BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai peran keluarga dan pengetahuan remaja putri tentang menstruasidi SMP An-
Nizam Kecamatan Medan Denai Tahun 2015. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 di SMP An-Nizam Kecamatan Medan Denai dengan
jumlah responden sebanyak 44 orang.
5.1 Gambaran Umum Sekolah
SMP An-Nizam Medan adalah sekolah Islam yang berdiri pada tahun 2001 merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang diharapkan kedepan mampu
menciptakan dan membentuk insan yang beriman, berilmu, bertaqwa dan beraakhlaqul karimah yang sehat terampil dan mahir. SMP An-Nizam beralamat
Jl. Tuba IIPerjuangan No.62 Medan, Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Kecamatan Medan Denai, Kabupaten Medan. Dengan Akreditasi A Amat Baik.
Dengan kegiatan belajar mengajar pagi dan kegiatan Ekstrakurikuler yaitu Pramuka, Sekolah Sepak Bola SSB, Nasyid, dan Teater. Fasilitas sekolah adalah
Lab. Komputer, Lab. IPA, Lab Bahasa, Lapangan Olahraga, Perpustakaan, Aula, Tempat Ibadah Masjid.
5.2 Hasil Penelitian 5.2.1 Deskriptif Karakteristik Responden
Responden penelitian ini merupakan siswi remaja putri dari SMP An- Nizam Kecamatan Medan Denai. Jumlah seluruh perolehan responden penelitian
42
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 44 orang remaja putri yang sudah mendapatkan menstruasi, seluruh responden beragama Islam. Karakteristik responden menunjukkan bahwa 41
responden mendapatkan menstruasi pertama menarche pada usia 12 tahun, responden terbanyak pada kelas 7-A yaitu 19 orang 43,2, berusia 12 tahun
65,9, pekerjaan orangtua wiraswasta 56,8, suku bangsa batak 45,5, pendidikan terakhir orangtua sarjana 50,0. Deskriptif karakteristik responden
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Menurut Karakteristik
Individu Remaja Putri di SMP An-Nizam Kecamatan Medan Denai n=44. Data Demografi
Frekuensi
Kelas 7-A
19 43,2
7-B 13
29,5 7-C
12 27,3
Usia 11 tahun
12 27,3
12 tahun 29
65,9 13 tahun
3 6.8
Pekerjaan Orangtua Wiraswasta
25 56,8
PNSTNIPOLRI 13
29,5 Karyawan
6 13,6
Suku Batak
20 45,5
Jawa 10
22,7 Minang
9 20,5
Melayu 5
11,4 Pendidikan Orangtua
SD 1
2.3 SMP
1 2,3
SMA 20
45,5 SARJANA
22 50,0
Total 44
100
Universitas Sumatera Utara
5.2.2 Peran Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian peran keluarga pada remaja putri tentang menstruasi menunjukkan bahwa peran keluarga baik 10 responden 22,7, peran
keluarga cukup 28 responden 63,6 dan peran keluarga kurang 6 responden 13,6. Hasil analisis data peran keluarga dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Deskriptif Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Peran Keluarga n=44.
Peran Keluarga Frekuensi n
Persentase
Baik 10
22,7 Cukup
28 63,6
Kurang 6
13,6 Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase dari setiap pertanyaan pada
pertanyaan-pertanyaan peran keluarga menunjukkan bahwa 70,5 orangtua menjadi contoh kepada remaja putri tentang bagaimana cara membersihkan darah
menstruasi dan menjaga kebersihannya. Dapat dilihat pada tabel 3.
Table 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden Pernyataan
Peran Keluarga kepada remaja putri tentang menstruasi n=44 No.
Pernyataan Ya
Tidak f
f
1. Orangtua memberikan informasi
25 56,8 19 43,2
tentang menstruasi sejak usia 10 tahun 2.
Orangtua tidak menjelaskan bahwa 25 56,8
19 43,2 menstruasi adalah kejadian alamiah dan
tidak perlu dikhawatirkan 3.
Orangtua memberikan pendidikan 21 47,7
23 52,3 reproduksi dari usia 10 tahun
4. Orangtua menjadi contoh tentang
28 63,6 16 36,4
bagaimana cara membersihkan darah menstruasi dan menjaga kebersihannya
Universitas Sumatera Utara
No. Pernyataan
Ya Tidak
f f
5. Orangtua selalu menjelaskan
31 70,5 13 29,5
dengan baik tentang pentingnya menjaga diri dari perilaku pelecehan seksual dan
seks bebas 6.
