Strategi dakwah generasi muda masjid al-Hikmah (GEMA) dalam meningkatkan nilai-nilai keislaman para pemuda di kampung areman Cimanggis Depok

(1)

(GEMA) DALAM MENINGKATKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN PARA PEMUDA DI KAMPUNG AREMAN CIMANGGIS DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

OLEH:

INDRA DITA PUSPITO 107051002572

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011 M/1432 H


(2)

i

kampung Areman Cimanggis Depok

Islam merupakan agama dakwah. Sebuah agama yang memerintahkan umatnya untuk menyebar dan menyi’arkan ajaran islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat seluruh alam. Islam dapat menjamin terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia di dunia dan di akhirat, jika ajarannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan dijadikan sebagai pedoman dan pandangan hidup. Dalam berdakwah, Allah tidak mewajibkan ummatnya untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tetapi yang harus maksimal adalah usahanya dalam memperjuangkan agama Allah. Untuk mencapai hal itu, maka kita sebagai ummat Islam harus mempunyai strategi-strategi yang baik dan mapan untuk mencapai efektifitas dan efesiensi dalam menyampaikan dakwah. Seperti halnya Generasi Muda Masjid al-Hikmah (GEMA) yang mempunyai strategi dalam kegiatan dakwahnya.

Peneliti cukup memerhatikan sangat pentingnya strategi dalam menyampaikan dakwah, maka sebagai rumusan dari latar belakang di atas adalah : Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan GEMA al-Hikmah?, apa faktor pendukung serta penghambat GEMA al-Hikmah dalam menyampaikan dakwahnya?

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis data bersifat deskriptif, yaitu metode yang berfungsi sebagai prosedur penelusuran masalah yang diteliti dengan menggambarkan subjek dan objek penelitian bedasarkan fakta yang ada. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Bedasarkan penelitian yang saya lakukan, dengan adanya strategi dakwah di GEMA al-Hikmah, dan hal itu merupakan taktik atau siasat yang di gunakan GEMA al-Hikmah untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai. Maka dapat disimpulkan bahwa: GEMA al-Hikmah memiliki strategi yang efektif, terarah dan terencana dalam setiap melakukan kegiatan dakwahnya terhadap para remaja agar menjadi remaja muslim yang benar-benar mengetahui dan memahami ajaran agama Islam serta melaksanakannya. Dalam hal ini masih banyaknya para remaja yang melakukan penyimpangan moral serta kurang optimalnya pengawasan orang tua dan pengawasan diri sendiri seperti banyak di temukan remaja yang menghabiskan waktunya untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat seperti, Narkoba, minum-minuman keras (khamar) dan berjudi karena kurangnya pengawasan orang tua dan pengendalian diri terhadap remaja itu sendiri dan di dorong oleh adanya pengaruh negatif dari perkembangan teknologi dan budaya yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan mereka yang akan bedampak bagi kelangsungan kehidupan beragama bagi remaja dan masyarakat sekitarnya.


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku d UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Maret 2011


(4)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas segala rahmat, nikmat, taufiq, dan maghfirah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini. Shalawat beserta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan segenap kaum muslimin, karena Beliau telah membawa umatnya kepada jalan kebenaran. Alhamdulillahirrabil’alamin, atas izin-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah Generasi Muda al-Hikmah (GEMA) dalam Meningkatkan Nilai-nilai Keislaman Para Pemuda di Kampung Areman Cimanggis Depok.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak mengalami kendala dan hambatan dalam berbagai hal. Namun, berkat kerja keras dan doa, serta bantuan dari berbagai pihak, seperti dukungan, dorongan dan motivasi, penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih, jazakumullah khoirul jaza’, dan penghargaan yang sebesar -besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, serta keluargaku yang lainnya yang selalu membantu, mendukung, memotivasi, dan mendo’akan penulis dengan kasih sayang yang tak terhingga.

2. Dr. Arief Subhan, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Pembantu Dekan Drs. Wahidin Saputra, M.Ag., Drs. Mahmud Jalal, M.A., dan Drs. Study Rizal LK, M.A.

3. Drs. Jum’roni, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 4. Dra. Hj. Umi Muysarofah, M.A., sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

5. Bapak Zakaria, M.A., sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses skripsi ini berjalan.


(5)

yang telah mentransformasikan ilmu, sehingga penulis mampu menyelesaikan studi maupun penulisan skripsi ini.

7. Pimpinan dan para petugas perpustakaan Fakultas Dakwah dan perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Bapak H. Mahdi, selaku Pimpinan DKM Masjid Al-Hikmah, para pengurus, serta anggota Generasi Muda Al-Hikmah yang lainnya, yang telah mengarahkan dan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Kawan-kawan KPI B angkatan 2007, serta teman-teman penulis lainnya, yang telah membantu penulis dalam segala hal, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, dengan kerendahan hati dan ucapan terima kasih, penulis senantiasa menerima kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun demi kesempurnaan.

