Penetapan Kadar Tablet Antalgin 500 mg di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Secara Titrasi Iodimetri

(1)

Lampiran 1.Perhitungan kadar rata-rata tablet antalgin Tabel 2 Berat tablet Antalgin batch M5129T

No Berat (gram) 1 0.592

2 0.606 3 0.595 4 0.602 5 0.596 6 0.599 7 0.600 8 0.609 9 0.593 10 0.598

Hasil perhitungan:

Bobot rata-rata = ����� ℎ����� 10 ������ 10

= 5.990 10 = 0.5990 g Rumus:

Kadar =V titrasi x N Iodi x BE x berat

tab x BPFS

N Std x Kand .aktif x Pemb sampel


(2)

= 97.37%

B = 9.2 x 0.10159 x 17.57 x 599 x 99.08 %

0.1 x 500 x 200.54

=97.20% Rata-rata kadar : 97.29%


(3)

Lampiran 2. Alat-alat dan Hasil Penetapan Kadar Antalgin

Gambar 1 Alat Buret automatic Gambar 2 Alat buret automatic


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, A.(1994).Analisis Kuantitatif Beberapa Senyawa Farmasi. Medan: Universitas Sumatera Utara Press. Hal. 23-25.

Anief, M.(1991). Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 26.

Anief, M. (1999). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 210-216.

Dirjen POM Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Hal. 537.

Ganiswara, S. (1981). Farmokologi Dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 207-210.

Rahardja, K., dan Tiay, T.H. (2003). Obat-Obat Penting. Edisi IV. Jakarta: Elex Media. Hal. 231-233.

Rahardja, K., dan Tiay, T.H. (2007). Obat-Obat Penting. Edisi VI. Jakarta: Elex Media. Hal. 312-315.

Soekemi, R.A., Usman, S., dan Yuanita, T.(1987). Tablet. Medan: Mayang Kencana. Hal. 39-40.

Sudjadi. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 153-154.


(6)

BAB III

METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat Pelaksanaan Uji Evaluasi

Uji evaluasi ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yamg beralamat di Jalan Sisingamangaraja Km. 9 No. 59, Medan.

3.2 Sampel yang diperiksa

Tablet Antalgin 500 mg yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan.

3.3 Alat-Alat

Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah buret automatic, erlenmeyer, beaker gelas, lumpang dan alu, neraca analitik,statif dan klem.

3.4 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah antalgin 500 mg, larutan iodium 0.1N, metanol, asam asetat 2N, indikator kanji.

3.3 Pembuatan Pereaksi

3.3.1 Pembuatan Larutan Standart I2 0.1N

Larutkan 13 g iodium dalam larutan 20 g kalium iodida pekat dalam 40 mL aquadem, tambahkan 3 tetes asam klorida pekat, kocok dan encerkan dengan aquadem hingga 1L.

3.3.2 Pembakuan Larutan Standart I2 0.1 N

Iodium 25 g dalam erlenmeyer titrasi dengan natriumtiosulfat sampaikuning, tambahkan 4 mL larutan kanji titrasi sampai biru hilang.


(7)

3.3.3 Indikator Kanji

Suspensikan 500 mg Kanji dalam 5 mL air, tambahkan kedalam air hingga 1000 mL sambil diaduk, didihkan beberapa menit dan saring.

3.4 Prosedur

3.4.1 Prosedur Penetapan Kadar tablet Antalgin

Ditimbang sebanyak 10 tablet Antalgin digerus halus lalu ditimbang seksama setara 200 mg zat berkhasiat Metampiron dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL larutkan dalam 15 mL Metanol dan laruatAn asam asetat 2N, kemudian titrasi dengan Iodium 0,1N, menggunakan indikator larutan 5 mLkanji, dengan sesekali dikocok hingga terjadi warna biru mantap selama 2 menit.


(8)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Telah dilakukan pengujian penetapan kadar terhadap tablet Antalgin 500 mg dengan nomor batch M51297T menggunakan metode titrasi iodimetri. Dari hasil pemeriksaan diproleh kadar 97.29%.

