17
Dimana : Pe = Euler Critical Load ; Pe = π2 EI L2
=
- for single curvature bending + for double curvature bending
2.4. EFEK P-DELTA
Pengaruh P-Delta secara nyata mengubah karakteristik struktur sehingga berpengaruh terhadap hasil analisa termask analisa staticdinamik, garis pengaruh
dan beban bergerak pada jembatan. Konsep dasar dari pengauh P-Delta digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.6.A dan B. Kolom Dibebani Gaya Aksial dan Transversal Sekaligus
Suatu kolom diberi beban aksial P dan gaya transversal H di ujungnya. Gaya aksial kolom tersebut sama dengan P. Jika dilakukan analisa struktur
elastik yang dipelajari pada tingkat S1 pada gambar A, maka nilai momen tumpuannya adalah gaya H dikalikan dengan tinggi kolom. Namun jika ditinjau
Universitas Sumatera Utara
18
pada gambar B yaitu setelah kolom mengalami
deformasi, maka
ada tambahan momen akibat gaya P dan eksentrisitas akibat deformasi transversal
∆ dari beban H. Momen tidak lagi bervariasi linear sepanjang balok, tetapi bergantung pada bentuk lendutan yang dihasilkan gaya F tadi. Pada perhitungan
P-Delta yang menyebabkan momen tambahan, hanya
eksentrisitas akibat
deformasi transversal saja yang dihitung agar tidak perlu iterasi berlebihan. Teknik ini biasa disebut sebagai second order analysis.
2.5. Jenis Beban-beban yang Bekerja
Perencanakan struktur pada suatu bangunan bertingkat berdasarkan pada gaya gaya yang akan bekerja pada bangunan tersebut. struktur yang didisain harus
mampu mendukung berat bangunan, beban hidup akibat fungsi bangunan, tekanan angin, maupun beban khusus berupa gempa dll. Beban-beban yang
bekerja pada struktur dihitung menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
2.5.1. Beban Mati q
DL
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian–penyelesaian, mesin mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung itu.Untuk merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan
bangunan dan komponen gedung adalah :
Tabel 2.1. Berat jenis bahan bangunan No.
Material Berat
Keterangan
1. Baja
7850 kgm3
2. Batu alam
2600 kgm3
3. Batu belah, batu bulat,batu gunung
1500 kgm3 berat tumpuk
4. Batu karang
700 kgm3 berat tumpuk
No. Material
Berat Keterangan
Keterangan
5. Batu pecah
1450 kgm3
6. Besi tuang
7250 kgm3
Universitas Sumatera Utara
19
7. Beton
2200 kgm3
8. Beton bertulang
2400 kgm3
9. Kayu
1000 kgm3 kelas I
10. Kerikil, koral 1650
kgm3 kering udara sampai
lembab, tanpa diayak
11. Pasangan bata merah 1700
kgm3 12.
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung
2200 kgm3
13. Pasangan batu cetak 2200
kgm3 14. Pasangan batu karang
1450 kgm3
15. Pasir 1600
kgm3 kering udara sampai
lembab 16. Pasir
1800 kgm3 jenuh air
17. Pasir kerikil, koral 1850
kgm3 kering udara sampai
lembab 18. Tanah, lempung dan lanau
1700 kgm3
kering udara sampai lembab
19. Tanah, lempung dan lanau 2000
kgm3 Basah 20. Timah hitam timbel
11400 kgm3
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
Tabel 2.2. Beban Mati Tambahan komponen gedung No.
Material Berat
Keterangan
1. Adukan, per cm tebal :
21 kgm2 - dari semen
- dari kapur, semen merahtras 17 kgm2
2. Aspal, per cm tebal :
14 kgm2 3.
Dinding pasangan bata merah : 450 kgm2
- satu batu - setengah batu
250 kgm2
No. Material
Berat
Keterangan
4.
Dinding pasangan batako : - berlubang :
tebal dinding 20 cm HB 20 tebal dinding 10 cm HB 10
200 120
kgm2 kgm2
Universitas Sumatera Utara
20
- tanpa lubang : tebal dinding 15 cm tebal
dinding 10 cm 300 kgm2
200 kgm2 kgm2 kgm2
5.
Langit-langit dinding, terdiri :
-
semen asbes eternit, tebal maks. 4 mm
-
kaca, tebal 3-5 mm 11 kgm2
10 kgm2 kgm2
kgm2 termasuk rusuk-rusuk,
tanpa pengantung atau pengaku
6.
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu
40 kgm2 tanpa langit-langit, bentang
maks. 5 m, beban hidup maks. 200 kgm2
7.
Penggantung langit-langit kayu 7
kgm2 bentang maks. 5 m, jarak s.k.s.
min. 0.80 m
8.
Penutup atap genteng 50 kgm2
dengan reng dan usuk kaso per m2 bidang atap
9.
Penutup atap sirap 40 kgm2
dengan reng dan usuk kaso per m2 bidang atap
10.
Penutup atap seng gelombang BJLS-25
10 kgm2 tanpa usuk
11.
Penutup lantai ubin, cm tebal 24 kgm2
ubin semen portland, teraso dan beton, tanpa adukan
12.
