ANALISIS PENGARUH PERIODE PENGUMPULAN PIUTANG DAN PERIODE PENANGGUHAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA KOPERASI DI KABUPATEN NGAWI

(1)

commit to user

i

ANALISIS PENGARUH PERIODE PENGUMPULAN

PIUTANG DAN PERIODE PENANGGUHAN PEMBAYARAN

UTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA KOPERASI

DI KABUPATEN NGAWI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan

Oleh :

TITO HARI HANDONO

S4208023

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh–sungguh (urusan) yang lain

(QS. Al-Insyiroh : 6-7)

Hendaklah engkau menjadi orang yang berilmu, atau yang belajar, atau yang mendengarkan ilmu, tetapi jangan menjadi orang keempat, yakni yang tidak termasuk salah seorang dari kelompok orang diatas, agar

engkau tidak binasa (Dari Abu Darda’)


(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

Ø Kepada istriku tercinta, Chusnul Uliyah

yang telah memberikan dorongan dan kasih sayangnya.

Ø Dua anakku tersayang Fuad Harrys

Setyoko Prabowo dan Zulfahmi Septian Dwi Pangestu, yang telah memberikan warna dalam hidup.


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis dengan judul : “ ANALISIS PENGARUH PERIODE PENGUMPULAN PIUTANG DAN PERIODE PENANGGUHAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA KOPERASI DI KABUPATEN NGAWI”, dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan penyelesaian derajat pasca sarjana S-2 Program Studi Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. JJ. Sarungu, M.S, selaku Ketua Tim Penguji dan Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan semangat.

2. Ibu Dr. Evi Gravitiani, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang banyak memberi masukan dan dengan sabar membantu penulis menyelesaikan tesis ini.

3. Drs. Wahyu Agung Setyo, M. Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan saran yang berharga bagi penulis.

4. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapak Drs. Wahyu Agung Setyo, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi dan Sudi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Bapak Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kabupaten Ngawi. 8. Teman-teman “ the gank of six” yang selalu mensupport dan memberi


(8)

commit to user

viii

9. Kepada istriku tercinta, Chusnul Uliyah dan dua anakku tersayang Fuad Harrys Setyoko Prabowo dan Zulfahmi Septian Dwi Pangestu, terima kasih ata cinta yang kalian berikan.

10.Kepada seluruh pihak yang turut membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yan telah diberikan kepada penulis sehingga tesis ini bisa terselesaikan. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan dapat membantu bagi pihak-pihak yang memerlukannya sebagai bahan referensi.

Penulis,

TITO HARI HANDONO


(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Teoritis ... 10

1. Koperasi ... 10

2. Kebijakan Modal Kerja ... 18

3. Profitabilitas ... 31

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 33

C. Kerangka Berpikir ... 37

D. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Populasi dan Sampel ... 40

B. Definisi Operasional ... 40

C. Metode Pengumpulan Data ... 41

D. Analisis Data ... 42

1.Analisis Regresi Berganda Linier... 42

2.Uji Asumsi Klasik ... 42


(10)

commit to user

x

2). Uji Autokorelasi ... 43

3). Uji Heterokedastisitas ... 44

4). Uji Normalitas ... 44

E. Pengujian Hipotesis ... 44

1.Uji t ... 45

2.Uji F ... 45

3.Koefisien Determinasi (R2) ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Koperasi Sampel ... 48

B. Deskripsi Variabel ... 48

1.Total Aktiva ... 48

2. Laba Sebelum pajak ... 49

3. Piutang... 49

4. Utang Jangka Pendek ... 50

5. Pendapatan ... 51

6. ROA ... 51

C. Analisis Regresi Berganda ... 52

D. Uji Asumsi Klasik... 53

1). Uji Multikolinearitas ... 53

2). Uji Autokorelasi ... 54

3). Uji Heterokedastisitas ... 55

4). Uji Normalitas ... 56

E. Pengujian Hipotesis... 57

F. Pembahasan... 58

BAB V PENUTUP ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Keterbatasan... 60

C. Implikasi ... 61 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(11)

commit to user

xi

Tabel 3.1 Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson. ... 44

4.1 Total Aktiva Koperasi Sampel... 48

4.2 Laba Sebelum Pajak Koperasi Sampel ... 49

4.3 Piutang Koperasi Sampel ... 49

4.4 Utang Jangka Pendek Koperasi Sampel... 50

4.5 Pendapatan Koperasi Sampel ... 51

4.6 ROA Koperasi Sampel ... 52

4.7 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 53

4.8 Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson ... 54


(12)

commit to user

xii

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian... 39

3.1 Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson ... 43


(13)

commit to user

xiii

Lampiran 1. Data Variabel Penelitian

2. Hasil Analisis Regresi


(14)

commit to user ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PERIODE PENGUMPULAN

PIUTANG DAN PERIODE PENANGGUHAN PEMBAYARAN

UTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA KOPERASI

DI KABUPATEN NGAWI

TITO HARI HANDONO

S4208023

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui pengaruh periode pengumpulan piutang terhadap profitabilitas koperasi dan untuk mengetahui pengaruh periode penangguhan pembayaran utang terhadap profitabilitas koperasi.

Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh koperasi di Kabupaten Ngawi yaitu sebanyak 523 koperasi. Sampel penelitian adalah koperasi yang memiliki unit simpan pinjam dan mendapat Bantuan Modal Kerja dari Dana APBD II yaitu sebanyak 72 koperasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara empiris bahwa, profitabilitas koperasi yang menerima bantuan APBD secara simultan maupun parsial signifikan dipengaruhi oleh periode pengumpulan piutang dan periode penangguhan pembayaran utang.

Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkaji atau meneliti topik yang sama dengan penelitian ini, diharapkan dapat melakukan perbaikan khususnya perbaikan pada: jangkuan wilayah penelitian, variabel bebas yang digunakan. Disarankan untuk menggunakan variabel kontrol (bagian dari variabel bebas), sehingga akan diperoleh model regresi yang lebih baik, lebih komprehensif dan lebih memiliki daya prediksi dibanding hasil penelitian ini.


(15)

commit to user ABSTRACT

ANALYSIS INFLUENCE PERIOD COLLECTING DEBIT AND PERIOD POSTPONEMENT PAYMENT OF DEBT CONCERNING

PROFITABLE IN A COOPERATIVE IN NGAWI REGENCY TITO HARI HANDONO

S4208023

The research was aimed to determine the effectiveness of partial accounts receivable collection period toward profitability of the cooperative and to determine the effectiveness of partial debt payment deferal period toward profitability of the cooperative.

There are 523 cooperatives in Ngawi Regency based on research population. The research population shows that there are 72 cooperatives which have saving and loan and gets some capitalization from Working Capital Fund Budgets II.

The result of the study shows empirically that, profitability of cooperatives receive aid budgets are both simultaneos and partial significantly are influenced of receviable collection period and suspension of debt payment period.

For further research is recommended to review or examine the same topic with the research. It is expected be able to improve, especially on area of the research, independent variable which is used. It is recommended to use control variable (part of the independent variable), so that it would be obtained regression model is better, more comphrehensive and has more predictive power than the result of the research.


(16)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Selanjutnya penjelasan Pasal 33 antara lain menyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi. Penjela-san Pasal 33 menempatkan Koperasi baik dalam kedudukan sebagai sokoguru perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian nasional.

Dengan memperhatikan kedudukan Koperasi seperti tersebut di atas maka peran Koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembang-kan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudmengembang-kan kehidupan demokrasi eko-nomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan. Dalam kehidupan ekonomi seperti itu Koperasi seharusnya memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas yang menyangkut kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Tetapi dalam perkembangan ekonomi yang berjalan demikian cepat, pertumbuhan Koperasi selama ini belum sepe-nuhnya menampakkan wujud dan perannya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. Demikian pula peraturan perundang-undangan yang ada masih belum sepenuhnya menampung hal yang diperlukan untuk


(17)

commit to user

menunjang terlaksananya. Koperasi baik sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, untuk menyelaraskan dengan perkem-bangan lingkungan yang dinamis perlu adanya landasan hukum baru yang mampu mendorong Koperasi agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih kuat dan mandiri.

Pembangunan Koperasi perlu diarahkan sehingga semakin berperan dalam perekonomian nasional. Pengembangannya diarahkan agar Koperasi benar-benar menerapkan perinsip Koperasi dan kaidah usaha ekonomi. Dengan demikian Koperasi akan merupakan organisasi ekonomi yang mantap, demokrasi, otonom, partisipatif, dan berwatak sosial. Pembinaan Koperasi pada dasarnya dimaksudkan untuk mendorong agar Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi rakyat.