(Hasil perhitungan terlampir) 4.2 Pembahasan

Kadar tablet Antalgin 500 mg dengan nomor batch M5129T yang diproleh adalah 97.29%. Dari kadar yang diproleh jika dibandingkan dengan persyaratan kadar tablet Antalgin dalam Farmakope Indonesia Edisi V yaitu tidak kurang dari 95.0% dan tidak lebih dari 105.0%, maka kadar antalgin tersebut memenuhi persyaratan sesuai Farmakope Indonesia.

Titrasi iodimetri harus dilakukan dengan lambat agar I2 sempurna bereaksi

dengan antalgin, jika titrasi dengan cepat maka I2 tidak bereaksi dengan sempurna

dengan antalgin sehingga titik akhir lebih cepat tercapai dan hasilnya tidak akurat. Deteksi titik akhir pada Iodimetrib dilakukan dengan menggunakan indikator larutan kanji yang akan memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir(Sudjadi, 2007).


(9)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Kadar tablet Antalgin 500 mg produksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan yang ditentukan secara iodimetri dengan kadar yang diproleh adalah 97.29%, sesuai dengan persyaratan Farmakope Indonesia edisi V. (sayarat tablet antalgin tidak kurang dari 95.0% dan tidak lebih dari 105.0%).

5.2 Saran

Hendaknya kualitas tablet Antalgin yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan tetap dipertahankan.


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya berbentuk bulat, yang mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai:

a. Zat pengisi, yaitu untuk memperbesar volume tablet. Biasanya yang digunakan, amilum manihot, kalsium fosfat, kalsium karbonat dan zat lain yang cocok.

b. Zat pengikat, yaitu agar tablet tidak mudah pecah atau retak dan dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah musilago 10-20%, larutan metil-cellulosam 5%.

c. Zat penghancur, yaitu agar tablet dapat hancur dalam saluran pencernaan. Biasanya digunakan, amilum manihot, gelatin, dan natrium alginat.

d. Zat pelicin, yaitu agar tablet tidak melekat dalam cetakan. Biasanya digunakan, talkum 5%, magnesium stearat, dan ssam stearat.

Berdasarkan penggunaannya tablet diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Tablet Kunyah

Tablet tablet ini harus lembut (segera hancur ketika dikunyah) atau mudah melarut dalam mulut. Pengunyahan dapat mempercepat penghancuran tablet dan memberikan keadaan basa untuk garam-garam logam yang digunakan dalam tablet antasida. Tablet kunyah diberikan pada pasien yang mengalami gangguan menelan tablet. Tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak-anak


(11)

(dalam sediaan multivitamin). Penggunaan tablet lain ini adalah untuk tablet antasida dan antibiotik. Sediaan ini juga memungkinkan untuk digunakan ditempat yang tidak tersedia air (Alamsyah, 1999).

2. Tablet Sublingual

Tablet yang disiapkan di bawah lidah. Biasanya berbentuk datar, ditujukan untuk obat-obat yang di absorpsi melaui mukosa oral. Cara ini berguna untuk penyerapan obat yang rusak oleh cairan lambung dan sedikit sekali diabsopsi oleh saluran pencernaan. Tablet ini dibuat segera melarut untuk memberikan efek yang cepat.

3. Tablet Bukal

Tablet yang disiapkan dipipi. Tablet ini dibuat agar hancur dan melarut berlahan-lahan.

4. Tablet Triturat

Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder. Tablet triturat harus cepat dan mudah larut seutuhnya di dalam air.

5. Tablet Hipodermik

Tablet ini digunakan melalui bawah kulit, dibuat dari bahan yang mudah larut.