Orangtua memberitahu bahwa selama 26 59,1
18 40,9 menstruasi tidak diperbolehkan shalat dan
puasa 7.
Orangtua tidak memberikan penjelasan 28 63,6
16 36,4 tentang bagaimana perawatan selama
menstruasi 8.
Orangtua memberikan penjelasan 24 54,5
20 45,5 tentang keluhan fisik nyeri pinggang
dan timbul jerawat yang terjadi selama masa menstruasi adalah alamiah
9. Ibu memberikan informasi keluhan
20 45,5 24 54,5
psikis seperti kaget dan takut yang terjadi selama masa menstruasi
10. Ibu tidak memberikan penjelasan
27 61,4 17 38,6
Tentang bagaimana merawat tubuh terutama bagian kemaluan
11. Ibu memberi tahu mengganti pembalut
20 45,5 24 54,5
selama menstruasi 4-5 kali dalam sehari 12.
Mengetahui batasan-batasan apa yang 27 61,4
17 38,6 boleh dan yang tidak boleh dilakukan selama
menstruasi dari orangtua saya 13.
Orangtua tidak menjelaskan bahwa 24 54,5
20 45,5 setelah mendapatkan menstruasi seorang
wanita dikatakan telah dewasa 14.
Ibu memberi tahu kepada saya bahwa 28 63,6
16 36,4
Universitas Sumatera Utara
menstruasi tidak perlu dicemaskan 15.
Orangtua tidak membimbing 21 47,7
23 52,3 dan mendampingi saya saat mendapatkan
menstruasi pertama menarche
5.2.3 Pengetahuan tentang Menstruasi
Hasil data penelitian menunjukkan bahwa remaja putri yang memiliki pengetahuan tentang menstruasi baik 8 responden 18,2 pengetahuan cukup 25
responden 56,8 dan pengetahuan kurang 11 responden 25,0. Hasil analisis data pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Deskriptif Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Pengetahuan tentang
Menstruasi n=44. Pengetahuan
Frekuensi n Persentase
Baik 8
18,2 Cukup
25 56,8
Kurang 11
25,0 Distribusi jawaban responden pada pengetahuan menstruasi remaja putri
tentang menstruasi dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini:
Tabel 5 Distribusi Jawaban Pengetahuan Remaja Putri tentang Menstruasi
n=44. No.
Pengetahuan tentang Benar
Salah menstruasi
f f
1. Pengertian menstruasi
18 40,9 26 59,1
2. Proses terjadinya menstruasi
15 34,1 29 65,9
3. Usia berapa menstruasi terjadi
24 54,5 20 45,5
4. Lamanya waktu menstruasi
23 52,3 21 47,7
5. Lamanya siklus menstruasi normal
19 43,2 25 56,8
6. Waktu mengganti pembalut selama
22 50,0 22 50,0
Universitas Sumatera Utara
menstruasi 7.
Cara untuk menjaga kebersihan saat 25 56,8 19 43,2
menstruasi
No. Pengetahuan Menstruasi
Benar Salah
f f
8. Pencegahan infeksi pada organ
25 56,8 19 43,2
kelamin saat menstruasi 9.
Faktor yang mempengaruhi 21 47,7
23 52,3 kelancaran pengeluaran menstruasi
10. Kegiatan yang tidak dapat
23 52,3 21 47,7
atau tidak boleh dilakukan saat menstruasi
11. Menstruasi merupakan
24 54,5 20 45,5
serangkaian perubahan yang terjadi 12.
Gangguan yang sering 19 43,2
25 56,8 terjadi menjelang menstruasi
13. Tanda kedewasaan seorang
24 54,5 20 45,5
wanita 14.
