Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Sediaan Tablet Parasetamol Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)

(1)

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM SEDIAAN

TABLET PARASETAMOL SECARA KROMATOGRAFI CAIR

KINERJA TINGGI (KCKT)

TUGAS AKHIR

OLEH:

HAZYRATUL RAHMAN

NIM 122410061

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM SEDIAAN

TABLET PARASETAMOL SECARA KROMATOGRAFI CAIR

KINERJA TINGGI (KCKT)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan

Fakultas FarmasiUniversitas Sumatera Utara

OLEH :

HAZYRATUL RAHMAN NIM 122410061

Medan, Mei 2015 Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,

Dra.Fat Aminah, M.Sc, Apt. NIP 195011171980022001

Disahkan Oleh : a.n. Dekan, Wakil Dekan I,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT ataslimpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan pengetahuan, kekuatan, kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, serta sholawat beriring salam untuk Rasulullah Nabi Muhammad SAW sebagai contoh tauladan dalam kehidupan. Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat menyelesaikan Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas FarmasiUniversitas Sumatera Utara, dengan judul”PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM SEDIAAN TABLET PARASETAMOL SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak antara lain:

1. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Popi Patilaya, S.Si. M.Sc., Apt., selaku Sekretaris Program Studi


(4)

4. Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.

5. Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si, M.Sc., Apt., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal akademik setiap semester.

6. Bapak Yogi Sugianto, S.Farm., Apt., selaku Dosen Pembimbing Lapanganbeserta seluruh staf dan pegawai PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, yang telah membimbing serta mengawasi penulis selama melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

7. Sahabat-sahabat penulisyang telah memberikan semangat, keceriaan, saling bertukar pikiran dan dukungan dalam suka dan duka

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu seperti kepadakeluarga besar Ath-Thibb, UAD, LPTQ, KSQ, FHQ serta rekan-rekan seperjuangan Analis Farmasi Stambuk 2012 yang memberikan dukungan baik moril maupun material.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Abdul Rakhman dan Ibunda Anizar yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tiada ternilai dengan apapun, pengorbanan, motivasi beserta doa tulus yang tidak pernah berhenti. Kakanda Khoryda Rahman, dan adinda Muarief Rahman, Auliyana Rahman, dan M. Naufal Ramadhan Rahman beserta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberi semangat.


(5)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih terdapat kekurangan, serta dalam penulisan maupun penyajian pada tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima serta sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis sangat berharap semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan harapan penulis semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, April 2015 Penulis,

Hazyratul Rahman NIM 122410061


(6)

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM SEDIAAN TABLET PARASETAMOL SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

(KCKT) ABSTRAK

Asetaminofen atau yang biasa disebut parasetamol, adalah obat generik pereda nyeri yang dapat menghilangkan sakit dan nyeri.Obat generik ini bekerja sebagai analgetik dan antipiretik untuk menghilangkan rasa sakit, nyeri dan menurunkan panas.Asetaminofen adalah obat yang paling banyak dipakai karena kemampuannya dalam mengurangi rasa sakit dan efek samping yang ringan.Dilarang mengkonsumsi parasetamol sebanyak 1 gram dalam sekali minum dan dilarang mengkonsumsi 4 gram parasetamol dalam sehari.Parasetamol juga tidak dibenarkan dikonsumsi dengan alkohol serta dilarang memakai diluar dosis yang dianjurkan karena pemakaian melebihi dosis dapat menimbulkan kerusakan yang serius pada tubuh. Maka dari itu pengawasan terhadap sediaan tablet parasetamol harus diperhatikan baik dari segi kadarnya yang harus memenuhi syarat agar aman dikonsumsi oleh masyarakat. Tujuan daripenetapan kadar parasetamol adalah untuk mengetahui apakah sediaan tablet parasetamol PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah memenuhi persyaratan kadar yang tertera pada monografi Farmakope Indonesia Edisi IV (1995).

Dalam penulisan tugas akhir ini, penetapan kadar parasetamol dalam sediaan tablet parasetamol menggunakan metode kromatografi yakni Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Fase gerak yang dipakai adalah aquabidest:metanol (3:1), fase diam yang digunakan adalah L 1 (Bondapack C18

(3,9 × 300 mm) dan panjang gelombang 243 nm serta volume injeksi yang dipakai yaitu 20 �� dan flow rate 1,50 ml/menit.

Hasil yang diperoleh dari penetapan kadar sediaan tablet parasetamol yaitu 98.95%,sehingga kadar tersebut memenuhi syarat Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) yaitu tidak kurang dari 90,00% dan tidak lebih dari 110,00%.

Kata kunci:Parasetamol, Nyeri, Penetapan Kadar, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.


(7)

ASSAY OFPARACETAMOL DOSAGELEVELS IN PARACETAMOL TABLETUSING HIGH PERFORMANCE LIQUID

CHROMATOGRAPHY(HPLC) ABSTRACT

Acetaminophen, also called paracetamol, is a generic pain reliever that is made to treat minor aches and pains. Generic acetaminophen works as both an analgesic and antipyretic to treat aches, pains and reduces fever. Acetaminophen is an over the counter favorite for millions of patrons worldwide based on its effective relief of common sympyoms and the low risk of side effects. Do not take more than 1 gram of acetaminophen with each dose, and do not exceed more than 4 grams daily. Do not take acetaminophen with alcohol and do not take more than the recommended dose, as overdosing can cause serious bodily harm. So, the usage of paracetamol must be controled before it consumed by people. The purpose of assay of paracetamoldosage level was to know that paracetamol tablet preparation PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan compliant with the levels shown on the Indonesian Pharmacopoeia monograph Edition IV (1995).

