Dari hasil isolasi fungi di RSU Pirngadi Medan, ditemukan bahwa genus Aspergillus merupakan genus yang paling banyak diperoleh. Menurut Ekhaise
2008, genus paling umum yang diisolasi dari lingkungan indoor rumah sakit adalah Aspergillus, yang berperan dalam kasus aspergillosis, infeksi telinga dan
kulit. Demikian pula penelitian oleh Augustowska et al. 2006 juga menemukan Aspergillus sebagai fungi terbanyak yang diisolasi dari dua rumah sakit di Jerman.
Genus fungi yang ditemukan lainnya pada penelitian ini adalah Alternaria dan Penicillium. Menurut Ilyas 2007, faktor yang menyebabkan tingginya kehadiran
Aspergillus disebabkan fungi tersebut memiliki sebaran kosmopolit yang dapat menghasilkan spora vegetatif konidia dalam jumlah yang besar dan
pertumbuhan yang sangat cepat. Menurut Manfoeld 1993, kapang A. flavus dan A. fumigatus menghasilkan berbagai jenis toksin, diantaranya adalah aflatoksi,
asam aspergilat, asam kojat, palmotoksin Bo dan Go dihasilkan A. flavus dan famagilin, fumigatoksin dan asam helvenat dihasilkan A. fumigatus. Toksin-toksin
tersebut sangat membahayakan dan bersifat akut pada manusia. Berdasarkan hasil pengamatan makroskopis koloni genus Penicillium yang
ditemukan, memiliki karasteristik koloni tumbuh cepat secara konsentris, warna koloni hijau kebiru-biruan dengan tepi berwarna putih, koloni datar, dengan
lapisan tepungpasir. Sementara itu, genus Fusarium yang didapatkan berwarna putih, pertumbuhan koloni lambat dan secara konsentris, hifa bersepta, dan
teksturnya seperti kapas. Menurut Elis et al. 2007, secara makroskopik koloni Fusarium umumnya berwarna putih, krem, kekuningan, kecokelatan, atau
kemerahan. Tekstur dari koloni Fusarium seperti kapas wooly atau cottony. Genus Crysonilia teleomorf: Neurospora memiliki pertumbuhan koloni yang
sangat cepat, berwarna oranye, teksturnya seperti kapas, pengamatan secara mikroskopis menunjukkan hifa yang bersepta. Sedangkan genus Tricodherma
menunjukkan koloni konsentris berwarna hijau dengan tepi putih, terdapat garis radial.
4.3. Isolasi Bakteri Filosfer dari Tanaman Ornamental
Isolasi bakteri filosfer dari tanaman ornamental F. elastica, P. bipinnatifidum dan A. simplex diperoleh 9 jenis koloni berbeda secara morfologi
Universitas Sumatera Utara
dari ketiga jenis tanaman. Hasil isolasi dari F. elastica diperoleh 3 isolat dengan kode FE1, FE 2, dan FE3. Hasil isolasi dari P. bipinnatifidum didapatkan 3 isolat
dengan kode PB1, PB2, dan PB3. Sementara itu, hasil isolasi dari A. simplex juga didapatkan 3 isolat dengan kode AS1, AS2, dan AS3 Tabel 6. Warna koloni
bakteri yang diperoleh ialah berwarna putih dan krem, bentuk bulat circular dan tidak beraturan irreguler, tepi koloni ada yang rata entire dan bergelombang
curled, sedangkan elevasi koloni datar flat dan hanya ada satu koloni yang menggunung raised.
Tabel. 6. Ciri-ciri morfologi koloni bakteri filosfer dari tanaman ornamental
Nama Tanaman Jumlah
bakteri Kode
isolate Ciri Morfologi
Warna Bentuk
Tepi Elevasi
F. elastica 3
FE 1 putih
circular entire
Flat FE 2
krem circular
entire Flat
FE 3 putih
circular curled
Raised
A. simplex 3
AS 1 krem
circular entire
Flat AS 2
krem irregular
entire Flat
AS 3 putih
circular entire
Flat
P.bipinnatifidium 3
PB 1 putih
circular curled
Flat PB 2
putih irregular
curled flat
PB 3 krem
irregular curled
Flat
Karakteristik bakteri filosfer yang diperoleh dari tanaman ornamental hampir mirip Tabel 6. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan dari ketiga jenis
tanaman yang diisolasi hampir sama. Menurut Lindow dan Brandl 2003, keragaman isolat bakteri filosfer dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat
pengambilan sampel dan jenis sampel tanaman yang diambil. Selain itu, ketersediaan nutrisi pada permukaan tanaman juga mempengaruhi keragaman
bakteri filosfer. Selain itu, senyawa antimikroba yang diproduksi oleh beberapa bakteri filosfer dapat juga mempengaruhi keragaman bakteri filosfer.