6. Tablet Efervesent

Tablet yang menghasilkan gas, dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam efervesent atau bahan-bahan lain yang mampu menghasilkangas ketika bercampur dengan air. Misalnya penggabungan dengan logam karbonat atau bikarbonat dengan asam tartrat menghasilkan gas CO2


(12)

2.2 PembuatanTablet

Pada proses pembuatan tablet, zat berkhasiat dan zat tambahan, kecuali bahan pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak dapat mengisi cetakan tablet dengan baik. Jadi dengan dibuat granul, akan terjadi “free flowing”, mengisi cetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi “capping” (retak) (Anief, 1991).

Ada tiga metode pembuatan tablet, yaitu: a. Metode granuasil basah

Zat aktif dan eksipien dicampurkan, lalu dibuat cairan pengikat dalam alat campur. Pengeringan granul basah ± 50-60C dalam lemari pengering. Granul yang sudah kering diayak dengan ayakan ukuran 14-20 mesh dalam mesin granulator. Kemudian dicampur zat tambahan ke dalam mesin campur khusus, menjadi massa kempa. Massa kempa dikempa menjadi tablet jadi dalam mesin tablet.

b. Metode granulasi kering (slugging)

Campur semua bahan (zat aktif dan zat tambahan) atau hanya zat aktif saja dalam alat campur. Kemudian ayak bahan dengan mesin granulator. Campur granul dengan zat tambahan lain dalam mesin pencampur khusus menjadi massa kempa. Massa kempa dikempa menjadi tablet jadi dalam mesin tablet.

c. Kempa langsung

Campur semua bahan (zat aktif dan zat tambahan) dalam alat campur menjadi massa kempa. Massa kempa dikempa menjadi tablet jadi dalam mesin tablet.


(13)

Tablet memiliki kelebihan dibandingkan dengan sediaan padat lainnya, diantaranya :

1. Tablet merupakan bentuk sediaan oral dengan ukuran yang tepat. 2. Tablet mudah ditelan.

3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang mudah diproduksi secara besar-besaran.

4. Tablet dapat ditujukan untuk pelepasan khusus, seperti pelepasan diusus. 5. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang murah dan mudah untuk dikemas serta dikirim(Anief, 1991).

2.3 Evaluasi Tablet

Untuk menjamin mutu tablet maka dilakukan beberapa pengujian yaitu sebagai berikut:

a. Uji Kekerasan

Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi dan gaya kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan tablet meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu metode granulasi juga menentukan kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat yang digunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet(Ditjen POM, 1995).


(14)

b. Uji Kekerasan Bobot

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet-tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat yang sama. Keseragaman bobot dapat ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Kemudian timbang tablet satu persatu, tidak boleh 2 dari tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu tablet pun bobotnya menyimpang dari rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom B. jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dikolom A maupun kolom B(Dirjen POM 1995)

Tabel 1Penyimpangan Bobot Rata-rata

Bobot rata – rata

Penyimpanan bobot rata – rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%

151 mg sampai dengan 300 mg

7,5% 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%

c. Uji Keregasan

Cara ini untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi


(15)

hancur. Untuk menguji keregesan tablet digunakan alat Roche friabilator. Sebelum tablet dimasukkan kedalam alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudian tablet dimasukkan kedalam alat, lalu alat diopersikan selama empat menit atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persayaratan keregasan tablet harus harus lebih kecil dari 0.8%.

d. Uji Waktu Hancur

Peralatan uji waktu hancur terdiri dari empat keranjang yang mempunyai enam lubang yang terletak vertikal diatas ayakan mesh nomor 10 selama percobaan, tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang. Kemudian keranjang tersebut bergerak naik turun pada larutan transparan dengan kecepatan 29-32 putaran per menit. Interval waktu hancur adalah 5-30 menit. Tablet dikatakan hancur bila bentuk sisa tablet (kecuali bagian penyalut) merupakan massa dengan inti yang tidak jelas.

e. Uji Penetapan Kadar Zat Berkhasiat

Uji penetapan kadar zat berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak layak untuk dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi antara lain di Farmakope Indonesia.

f. Uji Disolusi

Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur, keregasan, keseragaman bobot dan penetapan kadar, belum tentu dapat menjamin bahwa


(16)

suatu obat memenuhi efek terapi, karna itu dilakukan uji disolusi pada setiap produksi tablet. Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan pada suatu medium. Disolusi menunjukkan jumlah bahan obat yang terlarut dalam waktu tertentu. Disolusi menggambarkan efek obat secara invitro, jika disolusi memenuhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat secara invivo(Dirjen POM, 1995).

