Gambar 2. Mekanisme Exercise mempengaruhi growth factor, klotho, myokines dan pengaruhnya pada otak
Dikuti dari : Foster P. P, Rosenblatt K. P, Kuljiš R. O. 2011 . Exercise Induced Cognitive Plasticity, Implications For Mild Cognitive Impairment And Alzheimer’s Disease. Frontiers In
Neurology Dementia:2:28:1-10
II.3. LANJUT USIA II.3.1. Definisi
Lanjut usia adalah dimana individu yang berusia di atas 60 tahun yang pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis,
psikologis, sosial, ekonomi. Sedangkan menurut United National UN menyetujui bahwa usia 60 merupakan cuttof untuk usia tua pada populasi tua
Universitas Sumatera Utara
WHO,2010;Definition of an older or elderly person: Assosiasi Alzheimer Indonesia.
Undang-undang Depkes RI , No. 4 tahun 1965 menjelaskan bahwa seseorang dikatakan sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai
umur 55 tahun ke atas, tidak mampu mencari nafkah sendiri dan memenuhi kebutuhan hidup sendiri dan juga menerima nafkah. Sedangkan WHO dalam
depkes RI mempunyai batasan usia lanjut sebagai berikut: middle young elderly usia antara 45-59 tahun, elderly usia antara 60-74 tahun, old usia antara
75-90 tahun dan dikatakan very old berusia di atas 90 tahun Aging process 2010.
II.4. INSTRUMENT II.4.1. Mini Mental State Examination MMSE
Pemeriksaan status mental mini Folstein Mini Mental State Examination: MMSE adalah test yang paling sering dipakai saat ini, penilaian dengan nilai
maksimal 30 cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognisi, menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognisi. Nilai di bawah 27 dianggap
abnormal dan mengindikasikan gangguan kognisi yang signifikan pada penderita berpendidikan tinggi. Penyandang d engan pendidikan yang rendah
dengan nilai MMSE paling rendah 24 masih dianggap normal, namun nilai yang rendah ini mengidentifikasikan resiko untuk demensia Asosiasi Alzheimer
Indonesia 2003. Pada penelitian Crum R.M 1993 diperoleh median skor MMSE 29 pada
kelompok usia 18-24 tahun, median skor 25 pada kelompok usia 80 tahun,
Universitas Sumatera Utara
serta diperoleh data median skor 29 untuk kelompok dengan lama masa pendidikan 9 tahun, median skor 26 untuk kelompok dengan lama masa
pendidikan 5-8 tahun dan median 22 untuk kelompok dengan lama masa pendidikan 0-4 tahun.
II.4.2. Addenbrookes’s Cognitive Examination ACE
Addenbrookes’s Cognitive Examination adalah suatu instrument yang digunakan untuk mendeteksi demensia yang sensitif dan spesifik, dimana
menggabungkan antara MMSE ,memperluas memori, bahasa, dan komponen visuospatial dan menambahkan tes kefasihan lisan Bayer dkk, 2004.
ACE ini mampu membedakan demensia termasuk penyakit Alzheimer dan frontotemporal demensia FTD. ACER membutuhkan waktu antara 12
dan 20 menit rata-rata 16 menit untuk mengelola dan skor dalam setting klinis. ACER ini berisi 5 sub-skor, masing-masing mewakili satu kognitifdomain yaitu
perhatian orientasi 18 poin, memori 26 poin, kelancaran 14 poin, bahasa 26 poindan visuospatial poin 16. ACER skor maksimum adalah 100. Untuk
penilaian ACER mempunyai cut-off 88 dan 82 diidentifikasi berdasarkan perhitungan sensitivitas,spesifisitas dan nilai prediksi positif PPV ditingkat
prevalensi yang berbeda. Jika nilai verbal+languageorientasi+memori VLOM ratio 2,2 menunjukan frontotemporal demensia FTD dan VLOM ratio 3,2
menunjukan suatu demensia Alzheimer Mioshi dkk, 2006; Bier dkk, 2004.