Semen asbes gelombang 5 mm 11 kgm2
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
2.5.2. Beban Hidup q
LL
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu gedung, termasuk beban – beban pada lantai yang berasal dari barang –
barang yang dapat berpindah, mesin – mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup
dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal
dari air hujan PPIUG 1983.
Beban hidup merupakan baban-beban gravitasi yang bekerja pada saat struktur telah berfungsi, namun bervariasi dalam besar dan lokasinya. Contohnya adalah
Universitas Sumatera Utara
21
beban orang, furnitur, perkakas yang dapat bergerak, kendaraan dan barang- barang yang dapat disimpan. Secara praktis beban hidup bersifat tidak permanen
sedangkan, yang lainnya sering berpindah-pindah tempatnya. Karena tidak diketahui besar, lokasi dan kepadatannya, besar dan posisi sebenarnya dari beban-
beban semacam itu sulit sekali ditentukan Salmon dan Johnson, 1992.
Beban hidup untuk bangunan terdiri dari beban hidup lantai dan beban hidup atap yang bervariasi bergantung pada fungsi bangunan tersebut
Tabel 2.3. Beban Hidup Pada Lantai Bangunan No.
Fungsi Beban Hidup
a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali disebut no b
200 kgm
2
b. Lantai tangga rumah tinggal sederhana dan gudang
gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel
125 kgm
2
c. Lantai sekolah ruang kuliah, Kantor, Toko, toserba,
Restoran, Hotel, asrama, Rumah Sakit 250 kgm
2
d. Lantai ruang olahraga
400 kgm
2
e. Lantai ruang dansa
500 kgm
2
f. Lantai dan balkon dalam dari ruang pertemuan yang lain
dari pada yang disebut dalam a sd e seperti masjid, gereja, ruang pagelaranrapat, bioskop dengan tempat duduk tetap
400 kgm
2
g. Lantai panggung dengan tempat duduk tidak tetap atau
untuk penonton yang berdiri 500 kgm
2
h. Lantai Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
dalam c 300 kgm
2
i. Lantai Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
dalam d, e, f, dan g 500 kgm
2
j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f,
dan g 250 kgm
2
k. Lantai Pabrik, bengkel, gudang Perpustakaan, ruang
arsip,toko buku, toko besi, ruang alat alat dan ruang mesin harus direncanakan terhadap beban hidup ditentukan
tersendiri, dengan minimum 400 kgm
2
l. Lantai gedung parkir bertingkat :
-
Lantai bawah
-
Lantai tingkat lainnya 800 kgm
2
400 kgm
2
m. Lantai balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus
direncanakan terhadap beban hidupdari lantai ruang berbatasan, dengan minimum
300 kgm
2
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
Universitas Sumatera Utara
22
Tabel 2.4. Beban Hidup Pada Atap No.
Fungsi Beban
Hidup a.
Atap bagiannya dapat dicapai orang, termasuk kanopi dan atap dak
100 kgm
2
b. Atap bagiannya tidak dapat dicapai orang diambil min. :
-
beban hujan
-
beban terpusat 20 kgm
2
100 kg c.
Balokgording tepi kantilever 200 kgm
2
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur
gedung tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari system pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya
dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau dan yang dicantumkan pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Koefisien reduksi beban hidup Penggunaan gedung
Koefisien Reduksi Beban Hidup Perencanaan balok
induk dan portal Peninjauan
gempa
PERUMAHANPENGHUNIAN : Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah
sakit 0,75
0,30 PENDIDIKAN :
Sekolah, Ruang kuliah 0,90
0,50 PERTEMUAN UMUM :
Mesjid, gereja, bioskop, restoran, ruang dansa, ruang pagelaran
0,90 0,50
KANTOR : Kantor, Bank
0,60 0,30
PERDAGANGAN : Toko, toserba, pasar
0,80 0,80
Universitas Sumatera Utara
23
PENYIMPANAN : Gudang, perpustakaan, ruang arsip
0,80 0,80
INDUSTRI : Pabrik, bengkel
1,00 0,90
TEMPAT KENDARAAN : Garasi, gedung parkir
0,90 0,50
GANG TANGGA :
-
Perumahanpenghunian
-
Pendidikan, kantor
-
Pertemuan umum, perdagangan,
-
Penyimpanan, industri, tempat kendaraan
0,75 0,75
0,90 0,30
0,50 0,50
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
2.5.3. Beban Angin q
WL
Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian
bangunan, serta kekakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin, akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi
kinetik dari angin akan
berubah
menjadi energi potensial, yang berupa tekanan atau hisapan pada bangunan. Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung. Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan
tekanan negatif hisapan, yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kgm
2
ini ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien – koefisien angin. Tekan tiup
harus diambil minimum 25 kgm2, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil
minimum 40 kg m
2
dimana V adalah kecepatan angin dalam mdet, yang harus ditentukan oleh instansi yang berwenang. Sedangkan koefisien angin + berarti
