Media Auditif The Spoken Words Media Visual The Printed Word Media Audio-Visual

commit to user THE LASWELL FORMULA

D. Media Komunikasi Public Relations

Salah satu pengertian Public Relations adalah suatu jenis kegiatan komunikasi. Dalam proses komunikasi dikenal unsur media sebagai saluran yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kekomunikannya. Media komunikasi bagi Public Relations memiliki peran yang penting untuk menjalankan tugasnya yang selalu berhubungan dengan publiknya, khususnya publik eksternal dan salah satu cara yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan ke khalayak atau publiknya salah satunya adalah lewat media. Media yang sering digunakan oleh Public Relations dapat digolongkan menjadi 3 jenis sesuai dengan penggunaannya yaitu :

1. Media Auditif The Spoken Words

Yang termasuk media auditif adalah radio, tape recorder, demonstrasi dan juga pertemuan. Media auditif memiliki kelebihan dibanding media cetak karena pesan yang disampaikan lebih mudah ditangkap dan dicerna secara langsung oleh pendengar lewat intonasi dan nada suara yang memperjelas dan juga dapat didukung dengan ilustrasi audio yang dapat memperkuat pesan yang disampaikan. WHO Communicator SAY WHAT? Message IN WHICH CHANNEL Medium TO WHOM? Receiver WITH WHAT EFFECT Efect commit to user

2. Media Visual The Printed Word

Penyampaian pesan media visual adalah berbentuk tertulis atau berupa media cetak. Keuntungan media ini adalah dapat diperbanyak tanpa mengubah isi informasinya, dapat dipelajari setiap saat dan dapat didokumentasikan. Yang termasuk media visual antara lain adalah majalah, surat kabar, booklet, pamplhet, foto grafik, foster dan papan reklame. Media visual atau cetak Public Relations yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi ke publik adalah prees release.

