xxxix dalam pabrik dan para petani pun kedudukannya beralih menjadi buruh yang sudah dibayar dengan
upah, tanah-tanah penduduk yang disewa juga dibayar dengan uang sewa. Untuk semakin meningkatkan produksi kopi mulai tahun 1918 diputuskan untuk penanaman tanaman kopi seluruh
areal seluas 1490 hektar tanah di lereng Gunung Lawu. Perluasan ini merupakan suatu strategi peningkatan produksi kopi yang baik karena sebelumnya luas lahan yang ditanami kopi hanya 780
hektar.
52
4. Perusahaan Serat-Nenas di Mojogedang
Keputusan untuk menanam serat-nenas di areal perkebunan kopi Kerjogadungan, yaitu dibagian yang bawah seluas 285 ha, dari areal 710 ha, yang tidak ditanami telah diambil alih pada
tahun 1918. Di samping itu untuk penanaman agave akan digunakan bagain terendah dari kebun- kebun kopi yang terbukti tidak mendatangkan hasil. Pada tahun 1919 dimulai dengan pembuatan
pembibitan seluas 16 ha, dan pada tahun 1920 dimulai dengan penanamannya seluas 140 ha, dan pekerjaan ini berlangsung sampai bulan Maret 1921. Pada tahun-tahun berikutnya areal tersebut
diperluas secara teratur. Pada tahun 1922 usaha ini di admistrasikan tersendiri, dan dalam laporan tahun 1922, dari komisi pengawas untuk pertama kali perusahaan serat di Mojogedang muncul
sebagi obyek untuk diawasi. Perlu dicatat bahwa perusahaan kopi maupun perusahaan serat-nenas tetap dipimpin oleh seorang administrator.
53
Pada tahun 1922 dimulai dengan pembangunan pabrik serat-nenas, dan pada tanggal 23 Juli 1923 sudah dapat dimulai dengan melepas seratnya. Pada mulanya jalan-jalan dan jembatan-
jembatan diareal perkebunan serat-nenas dalam keadaan jelek, maka pada mulanya dijumpai banyak sekali kesukaran dalam bidang tarnsportasi. Oleh karena itu diputuskan untuk memasang
alat peluncuran kabel untuk mengangkut daun-daunnya. Pada bulan September 1925 selesai pembangunan untuk bagian utara, dan pada akhir tahun 1926 untuk bagian selatan.
54
5. Pabrik Genting Kemiri
Pabrik genting di Kemiri didirikan berdasarkan pertimbangan-pertimba ngan, antara lain untuk membantu rakyat mendapatkan genting dengan harga pokok, menjual di pasaran bebas
52
Widyasanti, 2008, Skripsi: Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Perkebunan Kopi Kerjogadungan Di Karanganyar Pada Tahun 1916-1946, Surakarta, hal., 6.
53
Pringgodigdo A.K, Op.Cit, hal., 174
54
Ibid, hal., 176.
xl sehingga keuntungannya bermanfaat bagi rakyat untuk memperoleh genting dengan harga pokok.
Pada bulan Januari 1922 diputuskan untuk mengambil alih sebuah pabrik genting dengan harga f 25.000.- pada tahun-tahun berikutnya diadakan banyak perluasan dan pembaharuan, sehingga nilai
pabrik itu pada tahun 1925 sudah berlipat dua kali. Dana penduduk Tasikmadu dan Colomadu masing-masing membeli saham f 8.400 dan f 5.000, dan memberi pinjaman f 16.600 dan f 10.000
sebagai modal kerja. Pinjaman tersebut pada tahun1927 sudah dapat dilunasi, karena perusahaan ini milik Dana Penduduk, sedangkan Dana Penduduk itu milik pabrik gula, maka pabrik genting di
Kemiri itu adalah milik Dana Milik tingkat III.
55
6. Pabrik Rokok “Priyayi”