1. Kesimpulan 2. Saran 5. Kategori Karyawan

108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Budaya korporasi yang ditanam pada diri masing – masing karyawan akan berdampak suatu nilai loyalitas bagi perusahaan. Budaya korporasi yang dibangun semata untuk melindungi para karyawan dari kesalahan – kesalahan bekerja. Para karyawan mengikuti setiap budaya kerja yang ada di lingkungan Divisi Sei Merah secara temurun. Meskipun ada kebijakan yang baru dari pemilih saham baru para karyawan Divisi Sei Merah juga mengikuti kebijakan yang baru tersebut. Seluruh karyawan mengikuti bagaimana budaya korporasi di PT. PP. Lonsum Sei Merah dengan loyalitas. Universitas Sumatera Utara 109

5. 2. Saran

Melihat komposisi karyawan yang beragam, perusahaan harus tetap menggunakan budaya local dalam membentuk budaya korporasi perusahaan tersebut. Tindak nepotisme masih kuat dalam penerimaan karyawan di PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. di Sei Merah Estate. Hal tersebut membuat ketidak profesionalan dalam penerimaan karyawan. Tidak adanya penghargaan bagi karyawan harian PW meskipun waktu yang kerja yang berlebih harus lah diberi penghargaan. Pengawasan karyawan harus ada suatu tim yang dibentuk untuk menyalurkan anspirasi antara karyawan dengan staf dan pemimpin perusahaan. Beban kerja yang tidak berimbang dengan upah yang akan didapat membuat para karyawan banyak yang kurang semangat dalam bekerja. Fasilitas Kantor Divisi Sei Merah harus diperbaharui dari segi komunikasi dan teknologi informasinya. Konsisten, konsekuen, dan komitmen yang tertanam dalam diri masing – masing karyawan dalam menjalani budaya korporasi sehari – hari akan memajukan perusahaan tersebut. Universitas Sumatera Utara 30 BAB II PT. PP. LONSUM INDONESIA, Tbk. KANTOR DIVISI SEI MERAH ESTATETANJUNG MORAWA, SUMATERA UTARA