Mencegah terjadinya gangguan 23 52,3
21 47,7 menstruasi
15. Gejala terjadi saat menstruasi
22 50,0 12 50,0
5.2.4 Hubungan Peran Keluarga dengan Pengetahuan Remaja Putri tentang Menstruasi
Korelasi Spearman digunakan untuk menguji hipotesa hubungan antara dua variabel, untuk melihat kuat lemahnya hubungan dan arah hubungan antara
dua variabel. Dengan menggunakan hitungan statistik yang sesuai, yaitu apabila pValue
˂0,05 maka, terdapat korelasi yang signifikan yaitu ada hubungan peran keluarga dengan pengetahuan remaja putri tentang menstruasi. Dan apabila
Universitas Sumatera Utara
pValue ˃ 0,05 maka, tidak terdapat korelasi yang signifikan yaitu tidak ada
hubungan peran keluarga dengan pengetahuan remaja putri tentang menstruasi. Dengan nilai koefisien korelasi r antara ± 0,00 sampai ±1,00 dengan arah
hubungan positif dan negatif. Berdasarkan hasil penelitian analisa datadalam penelitian ini, didapatkan
bahwa nilai koefisien korelasi Spearman dengan nilai r=0,655 dan pValue = 0.000. Hubungan antara peran keluarga dengan pengetahuan remaja putri tentang
menstruasi dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Hasil Analisa Korelasi Peran Keluarga dengan Pengetahuan Remaja Putri
tentang Menstruasi Di SMP An-Nizam
Variabel Variabel
r ρ
Peran Keluarga pada Pengetahuan
0.655 0.000
masa mensruasi anak remaja putri
tentang menstruasi 5.3 Pembahasan
Pembahasan hubungan peran keluarga dengan pengetahuan remaja putri tentang menstruasi di sekolah SMP An-Nizam Kecamatan Medan Denai dengan
responden 44 orang didapatkan sebagai berikut:
5.3.1 Peran Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa peran keluarga pada remaja putri tentang menstruasi adalah baik 10 responden 22,7, cukup 28
respoden 63,6, kurang 6 responden 13,6. Sejalan dengan hasil penelian Belian 2012 menunjukkan bahwa peran
orang tua dalam pendidikan menstruasi adalah peran orangtua kategori baik
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 16 responden 18,4 dan cukup sebanyak 71 responden 81,6. Responden dengan peran orang tua dalam pendidikan menstruasi sebagian besar
memiliki perilaku baik saat menstruasi sebanyak 18 siswi 20,7, responden sebagian besar memiliki perilaku cukup saat menstruasi sebanyak 53 siswi
60,9 dan tidak ada responden dengan peran orang tua memiliki kategori kurang. Bahwa peran orangtua yang kurang yaitu disebabkan karena gangguan
komunikasi antara anak-orang tua, informasi yang kurang dari orangtua tentang kesehatan reproduksi pada remaja perempuan.
Pada hasil penelitian Belian 2012 banyaknya faktor yang mempengaruhi peran orang tua dalam pendidikan menstruasi dan dikarenakan kurangnya peran
yang intensif dari orang tua dalam memberikan pendidikan menstruasi serta kemauan dalam mencari informasipengetahuan yang kurang kritis dan kurang
memanfaatkan fasilitas yang ada, sehingga hasil penelitian peran orang tua dalam pendidikan menstruasi pada siswi kelas VIII di SMP N 1 Banguntapan Bantul
didapatkan hasil yaitu paling banyak peran orang tua dalam memberikan pendidikan menstruasi dengan kategori cukup.
Orangtua khusunya ibu diharapkan mampu untuk memberikan informasi dan pelatihan moral bagi pemahaman dan pengembangan seksual remaja putri,
terutama tentang menstruasi. Ibu merupakan sumber informasi yang paling penting tentang masalah menstruasi. Ibu dapat memberikan keterangan spesifik
yang sederhana, misalnya seberapa sering menstruasihaid terjadi, berapa lama berlangsungnya atau seberapa banyak darah yang keluar dan bagaimana cara
menggunkan pembalut Belian, 2012
Universitas Sumatera Utara
Interaksi yang baik dan bimbingan yang baik antara orangtua dengan anak akan membentuk atau memberikan pengetahuan yang baik juga kepada anak.
Orangtua sangat berperan dalam mendidik dan membimbing anak untuk hidup dalam masyarakat. Keluarga dapat menjadi tempat untuk bertukar informasi
didalam rumah. Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak sedang mengembangkan jati diri dan melalui proses pencarian identitas diri. Dengan
demikian orangtua selayaknya membuka kesempatan yang selebar-lebarnya untuk menumbuhkan kemampuan anak dalam mengurus dirinya dan dapat menjalankan
fungsi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab. Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 44 responden yang diteliti,
ditemukan mayoritas responden menjawab Ya 70,5 bahwa orangtua mereka menjadi contoh tentang bagaimana cara membersihkan darah menstruasi dan
menjaga kebersihannya. Hasil penelitian Dian 2014 menunjukkan bahwa dari 74 siswi diketahui sebanyak 44 siwi 59,5 berperilaku baik dalam perawatan diri
saat menstruasi dan sebanyak 28 siswi 37,8 berperilaku cukup sedangkan berperilaku kurang yaitu 2 siswi 2,7. Orangtua khusunya ibu mempunyai
peranan yang besar dalam memberikan informasi dan pengetahuan tentang menstruasi pertama menarche pada remaja putri. Pengetahuan yang dapat
diberikan kepada remaja putri tentang menstruasi pertama berupa pengetahuan tentang proses terjadinya menstruasi secara biologis, dukungan emosional,
dukungan psikologis dan dapat menjadi contoh kepada remaja tentang bagaimana cara perawatan selama menstruasi Aboyeji, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Peran orang tua sangat diperlukan untuk memberikan informasi kepada anak perempuannya tentang menstruasi, sehingga anak bisa melewati masa
menstruasi pertama menarche pada usia dini dan terjaga kesehatan reproduksinya. Selain itu orang tua merupakan orang terdekat bagi anak untuk
melakukan komunikasi dan orang tua juga merupakan pendidik utama, pendidik yang pertama dan yang terakhir bagi anaknya. Agar anak tidak mendapatkan
informasi yang keliru mengenai kesehatan reproduksi maka peran orang tua sangat diharapkan Masysaroh, 2004.
