9
2.2.2 Kosmetik dekoratif
Tujuan awal penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat
dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan menutupi kekurangan yang ada
Wasitaatmadja, 1997. Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi
menjadi Wasitaatmadja, 1997: a.
Kosmetik rias kulit wajah b.
Kosmetik rias bibir c.
Kosmetik rias rambut d.
Kosmetik rias mata e.
Kosmetik rias kuku Pembagian kosmetik dekoratif Tranggono dan Latifah, 2007:
a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan
dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, eye shadow dan lain-lain.
b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam
waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting rambut.
2.2.3 Zat pewarna
Peran zat warna sangat besar dalam kosmetik dekoratif. Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan estetika dari pada kulit. Persyaratan
kosmetika dekoratif antara lain Tranggono dan Latifah, 2007:
Universitas Sumatera Utara
10
a. Warna yang menarik
b. Bau yang harum menyenangkan
c. Tidak lengket
d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau
e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku dan
lainnya. Zat warna berasal dari dua sumber, yaitu berasal dari alam dan sintesis.
Zat warna alami umumnya lebih aman digunakan, tetapi zat warna alami lebih sulit disintesa serta sulit untuk distandarisasi. Zat warna sintesis lebih mudah
diatur tingkat intensitas warnanya. Harga zat sintesis juga lebih murah sehingga lebih disukai oleh produsen dan konsumen Muliyawan dan Suriana, 2013.
Jenis-jenis zat pewarna yang terdapat pada kosmetik dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:
a. Zat warna alam yang larut Zat warna jenis ini lebih aman bagi kulit. Namun, pada produk-produk
kosmetik modern dewasa ini, zat warna alam sudah jarang digunakan. Zat warna alam larut ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu kekuatan
pewarnaannya relatif lemah, tidak tahan lama dan relatif mahal. Beberapa contoh zat warna alam yang larut adalah:
i. Alkalain, yaitu zat warna merah yang diekstrak dari kulit akar alkana
Radix alcannae ii.
Karmin, yaitu zat warna merah yang diperoleh dari serangga tertentu yang telah dikeringkan
iii. Ekstrak klorofil daun-daun hijau, untuk menghasilkan warna hijau
Universitas Sumatera Utara
11
iv. Henna, yaitu zat warna yang biasanya digunakan untuk pewarna kuku dan
rambut. Diekstrak dari daun Lawsonia inermis. v.
Karoten, yaitu zat warna kuning yang diekstrak dari bagian tanaman tertentu yang mengandung zat warna kuning Muliyawan dan Suriana,
2013. a.
Zat warna sintesis Zat warna sintesis adalah zat warna yang dihasilkan melalui proses sintesa
senyawa kimia tertentu. Zat warna jenis ini dikenal dengan sebutan anilina atau Coal-tar. Adapun sifat-sifat zat warna sintesis antara lain:
i. Intensitas warnanya sangat kuat
ii. Larut dalam air, minyak, alkohol, atau salah satu darinya
iii. Zat warna untuk rambut dan kuku biasanya daya rekatnya lebih kuat
daripada zat warna untuk kulit iv.
Beberapa bersifat toksik, sehingga perlu hati-hati menggunakan produk kosmetik yang mengandung zat warna jenis ini Muliyawan dan Suriana,
2013. c. Pigmen-pigmen alam
Pigmen-pigmen alami itu adalah pigmen warna yang terdapat pada tanah, contohnya aluminium silikat. Keunggulan pigmen-pigmen alam sebagai zat
pewarna adalah zat warna ini murni dan sama sekali tidak berbahaya. Aman digunakan untuk kulit, sehingga zat warna ini banyak dipakai untuk mewarnai
bedak, krim, dan kosmetik lainnya. Kelemahannya yaitu zat warna yang dihasilkan tidak seragam, sangat bergantung pada sumber asalnya dan tingkat
pemanasannya Muliyawan dan Suriana, 2013.
Universitas Sumatera Utara
12
d. Pigmen-pigmen sintesis Dewasa ini banyak juga ditemukan besi oksida sintesis yang sering
digunakan sebagai pengganti zat warna alam. Berikut adalah beberapa contoh pigmen sintesis yang digunakan dalam industri kosmetik, antara lain:
i. Besi oksida sintesis menghasilkan warna antara lain kuning, cokelat, merah
dan beragam warna violet ii.
Zinc oxide dan Titanium oxide pigmen sintesis putih iii.
Bismuth oxychloride sebagai warna putih mutiara iv.
Bismuth carbonate sebagai pigmen putih v.
Cobalt digunakan sebagai pigmen sintesis warna biru, sementara Cobalt hijau untuk pigmen hijau kebiru-biruan
vi. Beberapa zat warna asal Coal-tar juga digolongkan sebagai pigmen sintesis
vii. Beberapa pigmen sintesis tidak dibenarkan pemakaiannya dalam kosmetik
karena bersifat toksis, contohnya Cadmium sulfide. viii.
Lakes alam dan sintesis. Lakes merupakan zat warna yang sering digunakan dalam bedak, lipstik, dan kosmetik lainnya. Penggunaan Lakes lebih umum
karena menghasilkan warna yang lebih cerah daan cocok dengan kulit Muliyawan dan Suriana, 2013.
2.3 Bedak