In this thesis, the assay of paracetamol dosage level in paracetamol tablet preparation using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). The mobile phasewas aquabidest:methanol (3:1) and the stationary phase was L 1 (Bondapack C18 (3.9 × 300 mm), wavelength of 243nm and the injection volume is 20 mL and the flow rate 1.50 mL / min.

The result from the assay of paracetamol dosage level was 98.959%, so that the level is qualified Indonesian Pharmacopoeia fourth edition (1995) is not less than 90.00% and not more than 110.00%.

Keywords:Paracetamol, Pains, Dosage, High Performance Liquid Chromatography


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesa ... 3

1.4 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.4.1 Tujuan ... 3

1.4.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Nyeri ... 4

2.2Parasetamol ... 4

2.2.1 Penggunaan Parasetamol ... 5


(9)

2.2.3Interaksi-interaksi yang Terjadi Pada Obat Parasetamol .... 8

2.2.4 Tinjauan Tentang Bahan Obat ... 8

2.2.5 Penetapan Kadar Parasetamol Secara KCKT ... 11

2.3 Kromatografi ... 12

2.3.1 Pembagian Kromatografi ... 12

2.3.2 Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 13

2.3.3 Kegunaan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 13

2.3.4 Keuntungan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 14

2.3.5 Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 15

BAB III METODE PERCOBAAN ... 17

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 17

3.2 Alat-alat ... 17

3.3 Bahan-bahan ... 17

3.4Prosedur Percobaan ... 17

3.4.1 Pembuatan Larutan Fase Gerak ... 17

3.4.2 Pembuatan Larutan Baku ... 18

3.4.3 Pembuatan Larutan Sampel... 18

3.4.4 Cara Kerja Penetapan Kadar ... 18

3.4.5 Perhitungan ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Hasil ... 21

4.2 Pembahasan ... 22


(10)

5.1 Kesimpulan ... 23

5.2 Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Larutan baku parasetamol ... 21 Tabel 4.2 Larutan sampel parasetamol... 21


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar2.1 Struktur parasetamol ... 5


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Perhitungan kadar parasetamol secara KCKT ... 26 Lampiran 2 Perhitungan standar deviasi (SD) dan standar deviasi relatif

(RSD) parasetamolsecara KCKT ... 28 Lampiran 3 Gambar alat yang digunakan ... 29 Lampiran 4 Gambar hasil kromatogram parasetamol secara KCKT ... 30


(14)

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM SEDIAAN TABLET PARASETAMOL SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

(KCKT) ABSTRAK

Asetaminofen atau yang biasa disebut parasetamol, adalah obat generik pereda nyeri yang dapat menghilangkan sakit dan nyeri.Obat generik ini bekerja sebagai analgetik dan antipiretik untuk menghilangkan rasa sakit, nyeri dan menurunkan panas.Asetaminofen adalah obat yang paling banyak dipakai karena kemampuannya dalam mengurangi rasa sakit dan efek samping yang ringan.Dilarang mengkonsumsi parasetamol sebanyak 1 gram dalam sekali minum dan dilarang mengkonsumsi 4 gram parasetamol dalam sehari.Parasetamol juga tidak dibenarkan dikonsumsi dengan alkohol serta dilarang memakai diluar dosis yang dianjurkan karena pemakaian melebihi dosis dapat menimbulkan kerusakan yang serius pada tubuh. Maka dari itu pengawasan terhadap sediaan tablet parasetamol harus diperhatikan baik dari segi kadarnya yang harus memenuhi syarat agar aman dikonsumsi oleh masyarakat. Tujuan daripenetapan kadar parasetamol adalah untuk mengetahui apakah sediaan tablet parasetamol PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah memenuhi persyaratan kadar yang tertera pada monografi Farmakope Indonesia Edisi IV (1995).

Dalam penulisan tugas akhir ini, penetapan kadar parasetamol dalam sediaan tablet parasetamol menggunakan metode kromatografi yakni Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Fase gerak yang dipakai adalah aquabidest:metanol (3:1), fase diam yang digunakan adalah L 1 (Bondapack C18

(3,9 × 300 mm) dan panjang gelombang 243 nm serta volume injeksi yang dipakai yaitu 20 �� dan flow rate 1,50 ml/menit.

Hasil yang diperoleh dari penetapan kadar sediaan tablet parasetamol yaitu 98.95%,sehingga kadar tersebut memenuhi syarat Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) yaitu tidak kurang dari 90,00% dan tidak lebih dari 110,00%.

Kata kunci:Parasetamol, Nyeri, Penetapan Kadar, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.


(15)

ASSAY OFPARACETAMOL DOSAGELEVELS IN PARACETAMOL TABLETUSING HIGH PERFORMANCE LIQUID

CHROMATOGRAPHY(HPLC) ABSTRACT

Acetaminophen, also called paracetamol, is a generic pain reliever that is made to treat minor aches and pains. Generic acetaminophen works as both an analgesic and antipyretic to treat aches, pains and reduces fever. Acetaminophen is an over the counter favorite for millions of patrons worldwide based on its effective relief of common sympyoms and the low risk of side effects. Do not take more than 1 gram of acetaminophen with each dose, and do not exceed more than 4 grams daily. Do not take acetaminophen with alcohol and do not take more than the recommended dose, as overdosing can cause serious bodily harm. So, the usage of paracetamol must be controled before it consumed by people. The purpose of assay of paracetamoldosage level was to know that paracetamol tablet preparation PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan compliant with the levels shown on the Indonesian Pharmacopoeia monograph Edition IV (1995).

In this thesis, the assay of paracetamol dosage level in paracetamol tablet preparation using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). The mobile phasewas aquabidest:methanol (3:1) and the stationary phase was L 1 (Bondapack C18 (3.9 × 300 mm), wavelength of 243nm and the injection volume is 20 mL and the flow rate 1.50 mL / min.