4.4. Uji Antagonis
Bakteri Filosfer
Tanaman Ornamental
dan Mikroorganisme Bioaerosol Berpotensi Patogen
Hasil uji antagonis bakteri filosfer terhadap bakteri bioaerosol berpotensi patogen menunjukkan sebanyak 3 isolat bakteri menghasilkan senyawa bioaktif
paling potensial yaitu isolat AS2, PB2, dan FE2 Gambar 6. Aktivitas antagonis isolat bakteri filosfer terhadap jamur bioaerosol ditandai dengan tehambatnya
pertumbuhan miselium jamur oleh bakteri filosfer.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Uji daya hambat bakteri filosfer terhadap jamur berpotensi patogen: A. AS2 dengan Fusarium sp.; B. FE 2 dengan Aspergillus sp.; C. PB2 dengan Alternaria sp.; D. FE2
dengan Fusarium sp.Negatif; E. AS2 dengan Mucor sp.; : Jamur bioaerosol; X. Bakteri filosfer
Gambar 6 menunjukkan isolat bakteri filosfer menghambat pertumbuhan hifa dari beberapa jamur bioaerosol berpotensi
patogen. Isolat AS2, PB2 dan FE2 merupakan tiga isolat terpilih yang memiliki daya hambat paling besar pada uji antagonis dengan
jamur. Isolat jamur bioaerosol Fusarium, Aspergillus, Mucor dan
Alternaria merupakan isolat terpilih untuk jamur uji, yang merupakan jamur dengan jumlah terbanyak saat dilakukan isolasi mikroorganisme bioaerosol. Isolat
AS2 Gambar 6 E menunjukkan zona hambat yang paling besar dengan daya hambat bakteri filosfer terhadap miselium Mucor sp. Sementara itu, pada isolat
FE2 Gambar 6 D menunjukkan daya hambat yang kurang efektif, karena miselium Fusarium sp. jamur tetap tumbuh mendekati bakteri filosfer. Demkian
juga dengan Gambar 6 A dan Gambar 6 C. Pertumbuhan hifa tidak menunjukkan penghambatan, bahkan ada hifa yang dapat tumbuh mlewati bakteri filosfer yang
ditotolkan. Bakteri filosfer AS2 mengeluarkan aktivitas senyawa bioaktif ditandai
dengan terbentuknya zona bening di sekeliling koloni bakteri filosfer Gambar 7. Zona bening tersebut terbentuk karena pada area tersebut mengandung senyawa
A B
C D
E
X
Universitas Sumatera Utara
antimikroba yang berdifusi sehingga bakteri bioaerosol berpotensi patogen tidak dapat tumbuh di bagian tersebut.
Gambar 7. Zona hambat isolat bakteri AS2 terhadap Staphylococcus sp. A. Isolat bakteri bioaerosol BP01 Staphylococcus aureus.; B. Isolat bakteri filosfer AS2; C. Zona
bening
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa bakteri filosfer cenderung lebih besar daya hambatnya terhadap jamur bioaerosol dibandingkan terhadap bakteri
bioaerosol. Isolat bakteri filosfer yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan miselium jamur mengindikasikan bakteri memiliki mekanisme
penghambatan secara antibiotis dengan menghasilkan metabolit sekunder seperti enzim. Supriadi 2006 menyatakan bahwa beberapa bakteri mampu
menghasilkan enzim kitinase, dimana enzim ini mampu mendegradasi kitin yang terkandung pada dinding sel hifa jamur menjadi N-asetilglukosamin. Haas dan
Devago 2005 menyebutkan bahwa Pseudomonas sp. dapat mengeluarkan senyawa antibiotik antifungal, siderofor, dan metabolit sekunder lainnya yang
sifatnya dapat menghambat aktivitas jamur.
Tabel 7. Hasil uji antagonis bakteri filosfer tanaman ornamental dan
mikroorganisme bioaerosol berpotensi patogen
Jenis Patogen
Kelompok patogen
Besar Zona Hambat Antagonis Filosfer cm PB1
PB2 PB3
AS1 AS2
AS3 FE1
FE2 FE3
Staphylococcus aureus
Bakteri gram +
0,2 0,8
Bacillus sp. 0,1
0,4 0,4
Salmonella sp. Bakteri
gram - 0,1
0,3 0,9
0,2 0,2
Sterptococcus sp.
0,2 0,2
0,6 0,8
0,2 0,2
Alternaria sp. Jamur
1,6 1,8
1,2 Mucor sp.