Jakarta, 17 Maret 2011


(6)

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan dan Pembatasan Masalah 9

C. Tujuan Penelitian 10

D. Manfaat Penelitian 10

E. Metodologi Penelitian 11

F. Tinjauan Pustaka 15

G. Sistematika Penulisan 16

BAB II TINJAUAN TEORITIS 18

A. Strategi Dakwah 18

1. Strategi 18

a. Pengertian Strategi 18

b. Tahap-tahap Strategi 20

2. Dakwah 21

a. Pengertian Dakwah 21

b. Tujuan Dakwah 22

c. Unsur-unsur Dakwah 24

3. Strategi Dakwah 31

a. Pengertian Strategi Dakwah 31

b. Asas-asas Strategi Dakwah 33

4. Nilai dan Nilai-nilai Islam 34

a. Pengertian Nilai 34

b. Pengertian Nilai-nilai Islam 36

BAB III PROFIL GENERASI MUDA MASJID AL--HIKMAH 38 A. Sejarah Berdirinya Masjid dan GEMA Al-Hikmah 38 B. Visi, Misi dan Tujuan GEMA 42 C. Struktur Organisasi dan Kegiatan GEMA Al-Hikmah 43


(7)

A. Strategi Dakwah GEMA Al-Hikmah 49 B. Perumusan Strategi Dakwah GEMA Al-Hikmah 51 C. Implementasi Strategi Dakwah GEMA Al-Hikmah 55 D. Evaluasi Strategi Dakwah GEMA Al-Hikmah 56 E. Faktor Pendukung dan Penghambat GEMA Al-Hikmah 60

BAB V PENUTUP 66

A. Kesimpulan 66

B. Saran 69

DAFTAR PUSTAKA 71


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dakwah merupakan suatu keharusan dalam rangka mengemban agama, dakwah harus dilakukan sesuai dengan perkembangan zaman sekarang yang sudah maju dalam hal sains dan teknologi, sebab aktivitas dakwah yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama dan sebaliknya, aktifitas dakwah yang lesu akan berakibat pada kemunduran agama. Karena adanya hubungan timbal balik seperti itu, maka dapat di mengerti jika Islam meletakkan kewajiban dakwah kepada setiap pemeluknya.1 kemajuan dan kemunduran ummat islam sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang di lakukannya.2

Dalam hal ini peneliti melihat bahwa pada hakekatnya kenakalan remaja bukanlah suatu problem sosial yang hadir dengan sendirinya di tengah-tengah masyarakat, akan tetapi masalah tersebut muncul karena beberapa keadaan yang terkait, bahkan mendukung kenakalan tersebut. kehidupan keluarga yang kurang harmonis, perceraian dalam bentuk broken home. Memberi dorongan yang kuat sehingga anak menjadi nakal . Kondisi perilaku dan kepribadian anak-anak remaja dewasa ini sangat jauh dari yang diharapkan. Perilaku mereka cenderung menyimpang dari nilai-nilai ajaran agama, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya. Adanya anak-anak remaja yang terjerumus pada pergaulan bebas atau bahkan seks bebas, pemakai dan pengedar narkoba, terlibat dalam kasus-kasus kriminal,

1

Andy Dernawan Dkk,. Metedeologi Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: LESFI, 2002), h.xiii

2


(9)

seperti pencurian, perampokan dan pemerkosaan. Hal ini menunjukkan betapa kondisi anak-anak remaja pada saat ini berada dalam masalah besar.

Maka dari itu, peneliti mengambil strategi dakwah yang dilakukan oleh GEMA (Generasi Muda Masjid al-Hikmah), GEMA merupakan salah satu organisasi yang memberikan pencerahan nilai-nilai Islami di kampung Areman Cimanggis Depok terutama terhadap para pemudanya. Hal ini dibuktikan dengan GEMA mengadakan kegiatan-kegiatan bernuansa Islami, sehingga para pemuda yang terjerumus dalam lembah hitam secara perlahan-lahan masuk dalam organisasi GEMA ini.

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menegaskan umatnya untuk menyiarkan agama Islam pada seluruh manusia sebagai rahmatan lil a’lamin. Islam adalah agama yang memerintahkan umatnya untuk berperilaku baik. Sementara, dakwah untuk menyebarkan dan menyiarkan ajaran Islam merupakan satu aktivitas yang mulia. Namun, setiap muslim dapat melakukan amar ma’ruf nahi munkar agar dapat tercipta tujuan dakwah yang hakiki, yaitu membentuk khoirul ummah.3

Sebagai agama yang universal, Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW merupakan suatu sistem kehidupan yang benar dan senantiasa memberikan pedoman kepada umat-Nya mulai dari persoalan yang besar sampai hal yang paling kecil. Islam bukanlah agama yang terbatas hanya dalam kehidupan pribadi yang mengatur hubungan manusia dengan tuhannya semata, namun juga memberikan pedoman hidup yang utuh dan menyeluruh secara jasmani, rohani,

3


(10)

material, spiritual, sosial dan ukhrowi.4 Dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks ini, dakwah Islam memerlukan sebuah strategi baru yang mampu mengantisipasi perubahan zaman yang semakin dinamis. Oleh sebab itu, dalam rekayasa peradaban Islam sekarang ini guna menyongsong kebangkitan ummat di zaman modern saat ini diperlukan formasi pola strategi yang tepat.5 Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara actual, faktual, dan kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah terkini hangat di tengah masyarakat.6 Strategi dakwah harus mempertimbangkan asas efektifitas dan efesiensi yaitu dalam berdakwah harus ada usaha untuk mengembangkan antara biaya, waktu, maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasil yang semaksimal mungkin.7

Ketika membahas tentang dakwah, pada umumnya merujuk firman Allah SWT. Dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125 :

























































4

M.Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet ke-3, hal. 31.