Undang-undang ini menegaskan bahwa pemberian status Badan Hukum Koperasi, pengesahan perubahan Anggaran Dasar, dan pembinaan merupakan wewenang dan tanggung jawab pemerintah. Dalam pelaksanaannya, Pemerintah dapat melimpahkan wewenang tersebut kepada Menteri yang membidangi Koperasi. Namun demikian hal ini tidak berarti bahwa Pemerintah mencampuri urusan Internal Organisasi Koperasi dan tetap memperhatikan prinsip kemandirian Koperasi.

Pemerintah, baik di pusat maupun didaerah, menciptakan dan mengembangkan iklim serta kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan Koperasi. Demikian juga Pemerintah memberikan bimbingan, kemudahan, dan perlindungan kepada Koperasi. Selanjutnya Pemerintah dapat


(18)

commit to user

menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya dapat diusahakan oleh Koperasi. Selain itu pemerintah juga dapat menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya. Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan kepentingan ekonomi nasional dan perwujudan pemerataan kesempatan berusaha.

Dalam setiap perusahaan termasuk koperasi, tujuan akhir dari keberaadaannya sebagai perusahaan adalah meningkatkan kekayaan atau kese-jahteraan pemilik, mempertahankan kelangsungan hidup dan mengupayakan untuk dapat berkembang. Pencapaian tujuan akhir tersebut, baik untuk mening-katkan kekayaan pemilik, untuk melangsungkan usaha dan untuk mengembang-kan perusahaan merupamengembang-kan aktivitas-aktivitas yang memerlumengembang-kan dana atau kas. Oleh karena itu, agar tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif dan efisien, maka salah satu keadaan yang harus dapat dicapai adalah perusahaan harus memiliki laba; atau dengan kata lain perusahaan harus memiliki profitabilitas kemampuan memperoleh laba dari kegiatan operasinya yang tinggi. Profitabilitas di sini mengacu atau diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk mem-peroleh laba dari kegiatan operasinya.Oleh karena profitabilitas berkaitan dengan masalah operasi perusahaan, maka faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi ren-dahnya profitabilitas tersebut relatif banyak dan kompleks; karena melibatkan faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan, faktor-faktor internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan.


(19)

commit to user

Faktor-faktor internal yang memiliki pengaruh pada profitabilitas perusa-haan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan kualitas keputusan yang dibuat oleh manajer yang meliputi: keputusan investasi, keputusan operasi, dan kepu-tusan pembiayaan (Helfert, 1996).

Keputusan investasi berkaitan dengan keputusan untuk menginvestasikan dana perusahaan pada aktiva-aktiva yang diharapkan dapat menghasilkan kas baik pada periode berjalan maupun pada periode yang akan datang. Keputusan investasi tersebut secara garis besar mencakup hal-hal yang berkaitan dengan investasi dana perusahaan ke dalam modal kerja, aktiva tetap, penelitian dan pengembangan, pengembangan produk atau jasa, dan lain-lain. Keputusan inivestasi ini merupakan keputusan yang sangat penting, karena investasi meru-pakan kekuatan penggerak utama dari setiap sistem usaha (Helfert, 1996: 8). Keputusan operasi merupakan keputusan yang berhubungan dengan penggunaan sumber daya yang dimiliki, pemilihan pasar, penetapan harga produk, efisiensi biaya, dan lain-lain. Sedangkan keputusan pembiyaan berkaitan dengan kepu-tusan manajemen untuk membiayai investasi dan operasi usaha dalam jangka panjang termasuk di dalamnya antara lain keputusan pembagian laba, keputusan penggunaan hutang atau struktur modal. Di antara ketiga keputusan penting tersebut, keputusan operasional khususnya keputusan mengenai modal kerja me-rupakan keputusan yang dapat dikatakan hampir selalu setiap saat dilakukan manajemen; karena keputusan tersebut berkaitan dengan operasional perusahaan sehari-hari.


(20)

commit to user

Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah keseluruhan dana yang tertanam dalam aktiva lancar, atau sering disebut dengan modal kerja bruto (gross working capital). Menurut konsep kualitatif, modal kerja adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar (Riyanto, 2001). Sedangkan menurut konsep fungsional, modal kerja adalah dana yang digunakan selama periode accounting yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income yang sesuai dengan maksud didirikannya perusahaan tersebut (Riyanto, 2001). Pada kondisi perusahaan yang telah berop-erasi, modal kerja terdistribusi dalam persediaan, piutang dan kas (Awat, 1999).

Modal kerja memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan; oleh karena manajemen harus mampu mengelola modal kerja tersebut. Perusahaan dengan modal kerja yang cukup memungkin untuk beroperasi secara ekonomis, serta perusahaan tidak akan mengalami kesu-litan keuangan. Selain itu, dengan adanya modal kerja yang cukup perusahaan memiliki keuntungan seperti: (1) melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar, (2) memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya, (3) menjamin di-milikinya kredit standing yang semakin besar dan memungkinkan bagi perusa-haan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi, (4) memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya, (5) memungkinkan bagi perusa-haan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para


(21)

commit to user

langganannya, (6) memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau-pun jasa yang dibutuhkan (Munawir, 2001: 147). Namun demikian, dengan adanya modal kerja yang berlebihan juga dapat menimbulkan kerugian bagi pe-rusahaan, karena adanya dana yang menganggur atau tidak digunakan.

Agar penggunaan modal kerja dapat dilakukan secara efisien dan efektif dalam arti mampu memaksimalkan laba, maka manajemen perlu melakukan ke-bijakan untuk mengelola modal kerjanya, atau sering disebut dengan istilah manajemen modal kerja (woriking capital management) secara baik. Kebijakan modal kerja tersebut berkaitan dengan pengelolaan utang jangka pendek, piutang dan persediaan (Lazaridis, 2006). Di dalam manajemen modal kerja, variabel penting yang sekaligus menjadi indikator keberhasilan manajemen modal kerja yang dilakukan manajer adalah cash conversion cycle (siklus konversi kas). Melalui analisis terhadap cash conversion cycle (siklus konversi kas) secara baik dan benar, maka manajer dapat menjamin bahwa modal kerja dapat ditentukan secara akurat besarnya dan waktunya (Richards and Laughlin, 1980).

Siklus konversi kas (cash conversion cycle) secara definitif adalah inter-val waktu antara pengeluaran kas untuk pembelian bahan baku sampai dengan waktu terkumpulnya kas dari hasil penjualan produk (Shin and Shoenen, 1998: 38). Siklus konversi kas terdiri atas tiga komponen yaitu siklus atau periode pengumpulan piutang jangka pendek, siklus atau periode konversi persediaan dan siklus atau konversi penagguhan pembayaran piutang (Lazaridis, 2006). Siklus konversi kas (cash conversion cycle) diukur sebagai penjumlahan dari


(22)

commit to user

waktu lamanya kas terikat dalam persediaan dengan waktu lamanya kas terikat dalam piutang dikurangi dengan waktu lamanya penundaan pembayaran utang ke pemasok (Shin and Shoenen, 1998: 38).

Secara teoritis siklus konversi kas tersebut memiliki pengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (profitabilitas). Jika siklus kon-versi kas lama, maka kas yang diterima oleh perusahaan menjadi lambat sehingga ketersediaan kas rendah. Pada kondisi ketersediaan kas rendah, maka perusahaan dapat mengalami kesulitas dalam membeli bahan baku, membayar gaji pegawai dan sebagainya; yang pada akhirnya dapat menurunkan kapasitas produksi sehingga menurunkan laba. Dengan demikian siklus konversi kas tersebut secara teoritis berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan. Beberapa penelitian empiris yang pernah dilakukan, ternyata membuktikan bahwa siklus konversi kas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profita-bilitas perusahaan (Jose et al., 1996; Shin dan Soenen, 1998; Deloof, 2003 dan Teruel and Solano, 2005). Selain itu periode pengumpulan piutang dan periode konversi kas yang merupakan komponen dari siklus konversi kas juga memiliki pengaruh yang bersifat negatif dan signifikan terhadap profitabilitas; sedangkan periode penundaan utang berpengaruh positif dan signifikan terhadap profita-bilitas.

Mengingat kebijakan modal kerja merupakan salah satu kebijakan yang penting dan strategis bagi perusahaan, khususnya kaitannya dengan kondisi li-kuiditas perusahaan; maka penelitian terhadap kebijakan modal kerja tersebut baik secara teoritis maupun praktis menarik untuk dilakukan. Oleh karena itu


(23)

commit to user

penulis tertarik untuk melakukan penelitian empiris mengenai pengaruh kebija-kan modal kerja yang dilakukebija-kan oleh para pimpinan koperasi di wilayah Kabupaten Ngawi.

