473 karena  dapat  menaikkan  pendapatan  atau  laba.  Walaupun  tujuan  utamanya  mencari  keuntungan
namun perusahaan tidak dapat dilepaskan dari masyarakat dan lingkungan sekitar. Hasil penelitian ini sejalan dengan Nur dan Denies 2013 dan  Trisnawati 2014, tetapi bertolak belakang dengan
penelitian Mutia, dkk 2011, Susilatri, dkk 2011, Santioso dan Erline 2012, Anton dan Kristina 2012,  Laksminatingrum  dan  Agus  2013,  dan  Ekowati,  dkk  2014  yang  membuktikan  bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
5.2 Pengaruh Likuiditas Terhadap pengungkapan CSR
Penelitian ini  berhasil membuktikan bahwa likuiditas berpengaruh   terhadap pengungkapan CSR  dan  juga  mendukung  teori  legitimasi.  Hubungan  likuiditas  dan  pengungkapan  CSR
menunjukkan arah positif. Arah tersebut diperkuat dengan data perusahaan MBSS dan META pada tahun  2014  dengan  tingkat  likuiditas  2,452  dan  3,395  mengungkapkan  CSR  sebesar  0,154,  dan
0,269.  Berbeda  dengan  perusahaan  BTEL  dan  SAFE  dengan  tingkat  likuiditas  0,025  dan  0,004 mengungkapkan  CSR  sebesar  0,103  dan  0,077.  Tingkat  likuiditas  berpengaruh  terhadap
pengungkapan  CSR  dapat  dilihat  bahwa  perusahaan  dengan  tingkat  likuiditas  yang  tinggi  akan mengungkapkan  CSR  yang  lebih  luas  daripada  perusahaan  yang  memiliki  nilai  likuiditas  yang
rendah.  Hal  tersebut  menunjukkan  bahwa  perusahaan  memiliki  kemampuan  yang  baik  dalam pelunasan hutang lancarnya dan dengan melakukan CSR secara lebih luas akan menarik minat para
investor  untuk  berinvestasi  pada  perusahaan  tersebut.  Sedangkan  perusahaan  dengan  tingkat likuiditas  yang  rendah  akan  memilih  untuk  melunasi  hutang  lancar  mereka  daripada  melakukan
pengungkapan  tanggung  jawab  sosial  kepada  masyarakat.  Hasil  penelitian  ini  sejalan  dengan penelitian  Laksminatingrum,  dan  Agus  2013.  Akan  tetapi  tidak  mendukung  penelitian  Ekowati,
dkk 2014 yang menyatakan likuiditas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
5.3 Pengaruh Leverage Terhadap pengungkapan CSR
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.  Arah  pengukuran  leverage  bernilai  positif,  dibuktikan  dengan  data  pada  perusahaan  ISAT
dengan tingkat leverage 2,751 mengungkapkan CSR sebesar 0,231. Sedangkan perusahaan LAPD dengan tingkat leverage 0,475 mengungkapkan CSR sebesar 0,103. Besar kecilnya leverage tidak
mempengaruhi  pengungkapan  CSR,  dikarenakan  CSR  sudah  menjadi  kewajiban  bagi  perusahaan yang  diatur  pada  UU  No.40  tahun  2007.  Selain  itu  hubungan  yang  sudah  terjalin  dengan  baik
antara  perusahaan  dengan  kreditor  membuat  kreditor  tidak  terlalu  memperhatikan  rasio  leverage. Perusahaan  akan  tetap  mengungkapkan  CSR  untuk  memberikan  informasi  bagi  kreditor,  kreditor
memerlukan  tambahan  informasi  dari  perusahaan  untuk  memberi  keyakinan  bahwa  hak-hak mereka  akan  tetap  terpenuhi,  sehingga  tingkat  rasio  leverage  tidak  berpengaruh  terhadap
pengungkapan  CSR.  Penelitian  ini  sejalan  Susilatri,  dkk  2011,  Santioso  dan  Erline  2012, Laksminatingrum  dan  Agus  2013,  Trisnawati  2014,  tetapi  tidak  sama  dengan  penelitian    Nur
dan Denies 2012.