5

M. Bahri Ghazali, Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet ke-1, h. 33.

6

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenda Media, 2006), h. IX.

7

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 33.


(11)

Artinya :“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Dakwah pada dasarnya adalah suatu proses yang berkesinambungan dan merupakan aktivitas dinamis yang mengarah kepada kebaikan, pembinaan dan pembentukan masyarakat yang bahagia dunia dan akhirat melalui ajakan yang secara terus-menerus mengarah kepada kebaikan serta mencegah mereka dari hal-hal yang mungkar. Oleh sebab itu, kegiatan dakwah merupakan kewajiban bagi umat Islam secara keseluruhan, baik secara individu sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya masing-masing maupun secara berkelompok atau kelembagaan yang diorganisir secara rapi dan modern, serta dikemas secara professional dan juga dikembangkan secara terus-menerus mengikuti irama dan dinamika perubahan zaman dan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut dan untuk mencapai keberhasilan dakwah, maka efektifitas dan efesiensi dalam menyelenggarakan dakwah merupakan suatu hal yang harus mendapat perhatian dan diproses melalui strategi dakwah yang mapan.

Strategi dakwah merupakan perpaduan perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mancapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara teknik (taktik) harus dilakukan, maksudnya bahwa pendakatan (approach) bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi. Strategi merupakan pekerjaan yang penting bagi semua program, apabila musuh-musuh Islam menyusun strategi untuk menguasai Islam dan ummatnya maka haruslah


(12)

kita perangi dengan strategi komando yang bijaksana adalah yang memiliki gerakan yang lihai, dapat mengambil keputusan, sanggup manuver dan bikin kejutan, menjaga kerahasiaan dan membangkitkan semangat.8

Dengan strategi dakwah, baik individu maupun kelompok yang menyampaikan dakwah dapat berfikir secara konseptual dan bertindak secara sistematik, sehingga timbul pada diri mad’u efek efektifitas, efek kognitif, dan efek konatif atau behavioral.9

Untuk mempermudah dakwah Islam biasanya dibentuklah suatu organisasi yang merupakan sebuah kekuatan ummat yang disusun dalam satu kesatuan berupa bentuk persatuan mental dan spiritual serta fisik material di bawah komando pimpinan sehingga dapat melaksanakan tugas lebih mudah, terarah dan jelas motivasinya serta jelas arah dan tujuannya sehingga dapat mengetahui tahapan-tahapan yang harus dilaluinya.10

Dalam al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 104 Allah menyebutkan:















































Artinya :“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.

8

Abdullah Syihata, Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Departemen Agama, 1986), h. 24

9

Mohammad Ali aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2004), h. 139.

10

Tuty Alawiyah, AS, Strategi Dakwah di Kalangan Majelis Ta’lim, (Bandung: Mizan, 1997). Cet. Ke-1 h. 64.


(13)

Seperti halnya Generasi Muda Masjid al-Hikmah (GEMA) yang merupakan sebuah organisasi keagamaan yang berada di masjid al-Hikmah. Organisasi ini bergerak dibidang keagamaan khususnya dakwah Islam yang anggotanya terdiri dari para remaja yang berada di lingkungan sekitar Kampung Areman Cimanggis Depok.

Melalui kegiatan dakwah Generasi Muda Masjid al-Hikmah (GEMA) para remaja di Kampung Areman Cimanggis Depok mendapatkan pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam dan pengalaman organisasi. GEMA al-Hikmah telah menghasilkan kader-kader yang berakhlakul karimah dan berkepribadian yang baik. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan remaja dalam menjalankan syari’at Islam seperti : menjalankan shalat lima waktu berjama’ah, menutup aurat, dan menghormati yang lebih tua.

Tetapi masih ada juga kalangan remaja yang dijangkiti kebiasaan bolos sekolah, minuman keras, kecanduan ectasy (XTC), budak kokain dan morfin, kesukaan judi dalam urban popular culture artinya budaya yang berkembang mengikuti zaman. Telah banyak atau menjamurnya kegiatan-kegitan dakwah yang ada di masyarakat serta lembaga dakwah formal maupun non formal akan tetapi masih banyaknya para remaja yang melakukan penyimpangan moral serta kurang optimalnya pengawasan orang tua dan pengawasan diri sendiri seperti banyak ditemukan remaja yang menghabiskan waktunya untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat seperti, Narkoba, minum-minuman keras (khamar) dan berjudi karena kurangnya pengawasan orang tua dan pengendalian diri terhadap remaja itu sendiri dan di dorong oleh adanya pengaruh negatif dari perkembangan


(14)

teknologi dan budaya yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan mereka yang akan bedampak bagi kelangsungan kehidupan beragama bagi remaja dan masyarakat sekitarnya. Karena kita ketahui pemuda adalah gambaran untuk hari esok dan remaja sebagai generasi penerus yang merupakan aset bangsa ini dan harus berlandaskan iman, ilmu dan ahlak yang baik.

Banyak ditemukan remaja yang memiliki waktu luang banyak seperti mereka yang tidak bekerja atau menganggur dan masih pelajar kemungkinannya lebih besar untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang. Demikian juga dari keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya rendah maka kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat. Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya tinggi maka kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat kecil, apalagi kenakalan khusus.