2. 1. Mengenal Kecamatan Tanjung Morawa dan Desa Sei Merah

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di belahan barat dan memiliki banyak keberagaman di dalamnya. Suku, ras maupun agama sangatlah beragam dijumpai di provinsi ini. Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang memiliki cakupan teritorial yang cukup luas. Desa Tanjung Morawa sendiri merupakan suatu kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang tersebut. Sei Merah yang merupakan lokasi penelitian pun adalah suatu desa yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa. Saat ini Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh Pelaksana Tugas Gubernur Tengku Ery, setelah gubernur sebelumnya terjerat kasus korupsi. Bupati Deli Serdang sendiri dipimpin oleh Drs. Ashari Tambunan sampai saat ini. Kecamatan Tanjung Morawa dipimpin oleh T. M. Zaki Aufa, S. Sos, M. AP. Mereka merupakan pejabat pemerintahan yang saat ini sedang menjabat pada teritorial kepolitikannya. Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Mengingat keberadaan lokasinya yang dekat dengan Kota Medan menjadikan Tanjung Morawa menjadi salah satu sentra industri penting d i daerah ini. Beberapa industripabrik yang rata – rata sudah berdiri sejak 1985 dapat Universitas Sumatera Utara 31 ditemui disini, diantaranya PT. Kedaung Medan, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Siantara Top, PT. Olaga Food, dan banyak lagi industri lainnya. Saat ini, mayoritas penduduk Tanjung Morawa, yaitu masyarakat bersuku Karo, Jawa, Batak, Mandailing, Melayu, Tionghoa, dan juga Banten. Pada tahun 1953 Pemerintah RI Karesidenan Sumatera Timur merencanakan untuk mencetak sawah percontohan di bekas areal perkebunan tembakau di desa Perdamaian, Tanjung Morawa. Akan tetapi areal perkebunan itu sudah ditempati oleh penggarap liar. Di antara mereka terdapat beberapa imigran gelap Cina. Usaha pemerintah untuk memindahkan para penggarap dengan memberi ganti rugi dan menyediakan lahan pertanian, dihalang – halangi oleh Barisan Tani Indonesia BTI, organisasi massa PKI. Oleh karena cara musyawarah gagal, maka pada tanggal 16 Maret 1953 pemerintah terpaksa mentraktor areal tersebut dengan dikawal oleh sepasukan polisi. Untuk menggagalkan usaha pentraktoran, BTI mengerahkan massa yang sudah mereka pengaruhi dari berbagai tempat di sekitar Tanjung Morawa. Mereka bertindak brutal. Polisi melepaskan tembakan peringatan ke atas, tetapi tidak dihiraukan, bahkan mereka berusaha merebut senjata polisi. Dalam suasana kacau, jatuh korban meninggal dan luka – luka. Dalam perkembangannya hingga saat ini, Kecamatan Tanjung Morawa memiliki 1 kelurahan dan 25 desa. Dengan luas wilayah 13.175 Ha atau 131,75 kilo meter persegi. Pada masa kolonial, Belanda memanfaatkan kawasan Tanjung Morawa sebagai kawasan perkebunan dan pengolahan hasil pertanian sepert i tembakau dan karet. Asal – usul nama Tanjung Morawa sendiri menurut beberapa versi berasal dari Bahasa Karo, yaitu Tanjong Merawa. Arti merawa yaitu marah yang diwujudkan dalam bentuk perlawananpatriotik pejuang – pejuang bangsa, khususnya dari pejuang Universitas Sumatera Utara 32 Karo yang menyebabkan revolusi fisik melawan penjajah Belanda. Masa itu daerah Tanjung Morawa merupakan wilayah perjuangan Medan Area Selatan. Selain itu, menurut buku Kumpulan Cerita Rakyat Terpopuler yang dikarang oleh Lia Nuralia dan Imanudin, kata Tanjung Morawa juga berasal dari bahasa Karo, dimana diceritakan bahwa di kampung Tanjung pada zaman dahulu kala banyak terdapat tumbuh pohon jelatang nyiru dengan keberadaan daun yang sangat gatal. Mengingat keberadaan dedaunan pohon jelatang atau dalam bahasa Karo disebut pohon lateng dapat membuat kulit terasa sangat gatal bahkan meninggalkan bekas luka, sehingga keberadaan pohon tersebut disebut dengan istilah pohon merawa pohon marah oleh orang – orang Karo yang tinggal di sekitar Tanjung tersebut. Berdasarkan keberadaan merawanya pepohonan jelatang disekitar Tanjung, akhirnya orang – orang Karo menambahkan kata Tanjung dengan kata Merawa, sehingga lambat laun nama kampung tersebut kemudian berubah menjadi Tanjung Merawa. Kata merawa tersebut akhirnya berubah menjadi moraaw, sesuai dengan ucapan orang Belanda di masa kolonial. Sejak kedatangan kolonial Belanda hingga sekarang.