The result from the assay of paracetamol dosage level was 98.959%, so that the level is qualified Indonesian Pharmacopoeia fourth edition (1995) is not less than 90.00% and not more than 110.00%.

Keywords:Paracetamol, Pains, Dosage, High Performance Liquid Chromatography


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Panas tinggi atau demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi daripada biasanya atau di atas suhu normal.Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan.Suhu badan normal manusia biasanya berkisar antara 36-37˚C. Sebenarnya, suhu badan yang mencapai 37,5˚C masih berada diambang batas suhu normal. Tentu saja sepanjang suhu tersebut tidak memiliki kecendrungan untuk meningkat (Widjaja, 2001).

Demam dapat diderita oleh siapa saja, dari bayi hingga berusia paling lanjut sekalipun.Demam sesungguhnya merupakan reaksi alamiah dari tubuh manusia dalam usaha melakukan perlawanan terhadap penyakit. Apabila ada suatu kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh, secara otomatis tubuh akan melakukan perlawanan terhadap kuman penyakit itu dengan mengeluarkan zat antibodi. Pengeluaran zat antibodi yang lebih banyak dari biasanya ini diikuti dengan naiknya suhu badan.Semakin berat penyakit yang menyerang, semakin banyak pula antibodi yang dikeluarkan, dan akhirnya semakin tinggi pula suhu badan yang terjadi (Widjaja, 2001).

Obat adalah zat aktif yang berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupun sintesis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif (profilakis), rehabilitasi, terapi, diagnose terhadap suatu keadaan penyakit pada manusia ataupun hewan. Namun zat aktif tersebut tidak dapat


(17)

dipergunakan begitu saja sebagai obat, terlebih dahulu harus dibuat dalam bentuk sediaan.Oleh karena itu muncul sediaan pil, tablet, kapsul, sirup, supositoria, suspensi, salep dan lain-lain (Admar, 2004).

Parasetamol atau asetaminofen adalah

popular dan digunakan untuk melegakan

ringan, serta

obat

karena mudah didapati, overdosisobat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi (Widodo, 2004).

Obat ini digunakan untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri dan menurunkan suhu badan yang tinggi.Misalnya pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, keseleo, demam imunisasi, demam flu dan sebagainya. Obat-obat golongan ini yang beredar sebagai obat bebas adalah untuk sakit yang bersifat ringan, sedangkan untuk sakit yang berat (misal: sakit karena batu ginjal, batu empedu dan kanker) perlu menggunakan jenis obat keras (dengan resep dokter) dan untuk demam yang berlarut-larut membutuhkan pemeriksaan dokter (Widodo, 2004).

Pengawasan terhadap tablet parasetamol perlu dijaga karena jika tidak memenuhi syarat dapat membahayakan konsumen. Oleh karena itu, bahan baku zat berkhasiat parasetamol adalah hal utama yang sangat penting untuk diperiksa apakah telah memenuhi syarat atau tidak sebelum dilakukan pengedaran.Dalam Farmakope, penetapan kadar pada parasetamol dapat dilakukan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan menggunakan fase gerak campuran air-metanol P (3:1) dengan larutan baku Parasetamol BPFI.


(18)

Berdasarkan hal tersebut maka penulis memeriksa kadar tablet parasetamol sebagai tugas akhir dengan judul ”Penetapan Kadar Parasetamol Pada Sediaan Tablet Parasetamol Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)”. 1.2Perumusan masalah

Permasalahannya adalah apakah kadar parasetamol yang terkandung dalam obat sediaan oral telah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV Tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%.

1.3Hipotesa

Tablet parasetamol PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada Farmakope Indonesia Edisi IV 1995. 1.4Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan

Adapun tujuan penetapan kadar parasetamol dalam sediaan tablet parasetamol secara KCKT untuk mengetahui apakah sediaan tablet parasetamol PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada Farmakope Indonesia Edisi IV 1995.

1.4.2 Manfaat

Adapun manfaat dari penetapan kadar parasetamol ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang kadar sediaan tablet parasetamol PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan apakah telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada Farmakope Indonesia Edisi IV.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri

Nyeri dapat merupakan gejala dari hampir semua penyakit.Walaupun kadang-kadang sangat menyiksa, nyeri sangat berharga sebagai petunjuk untuk membantu diagnosis dan sebagai peringatan tentang adanya sesuatu yang tidak beres pada tubuh (Harkness, 1989).

Nyeri dikategorikan sebagai superfisial (permukaan), viseral (dalam), atau somatik.Nyeri superfisial berasal dari kulit atau membran mukosa dan biasanya terasa pedih dan terlokalisasi.Nyeri viseral lebih dalam, berasal dari sistem organ seperti lambung atau ginjal.Nyeri somatik berasal dari otot kerangka, sendi, atau ligament dan biasanya merupakan nyeri yang tumpul, menusuk dan tidak terlokalisasi secara nyata – contohnya sakit kepala, sakit gigi, artritis, dan nyeri otot (Harkness, 1989).

Obat penghilang rasa nyeri dibagi dalam dua kelompok: non-narkotika dan narkotika. Penghilang nyeri golongan non-narkotika seperti asetaminofen dan aspirin sedangkan penghilang nyeri golongan narkotika seperti kodein, meperidin, oksikodon dan pentazosin (Harkness, 1989).

