18
pada gambar B yaitu setelah kolom mengalami
deformasi, maka
ada tambahan momen akibat gaya P dan eksentrisitas akibat deformasi transversal
∆ dari beban H. Momen tidak lagi bervariasi linear sepanjang balok, tetapi bergantung pada bentuk lendutan yang dihasilkan gaya F tadi. Pada perhitungan
P-Delta yang menyebabkan momen tambahan, hanya
eksentrisitas akibat
deformasi transversal saja yang dihitung agar tidak perlu iterasi berlebihan. Teknik ini biasa disebut sebagai second order analysis.
2.5. Jenis Beban-beban yang Bekerja
Perencanakan struktur pada suatu bangunan bertingkat berdasarkan pada gaya gaya yang akan bekerja pada bangunan tersebut. struktur yang didisain harus
mampu mendukung berat bangunan, beban hidup akibat fungsi bangunan, tekanan angin, maupun beban khusus berupa gempa dll. Beban-beban yang
bekerja pada struktur dihitung menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
2.5.1. Beban Mati q
DL
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian–penyelesaian, mesin mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung itu.Untuk merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan
bangunan dan komponen gedung adalah :
Tabel 2.1. Berat jenis bahan bangunan No.
Material Berat
Keterangan
1. Baja
7850 kgm3
2. Batu alam
2600 kgm3
3. Batu belah, batu bulat,batu gunung
1500 kgm3 berat tumpuk
4. Batu karang
700 kgm3 berat tumpuk
No. Material
Berat Keterangan
Keterangan
5. Batu pecah
1450 kgm3
6. Besi tuang
7250 kgm3
Universitas Sumatera Utara
19
7. Beton
2200 kgm3
8. Beton bertulang
2400 kgm3
9. Kayu
1000 kgm3 kelas I
10. Kerikil, koral 1650
kgm3 kering udara sampai
lembab, tanpa diayak
11. Pasangan bata merah 1700
kgm3 12.
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung
2200 kgm3
13. Pasangan batu cetak 2200
kgm3 14. Pasangan batu karang
1450 kgm3
15. Pasir 1600
kgm3 kering udara sampai
lembab 16. Pasir
1800 kgm3 jenuh air
17. Pasir kerikil, koral 1850
kgm3 kering udara sampai
lembab 18. Tanah, lempung dan lanau
1700 kgm3
kering udara sampai lembab
19. Tanah, lempung dan lanau 2000
kgm3 Basah 20. Timah hitam timbel
11400 kgm3
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
Tabel 2.2. Beban Mati Tambahan komponen gedung No.
Material Berat
Keterangan
1. Adukan, per cm tebal :
21 kgm2 - dari semen
- dari kapur, semen merahtras 17 kgm2
2. Aspal, per cm tebal :
14 kgm2 3.
Dinding pasangan bata merah : 450 kgm2
- satu batu - setengah batu
250 kgm2
No. Material
Berat
Keterangan
4.
Dinding pasangan batako : - berlubang :
tebal dinding 20 cm HB 20 tebal dinding 10 cm HB 10
200 120
kgm2 kgm2
Universitas Sumatera Utara
20
- tanpa lubang : tebal dinding 15 cm tebal
dinding 10 cm 300 kgm2
200 kgm2 kgm2 kgm2
5.
Langit-langit dinding, terdiri :
-
semen asbes eternit, tebal maks. 4 mm
-
kaca, tebal 3-5 mm 11 kgm2
10 kgm2 kgm2
kgm2 termasuk rusuk-rusuk,
tanpa pengantung atau pengaku
6.
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu
40 kgm2 tanpa langit-langit, bentang
maks. 5 m, beban hidup maks. 200 kgm2
7.
Penggantung langit-langit kayu 7
kgm2 bentang maks. 5 m, jarak s.k.s.
min. 0.80 m
8.
Penutup atap genteng 50 kgm2
dengan reng dan usuk kaso per m2 bidang atap
9.
Penutup atap sirap 40 kgm2
dengan reng dan usuk kaso per m2 bidang atap
10.
Penutup atap seng gelombang BJLS-25
10 kgm2 tanpa usuk
11.
Penutup lantai ubin, cm tebal 24 kgm2
ubin semen portland, teraso dan beton, tanpa adukan
12.
Semen asbes gelombang 5 mm 11 kgm2
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
2.5.2. Beban Hidup q