II. 2. Sejarah Perkembangan Perkebunan

Sejarah perkebunan adalah sejarah kepedihan. Bangsa Indonesia dijajah karena komoditas perkebunan. Nilainya yang tinggi di masa lalu menyebabkan hampir semua bangsa tergiur untuk menguasainya. Sejarah mencatat bagaimana keuntungan besar diraih jaringan niaga Verenidge Oostindische Compagnie VOC. Kemudian tanam paksa yang memberikan Belanda uang sekitar 830 juta gulden. Agrarisch Wet 1870 merupakan cikal bakal perusahaan perkebunan besar yang roh dan jiwanya hingga sekarang masih hidup, sebagaimana dapat dilihat dalam Universitas Sumatera Utara 33 struktur ekonomi dualistik. Dalam struktur ini kehidupan perusahaan besar yang dicirikan oleh manajemen dan organisasi modern berdampingan dengan perkebunan rakyat yang dilaksanakan oleh para pekebun kecil yang sederhana dan tradisional. Sekitar 100 tahun setelah Agrarisch Wet 1870, yaitu tahun 1970-an, pemerintah mulai mengembangkan perkebunan besar badan usaha milik negara BUMN dengan menggunakan pinjaman luar negeri. Pola Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan PIR- BUN dikembangkan. Pada 1980 – 1990-an awal perusahaan besar swasta mulai masuk perkebunan, didukung oleh Program Perkebunan Besar Swasta Nasional PBSN. Peran pemerintah dalam mendorong perkebunan besar ini, baik BUMN maupun swasta, sangat besar, sebagaimana dapat dilihat dalam perkembangan luas areal. Luas areal kelapa sawit milik BUMN dan swasta pada 1968 masing- masing hanyalah 79 ribu dan 41 ribu hektar. Tahun 2002 luas areal perkebunan milik BUMN dan swasta masing – masing menjadi 545 ribu dan 2,3 juta hektar. Dengan berakhirnya dukungan pembiayaan untuk investasi di bidang perkebunan, percepatan investasi terlihat menurun. Peran pemerintah dalam mendorong perkebunan rakyat dapat dikatakan relatif kecil sebagaimana yang dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Adapun perbankan kurang bersahabat dengan petani, dan sering dikatakan bahwa petani itu tidak layak dapat kredit bank bankable. Namun, pada kenyataannya perkebunan rakyat merupakan tulang punggung penerimaan negara dan penyerapan tenaga kerja. Universitas Sumatera Utara 34 Pelajaran utama dari pola pengembangan perkebunan yang masih mengandung nilai sejarah lama kita rasakan setelah krisis ekonomi terjadi hingga sekarang. Perkebunan bukan menjadi tempat kebanggaan, kebersatuan, kebersamaan, persaudaraan, dan persahabatan di antara kita semua. Namun, perkebunan menjadi ajang konflik sosial yang merugikan semua pihak. Inilah salah satu tantangan kita dalam merumuskan UUP. Kita tidak boleh mendaur ulang sejarah yang memilukan bangsa kita.www.unisosdem.orgarticle_detail. Selasa, 09022016 Pukul 15.35 WIB Perusahaan perkebunan tersebut terdiri dari berbagai jenis seperti perusahaan perkebunan karet, coklat, ataupun kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit saat ini telah berkembang tidak hanya yang diusahakan oleh perusahaan negara, tetapi juga perkebunan rakyat dan swasta. Pada tahun 2003, luas areal perkebunan rakyat mencapai 1.827 ribu ha 34,9, perkebunan negara seluas 645 ribu ha 12,3, dan perkebunan besar swasta seluas 2.765 ribu ha 52,8. Minyak sawit adalah satu – satunya komoditi non migas Indonesia yang menempati posisi strategis dalam percaturan minyak nabati dunia, mengingat Indonesia adalah penghasil terbesar komoditas ini. Produksi minyak sawit masih memegang peranan penting dalam kontribusi minyak nabati dunia. Pada tahun 2001, produksi minyak sawit Indonesia meningkat menjadi 8 juta ton lebih. Dari total produksi nasional yang mencapai 8 juta ton CPO tersebut, Sumatera memiliki kontribusi produksi lebih dari 6,9 juta ton CPO per tahun. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil utama komoditi kelapa sawit dengan areal perkebunan di Sumatera Utara tahun 2002, seluas lebih dar i 650 ribu hektar, total produksi mencapai 2,6 juta ton produksi mencapai 2,6 juta ton. Universitas Sumatera Utara 35

