Kapas G. hirsutum Abaka Musa textilis

3. Komoditas serat daun: abaka, agave sisal, nanas, dan lain-lain untuk tekstil, pulp dan kertas, geotekstil, karpet, dan lain-lain. Sudjindro, 2009 Serat alam merupakan bahan baku yang ramah lingkungan, karena mudah terdegradasi dan tanaman serat alam memiliki kemampuan menyerap CO2 cukup besar terutama pada tanaman kenaf. Saat ini serat alam banyak digunakan sebagai bahan baku untuk produk komposit seperti fiberboard untuk interior mobil, dan setiap serat alam memiliki ciri dan kegunaan yang spesifik, misalnya serat abaka, rami, dan kenaf dapat digunakan untuk kertas mata uang. Pada akhir-akhir ini komoditas serat alam banyak mendapat perhatian dari beberapa kalangan industri, terutama dari industri otomotif, elektronik, pulp, dan kertas.

a. Kapas G. hirsutum

Kapas sudah lama dibudidayakan di Indonesia oleh perusahaan swasta dan BUMN. Perkembangan tanaman kapas di Indonesia selalu mengalami pasang surut. Luas areal tahun 197879 sampai dengan 199798, berkisar antara 17.119 – 38.125 ha, dan mencapai puncaknya pada tahun 19851986 dengan luas areal hampir 50.000 ha. Namun sejak itu arealnya berangsur-angsur menyusut, dan saat ini berkisar antara 7.000 – 10.000 ha. Areal pengembangan kapas terbesar di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, dan NTT Selain untuk bahan baku tekstil, serat kapas juga untuk bahan pulp dan kertas Sudjindro, 2011. Tanaman kapas menghendaki daerah yang terbuka, artinya tidak boleh ternaungi,menghendaki curah hujan antara 500 –1500 mmth, dengan batas yang tegas antara musim kemarau dan musim hujan. Umur tanaman kapas berkisar antara 120 –220 hari tergantung varietasnya. Tipe tanah yang sangat sesuai adalah tanah lempung berpasir, dengan ketinggian antara 10 –500 m dml. Sudjindro, 2011.Tanaman kapas secara teknis dapat dikembangkan di Kawasan Indonesia Timur yang beriklim kering, tetapi harus didukung dengan fasilitas pengairan. Penggunaan varietas unggul seperti Kanesia 8, Kanesia 10, Kanesia 14, dan Kanesia 15 akan menghasilkan 1 –2,5 ton kapas berbiji per ha. Petani akan memperoleh keuntungan bila dapat menghasilkan minimal 1,0 ton kapas berbijiha. Selain sebagai bahan baku tekstil, serat kapas juga digunakan sebagai bahan baku kertas uang. Uang kertas di Korea Selatan dibuat dari 100 serat kapas, sedangkan mata uang Filipina menggunakan campuran kapas dan serat abaka Sudjindro, 2011

b. Abaka Musa textilis

Abaka Musa textilis sebenarnya mudah dibudidayakan terutama pada lahan yang memiliki ketinggian di atas 600 m dml, dengan kelembapan udara rata-rata di atas 76 dan tidak panas serta curah hujan lebih dari 2.500 mmth. Varietas yang sangat terkenal sejak zaman penjajahan sampai sekarang adalah Tangongon, Bangulanon, dan Maguindanao. Tanaman abaka banyak ditemukan secara luas di kepulauan Sangihe dan Talaud yang memiliki potensi genetik dan hasil serat tinggi, akan tetapi belum ada yang mengelola dan belum ada pasar, sehingga terkesan menjadi tanaman liar. Pada umumnya varietas Tangongon yang ada di daerah tersebut memiliki pertumbuhan baik Sudjindro et al., 2009. Saat ini pertanaman abaka di Indonesia ada di kebun PT. Bayulor Banyuwangi, Mamuju Sulawesi Barat, Sangihe dan Talaud Sulawesi Utara, Cikalong Jawa Barat, Malingping Banten, dan Bulungan Kalimantan Timur. Serat abaka M. textilis selain untuk tekstil sesuai dengan namanya, juga dapat digunakan untuk berbagai bahan baku industri antara lain: pulp dan kertas, komposit fiberboard, karpet, tali kapal, dll. Hasil penelitian Haroen menunjukkan bahwa serat abaka grade S2 warna putih bersih, benang seratnya sangat baik dan halus, dan Y2 warna serat kusam sampai agak kotor, benang seratnya pendek dan tidak teratur dapat dibuat pulp untuk kertas dengan kualitas di atas mutu pulp abaka komersial. Sudjindro, 2011

c. Tanaman rami Boehmeria nivea