Beban Hidup q Jenis Beban-beban yang Bekerja

20 - tanpa lubang : tebal dinding 15 cm tebal dinding 10 cm 300 kgm2 200 kgm2 kgm2 kgm2 5. Langit-langit dinding, terdiri : - semen asbes eternit, tebal maks. 4 mm - kaca, tebal 3-5 mm 11 kgm2 10 kgm2 kgm2 kgm2 termasuk rusuk-rusuk, tanpa pengantung atau pengaku 6. Lantai kayu sederhana dengan balok kayu 40 kgm2 tanpa langit-langit, bentang maks. 5 m, beban hidup maks. 200 kgm2 7. Penggantung langit-langit kayu 7 kgm2 bentang maks. 5 m, jarak s.k.s. min. 0.80 m 8. Penutup atap genteng 50 kgm2 dengan reng dan usuk kaso per m2 bidang atap 9. Penutup atap sirap 40 kgm2 dengan reng dan usuk kaso per m2 bidang atap 10. Penutup atap seng gelombang BJLS-25 10 kgm2 tanpa usuk 11. Penutup lantai ubin, cm tebal 24 kgm2 ubin semen portland, teraso dan beton, tanpa adukan 12. Semen asbes gelombang 5 mm 11 kgm2 Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.

2.5.2. Beban Hidup q

LL Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu gedung, termasuk beban – beban pada lantai yang berasal dari barang – barang yang dapat berpindah, mesin – mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan PPIUG 1983. Beban hidup merupakan baban-beban gravitasi yang bekerja pada saat struktur telah berfungsi, namun bervariasi dalam besar dan lokasinya. Contohnya adalah Universitas Sumatera Utara 21 beban orang, furnitur, perkakas yang dapat bergerak, kendaraan dan barang- barang yang dapat disimpan. Secara praktis beban hidup bersifat tidak permanen sedangkan, yang lainnya sering berpindah-pindah tempatnya. Karena tidak diketahui besar, lokasi dan kepadatannya, besar dan posisi sebenarnya dari beban- beban semacam itu sulit sekali ditentukan Salmon dan Johnson, 1992. Beban hidup untuk bangunan terdiri dari beban hidup lantai dan beban hidup atap yang bervariasi bergantung pada fungsi bangunan tersebut Tabel 2.3. Beban Hidup Pada Lantai Bangunan No. Fungsi Beban Hidup a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali disebut no b 200 kgm 2 b. Lantai tangga rumah tinggal sederhana dan gudang gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel 125 kgm 2 c. Lantai sekolah ruang kuliah, Kantor, Toko, toserba, Restoran, Hotel, asrama, Rumah Sakit 250 kgm 2 d. Lantai ruang olahraga 400 kgm 2 e. Lantai ruang dansa 500 kgm 2 f. Lantai dan balkon dalam dari ruang pertemuan yang lain dari pada yang disebut dalam a sd e seperti masjid, gereja, ruang pagelaranrapat, bioskop dengan tempat duduk tetap 400 kgm 2 g. Lantai panggung dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton yang berdiri 500 kgm 2 h. Lantai Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300 kgm 2 i. Lantai Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f, dan g 500 kgm 2 j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f, dan g 250 kgm 2 k. Lantai Pabrik, bengkel, gudang Perpustakaan, ruang arsip,toko buku, toko besi, ruang alat alat dan ruang mesin harus direncanakan terhadap beban hidup ditentukan tersendiri, dengan minimum 400 kgm 2 l. Lantai gedung parkir bertingkat : - Lantai bawah - Lantai tingkat lainnya 800 kgm 2 400 kgm 2 m. Lantai balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban hidupdari lantai ruang berbatasan, dengan minimum 300 kgm 2 Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Universitas Sumatera Utara 22 Tabel 2.4. Beban Hidup Pada Atap No. Fungsi Beban Hidup a. Atap bagiannya dapat dicapai orang, termasuk kanopi dan atap dak 100 kgm 2 b. Atap bagiannya tidak dapat dicapai orang diambil min. : - beban hujan - beban terpusat 20 kgm 2 100 kg c. Balokgording tepi kantilever 200 kgm 2 Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari system pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau dan yang dicantumkan pada tabel 2.5. Tabel 2.5. Koefisien reduksi beban hidup Penggunaan gedung Koefisien Reduksi Beban Hidup Perencanaan balok induk dan portal Peninjauan gempa PERUMAHANPENGHUNIAN : Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit 0,75 0,30 PENDIDIKAN : Sekolah, Ruang kuliah 0,90 0,50 PERTEMUAN UMUM : Mesjid, gereja, bioskop, restoran, ruang dansa, ruang pagelaran 0,90 0,50 KANTOR : Kantor, Bank 0,60 0,30 PERDAGANGAN : Toko, toserba, pasar 0,80 0,80 Universitas Sumatera Utara 23 PENYIMPANAN : Gudang, perpustakaan, ruang arsip 0,80 0,80 INDUSTRI : Pabrik, bengkel 1,00 0,90 TEMPAT KENDARAAN : Garasi, gedung parkir 0,90 0,50 GANG TANGGA : - Perumahanpenghunian - Pendidikan, kantor - Pertemuan umum, perdagangan, - Penyimpanan, industri, tempat kendaraan 0,75 0,75 0,90 0,30 0,50 0,50 Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.

2.5.3. Beban Angin q