3. Media Audio-Visual

Media audio visual adalah perpaduan dari kedua media diatas, yaitu media auditif dan visual. Media ini yang sekarang paling populer digunakan karena seiring perkembangan jaman yang menuntut kecepatan penyampaian pesan informasi ke publik yang termasuk media audio visual adalah televisi, internet dan lain – lain . commit to user BAB III DESKRIPSI PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Berdirinya PT.PERTAMINA Sejarah Pertamina EP tidak bisa dilepaskan dari perjalanan panjang perburuan minyak di Bumi Nusantara ini yang dimulai sejak awal Abad 19. Antara 1871 hingga 1885 merupakan masa-masa awal pencarian hingga penemuan minyak di Indonesia, yang waktu itu masih dalam pendudukan Belanda. Menyusul pengeboran pertama pada 1883 di Telaga Tiga, Pangkalan Brandan, Sumatera Utara maka pada 1885 berdirilah Royal Dutch Company di Pangkalan Brandan. Sejak itulah ekspolitasi minyak dari perut Bumi Nusantara dimulai. Ketika pecah Perang Asia Timur Raya, produksi minyak mengalami gangguan. Pada masa pendudukan Jepang, usaha yang dilakukan hanyalah merehabilitasi lapangan dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau pengeboman. Pada masa perang kemerdekaan, produksi minyak terhenti. Namun ketika perang usai dan bangsa ini mulai menjalankan pemerintahan yang teratur, ternyata penguasaan atas usaha minyak di Indonesia menjadi tidak jelas. Banyak perusahaan-perusahaan kecil bermunculan untuk memanfaatkan rezeki minyak ini sehingga memicu terjadinya sengketa di sana-sini. Akhirnya, untuk meredam commit to user semua itu, penguasaan atas tambang-tambang minyak tersebut diserahkan kepada Angkatan Darat. Untuk menanganinya, pemerintah mendirikan sebuah maskapai minyak nasional pada 10 Desember 1957 dengan nama PT Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Perusahaan itu lalu bergabung dengan PERTAMIN menjadi PERTAMINA pada 1968. Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, Pemerintah menerbitkan UU no. 8 pada 1971, yang menempatkan PERTAMINA sebagai perusahaan minyak dan gas bumi milik negara. Berdasarkan UU ini, semua perusahaan minyak yang hendak menjalankan usaha di Indonesia wajib bekerja sama dengan PERTAMINA. Karena itu, PERTAMINA bertindak sebagai regulator bagi mitra yang menjalin kerja sama melalui mekanisme Kontrak Kerja Sama KKS di wilayah kerja WK PERTAMINA. Di sisi lain PERTAMINA juga bertindak sebagai operator karena juga menggarap sendiri sebagian wilayah kerjanya. Sejalan dengan dinamika industri migas dunia, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi milik negara No. 22 tahun 2001. Sebagai konsekuensi penerapan UU tersebut, Pertamina beralih bentuk menjadi PT Pertamina Persero, dan hanya bertindak sebagai operator yang menjalin Kontrak Kerja Sama KKS dengan pemerintah yang diwakili oleh BPMIGAS. Sekaligus UU itu juga mewajibkan PT Pertamina Persero untuk mendirikan anak perusahaan guna mengelola usaha eksplorasi, eksploitasi dan produksi minyak dan gas, sebagai konsekuensi pemisahan usaha hulu dengan hilir.Atas commit to user dasar itulah PT Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005. Sejalan dengan pembentukan Pertamina EP maka pada tanggal 17 September 2005, PT Pertamina Persero telah melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama KKS dengan BPMIGAS -- yang berlaku surut sejak 17 September 2003 -- atas seluruh Wilayah Kuasa Pertambangan Migas yang dilimpahkan melalui perundangan yang berlaku. Sebagian besar wilayah PT Pertamina Persero tersebut dipisahkan menjadi Wilayah Kerja WK Pertamina EP. Pada saat bersamaan, Pertamina EP juga melaksanakan penandatanganan KKS dengan BPMIGAS yang berlaku sejak 17 September 2005. Dengan demikian WK Pertamina EP adalah WK yang dahulu dikelola oleh PT Pertamina Persero sendiri, dan WK yang dikelola PT Pertamina Persero melalui TAC Technical Assistance Contract dan JOB EOR Joint Operating Body Enhanced Oil Recovery PT Pertamina Persero dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara adalah sebuah BUMN yang bertugas mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia.Pertamina pernah mempunyai monopoli pendirian SPBU di Indonesia, namun monopoli tersebut telah dihapuskan pemerintah pada tahun 2001. Perusahaan ini juga mengoperasikan 7 kilang minyak dengan kapasitas total 1.051,7 MBSD, pabrik petrokimia dengan kapasitas total 1.507.950 ton per tahun dan pabrik LPG dengan kapasitas total 102,3 juta ton per tahun. Pertamina adalah hasil gabungan dari perusahaan Pertamin dengan Permina yang didirikan pada tanggal 10 Desember commit to user 1957. Penggabungan ini terjadi pada 1968. Direktur utama Dirut yang menjabat saat ini adalah Karen Agustiawan yang dilantik oleh Menneg BUMN Syofan Djalil pada 5 Februari 2009 menggantikan Dirut yang lama Ari Hernanto Soemarno. Pelantikan Karen Agustiawan ini mencatat sejarah penting karena ia menjadi wanita pertama yang berhasil menduduki posisi puncak di perusahaan BUMN terbesar milik Indonesia itu. Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energi dan petrokimia, terbagi ke dalam sektor Hulu dan Hilir, serta ditunjang oleh kegiatan anak-anak perusahaan dan perusahaan patungan. PT.PERTAMINA EP berdiri mulai tanggal 17 September 2005 berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No.4, merupakan Kontrak Minyak dan Gas Bumi antara BPMIGAS dan PT.PERTAMINA PERSERO kepada PT.PERTAMINA sebagaimana SKDireksi PT.PERTAMINA PERSERO No. 042C000002005-S0 tanggal 21 September 2005. Pengusahaan minyak dan gas melalui operasi sendiri dilakukan di 7 tujuh Daerah Operasi Hulu DOH. Ketujuh daerah operasi tersebut adalah : · DOH Nanggroe Aceh Darussalam NAD Sumatra Bagian Utara yang berpusat di Rantau · DOH Sumatra Bagian Tengah berpusat di Jambi · DOH Sumatra Bagian Selatan berpusat di Prabumulih · DOH Jawa Bagian Barat berpusat di Cirebon commit to user · DOH Jawa Bagian Timur berpusat di Cepu · DOH Kalimantan berpusat di Balikpapan · DOH Papua berpusat di Sorong. Sejarah PT.PERTAMINA PENDOPO 1912 Pada tanggal 24 April 1912 Standard Oil of New Jersey memulai aktivitasnya di Indonesia melalui The American Petroleum Company di Negeri Belanda, dengan membentuk Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij NKPM untuk usahanya di Indonesia 1913 Pengeboran sumur pertama di Batu Bedulang Sumatera Utara 1914 Sumur minyak pertama ditemukan di daerah operasi NKPM di Petak Jawa Tengah 1916 Sumur minyak pertama ditemukan dari lapisan dangkal Palembang di Talang Akar Sumatera Selatan 1917 Di Jawa Tengah ditemukan lagi sumur minyak di daerah operasi Trebul. Dengan ditemukannya sumur minyak ini dan di Petak pada tahun 1914. NKPM merencanakan untuk mendirikan kilang, tetapi karena kesukaran- kesukaran yang dihadapi pada saat pecahnya Perang Dunia pertama beberapa tahun kemudian sebuah kilang minyak yang kecil baru dapat didirikan di Kapuan 1920 Karena pengaruh Perang Dunia I keadaan perusahaan semakin sulit, sehingga timbul maksud untuk menjualnya kepada sebuah Perusahaan commit to user Jepang. Sejarah NKPM tentu akan sangat berbeda seandainya Jepang menawar yang lebih baik. 1921 Di Talang Akar Sumatera Selatan ditemukan sumur yang menghasilkan 800 BOPD dari lapisan Talang Akar yang lebih dalam. 1922 Pada tahun ini adalah tahun permulaan masa jayanya NKPM, karena selain telah selesainya pendirian kilang minyak mini di Kapuan Jawa Tengah, juga penemuan-penemuan ladang minyak di Talang Akar Sumatera Selatan. Di daerah ini pada kedalaman kita-kira 2000 kaki ditemukan sumur-umur minyak yang menghasilkan 10.000 sampai 20.000 BOPD Barel Oil Per Day. Penemuan ladang minyak Talang Akar ini telah merubah sejarah perusahaan ini secara tiba-tiba. Keputusan diambil untuk membangun sebuah kilang minyak baru dekat Palembang dan pemasangan pipa sepanjang 130 km untuk menyalurkan minyak dari lapangan Talang Akar ke Kilang. 