3,0 3,7
3,3 3,3
4,2 4,0
2,4 2.0
Aspergillus sp. 1,6
1,0 1,8
1,2 A
B
C
Universitas Sumatera Utara
Fusarium sp. 0,3
1,2
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa isolat AS1, AS2, dan AS3 menunjukkan zona hambat yang paling besar, terutama isolat AS2 yang menghasilkan zona hambat
paling besar yaitu 4,2 cm dalam menghambat jamur Mucor sp., diikuti AS3 sebesar 4,0 cm dan AS1 sebesar 3,3 cm juga terhadap Mucor sp. Kelompok isolat
AS menunjukkan daya hambat yang paling banyak terhadap beberapa patogen dibandingkan dua isolat yang lain. Sementara itu, isolat PB2 merupakan isolat
terbaiknya pada saat melawan Mucor sp., yang menghasilkan zona hambat sebesar 3,7 cm. Isolat PB3 sebesar 3,3 cm dan isolat PB1 sebesar 3,0 cm. Isolat
FE menunjukkan daya hambat yang rendah dengan besar zona hambat yang paling baik pada saat melawan Mucor sp. yaitu sebesar 2,4 cm. Sementara isolat
FE1 tidak dapat menghambat jenis patogen manapun. Hal ini dapat diartikan bahwa isolat FE1 tidak meiliki potensi dalam menghambat mikroorganisme
bioaerosol. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa hanya sedikit isolat bakteri
filosfer yang mampu menghambat semua kelompok bakteri bioaerosol berpotensi patogen, yaitu AS1 dan AS2. Besar zona hambat yang dihasilkan saat uji
antagonis dengan bakteri bioaerosol berpotensi patogen masih tergolong rendah yaitu dibawah 1,0 cm. Dalam hal ini, AS2 juga menunjukkan zona hambat paling
besar yaitu 0,8 cm. Sementara itu, dalam menghambat jamur bioaerosol, bakteri filosfer mengahsilkan zona hambat yang lebih besar diatas 1,0 cm dengan
kategori sedang hingga sangat kuat. Akan tetapi, pengecualian untuk isolat FE1 yang tidak menunjukkan aktifitas hambat sama sekali.
Menurut Shehata et al. 2008, salah satu sifat mikroba antagonis adalah pertumbuhannya lebih cepat dibanding dengan patogen dan menghasilkan
senyawa antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan patogen. Adanya perbedaan kemampuan menghambat diantara bakteri filosfer diduga karena
potensi dari jenis antibiotik bakteri berbeda-beda pada tanaman yang berbeda. Penghambatan pertumbuhan jamur oleh bakeri filosfer juga dapat
disebabkan oleh kompetisi nutrisi atau kompetisi ruang selain disebabkan oleh metabolit sekunder bakteri. Jamur dan bakteri memanfaatkan gula dan air yang
terkandung di dalam media yang sama. Gula merupakan sumber karbon bagi
Universitas Sumatera Utara
jamur dan bakteri. Gula dimanfaatkan oleh jamur yaitu sebagai prekursor dari metabolit sekunder, sedangkan gula dimanfaatkan oleh bakteri untuk menjaga
keseimbangan osmotik di dalam sel. Jamur dan bakteri memerlukan air untuk difusi nutrien ke dalam sel-sel dan mempertahankan sitoplasmanya. Air bagi
bakteri merupakan penyusun terbesar bagi sel dan penting untuk proses kehidupannya. Mineral digunakan untuk aktivitas sel yaitu dalam reaksi enzim
dan proses transportasi Madigan et al. 2001. Perbedaan kemampuan bakteri filosfer dalam menekan pertumbuhan
patogen disebabkan perbedaan senyawa biologis yang dihasilkan. Isolat bakteri filosfer AS2 yang mampu menekan pertumbuhan patogen menghasilkan senyawa
biologis yang lebih potensial dibandingkan dengan bakteri filoser lainnya, sehingga dapat menunjukkan zona bening paling besar. Bakteri filosfer
menghasilkan suatu senyawa baik berupa enzim, toksin maupun antibiotik yang dalam konsentrasi rendah dapat menghambat atau membunuh organisme lainnya.
Isolat mikroorganisme bioaerosol berpotensi patogen yang diuji antagonis dengan bakteri filosfer dalam penelitian ini, merupakan isolat terpilih. Penentuan
isolat terpilih dilakukan berdasarkan jumlah koloni yang paling banyak pada saat pengambilan sampel di udara rumah sakit. Penelitian ini belum melakukan uji
antagonis terhadap beberapa isolat bioaerosol lain yang terisolasi dalam jumlah sedikit.
4.5. Karakterisasi Bakteri Filosfer berdasarkan Uji Biokimia