.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan ma-salah yang disampaikan adalah:

1. Apakah periode pengumpulan piutang berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas koperasi?

2. Apakah periode penangguhan pembayaran utang berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas koperasi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai beri-kut:

1. Untuk mengetahui periode pengumpulan piutang berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas koperasi.

2. Untuk mengetahui periode penangguhan pembayaran utang berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas koperasi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak sebagai berikut:


(24)

commit to user 1. Manfaat bagi praktisi

Bagi praktisi khususnya pimpinan koperasi di wilayah Kabupaten Ngawi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh kebijakan modal kerja terhadap profitabilitas koperasi. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu masukan bagi pimpinan Koperasi dalam menentukan dan menyusun kebijakan modal kerjanya.

2. Manfaat bagi peneliti

Bagai peneliti diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis pada manajemen keuangan khususnya pengetahuan yang sifatnya empiris; yang mana pengetahuan empiris ini akan bermanfaat sebagai pelengkap dari pengetahuan teoritis yang telah penulis miliki tentang modal kerja; khususnya modal kerja koperasi.


(25)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis 1. Koperasi

a. Pengertian Koperasi

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

b. Landasan dan Tujuan Koperasi

Landasan kerja koperasi di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

c. Fungsi dan Prinsip Koperasi

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, koperasi memiliki fungsi dan peran sebagai berikut:


(26)

commit to user

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat;

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya;

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Prinsip koperasi merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan keseluruhan prinsip tersebut koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial. Prinsip koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja Koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri Koperasi yang membedakannya dari badan usaha lainnya. Prinsip yang dipegang dalam menjalankan fungsi dan peran koperasi adalah:

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;

3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota;


(27)

commit to user

4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; dan 5. Kemandirian.

Sifat kesuraleaan dalam Keanggotaan Koperasi mengandung makna bahwa menjadi anggota Koperasi tidak boleh dipaksakan siapapun. Sifat kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.

Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan Koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang dan melaksanakan tertinggi dalam Koperasi. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam Koperasi tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap Koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan. Modal dalam Koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku dipasar. Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tenpa tergantung pada pihak lain yang


(28)

commit to user

dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggung jawabkan perbuatan sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendiri.

Dalam mengembangkan Koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip Koperasi sebagai berikut: (1) pendidikan perkoperasian; (2) kerja sama antar koperasi.

Disamping kelima prinsip koperasi tersebut, untuk pengembangan dirinya Koperasi juga melaksanakan dua prinsip Koperasi yang lain yaitu pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar Koperasi merupakan prinsip Koperasi yang penting dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan anggota, dan memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan Koperasi. Kerja sama dimaksud dapat dilakukan antar Koperasi ditingkat lokal, regional, nasional dan internasional

d. Bentuk Koperasi

Koperasi dapat berbentuk Koperasi Primer atau Koperasi Sekunder. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi.

Pengertian Koperasi Sekunder meliputi semua Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi Primer dan/atau Koperasi


(29)

commit to user

Sekunder. Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi, Koperasi Sekunder dapat didirikan oleh Koperasi sejenis maupun berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal Koperasi mendirikan Koperasi Sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti yang selama ini dikenal sebagai pusat, Gabungan, Induk, maka jumlah tingkatan maupun penamaannya diatur sendiri oleh Koperasi yang bersangkutan

Dasar untuk menentukan jenis Koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya, seperti antara lain Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran dan Koperasi Jasa. Khusus Koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota ABRI, karyawan dan sebagainya, bukan merupakan jenis Koperasi tersendiri.

e. Pembentukan Koperasi

Koperasi Primer dibentuk sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang. Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Koperasi. Pembentukan Koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar.

Anggaran Dasar sebagaimana memuat sekurang-kurangnya: 1) Daftar nama pendiri;

2) Nama dan tempat kedudukan;

3) Maksud dan tujuan serta bidang usaha; 4) Ketentuan mengenai keanggotaan; 5) Ketentuan mengenai Rapat Anggota;


(30)

commit to user

6) Ketentuan mengenai pengelolaan; 7) Ketentuan mengenai permodalan;

8) Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya; 9) Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha; 10) Ketentuan mengenai sanksi.

f. Status badan Hukum

Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Pemerintah. Untuk memperoleh pengesahan para pendiri mengajukan permintaan tertulis disertai akta pendirian Koperasi.

Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan. Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan penolakan diberitahukan kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan. Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya penolakan.

Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan ulang.


(31)

commit to user g. Keanggotaan Koperasi

Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa Koperasi. Keanggotaan Koperasi dicatat dalam buku daftar angota. Yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warga negara Indonesia yang mampu melakukan tindakan hukum atau Koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Koperasi dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan, hak, dan kewajiban keanggotaannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

Keanggotaan Koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha Koperasi. Keanggotaan Koperasi dapat diperoleh atau diakhiri setelah syarat sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dipenuhi. Keanggotaan Koperasi tidak dapat dipindahtangankan. Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap Koperasi sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar. Setiap anggota mempunyai kewajiban:

a mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan yang telah disepakati dalam Rapat Anggota;

b. berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Koperasi;

c. mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas kekeluargaan.


(32)

commit to user

a. menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam Rapat Anggota;

b. memilih dan/atau dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas; c. meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam

Anggaran Dasar;

d. mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus di luar Rapat Anggota baik diminta maupun tidak diminta;

e. memanfaatkan Koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara sesama anggota;

f. mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar.

h. Lapangan usaha

Dalam hal lapangan usahanya, usaha Koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota. Kelebihan kemampuan pelayanan Koperasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota Koperasi. Koperasi menjalankan kegiatan usa dan berperan utama di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat. Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk: (1) anggota Koperasi yang bersangkutan; (2) Koperasi lain dan/atau anggotanya.

Kegiatan usaha simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu atau satu-satunya kegiatan usaha Koperasi. Pelaksanaan kegiatan


(33)

commit to user

usaha simpan pinjam oleh Koperasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

2. Kebijakan Modal Kerja a. Pengertian Modal Kerja

Modal kerja dapat diartikan sebagai modal kerja neto (net work-ing capital) atau modal kerja bruto (gross working capital). Jika diartikan sebagai net working capital maka modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang lancar, tetapi jika diartikan sebagai gross working capital maka modal kerja berarti jumlah aktiva lancar (Munawir, 2002).

Berkaitan dengan pengertian modal kerja tersebut pada dasarnya terdapat tiga konsep, yaitu: konsep kuantitatif, konsep kualitatif dan kon-sep fungsional (Riyanto, 2001). Adapun penjelasan pengertian modal kerja menurut masing-masing konsep tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pengertian modal kerja menurut konsep kuantitatif

Menurut konsep kuantitatif, modal kerja adalah sebesar dana yang tertanam dalam aktiva lancar. Karena itu, modal kerja menurut konsep kuantitatif sering disebut sebagai modal kerja bruto (gross working capital). Dikatakan demikian karena keseluruhan dana yang tertanam dalam aktiva lancar itu akan sekali berputar dan kembali dalam bentuk kas dalam jangka waktu pendek.

2) Pengertian modal kerja menurut konsep kualitatif


(34)

ak-commit to user

tiva lancar (current assets) di atas hutang lancar (current liabilities).

Karenanya, menurut konsep ini, modal kerja sering disebut sebagai modal kerja netto (net working capital). Dikatakan demikian, sebab hanya bagian dari kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar sa-jalah yang dapat digunakan sebagai modal kerja. Sedangkan bagian aktiva lancar sebesar hutang lancar itu tidak boleh diganggu gugat, sebab bagian itu hanya untuk menjaga likuiditas perusahaan, yakni untuk membayar hutang-hutang yang segera harus dibayar. Misalnya aktiva lancar Rp100 juta dan hutang lancar Rp75 juta, sehingga mo-dal kerja netto hanya sebesar Rp25 juta. Artinya, bagian dari aktiva lancar yang dapat digunakan untuk membeli bahan baku, membayar upah buruh hanya sebesar Rp25 juta, dan tidak boleh melebihi jumlah tersebut, sebab bagian aktiva lancar sebesar Rp25 juta itu hanya digunakan untuk menjaga likuiditas perusahaan, yakni untuk mem-bayar segala kewajiban keuangannya dalam jangka pendek, yakni hutang lancarnya.

