kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu mengenai perumusan dasar negara. Sebagai pemantapan siswa diberikan tugas oleh guru.
Langkah terakhir dalam kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan penutup. Siswa diminta untuk merapihkan alat tulis yang telah digunakan, lalu guru
menutup pembelajaran dengan berdoa bersama siswa dan siswa dipersilahkan untuk pulang.
c. Observasi Siklus II
Sama halnya dengan proses pelaksanaan siklus I, pada saat pelaksanaan siklus II peneliti juga didampingi oleh enam orang observer. Observer bertugas
untuk mengamati dan memberikan penilaian terhadap aktivitas guru serta kemampuan berpikir kritis dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada
siklus II. Observer diberikan lembar observasi aktivitas guru dan siswa terhadap
penerapan metode diskusi serta lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa untuk mencatat temuan-temuan penting dan untuk mencatat hasil pengamatannya
selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi yang dicatat oleh observer digunakan sebagai bahan diskusi pada refleksi untuk dianalisis, serta
untuk merencanakan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.
1 Perencanaan Pembelajaran
Setelah pembentukan kelompok baru dari hasil observasi yang ditemukan, masih terdapat kelompok yang belum dapat berdiskusi dengan baik. Salah satu
cirinya adalah dominasi satu sampai dua orang didalam kelompok sehingga siswa yang dirasa kurang hanya diam saja dan tidak berani bertanya, mengemukakan
pendapat, serta memberikan kesimpulan. Sehingga untuk perencanaan selanjutnya pembentukan kelompok baru harus dilakukan lagi.
2 Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dalam siklus II diobservasi oleh enam observer. Observasi yang dilakukan yaitu untuk mengamati keterlaksanaan kegiatan
penerapan metode diskusi dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru serta aktivitas siswa dalam berdiskusi kelompok dan diskusi kelas.
a Aktivitas Guru
Aktivitas guru dalam pembelajaran siklus II pada materi perumusan dasar negara dengan menerapkan metode diskusi secara umum sudah berjalan dengan
lancar. Dari 14 langkah dalam proses pembelajaran yang berlangsung hanya 1 atau kurang 7 yang belum terlaksana yaitu menyimpulkan pembelajaran.
Berikut peneliti paparkan lebih lanjut mengenai catatan observasi proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.
Berdasarkan catatan observasi, pada kegiatan pendahuluan atau kegiatan awal masih adanya langkah-langkah pembelajaran di awal yang tertukar. Langkah
memeriksa kebersihan kelas tertukar dengan menyiapkan kelengkapan belajar. Lalu proses apersepsi belum memberikan perhatikan secara menyeluruh kepada
seluruh siswa, hanya siswa dibarisan depan yang sudah memperhatikan. Selanjutnya pada saat kegiatan inti yang menjadi catatan observasi adalah
proses pemberian arahan mengenai cara-cara pemecahan masalah. Guru sudah jelas memberikan arahan namun masih ada siswa yang belum fokus dalam
menyimak arahan guru tersebut sehingga proses penyampaian cara menyelesaikan dilaksanakan oleh guru secara berulang-ulang.
Selain itu yang menjadi catatan observasi pada kegiatan akhir adalah langkah kegiatan menyimpulkan pembelajaran tidak terlaksana. Hal tersebut
terjadi karena kondisi siswa sudah tidak kondusif ingin segera mengikuti ekstrakulikuler pramuka. Hal-hal tersebut merupakan catatan observasi yang
peneliti dapat pada saat pelaksanaan pembelajaran siklus II.
b Aktivitas Siswa
Seperti halnya siklus I proses observasi aktivitas siswa pada siklus II pun terbagi menjadi dua yaitu ketika mengikuti pembelajaran dalam kelompok besar
atau kelas dan ketika berdiskusi kelompok kecil. Pada saat awal pembelajaran berlangsung, secara umum siswa dapat mengikuti instruksi atau langkah-langkah
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Hal tersebut terlihat pada saat guru bertanya sebagai proses apersepsi. Siswa sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh guru. Namun terlihat di barisan belakang siswa masih belum fokus sehingga siswa yang berada dibarisan tersebut masih belum fokus dan
belum memperhatikan.