5.3.2 Pengetahuan Remaja Putri tentang Menstruasi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang menstruasi adalah baik 8 responden 18,2, memiliki pengetahuan
cukup 25 responden 56,8, dan memiliki pengetahuan kurang 11 responden 25,0. Pengetahuan remaja putri tentang menstruasi yaitu meliputi mengetahui
bagaimana terjadinya menstruasi, kapan normal terjadinya menstruasi, berapa lama siklus menstruasi terjadi, bagaimana cara untuk menjaga kebersihan alat
kelamin selama menstruasi dan gangguan-gangguan yang terjadi menjelang menstruasi.
Pengetahuan responden tentang menstruasi kategori cukup dapat di kaitkan dengan data demografi hasil penelitian yaitu mayoritas responden
memiliki pendidikan orangtua sarjana 50,0, pekerjaan orangtua mayoritas Wiraswasta 56,8, dan usia remaja putri mayoritas adalah 12 Tahun 65,9,
hal ini sesuai dengan usia Sekolah Menengah Pertama yaitu pada usia 11-14 Tahun Hurlock,2007. Hal ini terlihat bahwa pendidikan,pekerjaan dan
Universitas Sumatera Utara
pengalaman mempengaruhi pengetahuan ibu dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi pada remaja putri terutama dalam menghadapi menstruasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah status ekonomi, pendidikan, budaya dan pengalaman. Apabila status ekonomi baik, tingkat
pendidikan akan tinggi, diiringi oleh peningkatan pengetahuan. Budaya berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan karena informasi yang baru akan
disaring dan disesuaikan dengan budaya yang ada serta agama yang dianut, pendidikan tinggi akan berpengaruh pada penerimaan hal-hal baru dan dapat
menyesuaikan diri dengan hal baru tersebut. Pengalaman berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas dan
semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan bertambah Notoadmojo, 2010.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Iis 2012 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja putri saat menstruasi adalah Baik 7 orang 23,33,
remaja berpengatahuan cukup 25 orang 66,67 sedangkan remaja putri berpengatuhan kurang saat menstruasi adalah 3 orang 10. Tingkat
pengetahuan siswi tentang menstruasi dengan kategori cukup yaitu sebanyak 25 orang 66,67 hal tersebut disebabkan karena kurangnya informasi dan
pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dan kurangnya informasi karena faktor lingkungan keluarga dan usia remaja yang baru menginjak remaja awal.
Hasil penelitian Leliana 2010 menunjukkan remaja putri berpengetahuan cukup dalam menghadapi menstruasi sebanyak 98 orang 52,1, responden
Universitas Sumatera Utara
berpengetahuan kurang pada remaja putri dalam menghadapi menstruasi sebanyak 5 orang 2,7 dan responden berpengatahuan baik sebanyak 85 orang 45,2.
Berdasarkan hasil penelitian Ernora 2010, dari 188 responden yang diteliti ditemukan responden berpengetahuan cukup tentang menstruasi sebanyak
98 orang 52,1 dan minoritas responden berpengetahuan baik tentang menstruasi sebanyak 85 orang 45,2. Hal ini dikarenakan responden masih
kurang mengetahui tentang menstruasi. Orangtua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan
mampu mendidik, membimbing anaknya dalam memberikan pendidikan reproduksi sesuai dengan usia anak. Orangtua juga mampu memberikan
pengetahuan yang baik kepada anak perempuannya tentang bagaimana caranya menjaga diri dari pelecehan seksual dan seks bebas.Dan orangtua juga diharapkan
mampu memberikan wawasan yang luas kepada anak perempuannya masalah mesntruasi, misalnya pada perawatan genetalia dan pengetahuan tentang merawat
tubuh terutama daerah kelamin.