3) Pengertian modal kerja menurut konsep fungsional

Menurut konsep fungsional, yang dianggap sebagai modal kerja adalah bagian dari aktiva lancar yang dapat menghasilkan pen-dapatan operasi (operating income) dan pendapatan sekarang

{current income). Artinya bagian dari aktiva lancar yang tidak mampu menghasilkan pendapatan operasi hanya dianggap sebagai modal kerja potensiil (potential working capital). Misalnya bagian


(35)

commit to user

aktiva lancar perusahaan semen yang tertanam dalam bentuk surat berharga, karena tidak menghasilkan operating income tidak disebut sebagai modal kerja, keuntungan dalam piutang tidak dianggap seba-gai modal kerja melainkan modal kerja potensiil. Dana yang diguna-kan sekarang dapat dibagi menjadi dua fungsi, yang menghasildiguna-kan pendapatan sekarang (current income), dan dana yang menghasilkan pendapatan pada waktu yang akan datang (future income). Dana yang digunakan sekarang dan menghasilkan pendapatan sekarang atau pendapatan pada periode yang bersangkutan itulah yang disebut se-bagai modal kerja menurut konsep fungsional. Sedangkan dana yang digunakan sekarang tapi bukan menghasilkan pendapatan pada pe-riode yang bersangkutan, melainkan menghasilkan pendapatan pada periode berikutnya bukan modal kerja (non working capital). Ada lagi fungsi lain daripada dana, yaitu dana yang ditanam pada aktiva lancar yang fungsinya tidak sesuai dengan ruang lingkup usaha peru-sahaan. Misalnya perusahaan percetakan menanam sebagian dananya dalam bentuk obligasi. Memang pemilikan obligasi akan mendatang-kan pendapatan bunga pada periode yang bersangkutan, tapi ber-hubung perusahaan itu pada mulanya didirikan khusus di bidang percetakan dan bukan bertujuan memiliki obligasi, maka dana yang ditanam dalam obligasi akan disebut modal kerja potensiil (potential working capital).


(36)

commit to user

Konsep modal kerja potensiil ini juga berlaku bagi bagian pi-utang yang menjadi keuntungan. Penjualan suatu produk secara kredit akan dicatat sebagai piutang di mana nilai penjualan kredit itu terdiri dari harga pokok produk dan keuntungan. Bagian dari piutang yang merupakan harga pokok produk yang terjual disebut modal kerja, tapi bagian yang merupakan keuntungan disebut sebagai modal kerja po-tensiil. Menurut konsep ini, penyusutan aktiva tetap juga dianggap juga sebagai modal kerja, karena penyusutan itu dianggap juga seba-gai biaya yang menghasilkan current income. Sedangkan aktiva tetap yang belum disusut dianggap non working capital.

b. Jenis Modal Kerja

Modal kerja pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: modal kerja permanen (permanent working capital) dan mo-dal kerja variabel (variabel working capital) (Riyanto, 2001: 61).

1) Modal kerja permanen

Modal kerja permanen adalah modal yang harus tetap ada dalam perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan: (a) Modal kerja primer (primer working capital), yaitu jumlah modal

kerja minimum yang harus ada dalam perusahaan untuk menja-min kelangsungan usaha.


(37)

commit to user

(b) Modal kerja normal (normal working capital), yaitu jumlah mo-dal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan yang produksi yang normal.

2) Modal kerja variabel

Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahaan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan menjadi:

(a) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

(b) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

(c) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebe-lumnya (misalnya oleh karena adanya pemogokan buruh, banjir, perobahan keadaan ekonomi yang mendadak).

c. Sumber Modal Kerja

Pada dasarnya modal kerja itu terdiri dari dua bagian pokok.: (1) Bagian tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang ha-rus tersedia agar peha-rusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan, dan (2) Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya tergan-tung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktivitas yang biasa (Munawir, 2001).


(38)

commit to user

Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau seba-iknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Se-makin besar jumlah. modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari pemegang saham akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan bagi kreditor jangka pendek. Di samping dari para pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen dapat pula dibiayai dari penjualan obligasi atas jenis hutang jangka panjang lainnya tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari utang jangka panjang tersebut di samping juga harus mem-pertimbangkan beban bunga yang bersifat tetap. Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:

1) Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah tersebut menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari operasi, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusa-haan maka laba tersebut akan menambah modal perusaperusa-haan. Biaya-biaya operasi perusahaan pada dasarnya terdiri dari Biaya-biaya yang, me-merlukan pengeluaran uang atau menimbulkan hutang yang pada akhimya juga akan menyebabkan penggunaan modal kerja, biaya yang memerlukan pengeluaran 'uang ini dinamakan biaya tunai, seperti upah, gaji, premi asuransi. Di samping itu ada juga sebagian


(39)

commit to user

biaya yang tidak memerlukan pengeluaran uang pada saat atau pe-riode itu atau tidak menimbulkan hutang yang pada akhirnya akan menggunakan modal kerja, seperti depresiasi, amortisasi dari dis-konto obligasi maupun aktiva intangibel lainnya. Meskipun biaya-biaya yang termasuk kelompok kedua ini diperhitungkan dalam me-nentukan net income tetapi dalam menghitung jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan biaya-biaya tersebut harus dikeluarkan karena biaya-biaya tersebut tidak menggunakan modal kerja, Proses pembebanan depresiasi dan amortisasi terhadap pengha-silan perusahaan adalah meiupakan perubahan dari aktiva tetap dan aktiva intangible menjadi modal kerja.

2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek). Surat berharga (marketable securities) merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan dapat menimbul-kan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi kas. Keuntu-ngan yang diperoleh dari penjualan surat berharga tersebut meru-pakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja. Sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menye-babkan berkurangnya modal kerja. Apabila investasi jangka pendek itu dijual dengan harga jual yang sama dengan harga perolehannya (tanpa laba maupun rugi), maka penjualan tersebut tidak akan


(40)

mem-commit to user

pengaruhi besarnya modal kerja (modal kerja tidak bertambah mau-pun berkurang). Di dalam menganalisa sumber sumber modal kerja maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat ber-harga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan.

3) Penjualan aktiva tidak lancar

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil pen-jualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi Kas atau Piutang akan menyebabkan bertambah-nya modal ke kerja sebesar hasil penjualan tersebut. Apabila dari ha-sil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).

4) Penjualan saham atau obligasi

Dalam upaya menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, di samping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau ben-tuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa


(41)

pe-commit to user

rusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) di samping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Modal Kerja

Komponen model kerja terdiri atas utang lancar dan aktiva lancar. Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi kedua variabel se-cara langsung akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja suatu perusahaan adalah sebagai berikut (Mamduh, 2004: 521)

1) Faktor yang mempengaruhi aktiva lancar:

Beberapa faktor mempengaruhi besarnya aktiva lancar, relatif terhadap total aktiva adalah sebagai berikut:

a) Karakteristik Bisnis

Sektor usaha atau industri mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain, termasuk dalam penggunaan modal kerja. Sektor retail cenderung mempunyai persediaan barang dagangan (yang berarti modal kerja) yang lebih besar dibandingkan perusahaan manufaktur. Sektor tertentu mempunyai utang lancar yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva lancarnya.


(42)

commit to user

b) Ukuran Perusahaan

Perusahaan kecil cenderung mempunyai modal kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan besar. Komposisi aktiva lancar dan kewajiban lancar untuk perusahaan besar dan kecil bisa terdiri dari 65,5% aktiva lancar dan 32,8% utang lancar un-tuk perusahaan kecil. Sedangkan komposisi unun-tuk perusahaan be-sar adalah 31% aktiva lancar dan 24,4% kewajiban lancar. Be-berapa kemungkinan jawaban atas fenomena tersebut: (1) Perusa-haan besar menjadi semakin modal intensif, (2) PerusaPerusa-haan besar mempunyai skala ekonomi modal kerja, atau aliran kas yang re-latif stabil, dan (3) Perusahaan besar mempunyai akses yang lebih baik ke pasar keuangan, sehingga tidak perlu memegang modal kerja lebih besar.

c) Aktivitas Perusahaan

Jika perusahaan meningkat aktivitasnya (penjualan meningkat), aktiva lancar dan utang lancar yang bersifat spontan juga akan meningkat. Semakin tinggi penjualan dengan demikian akan se-makin besar aktiva lancar suatu perusahaan.

d) Stabilitas Penjualan Perusahaan

Jika penjualan stabil, aktiva lancar cenderung semakin kecil. Se-baliknya, jika penjualan berfluktuasi, aktiva lancar akan cenderung semakin besar.