2.4 Antalgin

Antalgin atau Levorphanol (nama generik) adalah salah satu obat pengurang rasa sakit. Antalgin bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam, dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin mepengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensitifitas reseptor rasa sakit dan termostat yang mengatur suhu tubuh. Obat ini hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala. Obat ini juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek analgetiknya lebih lemah dari efek analgetik. Obat ini juga tidak menimbulkan ketagihan (adiksi) dan efek samping sentral yang merugikan. Pada pemakaian yang teratur dalam jangka waktu yang panjang, antalgin dapat menimbulkan kasus agranulositosis fatal. Untuk mendeteksi hal tersebut, dianjurkan melakukan pengujian darah secara teratur(Rahardja, 2003).

2.4.1 Tinjauan umum Antalgin

Nama kimia : Natrium 2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4- metilaminometanasulfonat

Sinonim : - Metampiron - Dipiron


(17)

Rumus molekul : C13H16N3NaO4S.H2O Beratmolekul : 351,37

Pemerian : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan

Susut pengeringan : Tidak lebih dari 5,5 % pada suhu 1050C hingga bobot tetap Kelarutan : Larut dalam air dan HCl 0,02 N.

Antalgin mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % C13H16N3N-aO4S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

2.4.2 Analgetik-Antipiretik

Analgetik-antipiretik adalah zat-zat yang mampu mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri sekaligus menurunkan suhu tubuh. Nyeri adalah perasaan sensori yang tidak baik dan berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri dianggap sebagai tanda adanya gangguandijaringan seperti peradangan dan infeksi. Sedangkan demam pada umumnya adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri(Ganiswara,1981).

2.4.3 Farmakodinamika Antalgin

Sebagai analgetika, obat ini hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek analgetiknya jauh lebih lemah dari efek analgetik opiat, obat ini tidak menimbulkan ketagihan (adiksi) dan efek samping sentral yang merugikan. Analgetika bekerja secara sentral untuk meningkatkan kemampuan menahan nyeri. Analgesia yaitu suatu keadaan dimana setelah pemerian analgetik, bercirikan perubahan perilaku pada respon terhadap nyeri dan kemampuan yang berkurang untuk menerima impuls nyeri tanpa kehilangan kesadaran(Ganiswara, 1981).


(18)

2.4.4 Farmakologi Antalgin

Antalgin termasuk derivat metan sulfonat dari amidopyrin yang mudah larut dalam air dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral di otak dalam menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensitifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh(Ganiswara, 1981).

2.4.5 Efek Samping Antalgin

Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang lama, penggunaan obat-obat yang mengandung metampiron kadang-kadang dapat menimbulkan kasus agranulositosis fatal. Untuk mendeteksi hal tersebut, selama penggunaan obat ini perlu dilakukan uji darah secara teratur. Jika gejala tersebut timbul, penggunaan obat ini harus segera dihentikan(Ganiswara, 1981).

2.5 Tablet Antalgin

Tablet antalgin mengandung Metampiron, C13H16N3NaO4S.H2O tidak

kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket(Soekema, dkk.1987).

2.6 Metode Penetapan Kadar Antalgin 2.6.1 Iodimetri

Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku yang berlebihan (Sudjadi, 2007).

Penetapan kadar antalgin dilakukan secara iodimetri. Metode ini cukup akurat karna titik akhirnya jelas sehingga memungkinkan titrasi dengan larutan


(19)

titer yang encer yaitu 0,001N. Iodimetri dilakukan terhadap zat yang potensial reduksinya lebih rendah dari sistem larutan iodium(Sudjadi, 2007).

2.6.2. Prinsip Iodimetri

Titrasi iodimetri adalah titrasi langsung berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodin-iodida dimana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH 5-8). Pada antalgin gugus – SO3Na dioksidasi oleh I2 menjadi –SO4Na(Sudjadi, 2007).

2.6.3Larutan Pentiter

Pada titrasi iodimetri digunakan larutan iodin sebagai larutan titer. Larutan iodin sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam Kalium iodida pekat. Larutan titer iodin dibuat dengan melarutkan iodium kedalam larutan KI pekat. Latutan ini dibakukan dengan Arsen (III) oksida atau larutan baku Natrium tiosulfat(Sudjadi, 2007).

2.6.4 Indikator

Bila tidak terdapat zat pengganggu yang berwarna, sebenarnya larutan iodin masih dapat berfungsi sebagai indikator meskipun warna yang terjadi tidak sejelas KMnO4. Umumnya lebih disukai penggunaan larutan kanji sebagai

indikator yang dengan iodin membentuk kompleks berwarna biru cerah. Larutan kanji yang yang telah disimpan lama memberikan warna violet dengan iodium. Meskipun warna ini tidak mengganggu ketajaman titik akhir titrasi, tetapi larutan kanji yang baru perlu dibuat kembali(Sudjadi, 2007).


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi yang dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 1999).

Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian dan metode pembuatannya(Anief, 1999).

Antalgin adalah salah satu obat penguran rasa sakit. Antalgin juga dikenal sebagai metampiron. Antalgin berupa serbuk hablur berwarna putih atau putih kekuningan yang mudah larut dalam air dan cepat diserap kedalam tubuh. Antalgin bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan rasa nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Obat ini hanya efeftif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala. Obat ini juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek analgetiknya lebih rendah dari efek opiat. Obat ini tidak menimbulkan ketagihan (adiksi) dan efek samping sentral yang merugikan (Rahardja, 2007).

Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antalgin merupakan derivat sulfonat dari aminofenazon yang larut dalam air. Obat ini dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan kelainan darah yang adakalanya fatal. Karna bahaya


(21)

agranulositosis, obat ini sudah lama dilarang peredarannya dibanyak negara, antara lain Amerika Serikat, Swedia, Inggris dan Belanda(Rahardja, 2007).

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar dari suatu obat, tergantung dari stuktur kimia dan sifat kimia-fisikanya. Antalgin dapat ditentukan secara titrimetri yaitu dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi yang dilakukan secara langsung terhadap zat-zat yang potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium-iodida, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium (Rahardja, 2007).

Penetapan kadar terhadap tablet antalgin 500 mg perlu dilakukan karena jika tidak memenuhi syarat dapat membahayakan konsumen. Oleh karena itu penetapan kadar tablet antalgin perlu diperiksa apakah telah memenuhi syarat atau tidak, sehingga penulis tertarik untuk mengambil tugas akhir dengan judul”Penetapan Kadar Tablet Antalgin 500 mg Produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant MedanSecara Iodimetri”.


(22)

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Tujuan penetapan kadar antalgin ini adalah untuk mengetahui apakah kadar tablet antalgin 500 mg yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi V yang di lakukan secara titrasi iodimetri.

1.2.2 Manfaat

Untuk mengetahui apakah kadar tablet antalgin 500 mg yang di produksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia edisi V (1995).


(23)

PENETAPAN KADAR BAHAN BAKU ANTALGIN SECARA IODIMETRI ABSTRAK

Antalgin merupakan golongan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang mempunyai khasiat sebagai analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi. Antalgin merupakan obat yang banyak diresepkanuntuk menghilangkan rasa nyeri. Tujuan pengujian ini adalahuntuk menentukan kadar bahan baku antalgin yang akan digunakan dalam formulasi tablet antalgin secara iodimetri dengan larutan iodium sebagai pentiter dan kanji sebagai indikator.