tekanan dan – berarti isapan . beban tekanan angin disederhanakan dalam bentuk koefisen angin yang di rangkum dalam tabel 2.6
Universitas Sumatera Utara
24
Tabel 2.6. Koefisien Beban Angin No. Jenis Gedung Struktur
Posisi Tinjauan Koefisien
1. Gedung tertutup :
a. Dinding vertikal
b. Atap segitiga
c. Atap segitiga majemuk
-
di pihak angin
-
di belakang angin
-
sejajar arah angin
-
di pihak angin α 65o
-
di pihak angin 65o α 90o
-
di belakang angin semua sudut
-
bidang atap di pihak angin α 65o
-
bidang atap di pihak angin 65oα90o
-
bidang atap di belakang angin semua sudut
-
bidang atap vertikal di belakang angin semua sudut
+ 0,9 - 0,4
- 0,4
0,02.α - 0,4 + 0,9
- 0,4 0,02.α - 0,4
+ 0,9 - 0,4
+ 0,4
2. Gedung terbuka sebelah
Sama dengan No.1, dengan tambahan :
-
bid. dinding dalam di pihak angin
-
bid. dinding dalam di belakang angin + 0,6
- 0,3
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
2.5.4. Beban Gempa
Perhitungan beban gempa dilakukan dengan standart Tata Cara Perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung SNI 1726 2012. Pada
peraturan tersebut menggunakan percepatan permukaan tanah PGA sebagai acuan dasar standart. Percepatan permukaan tanah adalah percepatan tanah yang
sampai ke lokasi bangunan tersebut akibat adanya gempa dari pusat gempa. Variasi percepatan permukaan tanah bervariasi tergantung jarak dari pusat gempa
Universitas Sumatera Utara
25
Gambar 2.7. Peta Gempa Pada SNI 1726 2012
Beban Gempa rencana pada SNI 1726 2012 ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati besaran nya selama umur struktur bangunan 50 tahun
sebesar 2. Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung sesuai Tabel 1 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan
dengan suatu faktor keutamaan I
e
menurut Tabel 2. Khusus untuk struktur bangunan dengan kategori risiko IV, bila dibutuhkan pintu masuk untuk
operasional dari struktur bangunan yang bersebelahan, maka struktur bangunan yang bersebelahan tersebut harus didesain sesuai dengan kategori
risiko IV.
Universitas Sumatera Utara
26
Gambar 2.8 – SS- Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCE
R
Terpetakan Untuk Periode Pendek
Gambar 2.9 – S1- Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCE
R
Terpetakan Untuk Periode 1,0 Detik
Universitas Sumatera Utara
27
Tabel 2.7. Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
Jenis pemanfaatan Kategori risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
-
Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan
-
Fasilitas sementara
-
Gudang penyimpanan
-
Rumah jaga dan struktur kecil lainnya I
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
-
Perumahan
-
Rumah toko dan rumah kantor
-
Pasar
-
Gedung perkantoran
-
Gedung apartemen rumah susun
-
Pusat perbelanjaan mall
-
Ban industri
-
Fasilitas manufaktur
-
Pabrik II
Universitas Sumatera Utara
28
Tabel 2.8. Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa lanjutan
Jenis pemanfaatan Kategori risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
-
Bioskop
-
Gedung pertemuan
-
Stadion
-
Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
-
Fasilitas penitipan anak
-
Penjara
-
Bangunan untuk orang jompo Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar danatau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
-
Pusat pembangkit listrik biasa
-
Fasilitas penanganan air
-
Fasilitas penanganan limbah
-
Pusat telekomunikasi Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV,
termasuk, tetapi
tidak dibatasi
untuk fasilitas
manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah
meledak yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang
berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
III
Universitas Sumatera Utara
29 G
edung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
-
Bangunan-bangunan monumental
-
Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
-
Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat
-
Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat
-
Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya
-
Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
-
Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat
-
Struktur tambahan termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran yang disyaratkan untuk beroperasi
pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
IV
Tabel 2.9. Faktor keutamaan gempa
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
lokasi proyek berada pada daerah wilayah medan 0.45g = 4.41 ms
2
sehingga di digunakan spectrum rencana sebagai berikut :
Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Universitas Sumatera Utara
30 Sumber : http:puskim.pu.go.idAplikasidesain_spektra_indonesia_2011
Gambar 2.10. Respon Spektrum Gempa Rencana Wilayah Medan SNI-03-1726-2012
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 2.10.