1926 Pembangunan kilang sungai gerong yang berkapasitas 3.500 barel setiap hari dan pemasangan pipa 6 inchi dari Talang Akar ke Sungai Gerong selesai dikerjakan.Pemasangan pipa sepanjang 130 km itu merupakan suatu pekerjaan yang besar dan berat, dimana banyak sekali rawa-rawa harus ditimbun dan tiang-tiang pancang harus dipasang. 1927 Ditemukan ladang minyak Pendopo 1930 Ditemukan ladang minyak Jirak commit to user 1931 Pemasangan pipa saluran minyak 8 inci dari Talang Akar ke Sungai Gerong Kapasitas kilang diperbesar dari 3500 barrel menjadi 25.000 barrel setiap hari. Pembangunan pabrik lilin sebagai bagian dari kilang tersebut untuk penampungan produki didirikan terminal Tanjung Uban. 1933 Ladang Benakat ditemukan. Tahun ini merupakan tahun bersejarah bagi perusahaan. Pada saat itu standart of New Jersey mempunyai persediaan minyak mentah yang cukup di daerah Timur Jauh, tetapi tidak memiliki sarana distribusi yang memadai. Sebaliknya, Socony Vacuum Oil Company SVOC tidak memiliki baik minyak mentah maupun kilang, tetapi memiliki segala fasilitas pemasaran minyak. Kedua perusahaan ini bergabung untuk usaha-usahanya di Timur Jauh. Maka dibentuklah SVOC sebagai badan koordinasi usaha NKPM di Indonesia. 1934 Untuk mengurus pemasaran dibentuk organisasi dengan nama N.V kolonial Petroleum Verkoop Mij NPPM. Ditahun ini NKPM memperoleh daerah eksplorasi Sumatera Tengah yang dikenal dengan Japura 5A Contract 1936 Ditemukan Ladang Raja 1939 Ditemukan umur minyak pertama di daerah Japura 5A Contract di Sumatera Tengah. 1942 Pada masa ini usaha-usaha perindustrian minyak di Indonesia ada di bawah pengawasan pemerintah kedudukan Jepang. commit to user 1945 Dengan politik bumi hangus, kilang Sungai Gerong telah dihancurkan sebelum kedatangan pemerintah pendudukan Jepang. 1946 Sesudah pemerintah pendudukan Jepang menyerah, usaha-usaha segera dilakukan untuk membina kembali kilang minyak Sungai Gerong dan mengaktifkan kembali Produksi di kilang minyak Pendopo. 1947 NKPM berganti nama menjadi NV Standard Vacuum Petroleum Mij SVPM sedangkan KPPM menjadi NV Standard – Vacuum Sales Company SVSC 1948 Pertengahan tahun 1948 kilang minyak Sungai Gerong telah dapat menyamai kapasitas produksinya dengan keadaan sebelum Perang dengan 45.000 BOPD, sedangkan produksi minyak mentah terus naik sampai mencapai 66.800 BOPD. 1950 Ditemukan ladang-ladang Betun, Karan, Deras, Tanim, Abab, Kruh dan Kaya. 1957 Tanggal 22 Oktober 1957 pendirian Cat-Cracker dan Polymerization Unit telah selesai, sehingga kilang Sungai Gerong dipandang sebagai Unit yang paling modern di Asia Tenggara pada saat itu.Lapangan Lirik di Sumatera Utara mulai dengan produksi yang sangat meyakinkan dan dibukalah saluran pipa dari Lirik ke Terminal buatan pada tanggal 1 Nopember 1957. 1958 Perjanjian perburuhan CLA yang pertama ditanda tangani dengan wakil- wakil Serikat Buruh SKBM, KBKI, SBII dan PERBUM. commit to user 1959 Nama SVSC dirubah mennjadi PT Stanvac Indonesia dengan kantor pusat di Jakarta. Suatu persetujuan telah dicapai dengan pemerintah Indonesia untuk mensupply kira-kira 10 MMSCFD Million Metric Standard Cubic Feet per Day gas keperluan perusahaan pupuk Sriwidjaja PUSRI di Palembang. Penanda tanganan perjanjian dilakukan tanggal 20 Februari 1959 untuk jangka waktu 20 tahun, sejak pengiriman gas pertama ke dalam pabrik pupuk 1963. 1961 SVPM dilebur menjadi PT Stanvac Indonesia 1962 Dalam bulan Maret 1962 kekayaan SVOC di Timur Jauh dikembalikan kepada pemegang saham masing-masing standard oil of New Jersey dan SVOC, kecuali yang berada di Indonesia SVOC dibebani untuk memelihara usaha-usaha di bagian Timur Jauh ini dan Standard Oil of New Jersey mendirikan maskapai baru. ESSO Standard Eastern Inc. Ditunjuk oleh kedua pemegang saham sebagai pelaksana usaha di Indonesia 1963 Pada tanggal 25 September 1963 suatu persetujuan dengan pemerintah Indonesia, yang diwakili oleh PN. PERMINA, bahwa PTSI ditunjuk sebagai salah satu kontraktor dalam bidang usaha produksi minyak. Dalam persetujuan in idaerah Kampar ditambahkan sebagai daerah konsesi baru di daerah Sumatera Tengah. commit to user 1964 Bagian pemasaran PTSI dihapuskan dan diambil oleh PN.PERTAMIN yang diserahi tugas pemasaran dalam negeri oleh pemerintah Republik Indonesia 1965 Masa pengolahan politik di IndonesiaG30SPKI. Untuk melindungi kelangsungan produksi dari Industri-Industri Vital, maka PTSSI ditempatkan di bawah pengawasan pemerintah Indonesia dengan keputusan Presiden tanggal 15 Maret 1965. Pengawasan dilakukan oleh tim pengawas yang diangkat oleh Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan. Tim ini dibebaskan setahun kemudian dan diganti oleh tim pengawas yang ditunjuk oleh panglima Daerah Militer. 