5.4 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap pengungkapan CSR
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa
umur perusahaan
mempengaruhi pengungkapan  CSR.  Arah  hubungan  umur  perusahaan  dengan
pengungkapan CSR
menunjukkan  positif. Hal ini dibuktikan pada perusahaan META dengan umur perusahaan 13, dan TLKM dengan umur perusahaan 19 masing-masing mengungkapkan CSR sebesar
0,269 dan 0,449. Hasil ini berbeda dengan perusahaan yang mempunyai umur lebih muda antara  lain  perusahaan  PTIS  yang  mempunyai  umur  perusahaan  3  tahun  mengungkapkan
CSR sebesar 0,128. Hasil riset ini sesuai dengan teori legitimasi bahwa semakin lama umur perusahaan  maka  semakin  banyak  pula  perusahaan  tersebut  akan  mengungkapkan
tanggungjawab  sosialnya.  Hal  ini  dikarenakan  semakin  lama  perusahaan  tersebut  berdiri akan  memberikan  dampak  yang  lebih  besar  terhadap  lingkungan  yang  disebabkan  oleh
aktivitas operasional perusahaan yang telah berjalan lama dan berdampak pada kerusakan lingkungan.  Faktor  tersebut  juga  akan  berpengaruh  pada  perusahaan  yang  sudah  lama
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dimana mereka semakin lengkap dalam mengungkapkan tanggung  jawab  sosialnya  yang  bertujuan  untuk  menarik  investor  menanamkan  investasi
474
pada  perusahaan.  Temuan  ini  sama  dengan  penelitian  Susilatri  dkk  2011,  tetapi  tidak mendukung riset Santioso dan Erline 2012, Anton dan Kristina 2012.
5.5 Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap pengungkapan CSR
Hasil pengujian ini membuktikan ukuran dewan komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dengan arah hubungan yang negatif. Sebagai contoh,  perusahaan ISAT tahun
2011  dengan  tingkat  dewan  komisaris  independen  0,444  mengungkapkan  CSR  sebesar  0,269. Tahun  2012  dengan  tingkat  dewan  komisaris  independen  0,500  mengungkapkan  CSR  sebanyak
0,231, pada tahun 2013 dengan
tingkat
dewan komisaris independen 0,400 mengungkapkan CSR sebanyak  0,256,  dan  tahun  2014  dengan  tingkat  dewan  komisaris  independen  0,400
mengungkapkan CSR sebanyak 0,231. Hasil riset ini sejalan dengan teori agensi yang menyatakan dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan independen akan dipandang lebih baik karena
mereka  akan  menetapkan  kebijakan  yang  berkaitan  dengan  perusahaan  secara  lebih  obyektif dibanding  perusahaan  yang  memilki  susunan  dewan  komisaris  yang  hanya  berasal  dari  dalam
perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Santioso dan Erline 2012 tetapi berbeda dengan  penelitian  Susanti  dan  Ikhsan  2013  yang  menyatakan  variabel  dewan  komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. 6.
PENUTUP 6.1
Kesimpulan
Penelitian  ini
berhasil
membuktikan  secara  empiris  bahwa  1  terdapat  pengaruh likuiditas,  umur  perusahaan,  dewan  komisarisi  independen  terhadap  pengungkapan  CSR,
dan 2 tidak terdapat  pengaruh profitabilitas, dan leverage terhadap pengungkapan CSR. Saran-saran  yang  dapat  diajukan  adalah  1  Bagi  perusahaan,  hendaknya  selalu
memperhatikan  pelaksanaan  CSR  sebagai  bentuk  jaminan  bagi  stakeholder  atas keterpenuhan  berbagai  harapan  mereka.  Hal  ini  sangat  membangun  reputasi  perusahaan
yang  tidak  hanya  berpusat  pada  pencapaian  laba  secara  optimal,  tetapi  juga  sebagai perusahaan  yang  mengutamakan  kepentingan  stakeholder.  Stakeholder  yang  membentuk
lingkungan  bisnis  perusahaan  merupakan  unsur  penting  bagi  keberlanjutan  perusahaan. Oleh  karena  itu  dengan  memenuhi  kebutuhan  stakeholder  artinya  perusahaan  menjaga
keberlanjutan  operasionalnya  dalam  jangka  panjang.  2  Bagi  investor,  hendaknya  lebih bijaksana dalam berinvestasi dan menanamkan dana di perusahaan dengan memperhatikan
perusahaan yang tidak hanya mengutamakan profit saja tetapi juga memperhatikan dampak operasionalnya terhadap sosial ekonomi dan lingkungan karena dengan begitu investor ikut
andil dalam keberlanjutan sosial.
6.2 Keterbatasan dan Agenda Penelitian