Faktor R ,
C
d
, dan Ω untuk 31ystem penahan gaya gempa
Sistem penahan-gaya seismik Koefisien
modifika
si respons,
R a
Faktor kuat- lebih sistem,
Ω
g Faktor
pembesaran defleksi,
C
d b
Batasan sistem struktur dan batasan tinggi struktur, h m
c n
Kategori desain seismik
B C
D d
E d
F e
A. Sistem dinding penumpu 7.1.1
7.1.2 7.1.3
7.1.4 7.1.5
7.1.6 7.1.7
7.1.8
1. Dinding geser beton bertulang khusus 5
2½ 5
TB TB
48 48
30 2. Dinding geser beton bertulang biasa
4 2½
4 TB
TB TI
TI TI
3. Dinding geser beton polos didetail 2
2½ 2
TB TI
TI TI
TI 4. Dinding geser beton polos biasa
1½ 2½
1½ TB
TI TI
TI TI
5. Dinding geser pracetak menengah 4
2½ 4
TB TB
12k 12k
12k 6. Dinding geser pracetak biasa
3 2½
3 TB
TI TI
TI TI
7. Dinding geser batu bata bertulang khusus 5
2½ 3½
TB TB
48 48
30 8. Dinding geser batu bata bertulang
menengah 3½
2½ 2¼
TB TB
TI TI
TI 9. Dinding geser batu bata bertulang biasa
2 2½
1¾ TB
48 TI
TI TI
10.Dinding geser batu bata polos didetail 2
2½ 1¾
TB TI
TI TI
TI 11.Dinding geser batu bata polos biasa
1½ 2½
1¼ TB
TI TI
TI TI
12.Dinding geser batu bata prategang 1½
2½ 1¾
TB TI
TI TI
TI 13.Dinding geser batu bata ringan AAC
bertulang biasa 2
2½ 2
TB 10
TI TI
TI 14.Dinding geser batu bata ringan AAC
polos biasa 1½
2½ 1½
TB TI
TI TI
TI 15.Dinding rangka ringan kayu dilapisi
dengan panel
struktur kayu
yang ditujukan
untuk tahanan
geser, atau
dengan lembaran baja 6½
3 4
TB TB
20 20
20
16.Dinding rangka ringan baja canai dingin yang dilapisi dengan panel struktur kayu
yang ditujukan untuk tahanan geser, atau dengan lembaran baja
6½ 3
4 TB
TB 20
20 20
17. Dinding rangka ringan dengan panel geser dari semua material lainnya
2 2½
2 TB
TB 10
TI TI
18.Sistem dinding rangka ringan baja canai dingin menggunakan bresing strip
datar 4
2 3½
TB TB
20 20
20
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 2.10.
Faktor R ,
C
d
, dan Ω untuk sistem penahan gaya gempa lanjutan
Sistem penahan-gaya seismik Koefisien
modifikas i respons,
R a
Faktor kuat- lebih sistem,
Ω
g Faktor
pembesaran defleksi,
C
d b
Batasan sistem struktur dan batasan tinggi struktur, h m
c n
Kategori desain seismik
B C
D d
E d
F e
B. Sistem rangka bangunan
1. Rangka baja dengan bresing eksentris 8
2 4
TB TB
48 48
30 2. Rangka baja dengan bresing konsentris
khusus 6
2 5
TB TB
48 48
30 3. Rangka baja dengan bresing konsentris biasa
3¼ 2
3¼ TB
TB 10j
10j TIj
4. Dinding geser beton bertulang khusus 6
2½ 5
TB TB
48 48
30 5. Dinding geser beton bertulang biasa
5 2½
4 ½
TB TB
TI TI
TI 6. Dinding geser beton polos detail
2 2½
2 TB
TI TI
TI TI
7. Dinding geser beton polos biasa 1½
2½ 1
½ TB
T I
TI TI
TI 8. Dinding geser pracetak menengah
5 2½
4 ½
TB TB
12k 12k
12k 9. Dinding geser pracetak biasa
4 2½
4 TB
TI TI
TI TI
10.Rangka baja dan beton komposit dengan bresing eksentris
8 2
4 TB
TB 48
48 30
11.Rangka baja dan beton komposit dengan bresing konsentris khusus
5 2
4 ½
TB TB
48 48
30 12.Rangka baja dan beton komposit
dengan bresing biasa 3
2 3
TB TB
TI TI
TI 13.Dinding geser pelat baja dan beton komposit
6½ 2½
5 ½
TB TB
48 48
30 14.Dinding geser baja dan beton komposit
khusus 6
2½ 5
TB TB
48 48
30 15.Dinding geser baja dan beton komposit biasa
5 2½
4 ½
TB TB
TI TI
TI 16.Dinding geser batu bata bertulang khusus
5½ 2½
4 TB
TB 48
48 30
17.Dinding geser batu bata bertulang menengah 4
2½ 4
TB TB
TI TI
TI 18.Dinding geser batu bata bertulang biasa
2 2½
2 TB
48 TI
TI TI
19.Dinding geser batu bata polos didetail 2
2½ 2
TB TI
TI TI
TI 20.Dinding geser batu bata polos biasa
1½ 2½
1 ¼
TB T
I TI
TI TI
21.Dinding geser batu bata prategang 1½
2½ 1
¾ TB
T I
TI TI
TI 22.Dinding
rangka ringan
kayu yang
dilapisi dengan panel struktur kayu yang dimaksudkan untuk tahanan geser
7 2½
4½ TB
TB 22
22 22
23.Dinding rangka ringan baja canai dingin yang dilapisi dengan panel struktur kayu
yang dimaksudkan untuk tahanan geser, atau dengan lembaran baja
7 2½
4½ TB
TB 22
22 22
24.Dinding rangka ringan dengan panel geser dari semua material lainnya
2½ 2½
2½ TB
TB 10
TB TB
25.Rangka baja
dengan bresing
terkekang terhadap tekuk 8
2½ 5
TB TB
48 48
30 26.Dinding geser pelat baja khusus
7 2
6 TB
TB 4
8 48
30
C. Sistem rangka pemikul momen
1. Rangka baja pemikul momen khusus 8
3 5½
TB TB
T B
TB TB
2. Rangka batang baja pemikul momen khusus 7
3 5½
TB TB
48 30
TI
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 2.10.