II. 3. Sejarah PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk.

Sejalan dengan perkembangan sejarah bangsa Indonesia mulai dari masa penjajahan Belanda, Jepang sampai pada masa kemerdekaan reformasi hingga masa pembangunan sekarang, perusahaan di Indonesia khususnya di kawasan Sumatera Utara mengalami perkembangan. Perusahaan yang berkembang umumnya adalah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan yang mengalami kesempatan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Sumatera Utara. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Horrison Crossfield Ltd yang berdiri sejak tahun 1884 di London dan beroperasi di Indonesia pada tahun 1906. Mulanya perusahaan ini bekas hak Concessie hak konsensi berdasarkan perjanjian antara Zelfbestuur Deli dengan beberapa perusahaan Rubber Company Ltd, yang disahkan Resident Sumatra Timur dalam rangka Konferensi Undang-Undang pokok Agraria tanggal 1 Maret 1962 No. Ka. 1371. Pada tahun 1962 perusahaan ini memperluas bidang usahanya dengan mengadakan penggabungan diantara perusahaan perkebunan Inggris yang memiliki beberapa kebun di Sumatera Utara. Dengan adanya penggabungan ini di bentuklah PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk. PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk didirikan dengan akte pendirian No. 93 tanggal 18 Desember 1962 di hadapan notaris Raden Kardiman di Jakarta dengan naskah No. 20 tanggal 9 September 1963 yang dibuat di hadapan notaris yang sama. Situasi negara yang saat itu mengalami pergolakan dengan Inggris turut menimbulkan dampak pada perusahaan. Pemerintah Indonesia berniat mengambil alih pengurusan perusahaan dan menyerahkannya kepada bangsa Indonesia. Pengambil alihan ini segera dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 1964 yang pengurusannya berada dalam penguasaan dan pengawasan suatu badan pemerintah dengan nama Badan Universitas Sumatera Utara 36 Pengawasan Perkebunan Asing Republik Indonesia BPPARI dan perkebunan ini diganti namanya menjadi PT. PP Dwikora I II. Gambar 1. Bagan Sejarah PT. PP . LONSUM Indonesia, Tbk. Seiring perjalanannya pada tahun 1967 diadakanlah suatu perjanjian antara pemerintah Republik Indonesia dengan Horrison Crossfield Ltd dan anak perusahaannya berdasarkan ketetapan Presiden No. 6 tahun 1967. Persetujuan perjanjian ini berlaku mulai tanggal 20 Maret 1968. maksud dan tujuan dari persetujuan ini adalah : a Pengembangan hak milik penguasaan dari pemerintah Republik Indonesia kepada Horrison Crossfield Ltd terhadap perkebunan yang pernah di kelolanya. Universitas Sumatera Utara 37 b Melakukan kerjasama untuk kepentingan bersama dalam hal perkebunan karet dan kelapa sawit dan proyek – proyek pangan yang mungkin dilaksanakan oleh perusahaan. c Terwujudnya perjanjian ini juga didasarkan atas pertimbangan. d Instruksi Presiden Kabinet No. 28U1996 tertanggal 12 Desember 1996 dan semua pengaturan lain yang bertalian dengan pengembalian perusahaan – perusahaan asing di Indonesia. e Undang – undang No.1 tahun 1967 mengenai penanaman modal asing dan semua peraturan lain mengenai penanaman modal asing di Indonesia. Dengan hadirnya perjanjian ini maka kepemilikan dan penguasaan perusahaan tersebut oleh pemerintah Indonesia dikembalikan kepada pemiliknya semula yaitu Horrison Crossfield Ltd pada tanggal 1 April 1968 dan terjadi penggantian nama menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Pada tanggal 21 November 1991, PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk melakukan merger dengan beberapa perusahaan di bawah ini: a PT. Nagadong Plantation Company b PT. Seibulan Plantation Company c PT. Perusahaan Perkebunan Bajue Kidoel d PT. Perusahaan Perkebunan Sulawesi Keempat perusahaan ini menggabungkan diri dan menamakannya menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Perusahaan ini adalah jenis perusahaan Penanaman Modal Asing PMA berdasarkan surat Ketua Badan Penanaman Modal tanggal 12 November 1991 No.794IIIPMA1991. Pada tanggal 27 Juli 1994, Harrisons Crossfield menjual seluruh saham Lonsum kepada PT Pan London Universitas Sumatera Utara 38 Sumatra Plantations PPLS, yang membawa Lonsum go public melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996. Pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd, anak perusahan PT Indofood Sukses Makmur Tbk, menjadi pemegang saham mayoritas Perseroan melalui anak perusahaannya di Indonesia, yaitu PT Salim Ivomas Pratama. Jumlah kepemilikan saham PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk pada saat itu adalah dengan komposisi saham sebesar 47, 23 Commerzbank SEA Ltd. Singapura sebesar 5, 83 dan sisanya sebesar 46, 94 dimiliki oleh masyarakat. Di awal berdirinya, perusahaan mendiversifikasikan tanamannya menjadi tanaman karet, teh dan kakao. Di awal Indonesia merdeka Lonsum lebih memfokuskan usahanya kepada tanaman karet, yang kemudian dirubah menjadi kelapa sawit di era 1980. Pada akhir dekade ini, kelapa sawit menggantikan karet sebagai komoditas utama Perseroan.