Remaja akan menjadi aktor utama dalam pentas kesejagatan, karena itu generasi muda (remaja) harus dibina dengan budaya yang kuat berintikan nilai-nilai Islami yang relevan dengan kemajuan di era globalisasi. Budaya adalah wahana kebangkitan bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kekuatan budayanya. Keutuhan budaya bertumpu kepada individu dan himpunan institusi masyarakat yang memiliki kapasitas berkemampuan dalam mempersatukan seluruh potensi yang ada. Perkembangan ke depan banyak ditentukan oleh peranan remaja sebagai generasi penerus dan pewaris dengan kepemilikan ruang interaksi yang jelas menjadi agen sosialisasi guna menggerakkan kelanjutan kehidupan kedepan. Kecemasan atas penyimpangan


(15)

prilaku kemunduran moral dan akhlak, kehilangan kendali para remaja, sepatutnya menjadi kerisauan semua pihak. Ketahanan bangsa akan lenyap dengan lemahnya remaja. Saya tidak senang menggeneralisasi kenakalan remaja terjerumus kedalam lembah dekadensi moral dan kenakalan remaja. Analisa realitas objektif menunjukkan bahwa tidak seluruhnya remaja rusak. Dengan berpikiran positif tidak pula harus ditunggu setelah semua remaja terpuruk kedalam lumpur moral barulah upaya perbaikannya dilaksanakan dengan intensif.

Kenakalan remaja lebih banyak disebabkan rusaknya sistim, pola dan politik pendidikan. Kerusakan diperparah oleh hilangnya tokoh panutan, berkembangnya kejahatan orang tua, luputnya tanggung jawab institusi lingkungan masyarakat, impotensi dikalangan pemangku adat, hilangnya wibawa ulama, bergesernya fungsi lembaga pendidikan menjadi lembaga bisnis, dan profesi guru dilecehkan.

Pergeseran budaya dengan mengabaikan nilai-nilai agama atau pengamatan nilai-nilai tidak komprehensif dan sistematik, melahirkan tatanan hidup masyarakat pengidap penyakit sosial kronis dengan kegemaran berkorupsi. Aqidah umat memang sudah bertauhid namun akhlaknya tidak mencerminkan akhlak islami, ekonominya bersistim Yahudi, muamalahnya tidak sesuai dengan muamalah yang diajarkan Islam, budayanya Hedonistik, materialistik dan sekularistik. Mengatasi penyakit kronis umat perlu gerakan jihad.

Dampak negatif kenakalan remaja adalah bodoh mereka menjadi, bodoh karena mereka tidak mau belajar, tidak pernah belajar dan tidak mau memikirkan pelajaran, tidak dapat mengatur waktu dengan baik. Remaja tidak pernah


(16)

mempergunakan waktunya dengan baik. Karena waktunya habis terbuang untuk bermain-main dan bersenang-senang tidak pernah memikirkan pelajaran sekolah. Dan juga dapat merusak positif dan tidak pernah melakukan ibadah akibatnya remaja menjadi nakal dan melakukan perbuatan yang tidak baik.

Bedasarkan pengamatan yang penulis lakukan, menurut Ketua Generasi Muda Masjid al-Hikmah mengatakan bahwa para remaja di lingkungan kampung areman kurang antusias dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh GEMA al-Hikmah. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang bagaimana strategi dakwah yang dilakukan di tempat tersebut. Maka penulis membuat sebuah judul : Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid al-Hikmah (GEMA) dalam Meningkatkan Nilai-nilai Keislaman Para Pemuda di kampung Areman Cimanggis Depok.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dilakukan terfokus pada permasalahan, maka penulis membatasi masalah pada strategi dakwah yang dilakukan oleh Generasi Muda Masjid al-Hikmah dalam melakukan kegiatan atau aktifitas dakwahnya terhadap para remaja.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:


(17)

a. Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh Generasi Muda Masjid al-Hikmah?

b. Apa faktor pendukung dan penghambat Generasi Muda Masjid al-Hikmah dalam melakukan strategi dakwah di lingkungan kampung Areman Cimanggis Depok?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui strategi dakwah yang digunakan oleh Generasi Muda Masjid al-Hikmah?

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah yang dismpaikan oleh Generasi Muda Masjid al-Hikmah?

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi dan dukumentasi ilmiah serta memperkaya kajian tentang ilmu dakwah.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan kepada para pengurus GEMA al-Hikmah untuk menerapkan strategi dakwah yang


(18)

tepat dalam menyampaikan dakwahnya, Melalui kegiatan dakwah Generasi Muda Masjid al-Hikmah (GEMA) para remaja di Kampung Areman Cimanggis Depok mendapatkan pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam dan pengalaman organisasi. GEMA al-Hikmah telah menghasilkan kader-kader yang berakhlakul karimah dan berkepribadian yang baik.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan format desain deskriptif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan serta pengaruh dari suatu fenomena.11

Berdasarkan metode penelitian tersebut di atas peneliti berharap mendapatkan data penelitian yang bersifat deskriptif interpretatif sehingga peneliti dapat menganalisis dan menelaah lebih dekat, mendalam, mengakar dan menyeluruh, untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid al-Hikmah (GEMA) dalam Meningkatkan Nilai-nilai Keislaman Para Pemuda di kampung Areman Cimanggis Depok.