Faktor R ,
C
d
, dan Ω untuk sistem penahan gaya gempa lanjutan
Sistem penahan-gaya seismik Koefisien
modifikasi respons,
R a
Faktor kuat- lebih sistem,
Ω
g Faktor
pembesaran defleksi,
C
d b
Batasan sistem struktur dan batasan tinggi struktur, h m
c n
Kategori desain seismik
B C
D d
E d
F e
3. Rangka baja pemikul momen menengah 4½
3 4
TB 1TB
10h,i TIh
TIi 4. Rangka baja pemikul momen biasa
3½ 3
3 TB
TB TIh
TIh TIi
5. Rangka beton bertulang pemikul momen khusus
8 3
5½ TB
TB TB
TB TB
6. Rangka beton bertulang pemikul momen menengah
5 3
4½ TB
TB TI
TI TI
7. Rangka beton bertulang pemikul momen biasa
3 3
2½ TB
TI TI
TI TI
8. Rangka baja dan beton komposit pemikul momen khusus
8 3
5½ TB
TB TB
TB TB
9. Rangka baja dan beton komposit pemikul momen menengah
5 3
4½ TB
TB TI
TI TI
10.Rangka baja dan beton komposit terkekang parsial pemikul momen
6 3
5½ 48
48 30
TI TI
11.Rangka baja dan beton komposit pemikul momen biasa
3 3
2½ TB
TI TI
TI TI
12. Rangka baja canai dingin pemikul momen khusus dengan pembautan
3½ 3o
3½ 10
10 10
10 10
D. Sistem ganda dengan rangka pemikul momen
khusus yang
mampu menahan paling sedikit 25 persen gaya
gempa yang ditetapkan 1. Rangka baja dengan bresing eksentris
8 2½
4 TB
TB TB
TB TB
2. Rangka baja dengan bresing konsentris khusus
7 2½
5½ TB
TB TB
TB TB
3. Dinding geser beton bertulang khusus 7
2½ 5½
TB TB
TB TB
TB 4. Dinding geser beton bertulang biasa
6 2½
5 TB
TB TI
TI TI
5. Rangka baja dan beton komposit dengan bresing eksentris
8 2½
4 TB
TB TB
TB TB
6. Rangka baja dan beton komposit dengan bresing konsentris khusus
6 2½
5 TB
TB TB
TB TB
7. Dinding geser pelat baja dan beton komposit
7½ 2½
6 TB
TB TB
TB TB
8. Dinding geser baja dan beton komposit khusus
7 2½
6 TB
TB TB
TB TB
9. Dinding geser baja dan beton komposit biasa
6 2½
5 TB
TB TI
TI TI
10.Dinding geser batu bata bertulang khusus 5½
3 5
TB TB
TB TB
TB 11.Dinding geser batu bata bertulang
menengah 4
3 3½
TB TB
TI TI
TI 12.Rangka
baja dengan
bresing terkekang terhadap tekuk
8 2½
5 TB
TB TB
TB TB
13.Dinding geser pelat baja khusus 8
2½ 6½
TB TB
TB TB
TB
E. Sistem ganda dengan rangka pemikul momen menengah mampu menahan
paling
sedikit 25
persen gaya
gempayang ditetapkan
1. Rangka baja dengan bresing konsentris khususf
6 2½
5 TB
TB 10
TI TIh,k
2. Dinding geser beton bertulang khusus 6½
2½ 5
TB TB
48 30
30
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 2.10.
Faktor R ,
C
d
, dan Ω untuk sistem penahan gaya gempa lanjutan
Sistem penahan-gaya seismik Koefisien
modifikasi respons,
R a
Faktor kuat- lebih sistem,
Ω
g Faktor
pembesaran defleksi,
C
d b
Batasan sistem struktur dan batasan tinggi struktur, h m
c n
Kategori desain seismik
B C
D d
E d
F e
3. Dinding geser batu bata bertulang biasa 3
3 2½
TB 48
TI T
I TI
4. Dinding geser batu bata bertulang menengah
3½ 3
3 TB
TB TI
TI TI
5. Rangka baja dan beton komposit dengan bresing konsentris khusus
5½ 2½
4½ TB
TB 48
30 TI
6. Rangka baja dan beton komposit dengan bresing biasa
3½ 2½
3 TB
TB TI
TI TI
7. Dinding geser baja dan betonkomposit biasa
5 3
4½ TB
TB TI
TI TI
8. Dinding geser beton bertulang biasa 5½
2½ 4½
TB TB
TI TI
TI
F. Sistem interaktif dinding geser- rangka dengan rangka pemikul
momen beton bertulang biasa dan dinding geser beton bertulang biasa
4½ 2½
4 TB
TI TI
TI TI
G. Sistem kolom kantilever didetail untuk memenuhi persyaratan
untuk : 1. Sistem kolom baja dengan kantilever
khusus 2½
1¼ 2½
10 10
10 10
10 2. Sistem kolom baja dengan kantilever biasa
1¼ 1¼
1¼ 10
10 TI
TIh,i TIh,
i 3. Rangka beton bertulang pemikul momen
khusus 2½
1¼ 2½
10 10
10 10
10 4. Rangka beton bertulang pemikul momen
menengah 1½
1¼ 1½
10 10
TI TI
TI 5. Rangka beton bertulang pemikul momen
Biasa 1
1¼ 1
10 TI
TI TI
TI 6. Rangka kayu
1½ 1½
1½ 10
10 10
TI TI
H. Sistem baja tidak didetail secara khusus untuk ketahanan seismik,
tidak termasuk sistem kolom kantilever
3 3
3 TB
TB TI
TI TI
Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung SNI 1726:2012.