2.2 Parasetamol

Parasetamol atau asetaminofen. Panadol (Winthrop), Tempra (M.J.) adalah metabolit fenasetin dengan khasiat analgetik dan antipiretik yang sama (sedikit lebih lemah). Sifat-sifat farmakokinetiknya lebih kurang sama dengan fenasetin, efek-efek sampingnya lebih ringan, khususnya tidak nefrotoksis dan tidak


(20)

menimbulkan euforia dan ketergantungan psikis. Karena tidak menimbulkan pendarahan lambung seperti asetosal, maka pada tahun-tahun terakhir parasetamol banyak sekali digunakan di Indonesia sebagai analgetikum-antipiretikum yang aman (Tjay, 1986).

Gambar 2.1 Struktur Parasetamol

Analgetik (obat penghilang rasa nyeri) ialah obat yang digunakan untuk mengurangi/menekan rasa sakit, misalnya rasa sakit kepala, otot, perut, gigi dan sebagainya tanpa menghilangkan kesadaran penderita. Karena khasiat dari obat analgetika ini dapat mengurangi rasa sakit/nyeri, maka obat analgetika ini menjadi sangat popular dan disenangi oleh masyarakat, meskipun tidak dapat menyembuhkan/menghilangkan penyakit dari penyebabnya (Widjajanti,1988). 2.2.1 Penggunaan Parasetamol

Obat ini digunakan untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri dan menurunkan suhu badan yang tinggi.Misalnya pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, keseleo, demam imunisasi, demam flu dan lain sebagainya. Obat-obat golongan ini yang beredar sebagai obat bebas adalah untuk sakit yang bersifat ringan, sedangkan untuk sakit yang berat (misal: sakit karena batu ginjal dan batu empedu, kanker) perlu menggunakan jenis obat keras, dan untuk demam yang berlarut-larut membutuhkan pemeriksaan dokter (Widodo, 2004).


(21)

2.2.2 Efek Samping Parasetamol

Namun penggunaannya tetap harus dengan hati-hati, karena dosis dari 6-12 g sudah dapat merusak hati secara fatal.Hal ini disebabkan oleh karena terbentuknya metabolit toksis di dalam hati. Keuntungan lain dari parasetamol dibandingkan dengan fenasetin adalah kelarutannya dalam air, sehingga dapat digunakan dalam sediaan-sediaan cair. Terhadap intoksikasi dapat digunakan N-asetil-sistein (Fluimucil) atau metionin pada pasien-pasien borok-lambung (Tjay, 1986).

Dosis: 4-6 kali sehari 325-650 mg, biasanya bersama kofein 50 mg yang memperkuat khasiatnya, maksimal 4 g sehari. Anak-anak tergantung dari usia, 60-120 mg beberapa kali sehari, maksimal 1,2-2,4 g sehari (Tjay, 1986).

Tablet asetaminofen atau tablet parasetamol, tiap tablet mengandung acetaminophenum 500 mg dan zat tambahan yang cocok secukupnya.Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Dosis 1 sampai 4 kali sehari 1 tablet (Depkes RI, 1978).

Asetaminofen atau yang biasa disebut parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti asetosal, asetaminofen tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung.Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik asetosal, salisilamid maupun asetaminofen (Sartono, 1996).

Asetaminofen memiliki efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-anak.Untuk anak-anak dibawah umur dua tahun sebaiknya digunakan


(22)

asetaminofen, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter.Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahwa kombinasi asetosal dengan asetaminofen bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri (Sartono, 1996).

Sebagian obat bebas pereda nyeri dan demam juga berkhasiat anti peradangan seperti untuk encok. Obat bebas pereda nyeri dan demam yang beredar di pasaran adalah:

1. Parasetamol atau asetaminofen, berkhasiat meredakan nyeri, menurunkan panas/demam

2. Asetosal atau aspirin, berkhasiat meredakan nyeri, menurunkan panas/demam, dan anti radang

3. Ibuprofen, berkhasiat meredakan nyeri (kekuatan sedang), menurunkan panas/demam, anti radang (kekuatan sedang).

Obat-obat ini hanya berfungsi meredakan gejalanya saja, tidak menyembuhkan penyakit yang mendasarinya/penyebab penyakit.Bila sakit berlanjut lebih dari 2 hari (demam) dan 5 hari (nyeri) atau gejala makin berat, periksalah ke dokter. Jangan gunakan bersama obat lain yang juga mengandung obat ini (biasanya obat-obat flu dan batuk) (Widodo, 2004).

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan Parasetamol yaitu: a. Kelebihan dosis dapat menyebabkan gangguan fungsi hati

b. Makanlah bersama dengan makanan atau susu

c. Selama menggunakan obat ini hindari dari minum alkohol. Minumlah air yang banyak (kira-kira 2 liter per hari)


(23)

d. Pemakaian untuk dewasa tidak boleh lebih dari 10 hari terus menerus dan anak-anak tidak boleh lebih dari 5 kali sehari selama 5 hari

2.2.3 Interaksi-interaksi yang Terjadi Pada Obat Parasetamol Interaksi-interaksi yang terjadi pada obat parasetamol yaitu: a. Parasetamol - Alkohol.

Interaksi ini dapat merusak hati. Interaksi mungkin hanya terlihat nyata pada mereka yang secara teratur minum banyak alkohol dan sejumlah besar sediaan parasetamol.

b. Parasetamol - Makanan berkarbohidrat

Efek asetaminofen dapat berkurang. Asetaminofen adalah obat penghilang nyeri dan demam yang masyhur. Akibatnya: nyeri atau demam mungkin tidak hilang sebagaimana mestinya. Sumber karbohidrat: roti, biskuit, korma, jeli, dan lain sebagainya (Harkness, 1989).