11


(19)

2. Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian ini mengambil sumber informasi langsung dari Generasi Muda Masjid al-Hikmah. Subjek dalam penelitian ini adalah Pengurus Organisasi Remaja Generasi Muda Masjid al-Hikmah (GEMA), Ketua GEMA al-Hikmah. Sedangkan objek penelitiannya adalah strategi dakwah Generasi Muda Masjid al-Hikmah.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam hal ini peneliti datang langsung ke tempat sekretariat GEMA al-Hikmah Jl. Asrama Brimob kp. Areman kel. Tugu kec. Cimanggis Kodya Depok, Kode Pos : 16951 No telp. (021) 8721731 – 8721941 Adapun waktu penelitian yaitu 28 Januari – 29 April 2011.

4. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara:

a. Observasi

Observasi sebagai metode ilmiah, observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.12

Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan atau terjun langsung ke lapangan (field research) untuk melihat pelaksanaan dakwah yang

12

Sutrisna Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), cet ke-19, h. 139.


(20)

diadakan oleh Generasi Muda Masjid al-Hikmah (GEMA), mulai dari meneliti tentang kegiatan rutinitas yang diadakan GEMA, kemudian melihat langkah-langkah yang dilakukan GEMA dalam membuat rancangan strategi dakwah yang dilakukan GEMA dalam penerapan nilai-nilai Islam para pemuda di Kampung Areman Cimanggis Depok.

b. Wawancara

Metode Interview (wawancara)13 atau Interview merupakan suatu alat pengumpulan data.14 Dalam hal ini merupakan teknik atau pengumpulan data-data dengan cara tanya jawab langsung yang terdiri dari dua orang atau lebih secara face to face tetapi dalam kedudukan berbeda, yaitu antara peneliti dan informan (pihak yang diteliti)

Sedangkan orang yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Ketua GEMA, Ketua Bidang Kajian Islam.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan data seputar Profil GEMA al-Hikmah, foto-foto yang berhubungan dengan GEMA al-Hikmah dan beberapa literatur berupa buku-buku ilmiah dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang dibahas oleh penulis. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kerangka teoritis, dan pendapat para ahli yang berhubungan dengan penelitian ini.

13

Sutrisno Hadi, Metodologi Research jilid II, (Yogyakarta: Andi Offset 2002) h. 193.

14


(21)

5. Teknis Analisis Data

Peneliti menggunakan analisis deskriptif interpretatif, Peneliti akan menginterpretasi data untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh dari lapangan.15

Dalam hal ini peneliti akan menggunakan langkah-langkah seperti yang di kemukakan oleh Tesch yang dikutip oleh Craswell, langkah-langkah tersebut akan peneliti uraikan sebagai berikut:

a. Memahami catatan secara keseluruhan dengan teliti.

b. Memilih satu dokumen yang paling menarik, yang singkat, mempelajari dokumen tersebut dan memikirkan makna pokoknya. c. Membuat daftar seluruh topik, mengelompokkan topik-topik yang

sejenis, selanjutnya peneliti memasukkan topik-topik tersebut ke dalam kolom-kolom topik penting, topik unik dan sisanya.

d. Menyingkat topik-topik tersebut dalam menjadi kode dan menulis kode tersebut. Skema awal ini untuk melihat apakah muncul kategori dan kode baru.

e. Mencari kata yang paling deskriptif untuk topik-topik tersebut, lalu mengubah topik tersebut ke dalam kategori-kategori.

f. Membuat keputusan akhir tentang singkatan setiap kategori dan mengurutkan kode-kode tersebut menurut abjad.

15

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 151


(22)

g. Mengumpulkan materi data setiap kategori dalam satu tempat dan melakukan analisis awal.

h. Yang terakhir jika perlu, peneliti akan mengkodekan kembali data yang sudah ada.16

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, telah dilakukan tinjauan pustaka oleh penulis dan ternyata ada mahasiswa sebelumnya menulis pada masalah yang hampir sama. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti “menduplikat” hasil karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara masing-masing judul dan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Pada Skripsi yang Berjudul : “Aktivitas Dakwah Ikatan Remaja Masjid Jami’ Assa’adah Pangkalan Jati Jakarta Timur”. Skripsi ini disusun oleh mahasiswa yang bernama Hj. Zahratul Humaerah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008. Dalam skripsi tersebut dijelaskan kegiatan ikatan remaja masjid (IRMAS) di Tahun 2008, meliputi kegiatan dakwah bil-lisan, bil-qalam dan bil-hal yang terkait dalam faktor keberhasilan remaja dan aktivitasnya.

Berbeda dengan skripsi yang penulis buat, yaitu meneliti tentang bagaimana Strategi Generasi Muda Remaja Masjid (GEMA) dalam mengajak para pemuda untuk aktif dalam kegiatan kerohanian, serta

16

John W. Creswell, Research Design Qualitative & Quantitative Approach, (Jakarta: KIK Press, 2003), h. 148-149


(23)

membawa dampak yang positif bagi pemudanya sendiri dan membuat image yang bagus dikalangan masyarakat, sehingga citra yang di bangun menjadi lebih baik kedepannya dengan mengadakan berbagai kegiatan kerohanian.