II. 3. 1. Bidang Bisnis LONSUM

Dimulai pada 1906 dengan sebuah perkebunan kecil tembakau dan kopi dekat Medan. Terus berkembang menjadi salah satu perusahaan agribisnis terkemuka, memiliki lebih kurang 100.000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, teh dan kakao yang tertanam di empat pulau terbesar di Indonesia. Bidang bisnis Lonsum mencakup pemuliaan tanaman, penanaman, pemanenan, pengolahan, pemprosesan dan penjualan produk – produk kelapa sawit, karet, kakao, teh dan bibit. Lonsum memiliki banyak kebun, pabrik dan juga berfokus pada penelitian dan pengembangan tanaman yang menjadi andalan Lonsum dalam berbisnis. Universitas Sumatera Utara 39

a. Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit Lonsum tersebar di tiga lokasi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Luas total perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara adalah 35.623 hektar, dan terdapat 4 pabrik pengolah minyak sawit. Perseroan memproduksi minyak ini sawit dan prosuk inti sawit dalam jumlah terbatas di Sumatera Utara. Sedangkan Sumatera Selatan memiliki perkebunan kelapa sawit plasma menghasilkan seluas 31.726 hektar. Jumlah pabrik pengolah minyak sawit di daerah ini ada enam. Kalimantan Timur memiliki 5.100 hektar perkebunan kelapa sawit inti. Sebuah pabrik pengolah sawit baru sedang dibangun di daerah ini siap beroperasi pada bulan Juli 2009.

b. Karet

Lonsum memiliki tujuh pabrik yang memproduksi sheet rubber dan crumb rubber untuk penjualan domestic maupun ekspor. Saat ini Lonsm memiliki lahan perkebunan karet seluas 17.394 hektar, yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan, yang terdiri dari perkebunan inti dan plasma.

c. Kakao

Lonsum telah mengurangi kawasan tanam kakao hingga lebih dari 40 selama beberapa tahun terakhir dan memiliki kawasan tanam seluas 2.748 hektar. Perkebunan kakao terdapat di daerah Sumatera Utara, Jawa Timur dan Sulawesi Utara. Teh dihasilkan di perkebunan Kertasarie, Jawa Barat, yang luasnya sekitar 569 hektar.

d. Teh

Teh dihasilkan di perkebunan Kertasarie, Jawa Barat, yang luasnya sekitar 569 hektar. Universitas Sumatera Utara 40

e. Bibit

Bibit yang diproduksi Lonsum sebagian besar dijual ke pihak luar, dan sisanya digunakan untuk perkebunan sendiri serta ditanam di kebun pembibitan untuk dijual sebagai bibit siap tanam.