1966 Pimpinan PTSI di Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan sepenuhnya dipegang oleh putera-puteri Indonesia, mulai tahun 1966. Di daerah Sumatera Selatan John S. Karamoy dipercayakan sebagai Area Manager yang pertama bangsa Indonesia. 1967 Keadaan menjadi lebih baik untuk perusahaan asing, sehingga PTSI mulai lagi menyusun organisasinya agar dapat lebih giat berusaha. 1968 Team pengawas yang ditunjuk oleh panglima Daerah Militer dibubarkan, sehingga memungkinkan PTSI untuk lebih leluasa berusaha. Dalam tahun ini PTSI mengolah lebih banyak minyak bumi kepunyaan pemerintah dari masa-masa lalu. 1969 Pada tanggal 23 Nopember 1969 dicapai persetujuan dengan pemerintah Indonesia yang diwakili oleh PN PERTAMINA untuk mengubah bidang commit to user usaha PTSI di Indonesia. PTSI yang tadinya merupakan perusahaan eksplorasi, produksi, dan penyulingan minyak bumi, berubah menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi saja. Kilang minyak di Sungai Gerong diamibl alih oleh PN PERTAMINA, bersamaan dengan persetujuan itu, PTSI diberi tambahan daerah konsesi baru seluas + 12 million acres di Sumatera Selatan, dekat ladang minyak Pendopo, Talang Akar. Sejak itu aktivitas PTSI berkembang kembali dan total produksi yang dicapai 76.000 barel perhari. 1971 Perluasan usaha PTSI di Indonesia ditandai dengan usaha-usaha baru di daerah Sumatera Selatan dan pengambil alihan daerah ’bagi hasil’ corridor dari REDCO. 1972 PTSI menandatangani kontrak dengan Pertamina untuk menyediakan 26.3 MMSCFD gas selama 10 tahun untuk pabrik pupuk PUSRI-II. 1973 Perluasan usaha PTSI diteruskan lagi dengan diberikannya daerah Rimau Blok oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk digarap. 1976 PTSI membuat lagi kontrak dengan PERTAMINA untuk menyediakan 45 MMSCFD gas selama 10 tahun. Gas ini adalah untuk pabrik pupuk PUSRI-IIIIV. 1977 Mulai tahun 1977 daerah Corridor Blok dikembalikan kepada REDCO karena prospeknya kurang menarik. commit to user 1978 Produksi PTSI keseluruhan adalah sekitar 33.000 BOPD. Usaha-usaha untuk menaikkan produksi ini terus menerus dilakukan dengan mempelajari kembali sumur-sumur lama, menambah sumur-sumur baru diladang-ladang yang sudah ada dan melakukan pengeboran sumur-sumur eksplorasi di daerah-daerah yang belum di produksi. 1979 Dalam tahun ini produksi PTSI secara keseluruhan tetap pada tingkat sekitar 33.000 BOPD perhari akibat adanya pengeboran di daerah North Kruh, Jirak serta pengeboran sumur baru di daerah Merbau Sumatera Tengah. 1980 Perluasan eksplorasi tahun ini di Sumatera Selatan dilakukan di daerah Bungur Kabupaten Musi Rawas dan Sukaraja di Kabupaten Muara Enim. Sedangkan di Sumatera Tengah di daerah terusan Pamai Taluk Blok A. 1981 Usaha-usaha untuk meningkatkan produksi terus dilakukan dengan melakukan pengeboran di daerah ‘bagi hasil’ Tabuan, Marga Rimba Asam kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Musi Banyuasin di Sumatera Selatan. Di Sumatera Tengah ditemukan sumur Napuh Kecamatan Pangkalan Kuras. Produksi keseluruan sekitar 35.700 BOPD 1983 28 November 1983 dimulai sejarah baru bagi Lapangan Pendopo, setelah lebih dari setengah abad lapangan ini dikelola oleh pihak asing. Berdasarkan pasal 3 kontrak karya dan Undang-Undang no.14 tahun 1963 pengoperasian dan pengelolaan lapangan minyak ’Old Area’ Pendopo telah diserahterimakan kepada PERTAMINA. commit to user

A. Tujuan Perusahaan