2.2.4 Tinjauan Tentang Bahan Obat 1. Latar belakang bahan obat

1). Nama bahan obat : Parasetamol

2). Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida {103-90-2} 3). Struktur kimia : C8H9NO2

4). BM : 151,16

5). Kemurnian : Mengandung 98,0-101,0% C8H9NO2 yang dihitung

terhadap zat anhidrat

6). Efek terapeutik : Obat ini merupakan suatu metabolit dari fenasetin dan asetanilida yang digunakan sebagai analgesik


(24)

dan antipiretik. Obat ini efektif pada berbagai jenis keadaan artritis dan rematik, termasuk nyeri otot rangka dan dada, nyeri kepala, dismenoria, myralgia, dan neuralgia. Asetaminofen sebagian berguna sebagai analgesik dan antipiretik pada pasien yang sensitif terhadap aspirin dan yang memiliki pengalaman terhadap reaksi yang tidak diinginkan dari aspirin.

7). Dosis pemakaian :

a. biasa dewasa oral 300-1.000 mg, 3/4 kali sehari

b. biasa pediatris oral 175 mg/m2 kali permukaan tubuh, terdiri dari: • 60 mg, 3-4 dd anak usia dibawah 1 tahun

• 60-120 mg, 3-4 dd anak usia 1-2 tahun • 120 mg, 3-4 dd anak usia 3-5 tahun • 150-325 mg, 3-4 dd anak usia 6-12 tahun 2. Tinjauan farmakologi bahan obat

1. Indikasi : Analgesik dan antipiretik. Sebagai analgesi

parasetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan bisa menimbulkan nefropati analgesik

2. Kontraindikasi : Disfungsi ginjal atau hati


(25)

berupa demam dan lesi pada mukosa. Penggunaan semua jenis analgesik dosis besar secara menahun dapat menyebabkan nefropati analgesik.

Organoleptik 1). Warna : Putih

2). Bau : Tidak berbau 3). Rasa : Sedikit pahit

Karakteristik fisik/fisikomekanik 1). Titik lebur : 168-172˚C

Karakteristik fisikokimia 1). Kelarutan

Larut dalam 70 bagian air, 20 bagian air mendidih, 7-10 bagian alkohol, 9 bagian propilen glikol, sangat mudah larut dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter dan larut dalam larutan alkali hidroksida. 2). Stabilitas larutan

a. terhadap pelarut : Parastamol sangat stabil di dalam air

b. terhadap pH : Waktu paruh dalam larutan terdapat pada pH 6 diperkirakan selama 21,8 tahun; penurunannya dikatalisis oleh asam dan basa; waktu paruhnya 0,73 tahun pada pH 2, dan 28 tahun pada pH 9 (Widodo, 2013).

Farmakoinetik.Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa


(26)

paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh.Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma.Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati.Sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat.Selain itu kedua obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi.Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit.Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi (Setiabudy, 2007).

2.2.5 Penetapan Kadar Parasetamol Secara KCKT

Penetapan kadar parasetamol. Lakukan penetapan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi.

Fase gerak.Buat campuran air-metanol P (3:1), saring dan awaudarakan.Jika perlu lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti yang tertera pada kromatografi.

Larutan baku. Timbang seksama sejumlah parasetamol BPFI, larutkan dalam fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per ml.

Larutan uji.Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet.Timbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 100 mg parasetamol, masukkan ke dalam labu tentukur 200 ml, tambahkan lebih kurang 100 ml fase gerak, kocok seksama 10 menit, encerkan dengan fase gerak sampai garis tanda.Pipet 5 ml larutan kedalam kedalam labu tentukur 250 ml, encerkan dengan fase gerak sampai garis tanda. Saring larutan melalui penyaring dengan porositas


(27)

0,5µm atau lebih halus, buang 10 ml filtrat pertama. Gunakan filtrat sebagai larutan uji (Depkes RI, 1995).

2.3 Kromatografi

Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium kabonat (CaCO3). Saat ini kromatogafi merupakan teknik

pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik analisis kulitatif, kuantitatif, atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan industri dan sebagainya. Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase) (Rohman, 2007).

2.3.1 Pembagian Kromatografi

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi: (a) kromatografi adsorbsi; (b) kromatografi partisi; (c) kromatografi pasangan ion; (d) kromatografi penukaran ion; (e) kromatografi eksklusi ukuran; dan (f) kromatografi afinitas.

Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibedakan atas: (a) kromatografi kertas; (b) kromatografi lapis tipis (KLT), yang keduanya sering disebut kromatografi planar; (c) kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT); dan (d) kromatografi gas (KG).


(28)

Kromatografi gas (KG) dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan teknik kromatografi yang komplementer karena kromatografi gas dapat digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang mudah menguap, sementara KCKT dapat memisahkan komponen-komponen yang tidak mudah menguap.Alat kedua kromatografi ini dapat dikendalikan degan komputer dengan software yang canggih dan berkemampuan untuk memisahkan sampai 100 komponen dalam campuran yang kompleks (Rohman, 2007).

2.3.2 Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut HPLC (Hight Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel dalam sejumlah bidang, antara lain: farmasi, lingkungan bioteknologi, polimer dan industri-industri makanan. Beberapa perkembangan KCKT terbaru antara lain: miniaturisasi sistem KCKT, penggunaan KCKT untuk analisis asam-asam nukleat, analisis protein, analisis karbohidrat dan analisis senyawa-senyawa kiral (Rohman, 2007).

2.3.3 Kegunaan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kegunaan umum KCKT adalah untuk: pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian (impurities); analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil); penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama;


(29)

pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace elements), dalam jumlah banyak dan dalam skala proses industri. KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif (Rohman, 2009).

KCKT paling sering digunakan untuk: menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis; menentukan kadar senyawa- senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintetis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi; memonitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan; memurnikan senyawa dalam suatu campuran; kontrol kualitas; dan mengikuti jalannya reaksi sintetis. Keterbatasan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan dengan Spektrometer Masa (SM).Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat komlpeks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh (Rohman, 2009).