5.3.3 Hubungan Peran Keluarga dengan Pengetahuan Remaja Putri tentang Menstruasi
Berdasarkan hasil penelitian pada remaja putri usia 11-14 tahun di sekolah SMP An-Nizam Kecamatan Medan Denai dengan menggunakan uji statistik
Spearman dengan responden 44 orang diperoleh nilai r = 0,655 yaitu interprestasi kuat dengan pValue = 0.000 p0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan
bermakna antara peran keluarga dengan pengetahuan remaja putri tentang
Universitas Sumatera Utara
menstruasi dengan interprestasi kuat. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian Ha diterima.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ayu 2010, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara dukungan soaial dengan kesiapan menghadapi
menstruasi pada siswi kelas VII di SMP 1 Playen Gunungkidul dan desain yang digunakan observasi analitik menyatakan bahwa sebagian besar responden
65,4 sebanyak 17 siswi mempunyai tingkat kategori dukungan sosial cukup, 15,4 responden sebanyak 4 siswi yang berada pada tingkat kategori dukungan
sosial yang baik dan 19,2 sebanyak 5 siswi yang berada pada tingkat kategori dukungan sosial kurang. Dukungan yang diberikan orangtua pada siswi SMP 1
Playen berjumlah 41. Orangtua siswi kurang berperan aktif dalam mempersiapkan anak putrinya dalam menghadapi menstruasi. Hal ini disebabkan
oleh kesibukan orangtua dengan aktifitasnya sehingga menyebabkan tidak memiliki waktu luang bersama anak dan mengikuti perkembangan anak dari hari
ke hari. Siswi kelas VII di SMP 1 Playen lebih banyak mendapatkan dukungan dalam menghadapi menstruasi dari guru 59 . Jenis dukungan sosial yang
paling dominan diterima oleh siswi kelas VII SMP 1 Playen adalah dukungan informasi 37,7. Hal ini disebabkan karena siswi kurang aktif dalam mencari
informasi sehingga informasi yang didapat oleh siswi hanya sebatas nasehat, saran ataupun petunjuk baik itu dari guru, orangtua maupun teman sebaya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eriska 2008 dengan tujuan untuk mengetahui kesiapan siswi remaja putri dalam menghadapi menarche di SLTP
Kemala Bhayangkara I Medan Tahun 2007 dan desain yang penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan deskriptif menyatakan bahwa peran ibu remaja putri tentang memberitahu cara membersihkan haid sebagian besar dari ibu sebanyak 47 orang
47,5, dan paling sedikit adalah dari teman sebanyak 9 orang 9,1. Menurut Aryani dalam Eriska 2008, mengemukakan bahwa kesehatan reproduksi tidak
dapat dipisahkan dari kesehatan secara umum sehingga upaya untuk mempertahankan kondisi prima dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung
oleh perilaku hidup bersih dan sehat. Beberapa cara memelihara kesehatan sistem reproduksi yaitu: penggunaan pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang
terbuat dari bahan yang menyerap keringat; penggunaan handuk tidak digunakan lebih dari satu minggu; remaja putri harus membiasakan diri untuk membersihkan
vulva setiap setelah buang air kecil atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar-benar kering sebelum mengenakan pakaian dalam; remaja putri harus
memakai pembalut wanita yang bersih saat menstruasi; tidak melakukan hubungan seksual pranikah.
Peran keluarga dalam menghadapi anak perempuannya yang mengalami menstruasi pertama menarche sangatlah penting. Orangtua merupakan sumber
informasi pertama di dalam keluarga. Orangtua merupakan pendidik dan pembimbing di dalam keluarga, dengan orangtua memberikan informasi yang
baik dan cukup kepada anak tentang menstruasi maka seorang anak perempuan akan mengetahui lebih banyak informasi dari keluarganya. Seorang anak akan
mendapatkan pengetahuan dari sekolahnya tentang menstruasi tetapi jika keluarga memberikan pengetahuan yang lebih dan wawasan yang lebih luas kepada anak
perempuannya tentang menstruasi dan dapat menjadi contoh kepada anak
Universitas Sumatera Utara
perempuannya tentang bagaimana menjaga kebersihan selam menstruasi, seorang anak akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dari anak remaja lainnya.
Dengan demikian peran keluarga khusunya ibu, sangatlah penting untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang memadai mengenai menstruasi
kepada putrinya. Sejalan dengan Setiawati 2008, mengemukakan bahwa peran sebagai ibu
yaitu ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh, pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu
anggota kelompok sosial, dan dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN