ini untuk meraup keuntungan dari kunjungan wisatawan ke DIY untuk liburan Natal dan Tahun Baru. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa wisatawan yang akan berkunjung ke
DIY pada masa-masa liburan seperti Natal dan Tahun Baru harus memesan hotel atau penginapan jauh-jauh hari sebelumnya agar tidak kehabisan tempat. Tingkat okupasi di DIY
pada masa-masa liburan panjang seperti Lebaran dan Tahun Baru umumnya mencapai 100. Selama bulan November dan Desember 2010, tingkat hunian semua hotel, berbintang
dan melati, merosot tajam, hanya terisi sekitar 30-40. Pada dua minggu pertama setelah erupsi besar awal November 2010 disusul ditutupnya Bandara Adi Sucipto Yogyakarta,
tingkat hunian hotel-hotel di provinsi ini hanya sekitar 10. Sampai beberapa bulan di awal tahun 2011, tingkat hunian kamar hotel di Provinsi DIY masih menunjukkan penurunan
dibandingkan bulan-bulan yang sama pada tahun 2010 lalu, walapun setelah Februari 2011 sudah menunjukkan peningkatan dalam prosentase tingkat hunian hotel.
d. Hilangngya Obyek dan Daya Tarik Wisata
Kehilangan obyek dan daya tarik wisata sebagai akibat langsung dari erupsi Gunung Merapi hanya dialami oleh Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman kehilangan dua desa
wisata unggulan mereka yang tersapu awan panas Gunung Merapi, yaitu Desa Wisata Kinahrejo dan Desa Wisata Petung. Selain itu kawasan Kaliadem yang juga merupakan salah
satu daya tarik wisata juga hilang tersapu lahar panas dan lahar dingin sesuai dengan data tertulis dari Bapak Yudo, Kasi ODTW Disparbud, Kabupaten Sleman, 28 Juli 2011.
Walaupun sekarang dua desa wisata yang hilang ini mulai dikunjungi oleh wisatawan yang ingin melihat langsung kedahsyatan awan panas Gunung Merapi yang menghancurkan
desa-desa ini, jelas pendapatan dari kunjungan wisatawan baru ini tidak sebanding dengan pendapatan rutin dari kunjungan sebelumnya sewaktu Kinahrejo dan Petung masih eksis
sebagai desa wisata. Bahwa sekarang sudah ada
volcano tour
ke berbagai wilayah di Kaliurang yang disapu awan panas seperti Desa Umbulharjo dan Kepuharjo dipandang hanya
sebagai dampak ikutan langsung dari erupsi Gunung Merapi yang belum bisa dijadikan pegangan ke depan sebagai andalan pariwisata di kawasan Kaliurang.
e. Citra Yogyakarta sebagai Kota yang Berbahaya
Penurunan tingkat hunian hotel ini lebih disebabkan oleh rasa takut, trauma, dan kekahwatiran terhadap abu panas, erupsi-erupsi lanjutan, dan debu vulkanik yang
menyesakkan. Selain itu, pemberitaan media yang sangat intensif bahkan cenderung berlebihan tentang kondisi Provinsi DIY turut berperan besar dalam menciptakan citra bahwa
Yogya tidak aman bagi wisatawan. Tak terhitung pembatalan dan penundaan kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara ke DIY pasca erupsi Gunung Merapi akibat ketakutan
berlebihan tentang kondisi DIY pasca erupsi. Bahkan salah satu stasiun televisi swasta sempat membandingkan Yogyakarta dengan Pompeii, sebuah kota kuno pada zaman Romawi
yang terletak dekat Napoli Italia, yang akhirnya terkubur habis akibat letusan Gunung Visuvius pada tahun 79 Masehi. Cerita dan liputan lansung serta tidak langsung dari hamper
semua media cetak dan elektronik di Indoensia dan dunia diyakini telah mempengaruhi calon wisatawan untuk menunda dan atau membatalkan kunjungan mereka ke Yogyakarta. Citra
Yogyakarta sebagai kota yang
adem ayem
dan aman menjadi sangat buruk di mata wisatawan.
f. Kerugian Dunia Pariwisata