Alat dan Bahan .1 Alat Pengumpulan dan Pengolahan Sampel .1 Pengumpulan sampel Uji Iritasi

20

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi, uji kesukaan hedonic test, dan uji stabilitas terhadap variasi sediaan yang dibuat dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Penelitian, laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi II, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: cawan porselin, freeze dryer, kaca pembesar, kertas saring, lumpang, neraca analitik, lemari pengering, rotary evaporator, batang pengaduk, aluminium foil, pipet tetes, kertas perkamen, gunting, ayakan mesh 60, 100, spatula, sudip, pot plastik, alat pencetak, hardness tester Copley, lempeng kayu dan wadah bedak kompak.

3.1.2 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: buah merah Pandanus conoideus Lam.. Bahan kimia yang digunakan antara lain: etanol 96, seng stearat, talkum, seng oksida, parfum, kalsium karbonat, magnesium karbonat, titanium dioksida, nipagin, gom arab, gliserin, akuades. 3.2 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.2.1 Pengumpulan sampel Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif. Sampel yang digunakan adalah buah merah yang terdapat di pasar Jibama Kabupaten Wamena Papua. Universitas Sumatera Utara 21

3.2.2 Determinasi tumbuhan

Determinasi tumbuhan dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI di Jalan Raya Jakarta-Bogor Km.48 Cibinong 16911, Indonesia. Hasil identifikasi dapat dilihat pada lampiran I.

3.2.3 Pengolahan sampel

Buah merah yang telah dicuci dengan air bersih, ditiriskan, lalu ditimbang sebanyak 1500 gram.

3.3 Pembuatan Ekstrak Buah Merah

Sebanyak 1500 gram buah merah yang sudah dibersihkan, dimasukkan dalam botol kaca, dimaserasi dengan 1000 ml etanol 96 ditutup dengan aluminium foil, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, disaring dengan kertas saring, filtrat ditampung. Kemudian ampas dimaserasi kembali dengan etanol 96 sebanyak 500 ml hingga diperoleh 1500 ml. Hasil yang diperoleh diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada suhu ± 40°C sampai pelarut tidak menguap lagi dan diperoleh hasil sebanyak 300 ml ekstrak cair, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -40°C dengan tekanan 2 atm selama 48 jam sehingga didapatkan ekstrak kental buah merah sebanyak 54,56 gram yang berwarna merah orange. 3.4. Pembuatan Formula Bedak Kompak dengan Ekstrak Buah Merah Sebagai Pewarna dalam Berbagai Konsentrasi

3.4.1. Formula standar

Sediaan bedak kompek dibuat berdasarkan formula standar bedak kompek dari Anne Young dengan komposisi sebagai berikut Young, 1972: Universitas Sumatera Utara 22 R Seng stearat 5 Seng oksida 10 Kalsium karbonat 20 Talkum 58 Titanium dioksida 2 Magnesium karbonat 5 Parfum oleum rosae 5 gtt Colouring 1 microspatula full Dalam penelitian ini, dilakukan orientasi terhadap formula diatas untuk mendapatkan hasil yang sesuai. Formula bedak kompak menggunakan zat warna ekstrak buah merah dibuat dengan variasi konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5. formulasi bedak kompak sebagai berikut: R Seng stearat 2,5 Seng oksida 5 Kalsium karbonat 10 Titanium dioksida 1 Magnesium karbonat 2,5 Zat warna x Parfum 5 gtt Nipagin 0,05 Pengikat 3 Talk ad 50 x merupakan konsentrasi zat warna dari ekstrak buah merah. Dalam formulasi ini, pengikat yang digunakan adalah campuran gom arab 3, gliserin Universitas Sumatera Utara 23 1 dan akuades 96. Berikut ini merupakan formula bedak kompak dari ekstrak buah merah dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Formula bedak kompak yang dibuat dengan ekstrak buah merah Komposisi Sediaan F1 F2 F3 F4 F5 F6 Seng stearat g 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 Seng oxide g 5 5 5 5 5 5 CaCO Ύ g 10 10 10 10 10 10 TiO ΍ g 1 1 1 1 1 1 MgCO Ύ g 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 Zat warna g 0,5 1 1,5 2 2,5 Parfum oleum rosae gtt 5 5 5 5 5 5 Nipagin g 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 Pengikat g 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 Talkum ad 50 50 50 50 50 50 Keterangan: Sediaan F1 : Formula tanpa ekstrak buah merah Sediaan F2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 1 Sediaan F3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 2 Sediaan F4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 3 Sediaan F5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 4 Sediaan F6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 5

