Analgetik – Antipiretik Sirup TINJAUAN PUSTAKA

yang sedikit dalam studi. Menurut pedoman NICE, antipiretik tidak bisa digunakan secara rutin pada penanganan anak dengan demam, walaupun dapat digunakan pada anak yang menunjukkan gejala ketidaknyamanan, termasuk menangis berkepanjangan, iritabilitas, aktivitas yang berkurang, selera makan menurun, dan gangguan tidur. Sebaliknya pedoman WHO menganjurkan penggunaan parasetamol apabila suhu tubuh 39 o C. Dan dokumen terbaru dari WHO tidak menganjurkan penggunaan rutin antipiretik pada anak, terutama pada situasi keluarga harus menanggung biaya pengobatan dan juga karena peran obat antipiretik pada anak dengan malaria, sepsis atau malnutrisi kronik masih belum ditetapkan Atiq, 2009.

2.2 Analgetik – Antipiretik

Antipiretik Adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh. Suhu tubuh normal adalah 36 – 37 o . Analgetik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kebanyakan antipiretik memberi efek analgetik, begitu juga sebaliknya tergantung yang mana efek yang paling dominan Anief, 1991. Analgetik antipiretik adalah obat yang mampu mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri sekaligus menurunkan suhu tubuh Tjay dan Rahardja,2007. Analgetik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu analgetik narkotik dan analgetik non narkotik. Analgetik-antipiratik adalah kelompok non narkotik, artinya obat ini tidak menimbulkan adiksi pada penggunaan jangka panjang Djamhuri, 1990. Universitas Sumatera Utara Analgetik non narkotik disebut juga dengan analgetik-antipiretik atau non steroidal anti-inflamantory drug NSAID. Analgetik non narkotik bekerja pada perifer dan sentral sistem saraf pusat. Obat golongan ini manpu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi sistem saraf pusat atau menurunkan kesadaran. Kebanyakkan berdaya antipiretis dan anti radang. Daya antipiretisnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipothalamus, yang mengakibatkan fase dilatasi perifer dengan meningkatkan eliminasi panas disertai pengeluaran keringat. Daya antiradang digunakan untuk pengobatan rematik Tjay dan Rahardja,2007.

2.3 Sirup

Menurut Farmakope Indonesia III, Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa C12 H22 O11 tidak kurang dari 64 dan tidak lebih dari 66 Ditjen, POM., 1979. Sirup aadalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau dengan adanya penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup merupakan sediaan farmasi berbentuk cairan yang digunakan untuk pemberian obat yang rasanya tidak enak. Sirup efektif dalam pemerian obat untuk anak-anak, karena rasanya yang tidak enak biasanya menghilangkan keengganan pada sebagian anak-anak untuk meminum obat. Dan sirup obat yaitu sirup yang menggandung bahan terapetik atau bahan obat. Sirup obat dalam perdagangan di buat dari bahan bahan awal: yaitu dengan menggabungkan masing-masing komponen tunggal dari sirup seperti sukrosa, air murni, bahan pemberi rasa, bahan pewarna, dan bahan terapetik Ansel, 1989. Universitas Sumatera Utara Sebagian besar sirup-sirup menggandung komponen-komponen berikut di samping air murni di semua zat-zat obat yang ada; 1 gula; biasanya sukrosa atau pengganti gula yang digunakan untuk memberi rasa manis dan kental, 2 pengawet antimikroba, 3 pemberi aroma, dan 4 pewarna. Juga banyak sirup sirup terutama yang dibuat dalam perdagangan, mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengantal dan stabilisator Ansel, 1989.

2.4 Parasetamol