2.3.4 Keuntungan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

KCKT dapat dianggap sebagai pelengkap KG. Dalam banyak hal keduanya dapat digunakan untuk menghasilkan pemisahan yang sama. Untuk KG diperlukan pembuatan turunan senyawa, sedangkan KCKT dapat dilakukan tanpa pembuatan turunan senyawa.Untuk senyawa yang tidak tahan panas atau tidak atsiri, KCKT merupakan pilihan yang tepat. Bagaimanapun, KCKT tidak akan menggantikan KG, sekalipun memang peranannya di laboratorium analisis semakin lama semakin besar. Pembuatan turunan senyawa menjadi popular pula


(30)

pada KCKT karena cara itu dapat dipakai untuk meningkatkan kepekaan detektor UV-Vis yang biasa digunakan (Johnson, 1991).

2.3.5 Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Komponen-komponen utama pada KCKT adalah sebagai berikut, yaitu: wadah fase gerak, pompa untuk mengalirkan fase gerak, alat untuk memasukkan sampel, kolom, detektor, wadah, penampung buangan fase gerak, tabung penghubung dan suatu komputer atau integrator untuk mengolah data sinyal sehingga diperoleh suatu kromatogram (Rohman, 2012).

Sistem instrumen standar untuk elusi isokratik terdiri atas: (i) Reservoir pelarut

(ii) Sebuah pompa yang mampu memompa pelarut dengan tekanan sampai 4000 psi dan aliran hingga 10 ml/menit

(iii) Suatu injektor lengkung yang pas dengan lengkung bervolume tetap antara 1 dan 200 µl (20µl sering digunakan sebagai baku)

(iv) Suatu kolom, yang biasanya berupa tabung baja dikemas, biasanya dengan gel silika tersalut oktadesilsilan (salut-ODS) dengan diameter partikel rata-rata (3,5 atau 10 µm)

(v) Suatu detektor, yang biasanya berupa detektor UV/Visibel meskipun untuk penerapan khusus tersedia berbagai macam detektor

(vi) Sistem penangakap data, yang dapat berupa suatu integrator komputisi atau sebuah komputer dengan piranti lunak yang sesuai memproses data kromatografi


(31)

(vii) Kolom dihubungkan pada injektor dengan tabung berdiameter dalam yang sempit lebih kurang 0,2 mm, untuk meminimalkan ‘volume mati’, yaitu ruang kosong didalam sistem ketika kromatografi tidak terjadi dan pelebaran pita dapat terjadi melalui difusi longitudinal (viii) Instrumen-instrumen memiliki injeksi sampel yang lebih canggih,

memiliki injeksi sampel otomatis dan oven kolom serta mampu mencampur dua pelarut atau lebih dalam berbagai perbandingan terhadap waktu untuk menghasilkan gradien fase gerak (Watson, 2009).


(32)

BAB III

METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penetapan kadar ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di Industi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl. Tanjung Morawa Km. 9 No. 59 Medan selama dua minggu yaitu pada tanggal 26 Januari 2015 sampai tanggal 06 Februari 2015.

3.2Alat-alat

Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Waters Detector 2489 Pump 1525), kolom bondapack C18 (3,9 x 300

mm), ultrasonic bath digital (Merk ELMA Type D-78224), filter 0,45µm (Phenex NY), syringe injector, gelas ukur (Pyrex) 50 ml, beaker glass (Pyrex) 250 ml, labu tentukur (Pyrex) 100 ml dan 50 ml, pipet volum (Pyrex) 5 ml dan 2 ml, pipet tetes, batang pengaduk, timbangan digital analytical balance (Merk Sartorius), vial 10 ml, bola karet, lumpang dan alu.

3.3Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah aquabides, metanol, sediaan tablet parasetamol dan parasetamol Baku Pembanding Farmakope Indonesia (BPFI). 3.4Prosedur Percobaan

3.4.1 Pembuatan Larutan Fase Gerak = aquabidest : metanol (3 : 1)

Larutan fase gerak dibuat dengan cara mencampurkan larutan aquabides dan metanol dengan perbandingan 3:1. Kemudian di ultrasonic untuk menghomogenkan dan menghilangkan gas.


(33)

3.4.2 Pembuatan Larutan Baku

Ditimbang 50 mg baku pembanding parasetamol BPFI, dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, dilarutkan dengan menggunakan pelarut aquabides : metanol (3:1). Dipipet 1 ml lalu dimasukkan dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkankan menggunakan pelarut sampai garis tanda. Setelah itu disaring menggunakan penyaring 0,45 µm.

3.4.3 Pembuatan Larutan Sampel

Ditimbang 10 tablet parasetamol kemudian digerus. Ditimbang tablet setara dengan 50 mg parasetamol. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan pelarut 25 ml. Kemudian diultrasonic selama 15 menit. Didiamkan hingga suhu kamar dan dicukupkan dengan pelarut hingga batas tanda. Kemudian dipipet 1 ml, dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan dengan pelarut. Disaring dengan saringan millipore 0,45 mikro dan dimasukkan ke dalam botol vial.

