PembuatanTablet Evaluasi Tablet TINJAUAN PUSTAKA

6

2.2 PembuatanTablet

Pada proses pembuatan tablet, zat berkhasiat dan zat tambahan, kecuali bahan pelicin dibuat granul butiran kasar, karena serbuk yang halus tidak dapat mengisi cetakan tablet dengan baik. Jadi dengan dibuat granul, akan terjadi “free flowing”, mengisi cetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi “capping” retak Anief, 1991. Ada tiga metode pembuatan tablet, yaitu: a. Metode granuasil basah Zat aktif dan eksipien dicampurkan, lalu dibuat cairan pengikat dalam alat campur. Pengeringan granul basah ± 50-60C dalam lemari pengering. Granul yang sudah kering diayak dengan ayakan ukuran 14-20 mesh dalam mesin granulator. Kemudian dicampur zat tambahan ke dalam mesin campur khusus, menjadi massa kempa. Massa kempa dikempa menjadi tablet jadi dalam mesin tablet. b. Metode granulasi kering slugging Campur semua bahan zat aktif dan zat tambahan atau hanya zat aktif saja dalam alat campur. Kemudian ayak bahan dengan mesin granulator. Campur granul dengan zat tambahan lain dalam mesin pencampur khusus menjadi massa kempa. Massa kempa dikempa menjadi tablet jadi dalam mesin tablet. c. Kempa langsung Campur semua bahan zat aktif dan zat tambahan dalam alat campur menjadi massa kempa. Massa kempa dikempa menjadi tablet jadi dalam mesin tablet. Universitas Sumatera Utara 7 Tablet memiliki kelebihan dibandingkan dengan sediaan padat lainnya, diantaranya : 1. Tablet merupakan bentuk sediaan oral dengan ukuran yang tepat. 2. Tablet mudah ditelan. 3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang mudah diproduksi secara besar- besaran. 4. Tablet dapat ditujukan untuk pelepasan khusus, seperti pelepasan diusus. 5. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang murah dan mudah untuk dikemas serta dikirimAnief, 1991.

2.3 Evaluasi Tablet

Untuk menjamin mutu tablet maka dilakukan beberapa pengujian yaitu sebagai berikut: a. Uji Kekerasan Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi dan gaya kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan tablet meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu metode granulasi juga menentukan kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat yang digunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan tabletDitjen POM, 1995. Universitas Sumatera Utara 8 b. Uji Kekerasan Bobot Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet- tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat yang sama. Keseragaman bobot dapat ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Kemudian timbang tablet satu persatu, tidak boleh 2 dari tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu tablet pun bobotnya menyimpang dari rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom B. jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dikolom A maupun kolom BDirjen POM 1995 Tabel 1 Penyimpangan Bobot Rata-rata Bobot rata – rata Penyimpanan bobot rata – rata dalam A B 25 mg atau kurang 15 30 26 mg sampai dengan 150 mg 10 20 151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 15 Lebih dari 300 mg 5 10 c. Uji Keregasan Cara ini untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi Universitas Sumatera Utara 9 hancur. Untuk menguji keregesan tablet digunakan alat Roche friabilator. Sebelum tablet dimasukkan kedalam alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudian tablet dimasukkan kedalam alat, lalu alat diopersikan selama empat menit atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persayaratan keregasan tablet harus harus lebih kecil dari 0.8. d. Uji Waktu Hancur Peralatan uji waktu hancur terdiri dari empat keranjang yang mempunyai enam lubang yang terletak vertikal diatas ayakan mesh nomor 10 selama percobaan, tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang. Kemudian keranjang tersebut bergerak naik turun pada larutan transparan dengan kecepatan 29-32 putaran per menit. Interval waktu hancur adalah 5-30 menit. Tablet dikatakan hancur bila bentuk sisa tablet kecuali bagian penyalut merupakan massa dengan inti yang tidak jelas. e. Uji Penetapan Kadar Zat Berkhasiat Uji penetapan kadar zat berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak layak untuk dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi antara lain di Farmakope Indonesia. f. Uji Disolusi Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur, keregasan, keseragaman bobot dan penetapan kadar, belum tentu dapat menjamin bahwa Universitas Sumatera Utara 10 suatu obat memenuhi efek terapi, karna itu dilakukan uji disolusi pada setiap produksi tablet. Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan pada suatu medium. Disolusi menunjukkan jumlah bahan obat yang terlarut dalam waktu tertentu. Disolusi menggambarkan efek obat secara invitro, jika disolusi memenuhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat secara invivoDirjen POM, 1995.

2.4 Antalgin