Dari hasil pengujian rata-rata bahan baku antalgin adalah 97.78%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar bahan baku antalgintersebut memenuhi persyaratan suplemen I – Farmakope Indonesia Edisi V, yaitu tidak kurang dari 99.0% dan tidak lebih dari 101.0% dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.


(24)

PENETAPAN KADAR TABLET ANTALGIN 500 MG

PRODUKSI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT

MEDAN SECARA IODIMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH:

NURKHOLIJAH SIMBOLON NIM 132410015

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(25)

(26)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah mencurahkan berkat dan kasih-Nya serta menganugrahkan pengetahuan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir yang berjudul ‘‘Penetapan Kadar Tablet Antalgin 500 mg di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Secara Titrasi Iodimetri’’ yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt.,sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Popy Anjelisa Z Hasibuan, S.Si., M.Si., Apt., sebagai Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., sebagai Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Popi Patilaya, S.Si. M.Sc., Apt. selaku Wakil Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Juanita Tanuwijaya, M. Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan tugas akhir ini.


(27)

6. Ibu T. Ismanelly Hanum, S.Si., M. Si., Apt., selaku dosen penguji dan mengarahkan penulis dalam pembuatan tugas akhir ini.

7. Bapak Chairul Azhar Dalimunthe, Drs., M.SC., Apt., sebagai Dosen Penasehat Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal akademis setiap semester.

8. Bapak Drs. Beben Budiman, Apt., selaku Plant Manager PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan.

9. Bapak Rahmat Rasyidi, M.Si., Apt., selaku koordinator pembimbing praktek kerja lapangan yang telah membimbing dan memberikan saran serta petunjuk selama pelaksanaan PKL di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan. 10.Bapak dan Ibu dosen staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara atas semua ilmu, didikan dan bimbingan kepada penulis selama di perguruan tinggi ini.

11.Staf administrasi Fakultas Farmasi yang telah membantu kemudahan administrasi selama ini.

Teristimewa kepada kedua orangtua yang tercinta yaitu Ayahanda M. Oloan Simbolon dan Ibunda Maheran Lubis.Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Juni 2016

Penulis,

Nurkholijah Simbolon NIM 132410015


(28)

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertandatangan dibawah ini,

Nama : Nurkholijah Simbolon

Nomor Induk Mahasiswa : 132410015

Program Studi : D-III Analis Farmasi dan Makanan

Judul Tugas Akhir : Penetapan Kadar Tablet Antalgin 500 Mg Produksi PT. Kimia Farma (PERSERO) Tbk. Plant Medan Secara Iodimetri

Dengan ini menyatakan bakwa Tugas Akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain yang memperoleh gelar Ahli Madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya berseia menerima sanksi apapun oleh program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, 10 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

Nurkholijah Simbolon


(29)

PENETAPAN KADAR BAHAN BAKU ANTALGIN SECARA IODIMETRI ABSTRAK

Antalgin merupakan golongan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang mempunyai khasiat sebagai analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi. Antalgin merupakan obat yang banyak diresepkanuntuk menghilangkan rasa nyeri. Tujuan pengujian ini adalahuntuk menentukan kadar bahan baku antalgin yang akan digunakan dalam formulasi tablet antalgin secara iodimetri dengan larutan iodium sebagai pentiter dan kanji sebagai indikator.

Dari hasil pengujian rata-rata bahan baku antalgin adalah 97.78%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar bahan baku antalgintersebut memenuhi persyaratan suplemen I – Farmakope Indonesia Edisi V, yaitu tidak kurang dari 99.0% dan tidak lebih dari 101.0% dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.