Bekerjanya beban untuk bangunan bertingkat berlaku sistem gravitasi, yaitu elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur di
bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih besar akan menahan atau memikul elemen struktur yang mempunyai
kekuatan lebih kecil. Dengan demikian sistem bekerjanya beban untuk elemen – elemen
struktur gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut : beban pelat lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban
Universitas Sumatera Utara
35
balok portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi.
Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari
batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus diklasifikasikan terlebih dahulu. Profil tanah di situs harus diklasifikasikan
sesuai dengan Tabel 2.10, berdasarkan profil tanah lapisan 30 m paling atas. Penetapan kelas situs harus melalui penyelidikan tanah di lapangan dan
dilaboratorium, yang dilakukan oleh otoritas yang berwewenang atau ahli desain geoteknik bersertifikat, dengan minimal mengukur secara independen
dua dari tiga parameter tanah yang tercantum dalam Tabel 2.10. Dalam hal ini, kelas situs dengan kondisi yang lebih buruk harus diberlakukan. Apabila tidak
tersedia data tanah yang spesifik pada situs sampai kedalaman 30 m, maka sifat-sifat tanah harus diestimasi oleh seorang ahli geoteknik yang memiliki
sertifikatijin keahlian yang menyiapkan laporan penyelidikan tanah berdasarkan kondisi getekniknya. Penetapan kelas situs SA dan kelas situs SB
tidak diperkenankan jika terdapat lebih dari 3 m lapisan tanah antara dasar telapak atau rakit fondasi dan permukaan batuan dasar SNI 1726:2012.
Tabel 2.11 Klasifikasi situs
Kelas situs
v
s
mdetik
N
atau N
ch
s
u
kPa
SA batuan keras 1500
NA NA
SB batuan 750 sampai 1500
NA NA
SC tanah keras, sangat padat
dan batuan
lunak 350 sampai 750
50
2
100 SD tanah sedang
175 sampai 350 15sampai 50
50 sampai100 175
15 50
SE tanah lunak Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan
karateristik sebagai berikut : 1.
Indeks plastisitas,
PI 2 0 ,
2. Kadar air,
w 2 4 0 ,
3. Kuat geser niralir
s
u
2 5
kPa
Universitas Sumatera Utara
36 SF tanah khusus
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik berikut:
- Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah
- Lempung sangat organik danatau gambut ketebalan
H 3
m - Lempung berplastisitas sangat tinggi ketebalan
H 7 , 5
m dengan Indeks Plasitisitas
PI 7 5
Lapisan lempung lunaksetengah teguh dengan ketebalan
H 3 5
m dengan
s
u
5 0
kPa Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non
gedung SNI 1726:2012. -
Kecepatan rata-rata gelombang geser, V
s
Dimana : d
i
= tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter V
si
= kecepatan gelombang geser lapisan i dinyatakan dalam meter per detik mdetik
-
Tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata, N
Dimana : d
i
= tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter N
i
= tahanan penetrasi standar 60 persen energy N
60
yang terukur langsung di lapangan tanpa koreksi, dengan nilai tidak lebih dari
305 pukulanm ….........................................Persamaan 2.11
….........................................Persamaan 2.12
Universitas Sumatera Utara
37 -
Kuat geser niralir rata-rata, S
u
Dimana : d
c
= jumlah ketebalan total dari lapisan - lapisan tanah kohesif di dalam lapisan 30 meter paling atas
S
ui
= kuat geser niralir kPa, dengan nilai tidak lebih dari 250 kPa
Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan
perioda 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek F
a
dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik F
v
. Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek S
MS
. dan perioda 1 detik S
M1
. Yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs SNI 1726:2012, harus ditentukan
dengan perumusan berikut ini: S
MS
= F
a
. S
s
……………………………….Persamaan 2.14 S
M1
= F
v
. S
1
……………………………….Persamaan 2.15
Dimana : S
s
= parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda pendek
S
1
= parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda 1,0 detik.
dan koefisien situs
F
a
dan
F
v
mengikuti Tabel 2.12 dan Tabel 2.13
….........................................Persamaan 2.13
Universitas Sumatera Utara
38
Tabel 2.12.
Koefisien situs,
F
a
Kelas situs
Parameter respons spektral percepatan gempa MCE
R
terpetakan pada perioda pendek, T=0,2 detik,
S
s
S
s
:s 0 , 2 5
S
s
= 0 , 5
S
s
= 0 , 7 5
S
s
= 1 , 0
S
s
2 1 , 2 5
SA 0,8
0,8 0,8
0,8 0,8
SB 1,0
1,0 1,0
1,0 1,0
SC 1,2
1,2 1,1
1,0 1,0
SD 1,6
1,4 1,2
1,1 1,0
SE 2,5
1,7 1,2
0,9 0,9
SF SS
b
Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung SNI 1726:2012.
CATATAN:
-
Untuk nilai-nilai antara Ss dapat dilakukan interpolasi linier - SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs spesifik,
Tabel 2.13.
Koefisien situs,
F
v
Kelas situs
Parameter respons spektral percepatan gempa MCE
R
terpetakan pada perioda 1 detik, S
1
S
1
:s 0 , 1
S
1
= 0 , 2
S
1
= 0 , 3
S
1
= 0 , 4
S
1
2 0 , 5
SA 0,8
0,8 0,8
0,8 0,8
SB 1,0
1,0 1,0
1,0 1,0
SC 1,7
1,6 1,5
1,4 1,3
SD 2,4
2 1,8
1,6 1,5
SE 3,5
3,2 2,8
2,4 2,4
SF SS
b
Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung SNI 1726:2012.
CATATAN:
-
Untuk nilai-nilai antara Ss dapat dilakukan interpolasi linier - SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs spesifik,
Universitas Sumatera Utara
39
Struktur harus ditetapkan memiliki suatu kategori desain seismik. Struktur dengan kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di mana parameter respons
spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1 , lebih besar dari atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain
seismik E. Struktur yang berkategori risiko IV yang berlokasi di mana parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1 , lebih besar dari
atau sama dengan 0,75, harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik F. Semua struktur lainnya harus ditetapkan kategori desain seismiknya
berdasarkan kategori risikonya dan parameter respons spektral percepatan desainnya, S
DS
dan S
D1
.Masing-masing bangunan dan struktur harus ditetapkan ke dalam kategori desain seismik yang lebih parah, dengan mengacu pada Tabel
2.13 atau 2.14 , terlepas dari nilai perioda fundamental getaran struktur, T SNI 1726:2012.
Tabel 2.14. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda pendek
Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung SNI 1726:2012.
Nilai
S
DS
Kategori risiko I atau II atau III
IV
S
DS
0 , 1 6 7
A A
0 , 1 6 7 : S
DS
0 , 3 3
B C
0 , 3 3 : S
DS
0 , 5 0
C D
0 , 5 0 : S
DS
D D
Universitas Sumatera Utara
40
Tabel 2.15. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda 1 detik
Nilai S
D 1
Kategori risiko I atau II atau III
IV S
D 1
0 , 1 6 7 A
A 0 , 0 6 7
: S
D 1
0 , 1 3 3 B
C 0 , 1 3 3
: S
D 1
0 , 2 0 C
D 0 , 2 0
: S
D 1
D D
Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung SNI 1726:2012.
Geser dasar seismik, V , dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:
V = C
s
. W ……………………………….Persamaan 2.16 Keterangan:
C
s
= koefisien respons seismik W
= berat seismik efektif
Berat seismik efektif struktur, W menurut SNI 1726:2012 , harus menyertakan seluruh beban mati dan beban lainnya yang terdaftar di bawah ini:
1. Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan: minimum sebesar 25 persen beban hidup lantai beban hidup lantai di garasi publik dan struktur
parkiran terbuka, serta beban penyimpanan yang tidak melebihi 5 persen dari berat seismik efektif pada suatu lantai, tidak perlu disertakan;
2. Jika ketentuan untuk partisi disyaratkan dalam desain beban lantai: diambil sebagai yang terbesar di antara berat partisi aktual atau berat
daerah lantai minimum sebesar 0,48 kNm2; 3. Berat operasional total dari peralatan yang permanen;
4. Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan sejenis lainnya.
Universitas Sumatera Utara
41
Koefisien respons seismik, C
s
, harus ditentukan sesuai dengan C
s
= ……………………………….Persamaan 2.17
Dimana : S
DS
= parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda pendek
R = faktor modifikasi respons dalam Tabel 2.10
I
e
= faktor keutamaan gempa yang ditentukan sesuai Tabel 2.9
Nilai
C
s
yang dihitung sesuai dengan Persamaan diatas tidak perlu melebihi
C
s
dari persamaan di bawah : C
s
= ……………………………….Persamaan 2.18
C
s
yang di dapatkan harus tidak kurang dari : C
min
= 0,044 . S
DS
. I
e
0,01 Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana 1 S sama
dengan atau lebih besar dari 0,6g , maka C
s
harus tidak kurang dari: C
s
=
,
Dimana : S
DS
= parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda pendek
S
D1
= parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang sebesar 1,0 detik,
R = faktor modifikasi respons dalam Tabel 2.9
I
e
= faktor keutamaan gempa yang ditentukan sesuai Tabel 2,8 T
=
perioda fundamental struktur detik
Universitas Sumatera Utara
42
Perioda fundamental pendekatan Ta , dalam detik, harus ditentukan dari : T
a
= C
t
……………………………….Persamaan 2.19
Dimana : h
n
= ketinggian struktur, dalam m C
t
= koefisien prioda struktur pendekatan yang ditentukan dalam tabel 2.16 x
= koefisien ketinggian yang ditentukan dalam tabel 2.16
Tabel 2.16. Nilai parameter perioda pendekatan C
t
dan x
Tipe struktur
C
t
x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan
komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen 0,0724
a
0,8 Rangka beton pemikul momen
0,0466
a
0,9 Rangka baja dengan bresing eksentris
0,0731
a
0,75 Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk
0,0731
a
0,75 Semua sistem struktur lainnya
0,0488
a
0,75 Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung SNI
1726:2012.