3.4.2 Pembuatan bedak kompak

Masing-masing bahan serbuk seperti seng oksida, magnesium karbonat, kalsium karbonat, titanium dioksida dan seng stearat dihaluskan didalam lumpang. Ekstrak buah merah digerus didalam lumpang yang lain dan ditambahkan nipagin, talkum sedikit demi sedikit digerus hingga homogen. Ditambahkan kedalam bahan yang sudah digerus halus, kemudian dibasahkan dengan larutan pengikat digerus hingga diperoleh massa yang kompak. Kemudian ditambahkan oleum rosae lalu diayak dengan pengayak mesh 60 dan dikeringkan dilemari pengering selama 20 menit, kemudian diayak dengan pengayak mesh Universitas Sumatera Utara 24 100. Dikempa dengan menggunakan pencetak lalu dimasukkan ke dalam wadah.

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Bedak Kompak

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan bedak kompak. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan homogenitas dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji poles dan daya sebar.

3.5.1 Uji homogenitas

Dispersi warna diuji dengan menyebarkan serbuk pada permukaan kertas putih dan diamati dengan kaca pembesar. Jika warna menyebar secara merata maka bedak dikatakan homogen Butler, 2000.

3.5.2. Uji poles

Uji poles dilakukan terhadap sediaan masing-masing formula dengan cara dipoleskan pada punggung telapak tangan, hingga diperoleh warna yang jelas dan diamati warnanya Keithler, 1956. 3.5.3 Uji daya sebar Sebanyak 0,5 gram serbuk diletakkan ditengah-tengah kaca bulat ditutup dengan kaca lain yang telah ditimbang beratnya dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur diameter sebarnya, setelah itu ditambah beban 50 gram dan dibiarkan selama 1 menit, lalu diukur diameter sebarnya. Dilakukan terus menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar sediaan Garg, dkk., 2002.

3.5.4 Uji kekerasan

Sediaan yang dibuat diuji kekerasannya dengan cara menggunakan alat Hardness Tester Copley. Sediaan diletakkan diantara anvil dan punch, tekan Universitas Sumatera Utara 25 knob sampai sediaan menjadi retak atau pecah kemudian dibaca bilangan yang menunjukkan kekerasan pada layar Butler, 2000.

3.5.5 Uji keretakan

Uji keretakan dilakukan dengan cara menjatuhkan bedak pada permukaan kayu 3 kali pada ketinggian 8-10 inci. Jika cake yang dihasilkan tidak rusak, mengindikasikan bahwa kekompakannya lulus uji dan dapat disimpan tanpa menghasilkan hal-hal yang tidak memuaskan Butler, 2000.

3.6 Uji Iritasi

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji terbuka Open Test dengan cara mengpoleskan sediaan pada lengan bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut terhadap 10 orang panelis. Pembacaan hasil dilakukan setelah 48-72 jam untuk menilai hasil uji Wasitaatmadja, 1997. Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema dan edema. Kriteria panelis uji iritasi Ditjen POM, 1985: a. Wanita b. Usia antara 20-30 tahun c. Berbadan sehat jasmani dan rohani d. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi e. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi

3.7 Uji Kesukaan Hedonic Test