II.4.3. The General Practice Physical Activity Questionnaire GPPAQ
Universitas Sumatera Utara
The General Practice Physical Activity Questionnaire GPPAQ adalah suatu instrument screening yang telah divalidasi yang dapat digunakan untuk
menilai pencegahan primer. Instrument ini digunakan pada orang dewasa untuk melihat level aktivitas fisik, yang terdiri dari pertanyaan yang simpel yang berisi
tentang 4 level Physical Activity Index PAI dengan kategori Active, Moderately Active, Moderately Inactive, dan Inactive. Instrument ini juga memberikan
informasi kepada dokter ketika ada peningkatan aktivitas fisik yang tidak sesuai. Jika semua pasien mempunyai score dibawah active maka perlu diberi
dukungan untuk merubah kebiasaan agar lebih meningkatkan aktivitas fisik The General Practice Physical Activity Questionnaire GPPAQ, 2009.
Level Physical Activity Index PAI yang terdiri dari : 1.
In Active : Pekerjaan yang harus duduk terus, tanpa gerak badan atau bersepeda
2. Moderately Active : Pekerjaan yang harus duduk terus, tetapi kurang dari
1 jam; badan danatau bersepeda per minggu ATAU pekerjaan yang harus berdiri terus tanpa gerak badan atau bersepeda
3. Moderately Inactive : Pekerjaan yang harus duduk terus dan 1 sampai
2,9 jam gerak badan danatau bersepeda per minggu ATAU Pekerjaan yang harus berdiri terus tetapi kurang dari 1 jam gerak badan danatau
bersepeda per minggu ATAU Pekerjaan yang membutuhkan fisik tanpa gerak badan atau bersepeda
4. Active : Pekerjaan yang harus duduk terus dan lebih dari 3 jam gerak
badan danatau bersepeda per minggu ATAU Pekerjaan yang harus berdiri terus dan 1 sampai 2,9 jam gerak badan danatau bersepeda per
Universitas Sumatera Utara
minggu ATAU Pekerjaan yang membutuhkan fisik, sedikit tetapi lebih dari 1 jam gerak badan danatau bersepeda per minggu ATAU Pekerjaan
yang memerlukan tenaga berat.
Universitas Sumatera Utara
2.5. KERANGKA TEORI Aktivitas Fisik
Wueve dkk, 2004: hubungan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif diduga melaui pemeliharaan vaskularisasi otak melalui penurunan
tekanan darah, memperbaiki lipoprotein, menghasilkan endothelial nitric oxide dan perfusi serebral yang adekuat
synaptic reserve hypothesis
Bennett dkk, 2003: dijumpai adanya bukti yang kuat antara senile plaque dan level fungssi
kognitif yang berbeda berdasarkan tingkat edukasi formal
Mental stimulation
Dash dkk, 2005: orang yang beredukasi memiliki lebih banyak sinaps pada otak dan
mampu untuk mengkompensasi dengan baik terhadap hilanganya suatu kemampuan
dengan strategi alternative pada test-taking srategy
Powers, R.E., 2006: Aktivitas fisik diduga meningkatkan produksi neural, proliferasi glial, produksi faktot tropik
dan meningkatkan neurotransmitter serta dapat menurunkan atau menghilangkan penumpukan amiloid
pada otak
synaptic reserve
Vaskularisasi
FUNGSI KOGNITIF
Yaffe dkk, 2001: aktivitas fisik menstimulasi faktor tropik dan neuronal growth yang diduga dapat
mencegah penurunan kognitif dan demensia
Penumpukan amiloid otak
Lambourne, K., 2006: exercise memiliki hubungan dengan kapasitas working memory pada dewasa
muda
Lee dkk, 2003: pendidikan sejak dini memiliki efek langsung pada struktur otak melalui
peningkatan jumlah sinaps atau vaskularisasi dan membentuk cognitive reserve, serta efek
stimulasi mental pada usia tua dimana dapat mempengaruhi neurokemikal
Angiogenesis
Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
2.6. KERANGKA KONSEPSIONAL