kegiatan diskusi, guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar setiap
anggota kelompok berpartisipasi aktif, dan agar diskusi lancar. Kemudian setelah kelompok selesai berdiskusi setiap kelompok melaporkan
hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Selanjutnya guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap
laporan tersebut. Siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.
Langkah terakhir dalam kegiatan elaborasi adalah siswa diberikan LKS sebagai evaluasi pembelajaran dan diminta untuk mengerjakannya selama 15
menit. Setelah selesai siswa diminta untuk mengumpulkan LKS yang telah dikerjakannya.
Sebagai konfirmasi setelah semua siswa selesai mengumpulkan LKS, siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru tentang pembelajaran yang belum
dimengerti. Langkah selanjutnya adalah siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu mengenai usaha
mempersiapkan kemerdekaan oleh BPUPKI dan PPKI. Sebagai pemantapan siswa diberikan tugas oleh guru.
Langkah terakhir dalam kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan penutup. Siswa diminta untuk merapihkan alat tulis yang telah digunakan, lalu guru
menutup pembelajaran dengan berdoa bersama siswa dan siswa dipersilahkan untuk pulang.
Selama proses pelaksanaan siklus I, peneliti didampingi oleh enam orang observer. Observer bertugas untuk mengamati dan memberikan penilaian terhadap
aktivitas guru serta kemampuan berpikir kritis dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan peneliti dalam melaksanakan proses penelitian dalam siklus I, serta mngetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran.
c. Observasi Siklus I
Observer diberikan lembar observasi aktivitas guru dan siswa terhadap penerapan metode diskusi serta lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa
untuk mencatat temuan-temuan penting dan untuk mencatat hasil pengamatannya selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi yang dicatat oleh
observer digunakan sebagai bahan diskusi pada refleksi untuk dianalisis, serta untuk merencanakan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.
1 Perencanaan Pembelajaran
Di dalam perencanaan pembelajaran, setting kelas dilakukan agar terjadi pemerataan dalam pembagian kelompok. Kelompok yang dibentuk adalah
kelompok heterogen, didalam satu kelompok terdapat empat sampai lima siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda agar diskusi berjalan lancar.
Dari hasil observasi yang ditemukan, masih terdapat kelompok yang belum dapat berdiskusi dengan baik. Salah satu cirinya adalah dominasi satu sampai dua
orang didalam kelompok sehingga siswa yang dirasa kurang hanya diam saja dan tidak berani bertanya, mengemukakan pendapat, serta memberikan kesimpulan.
Sehingga untuk perencanaan selanjutnya pembentukan kelompok baru harus diutamakan.
Secara keseluruhan untuk tujuan, metode, dan media yang digunakan sudah terlaksana dengan baik. Teknik penyampaian materi melalui presentasi kelompok
pun dapat dikatakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Siswa sudah terlihat mau bertanya, berpendapat, dan memberikan kesimpulan ketika kelompok
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
2 Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dalam siklus I diobservasi oleh enam observer. Observasi yang dilakukan yaitu untuk mengamati keterlaksanaan kegiatan
penerapan metode diskusi dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru serta aktivitas siswa dalam berdiskusi kelompok dan diskusi kelas.
a Aktivitas Guru
Aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I pada materi persiapan kemerdekaan yang dilakukan oleh BPUPKI dan PPKI dengan menerapkan
metode diskusi secara umum sudah berjalan dengan lancar. Dari 14 langkah dalam proses pembelajaran yang berlangsung hanya 2 atau kurang 14 yang belum
terlaksana yaitu memeriksa kelengkapan belajar siswa dan memberikan refleksi di akhir pembelajaran.
Proses pemeriksaan kelengkapan alat belajar terlewatkan oleh guru sehingga masih terlihat siswa yang belum mempersiapkan perlengkapan belajarnya pada
saat proses pembelajaran dimulai. Selanjutnya yaitu pada saat refleksi, guru tidak memberikan refleksi secara keseluruhan dari proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hal tersebut terjadi karena waktu yang dialokasikan sudah hampir habis sehingga guru langsung memberikan kesimpulan.