2. Di jelaskan dalam skripsi yang berjudul : “Strategi Dakwah Ikatan Remaja Masjid al-Muttaqin di Lingkungan Kelurahan Pondok Jagung”. Skripsi ini disusun oleh mahasiswa yang bernama Imas Maspupah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010. Dalam skripsi tersebut membahas tentang strategi dakwah IRMA al-Muttaqin dalam aktivitas dakwahnya secara keseluruhan.

Berbeda dengan skripsi yang penulis buat, yaitu Lebih difokuskan meneliti tentang bagaimana Strategi Generasi Remaja Masjid al-Hikmah (GEMA) dalam mengajak para pemuda untuk aktif dalam kegiatan kerohanian Bukan terpacu kepada aktivitasnya.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dan pada tiap bab terdapat sub bab dengan penulisan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan.

Bab pendahuluan merupakan uraian landasan umum dari skripsi ini. Isinya terdiri dari pendahuluan tentang masalah yang melatar


(24)

belakangi penulisan ini, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teoritis

Dalam bab ini membahas secara detail tentang pengertian strategi, tahap-tahap strategi, pengertian dakwahnya, tujuan dakwah, unsur dakwah, pengertian strategi dakwah, azas-azas strategi dakwah, pengertian nilai dan nilai keislaman.

Bab III Profil Generasi Muda Remaja Masjid al-Hikmah (GEMA)

Bab ini memaparkan tentang sejarah berdirinya masjid al-Hikmah dan GEMA al-Hikmah, Struktur Organisasi GEMA al-Hikmah dan Program kegiatan al-Hikmah.

Bab IV Analisis Strategi Dakwah GEMA al-Hikmah

Bab ini merupakan pembahasan inti dari hasil penelitian, yang berisi mengungkap secara detail tentang strategi dakwah, dan faktor pendukung dan penghambat dakwah GEMA Al-Hikmah dalam meningkatkan nilai-nilai Keislaman di Kampung Areman Cimanggis Depok.

Bab V Penutup:

Sebagaimana lazimnya dalam sebuah laporan hasil penelitian, dalam bab ini memuat sebuah kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang diajukan pada bab pertama dan saran.


(25)

18

KAJIAN TEORITIS

A. Strategi Dakwah

Sebelum membahas strategi dakwah, terlebih dahulu penulis uraikan tentang ruang lingkup strategi dan dakwah secara umum, yaitu sebagai berikut:

1. Strategi

a. Pengertian Strategi

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah ilmu seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.1

Kata “Strategi” berasal dari bahasa yunani yaitu “strategos” (status yakni militer atau memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang, konsep ini relavan dengan situasi pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang di mana jendral dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang.2

Sedangkan strategi dalam pengertian terminologi terdapat beberapa pendapat oleh beberapa pakar, untuk mengetahui lebih jelas pengertian strategi, penulis mengedepankan pengertian strategi, antara lain :

1

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai pustaka, 2005), h. 1092.

2

Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic management; Back to Basic Approach, (Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2004), Cet, ke-2, h. 5.


(26)

1) Iman Mulyana dan menjelaskan bahwa strategi adalah ilmu dan seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan lingkungan secara efektif yang terbaik. Terdapat empat unsur penting dalam pengertian strategi, yaitu : kemampuan, sumber daya, lingkungan, dan tujuan.3

2) Dalam ilmu komunikasi, Onong Uchjana Effendi mengatakan “Strategi pada hakikatnya adalah “perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan, akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanyamemberikan arah saja melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya”.4

3) Menurut Sondang Siagian, Strategi adalah cara yang terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia dengan tuntunan perubahan lingkungan.5

Setelah memperhatikan dari berbagai pendapat tentang strategi, secara pengertian terminologi strategi adalah taktik atau cara yang di susun dengan seksama untuk mencapai suatu keberhasilan.

Dalam strategi mengandung visi, misi, tujuan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan yang nyata dengan mengantisipasi perkembangannya. Kurangnya penerapan dalam strategi yang baik dapat menyebabkan strategi yang direncanakan gagal. Akan tetapi, penetapan strategi dengan baik dapat mengokohkan strategi menjadi lebih efektif.

3

Imam Mulyana, Mengupas Konsep Strtegi, Teori dan Praktek, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1992), h.32.

4

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), cet ke-1, h. 32.

5

Sondang Siagan, Analisa serta Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), cet, ke-2, h. 17.


(27)

b. Tahap-tahap Strategi

Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh, yaitu:

1) Perumusan strategi

Hal-hal yang termasuk dalam perumusan strategi adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, penetapan kekuatan dan kelemahan secara internal, menghasilkan strategi alternatif, serta memilih strategi untuk dilaksanakan. Pada tahap ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi.

2) Implementasi strategi

Implementasi strategi disebut juga sebagai tindakan dalam strategi, karena implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi suatu tindakan. Kegiatan yang termasuk dalam implementasi strategi adalah pengembangan budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan system informasi yang masuk. Agar tercapai kesuksesan dalam implementasi strategi, maka dibutuhkan adanya disiplin, motivasi dan kerja keras.

