ada

kisahnya, kemudian di dalam

Kitab Suci Al-Qur’an ada

malaikat yang bertugas

menjaga neraka dan malaikat yang bertugas mencatat amal manusia juga tidak terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama. 2. Saran

a. Sebagai umat muslim yang

beriman wajiblah kiranya beriman kepada malaikat,

serta dapat memahami

peran malaikat dalam

tataran iman yang telah Al-Qur’an jelaskan. Sehingga dengan memahami peran

malaikat dapat lebih

memperdalam keimanan

seorang muslim, utamanya rukun iman yang kedua,


(19)

yakni iman kepada malaikat.

b. Untuk karya berikutnya,

mengenai malaikat, penulis

menyarankan untuk

membuat judul penelitian yang lebih mendalam lagi terkait dengan pemahaman malaikat, karena sesuatu yang ghaib tidaklah mudah

difahami secara logika,

sehingga peran kitab suci sebagai sumber informasi

akan hal yang ghaib

selayaknya untuk dapat dipelajari lebih mendalam. 3. Penutup

Alhamdulillahi

Robbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

serta hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan

penelitian/ skripsi ini.

Penulis menyadari

sepenuhnya, bahwa banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam karya tulis ini, meskipun besar harapan untuk membuat karya tulis yang sempurna. Namun penulis menyadari, sebagai manusia biasa,

kesalahan dan kekurangan

merupakan sebuah kepastian

dalam hidup manusia, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Maka dari itu penulis sangat mengahrapkan kritik, saran, dan sumbangan pemikiran, guna membangun konsep berfikir dan berkarya yang lebih baik lagi kedepannya. Dan akhirnya penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.


(20)

Abdurrasyid, H.G.. dan A.F. Hidayat. 2005. Kamus Lengkap Arab-Indonesia. Indonesia-Arab (Kontekstual-Aplikatif). Bandung: Pustaka Setia.

Abineno, J.L. Ch. 2008. Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen. Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Adler, Mortimer. 2005. Angel and Us. Perjumpaan Dengan Malaikat. Jakarta:

Penerbit Teraju Mizan.

Al-Asyqar, Umar S. t.t. Menyingkap Rahasia Alam Malaikat Menurut Al-Qur’an dan Sunnah. Terj. Supriyanto Abdullah. Yogyakarta: Kreasi Total Media.

Ali, Mukti. 1970. Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan Tentang

Methodos dan Sistima). Yogyakarta: Yayasan Nida.

Blommendaal, J. 1988. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Darmawijaya. 2010. Malaikat-Malaikat dalam Kitab Suci. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Dhavamony, Mariasusai. 1995. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.

Hadikusuma, Djarnawi. tt. Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Yogyakarta: Persatuan.


(21)

Machasin. 2000. Al-Qadi Abd al-Jabbar. Mutasyabih al Qur’an: Dalih Rasionalitas Al-Qur’an. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.

Nata, Abuddin. 1996. Al-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah). Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

O’Coliins, Gerald dan Edward G. Farugia. 1996. Kamus Teologi (Judul Asli: A Concise Dictioanry of Theology). Terj. I. Suharyo. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Projodikoro, H. M. S. 2009. Makhluk Ghaib dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Pilar

Media.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu

Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sabiq, Sayid. 1999. Aqidah Islam (Ilmu Tauhid). Bandung : CV. Diponegoro.

Sudarto. 1996. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tim Dosen PAI UNY. 2002. DinAl-Islam Buku Teks Pendidikan Agama Islam Di

Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Yasin, Muhammad Na’im. 1990. Yang Menguatkan Yang Membatalkan Iman.


(1)

Al-Baqarah: 161-162; QS. Ali ‘Imran: 87-88; QS. Al-Baqarah 210; QS. Al-Furqaan: 25-26; Al-Anfaal: 50; QS. Muhammad: 27; QS. Al-Hijr: 6-8; QS. Al-‘Alaq: 18), serta mencabut nyawa setiap makhluk-Nya (QS. As-Sajdah 11).

Kemudian, di dalam Perjanjian Lama, adapun tugas malaikat yang dikisahkan dalam kitab-kitab Perjanjian Lama adalah sebagai berikut; menyembah dan menjadi pelayan bagi-Nya (Mzm. 29: 1-2; Mzm. 103: 20-21; Dan. 7: 10), menjaga pintu surga (Taman Eden) (Kej. 3: 24), sebagai perantara/ penyampai perintah-Nya kepada manusia (Kis.7: 53, Gal. 3:19, Ibr. 2: 2), sebagai penyampai kabar

gembira atau peristiwa penting (Kej. 16: 11, Hak. 13: 3-5), melindungi orang-orang yang percaya (Yos. 5: 13-15; 2 Raj. 6: 17-18), serta menjatuhkan hukuman bagi orang-orang kafir dan durhaka (Kej. 19: 1-3; Kej. 19: 15 ; Kej. 24: 7; Kej. 28: 12; 2Sam. 24: 16-17; 2Raj. 19: 35; 1Taw. 21: 12-30; 2Taw. 32: 21; Mzm. 78: 49; Yes. 37: 36.

3. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian data dan analasis data yang sudah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan mengenai Peran Malaikat Dalam Kitab Suci (Studi Perbandingan Kitab Suci


(2)

Al-14

Qur’an dan Perjanjian Lama) adalah sebagai berikut:

a. Ditinjau dari pengertian malaikat dalam Al-Qur’an dan Perjanjian Lama, secara bahasa kata malaikat diartikan ‘utusan’, kemudian jika didefinisikan juga memiliki makna yang sama, yakni merupakan makhluk rohani yang berperan sebagai utusan yang melaksanakan perintah, dan menyampaikan berita dari Allah kepada manusia.

b. Dalam perspektif kedudukan, ada kesejajaran kedudukan malaikat di dalam Al-Qur’an dan Perjanjian Lama, yakni sama-sama sebagai hamba Allah yang melayani dan menjalankan segala perintah-Nya. Namun selain kesejajaran, terdapat pula

kedudukan yang berbeda, yakni di dalam Al-Qur’an malaikat tidaklah memiliki kewenangan untuk melawan kehendak-Nya, sehingga selamanya malaikat akan tetap memiliki peran sebagaimana kodratnya yakni menjadi makhluk yang taat kepada perintah Allah. Sedangkan di dalam Perjanjian Lama malaikat memiliki kehendak bebas untuk memilih tetap taat kepada-Nya atau menjadi makhluk yang lebih rendah derajatnya yakni setan.

c. Dalam perspektif tugasnya, secara umum tugas malaikat dalam Al-Qur’an maupun Perjanjian Lama adalah sama-sama menjalankan segala perintah-Nya. Namun dalam perinciannya memang ada


(3)

beberapa tugas yang sedikit berbeda, seperti di dalam Al-Qur’an ada malaikat yang bertugas meniup sangkakala, sedang di dalam Perjanjian Lama tidak ditemukan ayat yang menyebutkan hal tersebut. Di dalam Al-Qur’an ada malaikat yang bertugas mencabut nyawa, sedangkan di dalam Perjanjian Lama tidak disebutkan malaikat yang secara khusus diberikan amanah untuk mencabut nyawa makhluk-Nya, di dalam Perjanjian Lama hanya disebut malaikat mendatangkan musibah sebagai bentuk hukuman akibat kedurhakaan maupun kekafiran, di dalam Al-Qur’an ada malaikat mendoakan dan memohonkan ampun (manusia) kepada

Allah, namun di dalam Perjanjian Lama tugas malaikat semacam ini tidak ada kisahnya, kemudian di dalam Kitab Suci Al-Qur’an ada malaikat yang bertugas menjaga neraka dan malaikat yang bertugas mencatat amal manusia juga tidak terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama. 2. Saran

a. Sebagai umat muslim yang beriman wajiblah kiranya beriman kepada malaikat, serta dapat memahami peran malaikat dalam tataran iman yang telah Al-Qur’an jelaskan. Sehingga dengan memahami peran malaikat dapat lebih memperdalam keimanan seorang muslim, utamanya rukun iman yang kedua,


(4)

16

yakni iman kepada malaikat.

b. Untuk karya berikutnya, mengenai malaikat, penulis menyarankan untuk membuat judul penelitian yang lebih mendalam lagi terkait dengan pemahaman malaikat, karena sesuatu yang ghaib tidaklah mudah difahami secara logika, sehingga peran kitab suci sebagai sumber informasi akan hal yang ghaib selayaknya untuk dapat dipelajari lebih mendalam. 3. Penutup

Alhamdulillahi

Robbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian/ skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam karya tulis ini, meskipun besar harapan untuk membuat karya tulis yang sempurna. Namun penulis menyadari, sebagai manusia biasa, kesalahan dan kekurangan merupakan sebuah kepastian dalam hidup manusia, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Maka dari itu penulis sangat mengahrapkan kritik, saran, dan sumbangan pemikiran, guna membangun konsep berfikir dan berkarya yang lebih baik lagi kedepannya. Dan akhirnya penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.


(5)

Indonesia-Arab (Kontekstual-Aplikatif). Bandung: Pustaka Setia.

Abineno, J.L. Ch. 2008. Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Adler, Mortimer. 2005. Angel and Us. Perjumpaan Dengan Malaikat. Jakarta: Penerbit Teraju Mizan.

Al-Asyqar, Umar S. t.t. Menyingkap Rahasia Alam Malaikat Menurut Al-Qur’an dan

Sunnah. Terj. Supriyanto Abdullah. Yogyakarta: Kreasi Total Media.

Ali, Mukti. 1970. Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan Tentang Methodos dan Sistima). Yogyakarta: Yayasan Nida.

Blommendaal, J. 1988. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Darmawijaya. 2010. Malaikat-Malaikat dalam Kitab Suci. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dhavamony, Mariasusai. 1995. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hadikusuma, Djarnawi. tt. Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Yogyakarta: Persatuan.


(6)

Machasin. 2000. Al-Qadi Abd al-Jabbar. Mutasyabih al Qur’an: Dalih Rasionalitas Al-Qur’an. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.

Nata, Abuddin. 1996. Al-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

O’Coliins, Gerald dan Edward G. Farugia. 1996. Kamus Teologi (Judul Asli: A Concise Dictioanry of Theology). Terj. I. Suharyo. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Projodikoro, H. M. S. 2009. Makhluk Ghaib dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Pilar Media.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sabiq, Sayid. 1999. Aqidah Islam (Ilmu Tauhid). Bandung : CV. Diponegoro. Sudarto. 1996. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tim Dosen PAI UNY. 2002. DinAl-Islam Buku Teks Pendidikan Agama Islam Di

Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Yasin, Muhammad Na’im. 1990. Yang Menguatkan Yang Membatalkan Iman. Terj. Abu Fahmi. Jakarta: Gema Insani Press.