3.4.4 Cara Kerja Penetapan Kadar a. Persiapan alat KCKT

Dihidupkan Power Detektor 2489, Manual Injector dan pompa 1525.Dihidupkan komputer. Dibuka Reverence Velve pada pump 1525 ke arah kanan, kemudian lakukan Purging dan diset flowrate flow 5 ml/min. Dilakukan purging selama ± 2-4 menit. Setelah selesai tekan stop pump. Kembalikan posisi Reverence Valve seperti semula. Diset flow rate dan komposisi fasa gerak sesuai kebutuhan analisa (langkah ini digunakan untuk conditioning column). Klik OK


(34)

b. Persiapan injek

Sebelum diinjeksikan larutan baku pembanding sekunder dan larutan sampel disaring dengan filter 0,45 µm. Disuntikkan secara terpisah larutan baku pembanding sekunder sebanyak 6 kali dan larutan uji parasetamol sebanyak 2 kali (duplo) ke dalam injection port dengan volume penyuntikan masing-masing 20 µl. Pemisahan zat aktif terjadi melalui mekanisme kromatografi. Hasil pemisahan dibaca oleh detektor dengan panjang gelombang 243 nm.Dihitung luas area puncak utama masing-masing larutan baku pembanding sekunder dan larutan sampel.

Larutan standar dan larutan sampel diukur HPLC dengan kondisi:

FG (Fase Gerak) : Aquabides : Metanol (3:1)

FD (Fase Diam) : Bondapack C18 (3,9 x 300 mm)

Panjang gelombang : 243 nm

Volume Injeksi : 20 µl

Flow rate : 1,5 ml/menit

3.4.5 Perhitungan

Kadar Zat Aktif Parasetamol =AU Csp AU Cstx

(Bst 100)⁄ 1 50⁄

(Bsp 100)⁄ 1 50⁄ x Kst % Syarat: parasetamol dalam sediaan tablet parasetamol 90,00% - 110,00%

Dimana AU Csp : Luas area sampel AU Cst : Luas area baku standar


(35)

Bst : Berat baku pembanding parasetamol (mg) Bsp : Berat sampel (mg)

Dimana : Bsp = Berat tablet x ��� ��

Bza : Berat zat aktif acetaminophen (500 mg) (sudah ketentuan) Bt : Berat tablet (600 mg) (sudah ketentuan)


(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari pengujian kadar parasetamol secara kromatografi cair kinerja tinggi, diperoleh kadar rata-rata parasetamol sebagai berikut:

Tabel 4.1 Larutan Baku Parasetamol Nama zat Bobot (mg) Volume

penyuntikan (µl)

Luas area puncak utama

Rasio (menit)

Parasetamol 50 20 678525

674209 674624 676661 674070 679641 4.564 4.578 4.574 4.557 4.467 4.515

Rata-rata 676288 4.543

Tabel 4.2 Larutan Sampel Parasetamol Nama zat Bobot (mg) Volume

penyuntikan (µl) Luas area puncak utama Rasio (menit) Parasetamol Parasetamol

60,28 20 672600

670929

4.519 4.517


(37)

4.2 Pembahasan

Hasil pengujian kadar parasetamol produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dengan nomor batch A50088 T yang dilakukan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan fase gerak yang dipakai adalah aquabides:metanol (3:1), fase diam yang digunakan adalah L 1 (Bondapack C18

(3,9 x 300 mm) dan panjang gelombang 243 nm serta volume injeksi yang dipakai yaitu 20 �� dan flow rate 1,50 ml/menit diperoleh kadar sampel parasetamol (a) 99.082 % dan parasetamol (b) 98.835 %.

Perbedaan kadar sampel tablet parasetamol (a) dan parasetamol (b) disebabkan pengujian kadar parasetamol dengan teknik penyuntikan sampel tablet dimana kecepatan penyuntikan sampel tablet parasetamol (a) dan parasetamol (b) tidak bisa sama persis sama. Sehingga kadar pada sampel tablet parasetamol (a) dan parasetamol (b) yang dibaca detector pada panjang gelombang 243 nm berbeda. Untuk mencapai ketelitian analisis kuantitatif teknik penyuntikan sampel harus dilakukan dengan baik.

Dari percobaan yang telah dilakukan terhadap tablet parasetamol produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dengan nomor batch A50088 T yang dilakukan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) diperoleh kadar rata-rata tablet parasetamol tersebut adalah: 98,959%. Dan nilai ini memenuhi persyaratan kadar sesuai dengan yang tercantum pada persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu : 90,0% - 110,0%.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Dari hasil percobaan penetapan kadar parasetamol dalam sediaan tablet parasetamol dengan menggunakan KCKT, diketahui sediaan mengandung parasetamol dengan kadar rata-rata 98.959%. Dari hasil pengujian ini, maka parasetamol tersebut memenuhi persyaratan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, rentang kadar yang diperbolehkan untuk parasetamol yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%

5.2 SARAN

Sebaiknya penetapan kadar parasetamol dalam sediaan tablet parasetamol tidak hanya dilakukan dengan metode KCKT tetapi juga dilakukan dengan metode lain seperti Spektrofotometri agar dapat dibandingkan hasil analisa yang diperoleh dari kedua metode tersebut.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1978). Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta: Depkes RI. Hal.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1984). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI. Hal. 38.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1995). Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Depkes RI. Hal. 649.

Harkness, R. (1989). Interaksi Obat. Bandung: Penerbit ITB. Hal.252-254, 287. Jas, A. (2004). Perihal Obat dan Berbagai Sediaannya. Medan: USU Press.

Hal.2-3.

Johnson, E.L. dan Stevenson, R. (1991).Dasar Kromatografi Cair. Bandung: ITB Press. Hal. 9.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 323-325, 378-379.

Rohman, A. (2009). Kromatografi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 2.

Rohman, A dan Gandjar, Ibnu Gholib.(2012). Analisis Obat Secara Spektoskopi dan Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 418.

Sartono.(1996). Apa Yang Kamu Ketahui Tentang Obat-Obat Bebas dan Terbatas. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal.

Setiabudy, R. (2007). Farmakologi dan Terapi.Edisi kelima. Jakarta: Gaya Baru. Hal. 238.