II. 3. 2. Kebun-Kebun Perusahaan

Lonsum memiliki Lonsum memiliki 38 perkebunan inti dan 14 perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Pengelolaan kebun dilakukan dengan menerapkan kemajuan penelitian dan pengembangan, keahlian di bidang agro- manajemen dan tenaga kerja yang terampil serta professional. Perseroan saat ini memiliki 20 pabrik pengolahan yang sudah beroperasi di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Dalam dunia industri perkebunan Lonsum dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit dan kakao yang berkualitas ba ik. Bisnis berteknologi canggih tersebut adalah kunci utama pertumbuhan Perseroan. Kebun plasma adalah kebun yang dibangun dan dikembangkan oleh perusahaan perkebunan serta ditanami dengan tanaman perkebunan. Kebun plasma ini sejak penanamannya dipelihara dan dikelola oleh kebun inti hingga berproduksi. Setelah tanaman mulai berproduksi, penguasaan dan pengelolaannya diserahkan kepada petani rakyat dikonversikan. Petani menjual hasil kebunnya kepada kebun inti dengan harga pasar dikurangi cicilan atau angsuran pembayaran hutang kepada kebun inti berupa modal yang dikeluarkan kebun inti membangun kebun plasma tersebut. Universitas Sumatera Utara 41

II. 3. 3. Pabrik – Pabrik Perusahaan

Untuk memaksimalkan sumber daya alam yang di miliki oleh perusahaan baik itu berupa kelapa sawit, kokoa, karet maupun teh, Lonsum memiliki beberapa unit pabrik yang akan mempermudah proses produksi dari bahan mentah ke setengah jadi hingga menjadi bahan jadi. Perseroan saat ini memiliki 21 pabrik pengolahan yang sudah beroperasi di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Dalam dunia industri perkebunan Lonsum dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit dan kakao yang berkualitas baik. Bisnis berteknologi canggih tersebut adalah kunci utama pertumbuhan Perseroan.

II. 4. Simbol PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk.

Simbol adalah objek, kejadian, bunyi bicara, atau bentuk – bentuk tertulis yang diberi makna oleh manusia Saifuddin, 2005: 289. Suatu simbol membawa suatu pesan yang mendorong pemikiran atau tindakan. Simbol memberikan landasan bagi tindakan dan perilaku selain gagasan dan nilai – nilai. Lonsum sebagai sebuah perusahaan agribisnis memiliki simbol yang didominasi warna hijau yang identik dengan alam. Gambar 2. Simbol Perusahaan Universitas Sumatera Utara 42 Warna Hijau dalam simbol Lonsum mencerminkan bahwa perusahaan ini bergerak dalam bidang perkebunan dan turut bertujuan untuk menghijaukan wilayah Indonesia. Gambar daun sawit melambangkan daun sawit yang sedang berkembang di mana perusahaan ini sedang giat – giatnya untuk terus menggunakan sawit sebagai komiditi perusahaan walaupun perusahaan juga menanam pohon lain seperti karet, coklat dan juga teh.

2. 5. Kategori Karyawan

Perusahaan ini dikenal memiliki beberapa tahapan dalam pengklasifikasian orang yang bekerja didalamnya. Tahap pertama adalah orang yang bekerja jika sedang banyak dibutuhkan tenaga kerja. Orang ini biasa disebut dengan istilah buruh harian lepas, namun Lonsum sendiri menyebutnya PW Piece Work. Pekerja jenis ini sering ditemukan dikebun dan Pabrik Lonsum yang biasanya masa kerjanya tidak sampai tiga bulan. Sering terjadi juga pekerja yang berawal dari PW kemudian naik pangkat menjadi DRP. Mereka umumnya digunakan saat pemupukan maupun masa tanam ulang bibit sawit. Buruh harian lepas PW ini akan digaji hitung harian dia bekerja, jadi jika selama masa kontrak sementara ada hari dia tidak hadir maka gaji pun tidak ada. Peneliti melihat bahwa banyak PW tersebut melibatkan keluarganya seperti istri, anak, maupun kerabat jauh dari karyawan tersebut. Universitas Sumatera Utara 43

2. 6. Sei Merah Estate