3)Evaluasi strategi

Evaluasi strategi adalah proses dimana manager membandingkan antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan. Tahap


(28)

akhir dalam strategi adalah mengevaluasi strategi yang telah dirumuskan sebelumnya.6

2. Dakwah

a. Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah secara Perspektif Etimologi, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yakni da’aa, yad’u, du’aah/da’watan. Jadi kata du’aa atau dakwah adalah isim mashdar dari du’aa, yang keduanya mempunyai arti yang sama yaitu ajakan atau panggilan. Kata dakwah mempunyai arti ganda, tergantung kepada pemakaiannya dalam kalimat. Namun dalam hal ini yang dimaksud adalah dakwah dalam arti seruan, ajakan, atau panggilan. Panggilan itu adalah kepada Allah SWT7.

Sedangkan dakwah dalam pengertian terminology terdapat beberapa pendapat oleh beberapa pakar, untuk mengetahui lebih jelas pengertian dakwah, penulis mengedepankan pengertian dakwah, antara lain :

1) Menurut Sayyid Quthub sebagaimana dikutip Ilyas Ismail dalam buku “Paradigma Dakwah Sayyid Quthub” menjelaskan bahwa: “Sesungguhnya dakwah adalah ajakan ke jalan Allah, bukan ke jalan

6

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 5

7

Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah dalam Membentuk Da’I dan Khotib Profesional (Jakarta: Kalam Mulia 2005), cet-2, h.1.


(29)

da’i atau kaumnya. Tiada bagi da’i dari dakwah yang dilakukan, kecuali menjalankan tugas dan kewajibannya kepada Allah SWT8.

2) Menurut Hamzah Ya’qub sebagaimana dikutip Alwisral dalam buku “Strategi Dakwah dalam membentuk Da’i dan Khotib Profesional” menjelaskan bahwa dakwah adalah : “Pengertian ilmu dakwah secara umum adalah suatu pengetahuan yang mengajarkan dan teknik menarik perhatian orang, guna mengikuti suatu ideologi dan pekerjaan tertentu. Adapun definisi dakwah Islam adalah mengajak ummat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul9

Dengan demikian dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah mengajak atau menyeru manusia kejalan kebaikan dengan penuh kesadaran kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pegangan hidup manusia baik didunia maupun diakhirat. Setelah mengetahui pengertian dakwah, maka perlu adanya unsur-unsur yang harus dipenuhi agar dakwah tersebut dapat berjalan dengan lancar dan tepat sasaran.

b. Tujuan Dakwah

Seperti halnya apa yang telah dimaklumi, bahwa dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksud untuk pemberi arah atau pedoman bagi gerak

8

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: Penamadani, 2006), h. 146.

9


(30)

langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia (tiada artinya). Apalagi ditinjau dari segi pendekatan system (system Approach), tujuan dakwah merupakan perpaduan unsur dakwah yang satu dengan yang lain saling membantu, saling memengaruhi, dan saling berhubungan.10

Tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat adil dan makmur serta mendapat ridho dari Allah SWT.11 Adapun tujuan khusus dakwah (minor obyektive) ini secara operasional dapat dibagi lagi ke dalam beberapa tujuan (lebih khusus) yakni :

1) Mengajak ummat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah dan selalu mencegah atau meninggalkan larangan- Nya.

2) Membina mental agama (Islam) bagi kaum muallaf. Penerangan terhadap masyarakat yang muallaf jauh berbeda dengan kaum yang sudah beriman kepada Allah (berilmu agama). Artinya untuk muallaf disesuaikan dengan kemampuan dan keadaannya.

3) Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah (memeluk agama Allah)

4) Membidik dan mengajarkan anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.12

10

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 49.

11

Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1997), h. 37.

12


(31)

c. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i [pelaku dakwah], mad’u [mitra dakwah], maddah [materi dakwah], wasilah [media dakwah], thariqah [metode], dan atsar [efek dakwah].13

1) Pelaku Dakwah (Da’i)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik, lisan tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.

Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebutan mubaligh [orang yang menyampaikan ajaran Islam], namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti penceramah agama, khatib [orang yang berkhotbah], dan sebagainya. Siapa saja yang menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhamad hendaknya menjadi seorang da’i, dan harus dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata dan kokoh.Dengan demikian, wajib baginya untuk mengetahui kandungan dakwah baik dari sisi aqidah, syariah, maupun dari akhlak. Berkaitan dengan hal-hal yang memerlukan ilmu dan keterampilan khusus, maka kewajiban berdakwah dibebankan kepada orang-orang tertentu.

Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk

13

M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Kencana 2009), Ed. 1, Cet. 2, h. 21.


(32)

memberikan solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan prilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.14

2)Penerima Dakwah (Mad’u)

Untuk mencapai hasil yang maksimal seorang da’i harus memahami penerima dakwah yang ia hadapi. Jika seorang da’i sudah mengenal mad’u yang dihadapi, maka ia bisa menyiasati penerapan strategi dakwah yang tepat untuk menghadapi mad’u-Nya tersebut. Hal ini perlu diperhatikan mengingat mad’u sangat heterogen.