Tjay, T. H. dan Rahardja, K. (1986).Obat-Obat Penting. Edisi Keempat. Jakarta: Depkes RI. Hal.

Watson, David G. (2009). Analisis Farmasi: Buku Ajar Untuk Mahasisawa Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi. Jakarta: EGC. Hal.314-315.

Widjaja, M.C. (2001). Mencegah dan Mengatasi Demam Pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka. Hal.


(40)

Widodo, H. (2013). Ilmu Meracik Obat Untuk Apoteker. Yogyakarta: D-Medika. Hal.75-79.

Widodo, R. (2004). Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat. Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta. Hal.65-67.


(41)

Lampiran 1 Perhitungan kadar parasetamol secara KCKT Kadar Zat Aktif Parasetamol =AU Csp

AU Cstx

(Bst 100)⁄ 1 50⁄

(Bsp 100)⁄ 1 50⁄ x Kst % Syarat: parasetamol dalam sediaan tablet parasetamol 90,00% - 110,00%

Dimana AU Csp : Luas area sampel AU Cst : Luas area baku standar

Bst : Berat baku pembanding parasetamol (mg) Bsp : Berat sampel (mg)

Dimana : Bsp = Berat tablet x��� ��

Bza : Berat zat aktif parasetamol (500 mg) (sudah ketentuan) Bt : Berat tablet (600 mg) (sudah ketentuan)

Kst : Kadar standar parasetamol (99.625 %) (sudah ketentuan) Bsp = Berat tablet x���

�� = 60.28 x500

600= 50.23 mg

Karena penimbangan berat parasetamol 1 dan 2 sama, maka nilai Bsp pada parasetamol 1 dan 2 adalah 50.23 mg

Kadar Zat Aktif Parasetamol 1 =AU Csp AU Cstx

(Bst 100)⁄ 1 50⁄

(Bsp 100)⁄ 1 50⁄ x Kst %

=

672600 676288

x

(50 100)⁄ 1 50⁄

(50.23 100)⁄ 1 50⁄

x 99.625 %


(42)

Lampiran 1 Lanjutan perhitungan kadar parasetamol secara KCKT Kadar Zat Aktif Parasetamol 2 =AU Csp

AU Cstx

(Bst 100)⁄ 1 50⁄

(Bsp 100)⁄ 1 50⁄ x Kst %

=

670929 676288

x

(50 100)⁄ 1 50⁄

(50.23 100)⁄ 1 50⁄

x 99.625 %


(43)

Lampiran 2 Perhitungan standar deviasi (SD) dan standar deviasi relatif (RSD) parasetamol secara KCKT

ZAT AKTIF X (X – X) (X – X)2

Parasetamol 1 98.621 0.1225 0.0150062

Parasetamol 2 98.376 0.1225 0.0150062

Rata-rata 98.4985 0.0300125

Standar deviasi

=

∑�X – X�

2

�−1

=

0.0300125

2−1

= 0.17324

Standar deviasi relatif =��

× 100%

=0.17324

98.4985

× 100%


(44)

Lampiran 3 Gambar alat yang digunakan

Gambar A. Gambar seperangkat alat KCKT


(45)

(46)

(1)

Lampiran 1 Perhitungan kadar parasetamol secara KCKT Kadar Zat Aktif Parasetamol =AU Csp

AU Cstx

(Bst 100)⁄ 1 50⁄

(Bsp 100)⁄ 1 50⁄ x Kst % Syarat: parasetamol dalam sediaan tablet parasetamol 90,00% - 110,00%

Dimana AU Csp : Luas area sampel AU Cst : Luas area baku standar

Bst : Berat baku pembanding parasetamol (mg) Bsp : Berat sampel (mg)

Dimana : Bsp = Berat tablet x���

��

Bza : Berat zat aktif parasetamol (500 mg) (sudah ketentuan) Bt : Berat tablet (600 mg) (sudah ketentuan)

Kst : Kadar standar parasetamol (99.625 %) (sudah ketentuan)

Bsp = Berat tablet x���

��

= 60.28 x500

600= 50.23 mg

Karena penimbangan berat parasetamol 1 dan 2 sama, maka nilai Bsp pada parasetamol 1 dan 2 adalah 50.23 mg

Kadar Zat Aktif Parasetamol 1 =AU Csp AU Cstx

(Bst 100)⁄ 1 50⁄

(Bsp 100)⁄ 1 50⁄ x Kst %

=

672600

676288

x

(50 100)⁄ 1 50⁄

(50.23 100)⁄ 1 50⁄

x 99.625 %


(2)

Lampiran 1 Lanjutan perhitungan kadar parasetamol secara KCKT Kadar Zat Aktif Parasetamol 2 =AU Csp

AU Cstx

(Bst 100)⁄ 1 50⁄

(Bsp 100)⁄ 1 50⁄ x Kst %

=

670929

676288

x

(50 100)⁄ 1 50⁄

(50.23 100)⁄ 1 50⁄

x 99.625 %


(3)

Lampiran 2 Perhitungan standar deviasi (SD) dan standar deviasi relatif (RSD) parasetamol secara KCKT

ZAT AKTIF X (X – X) (X – X)2

Parasetamol 1 98.621 0.1225 0.0150062

Parasetamol 2 98.376 0.1225 0.0150062

Rata-rata 98.4985 0.0300125

Standar deviasi

=

∑�X – X�

2

�−1

=

0.0300125

2−1

= 0.17324

Standar deviasi relatif =��

× 100%

=0.17324

98.4985

× 100%


(4)

Lampiran 3 Gambar alat yang digunakan

Gambar A. Gambar seperangkat alat KCKT


(5)

(6)