Selanjutnya yang menjadi catatan adalah pada saat kegiatan inti. Berdasarkan hasil observasi masih ditemukan siswa yang belum memperhatikan
guru ketika sedang mengemukakan masalah yang sedang didiskusikan. Lalu ketika guru memberikan pengarahan mengenai cara berdiskusi atas pemecahan
masalah masih ditemukan siswa yang belum merespon sehingga guru mengulang cara penyelesaiannya secara langsung kepada setiap kelompok. Barulah setelah itu
siswa memahami cara penyelesaian masalah pada saat berdiskusi dengan temannya.
Proses diskusi dalam kelompok pun mendapatkan catatan tersendiri. Catatan utama dari observer adalah masih ada siswa yang keluar dari bangku dan
menghampiri teman yang berbeda kelompok yaitu siswa yang berada pada kelompok A dan Kelompok B. Lalu pada kelompok F masih didominasi oleh satu
orang yaitu RD hal tersebut terjadi karena RD tidak mendapatkan kelompok dengan teman dekatnya. Sehingga guru selalu memberikan arahan untuk bekerja
sama pada kelompok ini. Setelah diskusi kelompok selesai dilanjutkan dengan mengulas laporan
kelompok. Presentasi dilakukan di depan kelas dan hanya satu kelompok yaitu kelompok F yang memprsentasikan hasil diskusinya. Kelompok lain menanggapi
jawaban yang diberikan oleh kelompok F. Pada kegiatan diskusi kelas ini siswa terlihat aktif memberikan pertanyaan dan jawaban apabila merasa berbeda dengan
pemaparan kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Catatan pada saat aktivitas diskusi kelas adalah ketika ada siswa yang
memberikan pertanyaan maupun pernyataan masih terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan. Sehingga guru memberikan refleksi agar menghargai orang
yang sedang berbicara. Lalu akhir dari kegiatan inti siswa mengerjakan LKS sebagai evaluasi pembelajaran
Pada akhir pembelajaran ketika proses refleksi siswa memperhatikan dan kondisi kelas kondusif sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru sebagai refleksi dari pembelajaran. Proses terakhir yaitu memberikan kesimpulan siswa memberikan kesimpulan dengan bimbingan guru sehingga
kesimpulan yang diberikan lebih lengkap. Dengan pemaparan catatan hasil observasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa selama
pembelajaran dalam siklus II ini terkait penerapan metode diskusi masih perlu ditingkatkan.
c Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Siklus II
Secara umum kemampuan sepuluh siswa dalam berpikir kritis mengalami peningkatan menjadi 70. Seperti halnya siklus I yang menjadi penilaian
kemampuan berpikir kritis siswa adalah pertanyaan, pernyataan serta kesimpulan yang diungkapkan.
Dalam menganalisis pertanyaan, pernyataan, dan kesimpulan yang tercatat dalam lembar observasi, peneliti mengkategorikan aspek tersebut sesuai kriteria
yang telah ditentukan. Selanjutnya menentukan skor berdasarkan pedoman penelitian. Berikut penjabaran hasil penilaian kemampuan berpikir siswa pada
siklus II. Siswa pertama beridentitaskan MN, kriteria kemampuan berpikir kritis
pada siklus II dikatakan baik karena mendapatkan skor delapan dengan presentase 88,89. Aspek mengungkapkan pertanyaan yang dia dapat adalah dua skor. Skor
dua tersebut didapatkan berdasarkan pertanyaan yang dia ungkapkan pada proses diskusi kelompok. Pertanyaan yang dia ajukan kepada teman sekelompoknya
yaitu “Apa hasil dari dibentuknya dasar negara?”. Lalu aspek yang kedua adalah memberikan pernyataan, pernyataan yang dia ungkapkan ketika berdiskusi
kelompok sudah sesuai dengan materi sehingga penilaian untuk aspek ini mendapatkan skor tiga. Dia mengungkapkan pernyataan “Dasar negara diperlukan
karena dasar negara kaya pondasi rumah” ketika berdiskusi mengenai pentingnya dasar negara. Aspek terakhir yaitu memberikan kesimpulan, dalam aspek ini MN
mendapatkan skor tiga yang artinya dia kesimpulan atas materi yang telah diajarkan. Kesimpulan yang dia berikan yaitu “Negara kita perlu ada dasar negara
karena negara kita ingin memperjuangkan negara ke arah yang lebih baik dan agar kokoh”.
Siswa kedua DN, kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran siklus II dikatakan cukup karena mendapatkan skor tujuh dengan presentase 66,67.
Aspek mengungkapkan pertanyaan mendapatkan skor satu karena dia tidak
mengungkapkan pertanyaan pada proses diskusi. Pada aspek yang kedua yaitu memberikan pernyataan dia mendapatkan skor dua. Pernyataan yang dia
ungkapkan yaitu “Karena akan ada pancasila” ketika ditanya mengenai perumusan dasar negara. Terakhir aspek memberikan kesimpulan, dalam aspek ini dia
mendapatkan skor tiga karena dia terlihat menyimpulkan hasil diskusi kelompok yang dicatat dalam laporan.
Selanjutnya yaitu RZ, kemampuan berpikir kritis yang ia dapatkan pada pembelajaran siklus II adalah 66,67 atau mendapatkan score enam. Pertanyaan
yang dia ajukan pada saat berdiskusi kelompok yaitu “Kapan tahun dibuatnya Undang-undang Dasar?”. Dari pertanyaan tersebut dapat dianalis bahwa untuk
kategori indikator pertama ini dia mendapatkan score dua, karena bertanya dengan menggunakan kata tanya “apa”, “siapa”, “kapan”, dan “dimana” sesuai dengan
materi pembelajaran. Lalu untuk aspek yang kedua dia mendapatkan score tiga. Pernyataan yang dia ungkapkan ketika berdiskusi mengenai alasan diperlukannya
dasar negara. Dia menjawab “Adanya dasar negara tuh biar lebih adil dan makmur, juga ngga mudah ditipu”. Sedangkan, untuk aspek terakhir dia
mendapatkan score satu karena pada akhir diskusi kelompok dia tidak memberikan kesimpulan atas materi yang telah diajarkan.
Siswa berikutnya adalah AD, presentase kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran siklus II sebesar 88,89 dengan skor delapan dan berada pada
kategori baik. Pertanyaan yang dia ungkapkan dalam proses diskusi kelompok yaitu “Kapan Ir. Soekarno mengusulkan konsep dasar negara dalam rapat
BPUPKI?”. Berdasarkan pedoman penilaian yang dibuat, pertanyaan tersebut mendapatkan kategori cukup dengan skor dua. Berbeda dengan aspek
mengungkapkan pertanyaan, pada aspek memberikan pernyataan dia mendapatkan skor tiga. Hal tersebut dikarenakan pada saat proses diskusi dia aktif
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman kelompoknya. Salah satu pernyataan yang dia ungkapkan adalah “Karena masyarakat Indonesia tidak
semua beragama islam jadi diganti” ketika ditanya alasan penggantian sila pertama pada piagam Jakarta. Terakhir, dalam aspek memberikan kesimpulan dia
mendapatkan skor tiga karena dia memberikan kesimpulan atas materi yang telah
dijelaskan. Kesimpulan yang dia berikan yaitu “Supaya negara tidak runtuh jadi kita butuh dasar negara”.