(43)

commit to user

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi utang lancar

Faktor-faktor yang mempengaruhi utang lancar adalah seba-gai berikut (Mamduh, 2004):

a) Faktor Eksternal

Industri tertentu cenderung mempunyai utang lancar lebih besar. Sebagai contoh, usaha retail menggunakan aktiva lancar (bi-asanya dalam bentuk barang dagangan) yang lebih besar diban-dingkan; dengan industri manufaktur. Barang dagangan biasanya diperoleh melalui pendanaan yang spontan (utang dagang), se-hingga aktiva lancar yang tinggi akan mengakibatkan utang dagang yang tinggi juga.

b) Faktor Internal Kebijakan Manajemen

Manajemen mempunyai pilihan menggunakan utang lancar tinggi atau rendah. Jika fleksibilitas manajemen cukup tinggi, manajemen akan menggunakan utang lancar lebih kecil. Jika manajemen membutuhkan dana dengan cepat. maka manajer masih mempunyai cukup ruang untuk melakukan hal tersebut Jika manajemen mempunyai akses ke pasar keuangan baik, manajemen akan menggunakan utang lancar tinggi karena pada siklus kas mendadak, manajemen bisa memperoleh dana tambahan dengan cepat. Manajemen agresif akan menggunakan utang yang lebih tinggi, karena utang tinggi memberikan profitabilitas yang tinggi, meskipun risiko juga akan semakin meningkat.


(44)

commit to user e. Efisien Modal Kerja

Dalam kegiatan operasionalnya pada umumnya perusahaan me-mulai aktivitas dengan membeli bahan baku, kemudian diproses menjadi bahan jadi. Pada saat membeli bahan baku, jika pembayarannya dilaku-kan secara tunai maka perusahaan mengeluardilaku-kan kas dari perusahaan. Tetapi jika dibayar secara kredit, maka perusahaan memiliki utang da-gang. Utang dagang tersebut dapat menunda pembayaran. Selanjutnya barang jadi tesebut dijual dengan kredit, yang berarti perusahaan akan mempunyai piutang dagang. Pada saat piutang dagang dilunasi perusa-haan akan menerima kas. Aktivitas semacam ini menggambarkan bagai-mana siklus kas terjadi, yaitu sejak kas dikeluarkan untuk pembelian ba-han baku sampai dengan kas diterima kembali dari piutang.

Bila pemasukan kas dipercepat dan pengeluaran kas diperlambat maka ketersediaan kas akan meningkat; sehingga perusahaan akan mem-punyai kesempatan menggunakan kas yang lebih besar. Siklus kas ini merupakan indikator atau ukuran dari manajemen modal kerja yang dila-kukan manajemen. Semakin pendek siklus kas berarti kas berputar lebih cepat sehingga ketersediaan kas lebih besar; yang berarti manajemen modal kerjanya semakin baik.

Pengukuran terhadap efisien manajemen dalam mengelola modal kerja perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan indikator atau variabel siklus konversi kas (cash conversion cycle, CCC) (Richards dan Laughlin, 1980; Jose et al, 1996; Shin dan Soenen, 1998; Deloof, 2003;


(45)

commit to user

Lazaridis, 2006). Cash conversion cycle atau siklus konversi kas sejak pembelian bahan baku hingga kas diterima kembali dari pembayaran pi-utang. Cash conversion cycle ini merupakan ukuran manajemen likui-ditas secara sinambung; oleh karena itu ukuran likuilikui-ditas ini lebih baik dibanding dengan ukuran likuiditas tradisional seperti current ratio,

quick ratio, net working capital, dan rasio antara working capital terha-dap current liabilities (Jose et al., 1996). Cash conversion cycle ini mengukur waktu yang diperlukan antara pengeluaran kas untuk membeli membeli bahan-bahan pembuat produk, hingga penerimaan kas hasil penjualan (Jose et al., 1996:).

Secara definitif cash conversion cycle adalah jumlah hari dari perpuataran persediaan (days in inventory) ditambah dengan jumlah hari perputaran piutang (days in receivabel) dikurangi dengan jumlah hari perputaran utang (days in payable), atau dapat dituliskan sebagai berikut (Jose et al., 1996):

CCC=Days in Inventory + Days in Receivables-Days in Payables

Keterangan:

CCC = Siklus konversi kas

Days in Inventory = Inventory/(Costs of Goods Sold/365) Days in Receivables = Account Receivables/(Sales/365)

Days in Payables = Account Payables/(Costs of Goods Sold/365)

Dengan dasar logika rumus di atas, untuk koperasi yang tidak memiliki atau tidak melakukan konversi persediaan, maka formula konversi siklus kas menjadi;


(46)

commit to user 3. Profitabilitas

a. Pengertian Profitabilitas

Pengertian profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari operasinya (Munawir, 2001). Pada umum-nya pengukuran terhadap profitabilitas tersebut menggunakan rasio keuangan.

b. Ukuran Profitabilitas

Rasio keuangan yang lazim untuk mengukuran kinerja keuangan secara menyeluruh adalah return on investement (ROI). Return on investment (ROI) merupakan suatu alat yang biasa digunakan untuk menilai kesuksesan atau prestasi perusahaan secara keseluruhan, yang se-cara umum didefinisikan sebagai net income (setelah disesuaikan dengan biaya bunga) dibagi dengan total investasi (Munawir, 2001: 84). Terminologi investasi (investment) digunakan dalam tiga arti yang beda dalam analisis keuangan, sehinga terdapat tiga ROl ratio yang ber-beda: return on assets (ROA), return on owner's equity (ROE), and return on capital employed (ROCE) atau return on net assets (RONA).

1) Return on assets (ROA)

Return on assets (ROA) merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas seluruh sumberdaya keuangan yang ditanamkan pada perusahaan. Ratio ROA sering digunakan oleh top manajemen untuk mengevaluasi unit-unit usaha dalam perusahaan yang multidivisional. Manajer devisi mempunyai pengaruh yang besar


(47)

commit to user

terhadap aktiva yang digunakan dalam devisi tersebut, tetapi kurang mempunyai pengaruh terhadap bagaimana aktiva tersebut dibiayai karena devisi tersebut tidak merancang untuk mencari pinjaman sendiri, pengeluaran obligasi, maupun saham.

2) Return on owner's equity (ROE)

Return on owner's equity (ROE) merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah diinvestasikan oleh pemegang saham (baik secara langsung atau dengan laba yang ditahan). Ratio ROE sangat menarik bagi pemegang saham maupun para calon pemegang saham, dan juga bagi manajemen karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholder, value creation. Rasio ROE sangat tidak menarik bagi manajer devisi karena mereka lebih berkepentingan dengan efisiensi penggunan aktiva, dari pada sumber dana untuk membiayai aktiva tersebut (dari kreditor ataukah dari pemegang saham).

3) Return on Invested Capital (ROIC)

Invested capital atau permanent capital terdiri atas utang ti-dak lancar (non current liabiities) ditambah dengan modal ( share-holder equity); sehingga rasio ini mencerminkan dana yang dimasuk-kan dalam perusahaan relatif untuk jangka waktu panjang. Invested capital juga sama dengan modal kerja ditambah aktiva tidak lancar.


(48)

commit to user B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Penelitian Jose et al. (1996)

Jose et al. (1996) melakukan penelitian dengan judul: Corporate Returns and Cash Conversion Cycles. Tujuan utama dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas. Variabel manajemen modal kerja diproxy dengan

Cash Conversion Cycle (CCC); sedangkan profitabilitas perusahaan diproxy dengan Return on Asset (ROA).

Penelitian dilakukan dengan menggunakan 2718 sampel perusahaan di Amerika Serikat, di mana data yang dikumpulkan adalah data selama ta-hun 1974-1993. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipote-sis penelitian tersebut adalah analihipote-sis regresi linear berganda. Di dalam model regresi yang digunakan tersebut, dicakup pula variabel kontrol yaitu: ukuran perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jose et al. (1996) tersebut adalah: 1) Manajemen modal kerja yang diproxy dengan Cash Conversion Cycle (CCC) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas peru-sahaan (ROA); 2) Variabel kontrol yaitu ukuran peruperu-sahaan yang diproxy dengan logaritma natural penjualan berpengaruh positif dan signifikan terha-dap Profitabilitas perusahaan (ROA).


(49)

commit to user 2. Penelitian Shin dan Soenen (1998)

Shin dan Soenen (1998) melakukan penelitian dengan judul: Effi-ciency of Working Capital Management and Corporate Profitability. Tujuan utama dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas. Variabel manajemen modal kerja diproxy dengan Cash Conversion Cycle (CCC) sedangkan profitabilitas perusahaan diproxy dengan Return on Asset (ROA).

Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel perusahaan di Amerika Serikat, di mana data yang dikumpulkan adalah data selama tahun 1975-1994. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian tersebut adalah analisis regresi linear berganda. Di dalam model regresi yang digunakan tersebut, dicakup pula variabel kontrol yaitu: current ratio, dan leverage.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shin dan Soenen (1998) tersebut adalah: 1) Manajemen modal kerja yang diproxy dengan Cash Conversion Cycle (CCC) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas peru-sahaan, (2) Variabel kontrol current ratio berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan variabel kontrol leverage berpengaruh negatif dan signifikan ter-hadap Return on Asset (ROA).

3. Penelitian Deloof (2003)

Deloof (2003) melakukan penelitian dengan judul: Does Working Capital Management Affect Profitability of Belgian Firm?. Tujuan utama


(50)

commit to user

dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mana-jemen modal kerja terhadap profitabilitas. Variabel manamana-jemen modal kerja diproxy dengan Cash Conversion Cycle (CCC); yang terdiri atas komponen: periode perputararan utang (AR), periode perputaran persediaaan (INV) dan periode perputaran utang (AP) sedangkan profitabilitas perusahaan diproxy dengan Gross Operating Income. .

Penelitian dilakukan dengan menggunakan 1109 sampel perusahaan terkemuka di Belgia, di mana data yang dikumpulkan adalah data selama ta-hun 1992-1996. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipote-sis penelitian tersebut adalah analihipote-sis regresi linear berganda. Di dalam model regresi yang digunakan tersebut, dicakup pula variabel kontrol yaitu: ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, leverage, variabilitas laba, dan

fixed financial asset.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Deloof (2003) tersebut adalah: 1) Manajemen modal kerja yang diproxy dengan Cash Conversion Cycle

(CCC) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan, (2) Komponen-komponen Cash Conversion Cycle (CCC) yaitu periode putara utang (AR), periode perputaran persediaaan (INV) dan periode per-putaran utang (AP) secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan. Variabel kontrol ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan fixed financial asset berpengaruh positif dan signifikan terha-dap ROA; sedangkan variabel kontrol leverage dan fixed financial asset


(51)

commit to user 4. Penelitian Teruel and Solano (2005)

Teruel and Solano (2005) melakukan penelitian dengan judul: Effect of Working Capital Management on SME Profitability. Tujuan utama dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas. Variabel manajemen modal kerja diproxy dengan Cash Conversion Cycle (CCC); yang terdiri atas komponen: periode perputaran utang (AR), periode perputaran persediaaan (INV) dan periode perputaran utang (AP) sedangkan profitabilitas perusahaan diproxy dengan

Return On Asset (ROA).

Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel perusahaan berkuran kecil dan menengah di Spanyol, di mana data yang dikumpulkan adalah data selama tahun 1996-2002. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian tersebut adalah analisis regresi linear ber-ganda. Di dalam model regresi yang digunakan tersebut, dicakup pula varia-bel kontrol yaitu: ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, leverage, dan produk domestik bruto.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Teruel and Solano (2005) terse-but adalah: 1) Manajemen modal kerja yang diproxy dengan Cash Conver-sion Cycle (CCC) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, (2) Komponen-komponen Cash Conversion Cycle (CCC) yaitu periode ran utang (AR), periode perputaran persediaaan (INV) dan periode perputa-ran utang (AP) secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.


(52)

commit to user

Variabel kontrol ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan produk domestik bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA; sedangkan variabel kontrol leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

Penelitian dalam skripsi ini merupakan replikasi dari penelitian yang pernah dilakukkan oleh Teruel and Solano (2005), Deloof (2003), Shin dan Soenen (1998) dan Jose et al. (1996). Perbedaan utama penelitian ini dengan penelitian tersebut pada dasarnya terletak pada: (1) lokasi/negara, (2) perusa-haan sampelnya, serta (3) periode waktu pengamatannya.

C. Kerangka Pemikiran

Kebijakan manajemen modal kerja merupakan kebijakan manajemen yang berkaitan dengan pengelolaan modal kerja, khususnya kebijakan yang ber-hubungan dengan aktiva lancar dan utang lancar. Proxy yang umum digunakan untuk mengukur kebijakan manajemen modal kerja tersebut adalah Siklus Kon-versi Kas (Cash Conversion Cycle), yaitu periode lamanya dana terikat pada piutang, persediaan dan utang.

Siklus Konversi Kasyang rendah atau kecil berarti keterikatan dalam ak-tiva lancar rendah, sehingga perputaran kas menjadi tinggi. Sebaliknya, jika Siklus Konversi Kas tinggi yang menunjukkan bahwa periode keterikatan dana relatif lama, maka dapat mengurangi ketersediaan kas perusahaan yang dapat menimbulkan ketidakmampuan perusahaan untuk mendanai kebutuhan opera-sional sehari-hari, proses produksi terhambat dan akhirnya kemampuan produksi juga menurun dan profitabilitas perusahaan dapat menurun. Berdasarkan penje-lasan tersebut maka secara teoritis dapat disimpulkan bahwa Siklus Konversi


(53)

commit to user

Kas berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas perusahaan; semakin rendah Siklus Konversi Kas maka profitabilitas akan meningkat; sedangkan Siklus Konversi Kas semakin tinggi maka profitabilitas semakin rendah.

Pada umumnya perusahaan melakukan penjualan produknya melalui penjualan kredit, di samping juga penjualan tunai. Pada penjualan kredit, proses pembayaran atau penerimaan kas dilakukan pada beberapa waktu setelah pen-yerahan barang. Lama waktu antara penpen-yerahan barang dengan pembayarannya tersebut atau dikenal dengan Periode Pengumpulan Piutang (Days in Recei-vables) akan berpengaruh terhadap ketersediaan kas. Semakin rendah atau sing-kat periode waktu terising-katnya dana dalam piutang ini, maka ketersediaan kas pe-rusahaan akan semakin besar. Jika persediaan kas semakin besar maka kelanca-ran proses produksi lebih terjamin sehingga perusahaan dapat membuat produk untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar, yang akan mendatangkan laba. Berdasarkan pada penjelasan ini, maka dapat disimpulkan bahwa Periode Pengumpulan Piutang negatif terhadap profitaiblitas; artinya, semakin rendah Periode Pengumpulan Piutang maka profitabilitas perusahaan akan cenderung semakin tinggi; sebaliknya jika Periode Pengumpulan Piutang semakin tinggi maka profitabilitas perusahaan akan cenderung semakin rendah.

Dalam melakukan pembelian bahan baku atau bahan-bahan pembantu untuk keperluan operasional pembuatan produk, perusahaan pada umumnya mendapat kesempatan untuk menunda pembayaran beberapa waktu kemudian; dengan demikian perusahaan memiliki utang dagang kepada pemasok. Periode Penangguhan Utang (Day in Payables) memiliki pengaruh pada ketersediaan


(54)

commit to user

kas. Secara teoritis periode ini bersifat mengurangi atau memperkecil siklus konversi kas. Oleh karena itu dapat dikembangkan hubungan logis sebagai berikut, jika periode penangguhan utang meningkat maka periode konversi kas akan mengecil, oleh karena periode konversi kas menurun maka profitabilitas meningkat.

Kerangka pikir penelitian ini dapat dinyatakan secara grafis sebagai beri-kut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka dan tinjauan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap penelitian ini adalah:

1. Diduga periode pengumpulan piutang berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas koperasi.

2. Diduga periode penangguhan pembayaran utang berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas koperasi.

Periode Pengumpulan Piutang

( X1 )

Periode Penangguhan Pembayaran Utang

( X2 )

Profitabilitas ( Y )


(55)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini seluruh koperasi di Kabupaten Ngawi yaitu sebanyak 523 koperasi. Sampel penelitian adalah koperasi yang memiliki unit simpan pinjam dan mendapat Bantuan Modal Kerja dari Dana APBD II; yaitu sebanyak 72 koperasi (nama-nama koperasi sampel terlampir).

Obyek penelitian ini adalah modal kerja dan profitabilitas koperasi mendapat Bantuan Modal Kerja dari Dana APBD II di Kabupaten Ngawi pada tahun 2009.

B. Definisi Operasional 1. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Dalam penelitian ini profitabilitas diproxy dengan Return On Asset

(ROA). Hal ini dengan pertimbangan bahwa, ROA merupakan ukuran profitabilitas yang menyeluruh (Munawir, 2001). Beberapa penelitian terdahulu menggunakan ROA sebagai proxy dari profitabilitas. Formula untuk menghitung ROA adalah (Teruel dan Solano, 2006);

% 100 Assets Total

EBIT

ROA= ´ ( 1 ) Keterangan:


(56)

commit to user

EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak Total asset = Total aktiva

2. Periode Pengumpulan Piutang (Days in Receivable)

Periode Pengumpulan Piutang (Days in Receivable) adalah periode waktu lamanya pembayaran piutang dari pembeli. Formula untuk menghitung Periode Pengumpulan Piutang adalah sebagai berikut (Jose

et al., 1996)

Sales/365 Receivable Account

DR= ( 2 ) Keterangan:

DR = Periode pengumpulan piutang (hari)

Account Receivables = Piutang dagang

Sales = Penjualan

3. Periode Penangguhan Utang (Days in Payables)

Periode Penangguhan Utang (Days in Payables) adalah periode waktu lamanya penundaan pembayaran utang lancaar. Formula untuk menghitung Periode Penangguhan Utang adalah sebagai berikut (Jose et al., 1996)

Sold/365 Goods of Cost Payable Account

DP= ( 3 )

Keterangan:

DP = Periode penangguhan utang (hari)

Account Payable = Utang lancar

Cost of Goods Sold = Harga Pokok Penjualan

C. Metode Pengumpulan Data


(57)

commit to user

sekunder yang berupa laporan keuangan koperasi. Dengan demikianmetode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi.

D. Analisis Data

1.Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Adapun model regresi linear berganda yang digunakan adalah sebagai berikut (Terual dan Solano, 2005):

t 2 2 1 1

o b X b X

b

Y= + + +m ( 6 ) Keterangan:

Y = Return on Asset (%)

X1 = Periode pengumpulan piutang (hari)

X2 = Perode penangguhan pembayaran utang (hari) bo = Intersep regresi

bi = Koefisien regresi variabel bebas i µ = Disturbance error

Sebelum hasil analisis regresi linear berganda tersebut digunakan untuk menguji hipotesis; terlebih dahulu model regresi tersebut dikenai uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dikenakan pada model regresi tersebut meliputi: (a) uji asumsi tidak terjadi multikolinearitas, (b) uji asumsi tidak terjadi autokorelasi, dan (c) uji asumsi tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Uji Asumsi Klasik

1) Uji multikolinearitas

Dalam penelitian ini pengujian terhadap ada tidaknya gejala multikolinearitas di antara variabel bebas (Xj), dilakukan dengan menggunakan indikator VIF (Variance Inflation Factor). Nilai indikator VIF yang tinggi menunjukkan bahwa gejala multikolinearitas yang


(58)

commit to user

terjadi di antara variabel bebas semakin kuat (Gujarati, 2003). Jika nilai VIF>10 maka variabel bebas yang diuji mengalami multikolinearitas yang kuat dengan variabel bebas yang lain (Gujarati, 2003).

2) Uji autokorelasi

Dalam penelitian ini pengujian terhadap ada tidaknya gejala autokorelasi di antara anggota time series dilakukan dengan menggunakan metode Durbin-Watson. Kriteria yang digunakan untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi dengan metode Durbin-Watson dapat digambarkan sebagai berikut (Gujarati, 2003);

Tolak Ho yang menyatakan terdapt autokorelasi positif Keputusan tidak dapat ditentukan Keputusan tidak dapat ditentukan

Tolak Ho* yang

menyatakan terdapat autokorelasi

negatif

Terima Ho atau Ho*

atau kedua-duanya

0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4

Keterangan:

Ho : Tidak terjadi autokorelasi positif

Ho* : Tidak terjadi autokorelasi negatif

Gambar 3.1. Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson

Kriteria pengujian yang dinyatakan secara grafis di atas dapat diringkas sebagai berikut (Gujarati, 2003);


(59)

commit to user Tabel 3.1

Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson

Hipotesis Nol (Ho) Keputusan Jika

Tidak terjadi autokorelasi positif Tolak 0<d<dL Tidak terjadi autokorelasi positif Tidak ada

keputusan dL≤d≤dU Tidak terjadi autokorelasi negatif Tolak 4-dL<d<4 Tidak terjadi autokorelasi negatif Tidak ada

keputusan 4-dU≤d≤4-dL Tidak terjadi autokorelasi positif atau

negatif Terima dU<d<4-dU

3). Uji heteroskedastisitas

Dalam penelitian ini pengujian terhadap ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Spearman's Rank Correlation Test (Gujarati, 2003). Berdasarkan uji tersebut, jika suatu variabel bebas memiliki Spearman's Rank Correlation dengan nilai absolute residu tidak signifikan (p>α) maka variabel bebas tersebut tidak mengalami heteroskedastisitas.

4). Uji normalitas

Dalam analisis regresi nilai residual atau error harus memiliki distribusi normal. Pengujian terhadap uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pada uji tersebut, jika nilai statistik Kolmogorov-Smirnov tidak signifikan (p>α), maka disimpulkan bahwa residual memiliki distribusi normal.

E. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji F.


(60)

commit to user 1. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh parsial dari satu variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t ini digunakan untuk menguji hipotesis pertama dan hipotesis kedua Adapun formulasi hipotesisnya adalah sebagai berikut;

Ho: bi=0 : Variabel independen Xi secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel.

Ha: bi≠0 : Variabel independen Xi secara parsial berpengaruh terhadap variabel.

Kriteria untuk menerima atau menolah hipotesis nol (Ho) di atas adalah sebagai berikut:

Jika nilai statistik t memiliki probability value (sig.)<α(5%),

maka Ho ditolak dan Ha diterima; tetapi jika nilai statistik t memiliki probability value (sig.)≥α(5%), maka Ho diterima dan Ha ditolak.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh simultan dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F ini digunakan untuk menguji hipotesis pertama. Adapun formulasi hipotesisnya adalah sebagai berikut;

Ho: R=0 : Seluruh variabel independen secara bersama-sama/simultan tidak berpengaruh terhadap variabel.


(61)

commit to user

Ha: R≠0 : Seluruh variabel independen secara bersama-sama/simultan berpengaruh terhadap variabel. Kriteria untuk menerima atau menolah hipotesis nol (Ho) di atas adalah sebagai berikut:

Jika nilai statistik F memiliki probability value (sig.)<α(5%),

maka Ho ditolak dan Ha diterima; tetapi jika nilai statistik F memiliki probability value (sig.)≥α(5%), maka Ho diterima dan Ha ditolak.

3). Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi yang dinotasikan dengan R2 merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik tidaknya regresi yang teristimasi. Atau dengan kata lain, angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang teristimasi dengan data sesungguhnya. Nilai koefisien determinasi ini mencrminkan seberapa besar variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Secara manual rumus uji tersebut adalah : ) 31 : 2006 , ( 2 2 2 Soeharno TSS ESS Y e R i i = =

å

å

Dimana :

R2 = Koefisien

Σei2 = ESS (Explined Sum Square) = Jumlah Kuadrat Sesatan


(62)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Penyajian hasil penelitian diberikan dalam bentuk adalah deskripsi terhadap data keuangan yang diperlukan. Selain itu, dalam hasil penelitian ini juga disajikan hasil analisis regresi linier berganda. Hasil analisis regresi linier berganda tersebut selanjutnya digunakan sebaga dasar pengujian hipotesis penelitian.

A. Dekripsi Koperasi Sampel

Berikut data keragaan koperasi yang mendapatkan bantuan modal kerja dari APBD II Kabupten Ngawi. ( Lihat Lampiran 3)


(63)

commit to user B. Deskriptif Variabel

Deskripsi variabel ini dimaksudkan untuk menjelaskan kondisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Sebagaimana sifat dari analisis deskriptif, yaitu hanya mengatakan keadaan suatu variabel; tanpa membahas hubungannya dengan variabel lain; atau membahas penyebabnya besar kecilnya variabel.

1. Total aktiva

Total aktiva dari koperasi yang menjadi sampel penelitian ini disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.1.

Total Aktiva Koperasi Sampel

Statisitk Nilai

( Rp )

Minimum 25.041.145

Maksimum 5.983.126.502

Rata-rata 1.076.234.451,65

Deviasi standar 1.300.077.039,97

Sumber: Data sekunder 2001, diolah.

Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel di atas tampak bahwa, total aktiva koperasi minimum sebesar Rp25.041.145; sedangkan total aktiva maksimum sebesar Rp5.983.126.502. Rata-rata total aktiva yang dimiliki oleh koperasi yang menjadi sampel penelitian ini sebesar Rp1.076.234.451,65; dengan deviasi standar sebesar Rp1.300.077.039,97.


(64)

commit to user 2. Laba sebelum pajak

Laba sebelum pajak yang diperoleh koperasi sampel penelitian ini disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.2.

Laba Sebelum Pajak Koperasi Sampel

Statisitk Nilai

( Rp )

Minimum 1.453.750

Maksimum 409.257.727

Rata-rata 35.534.363,08

Deviasi standar 55.308.843,18

Sumber: Data sekunder 2001, diolah.

Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel di atas tampak bahwa, laba sebelum pajak koperasi minimum sebesar Rp1.453.750; sedangkan laba sebelum pajak maksimum sebesar Rp409.257.727. Rata-rata laba sebelum pajak yang dicapai oleh koperasi yang menjadi sampel penelitian ini sebesar Rp35.534.363,08; dengan deviasi standar sebesar Rp55.308.843,18.

3. Piutang

Piutang yang dimiliki koperasi sampel penelitian ini disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.3.

Piutang Koperasi Sampel

Statisitk Nilai

( Rp )

Minimum 24.920.000

Maksimum 4.846.963.960


(65)

commit to user

Deviasi standar 1.109.074.192,77

Sumber: Data sekunder 2001, diolah.

Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel di atas tampak bahwa, piutang koperasi minimum sebesar Rp 24.920.000; sedangkan piutang maksimum sebesar Rp 4.846.963.960. Rata-rata piutang yang dicapai oleh koperasi yang menjadi sampel penelitian ini sebesar Rp 856.117.991,36; dengan deviasi standar sebesar Rp 1.109.074.192,77.

4. Utang jangka pendek

Utang jangka pendek yang dimiliki koperasi sampel penelitian ini disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.4.

Utang jangka pendek Koperasi Sampel

Statisitk Nilai

( Rp )

Minimum 366.000

Maksimum 4.332.452.926

Rata-rata 486.037.535,40

Deviasi standar 867.854.851,95

Sumber: Data sekunder 2001, diolah.

Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel di atas tampak bahwa, utang jangka pendek koperasi minimum sebesar Rp 366.000; sedangkan utang jangka pendek maksimum sebesar Rp 4.332.452.926. Rata-rata utang jangka pendek yang dicapai oleh koperasi yang menjadi sampel penelitian ini


(66)

commit to user

sebesar Rp 486.037.535,40; dengan deviasi standar sebesar Rp 867.854.851,95.

5. Pendapatan

Pendapatan yang dimiliki koperasi sampel penelitian ini disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.5.

Pendapatan Koperasi Sampel

Statisitk Nilai

( Rp )

Minimum 6.076.800

Maksimum 1.101.528.110

Rata-rata 190.074.505,31

Deviasi standar 231.591.906,10

Sumber: Data sekunder 2001, diolah.

Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel di atas tampak bahwa, pendapatan koperasi minimum sebesar Rp6.076.800; sedangkan pendapatan maksimum sebesar Rp1.101.528.110. Rata-rata pendapatan yang dicapai oleh koperasi yang menjadi sampel penelitian ini sebesar Rp190.074.505,31; dengan deviasi standar sebesar Rp231.591.906,10.

6. ROA

ROA yang dicapai koperasi sampel penelitian ini disajikan dalam tabel berikut.


(1)

commit to user

koperasi. Dengan demikian maka hipotesis pertama penelitian ini dapat diterima kebenarannya.

Hipotesis kedua penelitian ini menduga bahwa, periode penangguhan pembayaran utang berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas koperasi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis regresi dengan SPSS 15.0 diperoleh Periode penangguhan pembayaran utang thitung=2,480 dengan p=0,016. Pada tingkat signifikansi α=0,05 maka

p(0,016)<α(0,05) sehingga disimpulkan bahwa thitung. tersebut signifikan dengan kata lain, periode penangguhan pembayaran utang berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas koperasi. Dengan demikian maka hipotesis pertama penelitian ini dapat diterima kebenarannya.

F. Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan secara empiris bahwa, profitabilitas koperasi yang menerima bantuan APBD secara baik secara simultan maupun parsial secara signifikan dipengaruhi oleh periode pengumpulan piutang dan periode penangguhan pembayaran utang.

Pengaruh simultan dari periode pengumpulan piutang dan periode penangguhan pembayaran utang memiliki koefisien determinasi adjusted sebesar 0,211 atau 21,1%; hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya profitabilitas koperasi 21,1% ditentukan atau dipengaruhi oleh periode pengumpulan piutang dan periode penangguhan pembayaran utang; sedangkan sisanya 78,9%


(2)

commit to user

dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak tercakup dalam penelitian ini sebagai contoh: pengalaman pengurus manajemen koperasinya, ukuran besar kecilnya koperasinya, dan sebagainya.

Periode pengumpulan piutang berpengaruh negatif signifikan dengan koefisien regresi sebesar b1=-0,020. Hal ini berimplikasi bahwa, jika waktu pengumpulan piutang dipersingkat maka profitabilitas (ROA) koperasi akan cenderung meningkat. Percepatan pengumpulan piutang selama 1 satuan, akan berdampak pada peningkatan ROA sbesar 0,020 satuan.

Mengacu pada bukti empiris tersebut, maka suatu keharusan bagi pimpinan koperasi untuk meningkatkan kinerjanya dalam pengumpulan piutang-piutangnya. Semakin efektif dan efisien manajemen piutangnya, maka profitabilitas akan cenderung semakin tinggi.

Periode penangguhan pembayaran utang berpengaruh negatif signifikan dengan koefisien regresi sebesar b2=0,014. Hal ini berimplikasi bahwa, waktu penundaan pembayaran utang diperpanjang maka profitabilitas (ROA) koperasi akan cenderung meningkat. Penundaan pembayaran utang selama 1 satuan akan berdampak meningkatkan profitabilitas (ROA) sebesar 0,014 satuan.

Upaya yang segera dan penting dilakukan oleh pihak manajemen koperasi adalah menyempurnakan atau memperbaiki sistem pengumpulan piutangnya. Hal ini disebabkan variabel tersebut merupakan variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap profitabilitas koperasi.

Melalui sistem pengumpulan piutang yang efektif dan efisien dan singkat waktunya, maka koperasi memiliki kesempatan untuk menggunakan


(3)

commit to user

dana hasil pengumpulan piutang tersebut guna melakukan kegiatan operasi yang lain-misalnya dipinjamkan kepada anggota yang belum sempat memperoleh pinjaman.


(4)

commit to user

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir atau penutup dari penulisan tesis ini. Dalam bab ini disampaikan beberapa kesimpulan, keterbatasan dan implikasi dari hasil penelitian. Adapun kesimpulan, keterbatasan dan implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Periode pengumpulan piutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Hal ini menunjukkan bahwa, jika periode pengumpulan piutang dipercepat (waktunya semakin pendek) maka profitabilitas koperasi akan meningkat.

2. Periode penangguhan pembayaran utang berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Hal ini menunjukkan bahwa, jika periode penangguhan pembayaran utang diperlambat (waktunya semakin lama) maka profitabilitas koperasi akan meningkat.

B. Keterbatasan

Keterbatasan utama hasil penelitian ini terletak pada tingkat generalisasi hasilnya yang lemah. Maksudnya, hasil penelitian ini tidak menjamin berlaku untuk kondisi waktu dan tempat yang berlainan; misalnya diterapkan untuk kondisi koperasi di Madiun atau Bojonegoro. Meskipun diterapkan untuk


(5)

commit to user

kondisi koperasi di Ngawi tetapi periode waktunya berbeda, juga tidak menjamin hasilnya identik. Semua ini disebabkan data yang dianalisis dalam penelitian ini hanya data 1 tahun, dan hanya berasal dari koperasi-koperasi di wilayah kabupaten Ngawi yang mendapat bantuan APBD.

C. Implikasi

1. Bagi Pimpinan Koperasi di Ngawi

Hasil penelitian ini memberikan implikasi praktis dan strategis bagi para pimpinan koperasi di Ngawi, di mana dalam rangka meningkatkan profitabilitas koperasi (ROA) langkah utama yang harus dilakukan adalah memperbaiki manajemen piutang, yang berarti periode pengumpulan piutang harus dapat dipersingkat. Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam upaya mempersingkat periode pengumpulan piutang adalah sebagai berikut:

a. Dalam menganalisis calon nasabah, sebaiknya pihak koperasi harus "taat asas". Asas penting dalam pemberian kredit dikenal dengan istilah 5C

(Character, Capacity, Capital, Collateral, Conditions). Pada umumnya

pelanggaran terhadap asas ini dapat menimbulkan masalah dalam pengumpulan piutang. Bisa terjadi, seorang anggota yang pada dasarnya memiliki uang untuk membayar utangnya, tetapi karena "Character" nya jelek; orang tersebut malas untuk membayar utangnya.

b. Perbaikan sistem akuntansi di bagian penerimaan kredit/pinjaman. Perbaikan sistem ini tidak hanya pada aspek perangkat keras dan


(6)

commit to user

perangkat lunaknya, tetapi juga personil-personil (baik yang di kantor maupun yang di lapangan) yang menangani penerimaan kredit ini harus ditingkatkan kualitasnya, terutama kinerja dan kejujurannya.

2. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain yang berminat untuk mengkaji atau meneliti topik yang sama dengan penelitian ini, diharapkan dapat melakukan perbaikan khususnya perbaikan pada: jangkuan wilayah penelitian, variabel bebas yang digunakan. Disarankan untuk menggunakan variabel kontrol (bagian dari variabel bebas), sehingga akan diperoleh model regresi yang lebih baik, lebih komprehensif dan lebih memiliki daya prediksi dibanding hasil penelitian ini.