Hubungan Kenaikan Berat Badan, LLA dan Kadar Hb Ibu Hamil

commit to user 32 memiliki nilai mean 23.87 dengan SD 1.795 artinya bahwa ada pertambahan ukuran LLA sebesar 25.68-23cm= 2.68cm. Dalam penelitian ini juga ditemukan ibu hamil trimester III yang menderita KEK yang diukur dengan LLA sebesar 22.08cm ada sebanyak 10 orang 33.33. Status anemia ibu yang diukur dengan kadar Hb menunjukkan nilai mean 11.23 dengan SD 1.104 artinya ada ibu hamil yang menderita anemia dengan kadar Hb 10.13 gdl sebanyak 9orang 30. Hasil pengamatan terhadap Berat Bayi Lahir BBL dari 30 ibu hamil yang ditemui menunjukkan bahwa BBL memiliki nilai mean 2.643 dengan SD 0.461 artinya berat bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil di tiga puskesmas ternyata paling rendah berat badan saat lahir adalah 2.18 kg dan yang paling besar adalah 3.1 kg Table 4.3.

B. Hubungan Kenaikan Berat Badan, LLA dan Kadar Hb Ibu Hamil

Trimester III dengan Kejadian BBLR Untuk mengetahui adanya hubungan kenaikan berat badan, LLA dan kadar Hb ibu hamil Trimester III dengan kejadian BBLR di Puskesmas Gajahan, Purwodiningratan, dan Ngoresan di Kota Surakarta digunakan uji statistik Chi Square . commit to user 33 1. Kenaikan berat badan ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi Tabel 4.4 Perbedaan Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah dengan Kenaikan Berat Badan Ibu Kenaikan BB ibu Berat Badan Lahir Bayi OR X 2 p 2500g ≥2500g Total Kurang Lebih 5 62.5 3 13.6 3 37.5 19 86.4 8 100 22 100 10.56 7.16 0.007 Tabel 4.4 menunjukkan persentase bayi dengan BBLR lebih tinggi pada ibu dengan kenaikan berat bedan yang kurang daripada ibu dengan kenaikan berat badan yang lebih dari 6 kg selama trimester III. Ibu dengan kenaikan berat badan yang kurang dari 6 kg selama trimester III memiliki risiko untuk melahirkan bayi BBLR 10 kali lebih besar daripada ibu dengan kenaikan berat badan lebih, dan peningkatan risiko tersebut secara statistik signifikan OR=10; p0.007. commit to user 34 2. LLA ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi Tabel 4.5 Perbedaan Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah dengan LLA Ibu LLA ibu Berat Badan Lahir Bayi OR X 2 p 2500g ≥2500g Total Gizi buruk Gizi baik 6 60 2 10 4 40 18 90 10 100 20 100 13.5 8.52 0.004 Tabel 4.5 menunjukkan persentase bayi dengan BBLR lebih tinggi pada ibu dengan gizi buruk daripada ibu dengan gizi baik. Ibu dengan status gizi buruk memiliki risiko untuk melahirkan bayi BBLR 13.5 kali lebih besar daripada ibu dengan gizi baik, dan peningkatan rasiko tersebut secara statistik signifikan OR=13.5; p0.004. 3. Hb ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi Tabel 4.6 Perbedaan Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah dengan Kadar Hb Ibu Hb ibu Berat Badan Lahir Bayi OR X 2 p 2500g ≥2500g Total Anemia Tidak anemia 5 55.6 3 14.3 4 44.4 18 85.7 9 100 21 100 7.5 5.49 0.019 Tabel 4.6 menunjukkan persentase bayi dengan BBLR lebih tinggi pada ibu dengan anemia kadar Hb 11grdl daripada ibu yang tidak mengalami anemia. Ibu dengan anemia memiliki risiko untuk commit to user 35 melahirkan bayi BBLR 7.5 kali lebih besar daripada ibu dengan kadar Hb nomal yaitu ≥11grdl, dan peningkatan risiko tersebut secara statistik signifikan OR=7.5; p0.019. 4. Uji Multivariat. Dari hasil perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 16.403 dengan p-value = 0.000 yang berarti ada pengaruh sangat nyata sangat bermakna antara kenaikan berat badan ibu, lingkar lengan atas ibu dan kadar hemoglobin ibu selama trimester III terhadap berat badan lahir bayi. commit to user 36

BAB V PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu dengan berat badan lahir bayi yang dilahirkan p0.05. Sebagian besar kenaikan berat badan ibu yang lebih dari 6 kg selama trimester III mempunyai bayi dengan berat badan lahir normal sebesar 86.4. Sementara ibu hamil yang memiliki kenaikan berat badan kurang dari 6 kg melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah sebesar 62.5. Rush 2001 mengemukakan bahwa kemungkinan hidup seorang bayi secara sederhana dapat dihubungkan dengan status gizi makro ibunya, dengan asumsi bahwa peningkatan asupan zat gizi makro akan meningkatkan berat badan ibu. Pada akhirnya BB ibu hamil akan meningkatkan pertumbuhan janin, sehingga bayi mempunyai kemungkinan lebih besar untuk lahir hidup dengan berat badan cukup. Ogunyemi dkk 1998 menyatakan bahwa ada hubungan antara status gizi dan kenaikan berat badan ibu hamil dengan keadaan bayi perinatal dan berat lahirnya. Jadi status gizi normal dan kenaikan berat badan pada ibu hamil berhubungan dengan penurunan komplikasi bayi perinatal dan mengoptimalkan berat badan bayi. Demikian juga menurut Merchant dkk 1999 yang menyatakan bahwa status gizi ibu adalah salah satu hal yang menjadi pertimbangan penting sebagai indikator terhadap hasil kelahiran birth outcome . Ibu yang kurus dan selama kehamilannya disertai penambahan berat badan yang kurang atau turun sampai 10 kg, mempunyai risiko paling tinggi untuk