Selanjutnya AS, kemampuan berpikir pada pembelajaran siklus II berada pada kategori cukup dengan skor enam dan presentase 66,67. Aspek
mengungkapkan mendapatkan skor tiga dengan pertanyaan “Kenapa dasar negara harus dibentuk?”. Pertanyaan tersebut diajukan kepada kelompok ketika mereka
sedang berdiskusi. Lalu aspek memberikan pernyataan mendapatkan skor dua karena pernyataan yang sering diungkapkan tidak berhubungan dengan materi
pembelajaran. Pernyataan yang dia ungkapkan yaitu “Ketuhanan yang maha esa” ketika mendiskusikan arti dasar negara. Aspek terakhir dia mendapatkan skor satu
karena tidak memberikan kesimpulan. Berikutnya adalah MR, Kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran
siklus II mendapatkan kategori cukup dengan skor enam dan presentase 66,67. Selama proses diskusi dia mengungkapkan pertanyaan “Ini dasar negara menurut
siapa?” sehingga pada aspek ini mendapatkan skor dua. Untuk aspek memberikan pernyataan mendapatkan skor dua karena pernyataan yang dia ungkapkan tidak
berhubungan dengan pembelajaran. Selanjutnya aspek memberikan kesimpulan mendapatkan skor dua karena kesimpulan yang diberikan tidak sesuai dengan
materi yang telah diajarkan. Kemampuan berpikir kritis NA pada pembelajaran siklus II masuk dalam
kategori cukup mendapatkan skor enam dengan presentase 66,67. Pertanyaan yang dia ungkapkan adalah “Kenapa UUD yang diambil dari piagam Jakarta?”,
pertanyaan tersebut mendapatkan skor tiga karena bertanya menggunakan kata tanya “mengapa”. Lalu dalam aspek memberikan pernyataan dia mendapatkan
skor dua karena berdasarkan catatan observasi dia memberikan pernyataan namun tidak berhubungan dengan pembelajaran. Pernyataan yang dia ungkapkan lebih
sering berbincang mengenai ekstrakurikuler pramuka. Sedangkan untuk aspek terakhir dia mendapatkan skor satu karena tidak memberikan kesimpulan atas
materi yang telah disampaikan. Selanjutnya adalah AN, kemampuan berpikir kritis pada siklus I berada
dalam kategori cukup dengan jumlah skor enam presentase 55,56. Dia
mengungkapkan pertanyaan “Kapan panitia kecil mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI?” pada proses diskusi kelompok sehingga sesuai dengan
indikator penilain dia mendapatkan skor dua. Lalu untuk aspek mengungkapkan pernyataan dia mendapatkan skor dua karena pernyataan yang dia ungkapkan
lebih ke perintah untuk mencari jawaban atas permasalahan yang menjadi bahan diskusi. Sedangkan untuk aspek terakhir dalam penilaian kemampuan berpikir
kritis dia mendapatkan skor satu karena tidak memberikan kesimpulan atas materi yang telah diajarkan.
Siswa selanjutnya FI, pada pembelajaran siklus II kemampuan berpikir kritisnya dikategorikan baik dengan mendapatkan skor delapan dan presentase
88,89. Pertanyaan yang diungkapkan yaitu “Kapan panitia kecil mengadakan pertemuan?”. Sehingga pada aspek mengungkapkan pertanyaan mendapatkan skor
dua. Lalu untuk aspek memberikan pernyataan mendapatkan skor tiga. Pernyataan yang dia ungkapkan yaitu “Karena kalau ada dasar negara negara bisa melangkah
maju” ketika ditanya mengapa dasar negara perlu dibentuk sebelum kemerdekaan. Untuk aspek yang terakhir dia memberikan kesimpulan dengan mengungkapkan
hasil dikusi kelompoknya sehingga mendapatkan skor tiga. Siswa yang terakhir yaitu DA, kemampuan berpikir kritis pada
pembelajaran siklus II dikategorikan cukup dengan skor empat dan presentase 44,44. Ketika berdiskusi kelompok dia mengungkapkan pertanyaan “Kapan
rumusan dasar negara dilaksanakan?”, sehingga dalam aspek ini dia mendapatkan skor dua. Pada aspek memberikan pernyataan dan memberikan kesimpulan dia
mendapatkan skor satu karena tidak memberikan pernyataan dan kesimpulan ketika diskusi kelompok dan diskusi kelas.
Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II dengan menerapkan metode diskusi sudah
menunjukkan peningkatan namun masih belum mendapatkan hasil yang maksimal. Hal tersebut akan menjadi bahan perbaikan pada siklus selanjutnya.
d. Refleksi Siklus II