Selain itu yang menjadi catatan observasi adalah adanya langkah-langkah pembelajaran di kegiatan inti yang tertukar. Pada awal pembelajaran guru
langsung membagi siswa kedalam enam kelompok sebelum guru membagikan bahan bacaan yang akan didiskusikan. Hal-hal yang telah disebutkan tersbut
menjadi catatan bagi peneliti sebagai refleksi untuk pelaksanaan di siklus II.
b Aktivitas Siswa
Proses observasi aktivitas siswa terbagi menjadi dua yaitu ketika mengikuti pembelajaran dalam kelompok besar atau kelas dan ketika berdiskusi kelompok
kecil. Pada saat awal pembelajaran berlangsung secara umum siswa dapat mengikuti instruksi atau langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru. Berdasarkan hasil observasi, ketika guru memberikan apersepsi dengan
menanyakan pembelajaran sebelumnya. Siswa sudah menyimak dan merespon pertanyaan yang diajukan oleh guru. Begitu seterusnya sampai pada langkah
penyampaian tujuan pembelajaran. Siswa masih merespon dengan baik namun terlihat juga masih terdapat siswa yang belum mengerti sampai pada akhirnya
siswa tersebut dapat memahami tujuan pembelajaran setelah guru melakukan pengulangan.
Selanjutnya yang menjadi catatan observer adalah ketika proses pembagian kelompok. Dikarenakan ada langkah pembelajaran yang tertukar akhirnya pada
saat pembagian kelompok pun siswa terlihat tidak kondusif. Kelas dapat kembali kondusif ketika guru membimbing siswa untuk segera bergabung dengan
kelompoknya sesuai dengan instruksi yang diberikan. Proses diskusi kelompok belum berjalan dengan baik di dalam kelompok F.
Hal tersebut dapat terlihat dari dominasi siswa perempuan dalam diskusi. Pembuatan laporan kelompok pun hanya dibuat oleh siswa perempuan. Siswa
laki-laki masih terlihat bermain-main dan cenderung diam. Sedangkan untuk kelompok lainnya proses diskusi kelompok sudah berjalan dengan baik.
Pembagian tugas dalam penyusunan laporan kelompok sudah dikerjakan bersama- sama.
Temuan hasil observasi dalam diskusi kelompok kecil lainnya yaitu dalam pemecahan masalah yang diberikan oleh guru. Masih terdapat siswa bertanya
langsung kepada guru terkait jawaban yang harus mereka cari. Setelah guru memberikan bimbingan kepada siswa agar pertanyaan tersebut harus didiskusikan
didalam kelompok barulah mereka bekerjasama dan saling memberikan pendapat. Setelah diskusi kelompok selesai dilanjutkan dengan mengulas laporan
kelompok. Presentasi dilakukan di depan kelas dan hanya satu kelompok yaitu kelompok A yang membacakan hasil diskusinya. Hal tersebut dilakukan untuk
mengefektifkan waktu. Kelompok lain menanggapi jawaban yang diberikan oleh kelompok A. Dalam kegiatan ini diskusi antar kelompok sudah terlihat baik,
anggota kelompok lain aktif dan berani mengajukan pendapat yang berbeda dari yang disajikan oleh kelompok A.
Pada akhir pembelajaran siswa yang ditunjuk oleh guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu hanya beberapa siswa saja yang
tercatat sudah memberikan kesimpulan. Dengan pemaparan catatan hasil observasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa selama
pembelajaran dalam siklus I ini terkait penerapan metode diskusi belum terlaksana secara efektif.
3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Siklus I
Kemampuan berpikir kritis siswa yang menjadi objek penelitian pada siklus I sebesar 58. Peneliti menganalisis serta menginterpretasi aspek berpikir kritis
berupa pertanyaan, pernyataan, serta kesimpulan yang diutarakan oleh siswa. Dalam menganalisis pertanyaan, pernyataan, dan kesimpulan yang tercatat
dalam lembar observasi, peneliti mengkategorikan aspek tersebut sesuai kriteria yang telah ditentukan. Selanjutnya menentukan skor berdasarkan pedoman
penelitian. Berikut penjabaran hasil penilaian kemampuan berpikir siswa pada siklus I.
Siswa pertama beridentitaskan MN, kriteria kemampuan berpikir kritis pada siklus I dikatakan cukup karena mendapatkan skor lima dengan presentase
55,56. Aspek mengungkapkan pertanyaan yang dia dapat adalah dua skor. Skor dua tersebut didapatkan berdasarkan pertanyaan yang dia ungkapkan pada proses
diskusi kelompok. Pertanyaan yang dia ajukan kepada teman sekelompoknya yaitu “Apa saja hasil dari sidang BPUPKI dan PPKI?”. Lalu aspek yang kedua
adalah memberikan pernyataan, pernyataan yang dia ungkapkan ketika berdiskusi kelompok tidak sesuai dengan materi sehingga penilaian untuk aspek ini
mendapatkan skor dua. Dia mengungkapkan pernyataan “Soekarno mah presiden pertama” ketika ditanya mengenai pembentukan BPUPKI oleh teman
kelompoknya. Aspek terakhir yaitu memberikan kesimpulan, dalam aspek ini MN mendapatkan skor satu yang artinya dia tidak memberikan kesimpulan atas materi
yang telah diajarkan. Siswa kedua DN, kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran siklus I
dikatakan cukup karena mendapatkan skor enam dengan presentase 66,67. Aspek mengungkapkan pertanyaan mendapatkan skor dua. Pertanyaan yang dia
ajukan dalam proses diskusi kelas yaitu “Apa tujuannya BPUPKI dan PPKI?” pertanyaan itu diajukan pada saat dia sedang mencari jawaban untuk dicatatat
dalam hasil diskusi kelompok. Aspek yang kedua yaitu memberikan pernyataan, pernyataan tersebut dia ajukan ketika menemukan jawaban dari pertanyaan yang
dia ungkapkan sendiri bentuk pernyataannya yaitu “Nah ini tujuan terbentuknya BPUPKI, buat menyelidiki hal-hal penting mendirikan negara Indonesia”.
Berdasarkan pedoman penilaian yang dibuat peneliti pernyataan terebut mendapatkan skor tiga. Terakhir aspek memberikan kesimpulan, dalam aspek ini
dia mendapatkan skor satu karena tidak memberikan kesimpulan atas materi yang telah diajarkan. Pada akhir pembelajaran dia belum mendapatkan kesempatan
memberikan kesimpulan karena yang memberikan kesimpulan didominasi oleh siswa yang lebih pintar.
Selanjutnya yaitu RZ, kemampuan berpikir kritis yang ia dapatkan pada pembelajaran siklus I adalah 55,56 atau mendapatkan score lima. Kemampuan
mengungkapkan pertanyaan mendapatkan score dua. Pertanyaan yang dia ajukan pada saat berdiskusi kelompok yaitu “ Hasil dari terbentuknya BPUPKI itu apa?”.
Dari pertanyaan tersebut dapat dianalis bahwa untuk kategori indikator pertama ini dia mendapatkan score dua, karena bertanya dengan menggunakan kata tanya
“apa”, “siapa”, “kapan”, dan “dimana” sesuai dengan materi pembelajaran. Lalu untuk aspek yang kedua dia mendapatkan score dua. Karena dia memberikan
pernyataan, namun tidak berhubungan dengan pembelajaran. Pernyataan yang diajukan adalah “Sini bacaannya, saya mau baca karena ada Bapak” hal tersebut
terjadi ketika guru sedang memeriksa proses diskusi kelompok. Dan pernyataan tersebut selalu berulang selama proses diskusi kelompok berlangsung. Sedangkan,
untuk aspek terakhir dia mendapatkan score satu karena pada akhir diskusi kelompok dia tidak memberikan kesimpulan atas materi yang telah diajarkan.
Siswa berikutnya adalah AD, presentase kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran siklus I sebesar 66,67 dengan skor enam dan berada pada kategori
cukup. Pertanyaan yang dia ungkapkan dalam proses diskusi kelompok yaitu “Apa saja hasil-hasil dari BPUPKI?”. Berdasarkan pedoman penilaian yang
dibuat, pertanyaan tersebut mendapatkan kategori cukup dengan skor dua. Berbeda dengan aspek mengungkapkan pertanyaan, pada aspek memberikan
pernyataan dia mendapatkan skor tiga dengan kategori baik. Hal tersebut dikarenakan pada saat proses diskusi dia aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh teman kelompoknya. Salah satu pernyataan yang dia ungkapkan adalah “Ada anggapan PPKI badan yang dibentuk jepang, jadi
golongan muda ngga mau kemerdekaan dibacakan di depan PPKI”. Terakhir, dalam aspek memberikan kesimpulan dia mendapatkan skor satu karena tidak
memberikan kesimpulan atas materi yang telah dijelaskan. Selanjutnya AS, kemampuan berpikir pada pembelajaran siklus I berada
pada kategori cukup dengan skor lima dan presentase 55,56. Aspek mengungkapkan mendapatkan skor dua dengan pertanyaan “Jadi, apa tujuan
BPUPKI dan PPKI?”. Pertanyaan tersebut diajukan kepada AD ketika mereka sedang mendiskusikan tujuan dibentuknya BPUPKI. Lalu aspek memberikan
pernyataan mendapatkan skor dua karena pernyataan yang sering diungkapkan tidak berhubungan dengan materi pembelajaran. Aspek terakhir dia mendapatkan
skor satu karena tidak memberikan kesimpulan. Berikutnya adalah MR, Kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran
siklus I mendapatkan kategori cukup dengan skor empat dan presentase 44,44. Selama proses diskusi dia tidak bertanya sama sekali sehingga pada aspek ini
mendapatkan skor satu. Untuk aspek memberikan pernyataan mendapatkan skor dua karena pernyataan yang dia ungkapkan tidak berhubungan dengan
pembelajaran. Selanjutnya aspek memberikan kesimpulan mendapatkan skor satu karena dia tidak memberikan kesimpulan atas materi yang telah diajarkan.
Kemampuan berpikir kritis NA pada pembelajaran siklus I masuk dalam kategori cukup mendapatkan skor enam dengan presentase 66,67. Pertanyaan
yang dia ungkapkan adalah “Apa saja hasil-hasil dari BPUPKI?”, pertanyaan tersebut mendapatkan skor dua karena bertanya menggunakan kata tanya “apa”,
“siapa”, “kapan”, dan “dimana” sesuai dengan materi pembelajaran. Lalu dalam aspek memberikan pernyataan dia mendapatkan skor dua karena berdasarkan
catatan observasi dia memberikan pernyataan namun tidak berhubungan dengan pembelajaran. Sedangkan kesimpulan yang dia berikan ketika ditanya oleh guru
mengenai kesimpulan pembelajaran ini adalah “Indonesia merdeka pada tanggal 17 pak” sehingga mendapatkan skor karena sudah berani memberikan kesimpulan
namun tidak sesuai dengan materi yang telah diajarkan. Selanjutnya adalah AN, kemampuan berpikir kritis pada siklus I berada
dalam kategori cukup dengan jumlah skor enam presentase 66,67. Dia mengungkapkan pertanyaan “Kapan sih dibentuknya PPKI?” pada proses diskusi
kelompok sehingga sesuai dengan indikator penilain dia mendapatkan skor dua. Lalu dia memberikan jawaban ketika temannya bertanya kapan terbentuknya
BPUPKI, jawaban yang dia berikan yaitu “Nih BPUPKI resmi dibentuknya tanggal 29 April 1945” sehingga untuk aspek yang kedua dia mendapatkan skor
tiga karena memberikan pernyataan yang sesuai dengan materi pembelajaran. Sedangkan untuk aspek terakhir dalam penilaian kemampuan berpikir kritis dia
mendapatkan skor satu karena tidak memberikan kesimpulan atas materi yang telah diajarkan.
Siswa selanjutnya FI, pada pembelajaran siklus I kemampuan berpikir kritisnya dikategorikan cukup dengan mendapatkan skor empat dan presentase
44,44. Pertanyaan yang diungkapkan yaitu “Apa saja hasil-hasil dari BPUPKI?”. Sehingga pada aspek mengungkapkan pertanyaan mendapatkan skor
dua. Sedangkan untuk memberikan pernyataan mendapatkan skor satu karena selama diskusi dia bertugas mencatat hasil-hasil diskusi sehingga dia tidak
memberikan pernyataan selama proses diskusi kelompok. Begitu pula aspek
memberikan kesimpulan, dia tidak memberikan kesimpulan sehingga mendapatkan skor satu.
Siswa yang terakhir yaitu DA, kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran siklus I dikategorikan cukup dengan skor enam dan presentase
66,67. Ketika berdiskusi kelompok dia mengungkapkan pertanyaan “Kapan dibentuknya BPUPKI?”, sehingga dalam aspek ini dia mendapatkan skor dua.
Pada aspek memberikan pernyataan dia mendapatkan skor tiga dengan penilaian memberikan pernyataan yang berhubungan dengan pembelajaran. Bentuk
pernyataannya yaitu “Tujuan dibentuknya BPUPKI tuh membuat dasar negara”. Selanjutnya aspek memberikan kesimpulan mendapatkan skor satu karena dia
tidak memberikan kesimpulan atas materi yang telah diajarkan. Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berpikir kritis siswa pada siklus I dengan menerapkan metode diskusi belum mendapatkan hasil maksimal. Hal tersebut akan menjadi bahan perbaikan pada
siklus selanjutnya.
d. Refleksi Siklus I