Sebagai alternatif, menurut SNI 1726:2012
untuk menentukan perioda fundamental pendekatan T
a
, dalam detik, dari persamaan berikut untuk struktur dengan ketinggian tidak melebihi 12 tingkat di mana sistem penahan gaya gempa
terdiri dari rangka penahan momen beton atau baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat paling sedikit 3 m:
T
a
= 0,1N Dimana :
N = jumlah, tingkat m
Perioda fundamental struktur harus dibatasi dengan : T
max
= C
u
T
a
Universitas Sumatera Utara
43
Dimana : T
a
= waktu getar struktur, dalam m C
u
= koefisien batas prioda struktur yang ditentukan dalam tabel 2.17
Tabel 2.17. Koefisien untuk batas perioda struktur
Parameter percepatan respons spektral desain pada 1 detik, S
D1
Koefisien
C
u
0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
0,1 1,7
Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung SNI 1726:2012.
2.6. Kombinasi Pembebanan
komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi menurut SNI 1726:2012
harus dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi pengaruh beban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi sebagai
berikut: 1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5L
r
atau R 3. 1,2D + 1,6L
r
atau R + L atau 0.5W 4. 1,2D + 1,0 W + L + 0,5L
r
atau R 5. 1,2D + 1,0 E + L
6. 0,9D + 1,0 W 7. 0,9D + 1,0 E
Pengaruh beban gempa, E , harus ditentukan sesuai dengan berikut ini: 1. Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 5 dalam
E = E
h
+ E
v
2. Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 7
Universitas Sumatera Utara
44
E = E
h
- E
v
Keterangan: E
= pengaruh beban gempa; E
h
= pengaruh beban gempa horisontal E
v
= pengaruh beban gempa vertikal
Pengaruh beban gempa horisontal, E
h
, harus ditentukan sesuai dengan Persamaan sebagai berikut:
E
h
= ρQ
h
Keterangan: Q
= pengaruh gaya gempa horisontal dari V atau F p ρ
= faktor redundansi
Untuk struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F,m SNI 1726:2012 mengatur ρ harus sama dengan 1,3 kecuali jika satu dari dua
kondisi berikut dipenuhi, di mana p diijinkan diambil sebesar 1,0:
a.
Masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 persen geser dasar dalam arah yang ditinjau harus sesuai dengan Tabel 2.12;
b.
Struktur dengan denah beraturan di semua tingkat dengan sistem penahan gaya gempa terdiri dari paling sedikit dua bentang perimeter penahan gaya
gempa yang merangka pada masing-masing sisi struktur dalam masing- masing arah ortogonal di setiap tingkat yang menahan lebih dari 35 persen
geser dasar. Jumlah bentang untuk dinding geser harus dihitung sebagai panjang dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat atau dua kali panjang
dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat, hsx , untuk konstruksi rangka ringan.
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel 2.18 Persyaratan untuk masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 persen gaya geser dasar
Elemen penahan gaya lateral
Persyaratan
Rangka dengan bresing
Pelepasan bresing individu, atau sambungan yang terhubung, tidak akan mengakibatkan reduksi kuat tingkat sebesar lebih dari 33 persen, atau sistem
yang dihasilkan tidak mempunyai ketidakteraturan torsi yang berlebihan ketidakteraturan struktur horisontal Tipe 1b.
Rangka pemikul momen
Kehilangan tahanan momen di sambungan balok ke kolom di kedua ujung balok tunggal tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat tingkat
sebesar 33
persen, atau
sistem yang
dihasilkan tidak
mempunyai ketidakteraturan torsi yang berlebihan ketidakteraturan struktur
horisontal Tipe 1b.
Dinding geser atau pilar dinding dengan
rasio tinggi terhadap panjang lebih besar
dari 1,0 Pelepasan dinding geser atau pier dinding dengan rasio tinggi terhadap
panjang lebih besar dari 1,0 di semua tingkat, atau sambungan kolektor yang terhubung, tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat tingkat sebesar
33 persen, atau sistem yang dihasilkan mempunyai ketidakteraturan torsi yang berlebihan ketidakteraturan struktur horisontal Tipe 1b.
Kolom kantilever Kehilangan tahanan momen di sambungan dasar semua kolom kantilever
tunggal tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat tingkat sebesar 33 persen, atau sistem yang dihasilkan mempunyai ketidakteraturan torsi yang
berlebihan ketidakteraturan struktur horisontal Tipe 1b. Lainnya
Tidak ada persyaratan Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012.
2.7. Kinerja Struktur Gedung 2.7.1