(30)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tablet ... 4

2.1 Pembuatan Tablet ... 6

2.3 Evaluasi Tablet... 7

2.4 Antalgin ... 10

2.4.1 Tinjauan Umum Antalgin... 10

2.4.2 Analgetik-Antipiretik ... 11

2.4.3 Farmakodinamika Antalgin ... 11


(31)

2.4.5 Efek Samping Antalgin ... 12

2.5Tablet Antalgin ... 12

2.5Tablet Antalgin ... 12

2.6.1 Iodimetri ... 12

2.6.2 Prinsip Iodimetri ... 13

2.6.3 Larutan Pentiter ... 13

2.6.4 Indikator ... 13

BAB III METODE PENGUJIAN ... 14

3.1 Sampel yang diperriksa ... 14

3.2 Alat dan Bahan yang digunakan ... 14

3.2.1 Alat ... 14

3.2.3 Bahan ... 14

3.3 Pembuatan Preaksi ... 14

3.3.1 Pembuatan Larutan Standart I2 0.1N ... 14

3.3.2 Pembakuan Larutan Standart I2 0.1N ... 14

3.3.3 Indikator Kanji ... 15

3.4 Prosedur ... 15

3.4.1 Prosedur Penetapan Kadar Tablet Antalgin ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Hasil ... 16

4.2 Pembahasan ... 16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 17

5.1 Kesimpulan ... 17


(32)

(33)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Penyimpangan Bobot Rata-rata ... 7 2 Berat Tablet Antalgin Batch ... 19


(34)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Perhitungan Kadar rata-rata tablet antalgin ... 19 2 Gambar Alat dan hasil titrasi ... 21 3 Lembar kerja pemeriksaan tablet ... 22


(1)

vi

PENETAPAN KADAR BAHAN BAKU ANTALGIN SECARA IODIMETRI ABSTRAK

Antalgin merupakan golongan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang mempunyai khasiat sebagai analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi. Antalgin merupakan obat yang banyak diresepkanuntuk menghilangkan rasa nyeri. Tujuan pengujian ini adalahuntuk menentukan kadar bahan baku antalgin yang akan digunakan dalam formulasi tablet antalgin secara iodimetri dengan larutan iodium sebagai pentiter dan kanji sebagai indikator.

Dari hasil pengujian rata-rata bahan baku antalgin adalah 97.78%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar bahan baku antalgintersebut memenuhi persyaratan suplemen I – Farmakope Indonesia Edisi V, yaitu tidak kurang dari 99.0% dan tidak lebih dari 101.0% dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Kata kunci : Antalgin, Bahan baku, Iodimetri


(2)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tablet ... 4

2.1 Pembuatan Tablet ... 6

2.3 Evaluasi Tablet... 7

2.4 Antalgin ... 10

2.4.1 Tinjauan Umum Antalgin... 10

2.4.2 Analgetik-Antipiretik ... 11

2.4.3 Farmakodinamika Antalgin ... 11

2.4.4 Farmakologi Antalgin ... 12


(3)

viii

2.4.5 Efek Samping Antalgin ... 12

2.5Tablet Antalgin ... 12

2.5Tablet Antalgin ... 12

2.6.1 Iodimetri ... 12

2.6.2 Prinsip Iodimetri ... 13

2.6.3 Larutan Pentiter ... 13

2.6.4 Indikator ... 13

BAB III METODE PENGUJIAN ... 14

3.1 Sampel yang diperriksa ... 14

3.2 Alat dan Bahan yang digunakan ... 14

3.2.1 Alat ... 14

3.2.3 Bahan ... 14

3.3 Pembuatan Preaksi ... 14

3.3.1 Pembuatan Larutan Standart I2 0.1N ... 14

3.3.2 Pembakuan Larutan Standart I2 0.1N ... 14

3.3.3 Indikator Kanji ... 15

3.4 Prosedur ... 15

3.4.1 Prosedur Penetapan Kadar Tablet Antalgin ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Hasil ... 16

4.2 Pembahasan ... 16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 17

5.1 Kesimpulan ... 17

5.2 Saran ... 12


(4)

ix

DAFTAR PUSTAKA ... 18


(5)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Penyimpangan Bobot Rata-rata ... 7 2 Berat Tablet Antalgin Batch ... 19


(6)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Perhitungan Kadar rata-rata tablet antalgin ... 19 2 Gambar Alat dan hasil titrasi ... 21 3 Lembar kerja pemeriksaan tablet ... 22