Scene Dua Analisis Iklan Versi Liburan Rame

cxix menjadikan Facebook banyak diminati orang sehingga menjadi media promosi yang luar biasa. Semakin banyak peminat Facebook berarti semakin kuat daya tarik Facebook terhadap masyarakat. Kemampuan dan fitur-fiturnya yang semakin memudahkan setiap orang berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperdulikan jarak dan waktu membuat jejaring sosial seperti facebook menjadi pilihan yang paling relistis dan mudah untuk bersosialisasi. Tak ayal ini menjadi sebuah life style. Sebuah gaya hidup yang secara “tidak tertulis” menjadi kewajiban untuk setiap orang. Ini dibuktikan dengan pertumbuhan akun yang terdaftar di database facebook dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan hingga dibutuhkan penambahan database. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan pengguna facebook yang paling signifikan. Oleh karena itu Indonesia mempunyai porsi database yang lebih banyak dibandingkan negara-negara ASEAN Facebook Sebuah Gaya Hidup, dapat diakses di www.hegie4689.wordpress.com Berdasarkan pertimbangan tersebut maka terlihat mengapa XL sengaja meletakkan penempatan fitur akses facebook pada awal scene, yaitu untuk mencitrakan dirinya sebagai produk yang mengikuti perkembangan teknologi dan selalu memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan menawarkan facebook sebagai salah satu fiturnya, XL berusaha menarik konsumen agar memakai layanan XL. Tata letak urutan penawaran fitur dalam iklan ini sendiri sesuai dengan minat masyarakat yang sangat tinggi terhadap penggunaan facebook.

2. Scene Dua

cxx Gambar B.2 Makna Denotasi Scene ini diawali dari transisi scene sebelumnya yaitu foto endorser di scene satu Putri Titian yang berada di halaman facebook tiba-tiba berpindah ke dalam layar handphone endorser lain. Scene ini masih berhubungan dengan scene sebelumnya, terlihat dari teks dan grafis di bawah gambar yang masih sama dengan yang ada di scene satu. Jenis pengambilan gambar adalah perpaduan antara close up, long shot, dan medium close up dengan angle kamera eye level. Setting lokasi adalah sebuah ruang tunggu sarana transportasi. Hal ini ditunjukkan dengan properti di dalam ruangan yaitu kursi berjejer, papan denah lokasi, dan beberapa orang yang tampak duduk menunggu. Dua orang endorser berpakaian santai sambil membawa tas menunujukkan mereka akan pergi ke suatu tempat memperkuat bahwa lokasi berada di ruang tunggu sarana transportasi. Audio dalam scene ini lanjutan dari jingle XL dengan lirik “XL membebani dengan fitur seru dan juga tarif murahnya…Segala-galanya dengan XL libur jadi segila-gilanya. Isi pesan dalam scene ini tentang fitur XL yang lain yaitu permainan yang dapat diakses di handphone dan dan kemudahan untuk mengakses situs jejaring friendster. cxxi Makna Konotasi Berdasarkan simbol-simbol dari beberapa shot di scene ini dapat diketahui bahwa pemakaian handphone dalam kehidupan sehari-hari telah menjadi sebuah kebutuhan. Handphone tidak lagi sekedar sarana komunikasi, namun juga mampu menjadi media hiburan. Di setiap saat dan tempat, terutama anak-anak muda tidak jauh dengan teknologi yang disebut handphone. Hal ini dapat dilihat pada detik ke 00.16 dan selanjutnya yang memperlihatan aktivitas penggunaan handphone. Oleh karena itu melalui scene ini XL menunjukkan bahwa dengan memakai kartu XL, konsumen akan dibuat merasa semakin puas dan nyaman dengan fitur-fitur yang ditawarkan saat menggunakan handphone. Setting lokasi dalam scene ini juga mendukung hal di atas. Setting lokasi sebuah ruang tunggu umumnya identik dengan suasana yang menjemukan. Bahkan ada satu ungkapan yang sering diucapkan oleh orang bahwa menunggu itu membosankan. Namun melalui scene ini, XL berusaha mematahkan mitos tersebut. Dapat di lihat pada detik ke 00.19 ekspresi talent yang asyik menikmati salah satu fitur games dari XL. Hal ini diperkuat dengan teks dan grafis yang muncul pada detik ke 00.21. Berdasarkan situasi lingkungan dalam scene ini, teks tersebut dapat dimaknai dengan memakai XL konsumen dapat menikmati berbagai suasana dengan layanan XL yaitu games yang sangat seru, ditunjukkan dengan kata “gila” yang berarti sangat. Teks tersebut seperti teks yang muncul sebelumnya, juga menggunakan bahasa gaul agar lebih mudah diingat dan mengena kepada target market. Fishman dalam Sobur menegaskan, cxxii berkomunikasi dengan bahasa sebetulnya tidaklah sekedar ditentukan oleh faktor linguistik, melainkan juga oleh faktor nonlinguistik, seperti faktor sosial dan faktor situasional. Faktor sosial, antara lain, meliputi status social, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, usia, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor situasional, diantarnya, mencakup siapa yang berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, bilamana, di mana, dan masalah apa yang dibicarakan Sobur, 2004:308. Telah dijelaskan bahwa pada scene satu XL mengangkat lifestyle penggunaan teknologi sebagai salah satu strategi pemasarannya, pada scene ini XL semakin mempertegas hal tersebut dengan juga menawarkan akses penggunaan friendster. Sebagai salah satu bentuk teknologi komunikasi di dunia maya, memang saat ini friendster tidak lagi begitu meledak seperti facebook, namun masih banyak orang terutama anak-anak muda yang menggunakan situs ini sebagai media komunikasi. Apalagi didukung dengan tampilan dan fitur-fitur baru yang ditawarkan oleh friendster, membuatnya masih layak disebut menjadi simbol gaya hidup anak muda. Melalui grafis loading di shot bagian akhir, XL menunjukkan bahwa produknya menyediakan layanan yang cepat dalam akses internet. Seperti kita ketahui, saat ini seringkali pelanggan mengeluhkan koneksi internet yang lambat, melalui grafis tersebut, XL terlihat berusaha menanamkan persepsi pada konsumen agar tidak ragu menggunakan layanan akses internet via ponsel dengan menggunkan jasa XL karena koneksinya cepat. Shot sebuah iklan yang menunjukkan pembuktian memang penting untuk menimbulkan kepercayaan cxxiii konsumen akan sebuah produk, seperti yang dikemukakan oleh Jefkins, “ Kita juga perlu menciptakan iklan yang mampu memunculkan keyakinan bahwa konsumen memang layak untuk melakukan pembelian dan hal itu akan memberikan kepuasan sebagaimana mereka inginkan” Jefkins, 1994:242.

3. Scene Tiga