3) Materi Dakwah (Maddah)

Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang di sampaikan da’i pada mad’u. Yang menjadi materi dakwah adalah ajaran yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadist.15 Dalam al-qur’an dan hadist materi dakwah jelas sangat luas karena menyangkut hal-hal yang dibutuhkan dalam seluruh bidang kehidupan manusia. Namun, demikian ada lima materi pokok yang dapat dijadikan garis besar dakwah tersebut, yaitu: (1.) masalah kehidupan, (2.) masalah kemanusiaan (3.) masalah harta benda/kekayaan, (4.) masalah ilmu pengetahuan, (5.) masalah aqidah dan ilmu pengetahuan.

14

Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qordhowi Harmoni antara Kelembutan dan Ketegasan, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 1997), h. 18.

15

Said bin Ali Wahanif Al-Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: PT. Gema Insani Press, 1994) cet. Ke-1, h. 100.


(33)

4) Metode Dakwah (Thariqah)

Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata thariq.16Apabila kita artikan secara bebas, metode adalah cara yang telah di atur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Metode ini memiliki peran penting bagi setiap umat manusia yang ingin melaksanakan segala bentuk aktivitas keseharian untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu bias aja ditolak oleh si penerima pesan. Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pada umumnya merujuk pada surat an-Nahl ayat 125 :

































































Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Jika kita pahami seksama, maka dari kutipan ayat 125 surat an-Nahl di atas dapat kita perinci bahwa metode dakwah ada tiga, yaitu :

16


(34)

a. Al-Hikmah

Secara etimologi Al-Hikmah mempunyai arti : al-adl (keadilan), al-hilmu (kesabaran), al-Nubuwah yang dapat mencegah seseorang dari kerusakan dan kehancuran, setiap perkataan yang cocok dengan al-haq (kebenaran), juga meletakkan sesuatu pada tempatnya. Sedangkan secara terminology, hikmah adalah memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah, materi yang disampaikan tidak memberatkan mad’u, tidak membebani sesuatu yang memberatkan sebelum jiwa menerimanya, banyak sekali cara yang di tempuh untuk mengajak mereka sesuai dengan keadaannya, tidak perlu mengebu-gebu dan bernafsu, karena semua itu melampaui batas hikmah.17Metode hikmah ini biasanya memanfaatkan cara melalui; komparatif, kisah, perumpamaan, sumpah, tasyir (wisata).

Dalam Khazanah ilmu komunikasi, hikmah menyangkut apa yang disebut sebagai frame of refrence, field of refrence dan field of experience, yakni situasi total yang mempengaruhi sikap komunikator terhadap sikap komunikan (objek dakwah).18 Dengan kata lain, hikmah yaitu memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

Hikmah adalah bekal da’i menuju sukses. Karunia Allah yang diberikan kepada orang yang mendapatkan hikmah insya Allah juga akan berimbas kepada

17

Ghazali Darus Salam, Dakwah yang Bijak, (Jakarta: Lentera), Cet Ke II, h. 26.

18


(35)

para mad’unya, sehingga mereka termotivasi untuk mengubah diri dan mengamalkan apa yang disampaikan da’i kepada mereka.19

Tidak semua orang mampu meraih hikmah, sebab Allah hanya memberikannya untuk orang yang layak mendapatkannya.Barangsiapa mendapatkannya, maka dia telah memperoleh karunia besar dari Allah. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 269 :





































Artinya :Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al

Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya

orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”.

Ayat tersebut mengisyaratkan betapa pentingnya menjadikan hikmah sebagai sifat dan bagian yang menyatu dalam metode dakwah dan betapa perlunya dakwah mengikuti langkah-langkah yang mengandung hikmah.

b. Al-Mu’idzah Al-Hasanah

Metode ini berupa nasihat atau petuah, bimbingan atau pengajaran, kisah-kisah, kabar gembira dan peringatan serta wasiat atau pesan-pesan positif.20 Metode ini jika disampaikan kepada orang banyak maka akan lebih baik, tujuannya agar menjadi lebih besar kuantitas manusia yang kembali kepada jalan Allah SWT.

19

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet Ke II, h. 12.

20


(36)

c. Al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan

Metode ini merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan member argumentasi dan bukti yang kuat.21 Metode ini biasanya dilakukan dengan cara diskusi, dialog, seminar dan sebagainya.

Bisa disimpulkan dari bentuk-bentuk metode dakwah diatas. Ketiga bentuk tersebuk mengacu kepada sumber-sumber yang telah ada yaitu: Al-Qur’an, hadist, sejarah hidup para sahabat dan fuqoha serta pengalaman para da’i merupakan hasil pergaulannya dengan orang banyak yang kadang dijadikan refrensi ketika berdakwah.

5) Media Dakwah (Wasilah)

Kalau kita melihat kamus komunikasi, maka kita akan menemukan kata media. Dalam istilah komunikasi, “media berarti sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, apabila komunikan jauh tempatnya, banyak jumlahnya atau keduanya. Media juga mempunyai bentuk dan jenis yang beranekaragam.22

Media merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh seorang da’i saat berdakwah. Karena pemilihan media memiliki peranan penting dalam menentukan bagaimana aktivitas dakwah yang dilakukan seseorang da’i.

21

Ibid, h. 19.

22


(37)

Media dakwah dapat memudahkan para juru dakwah untuk menyampaikan pesan pada khalayak atau komunikannya dengan cepat dan pesan yang disampaikan dapat tersebar dengan luas.23

Hamzah Ya’qub membagi media dakwah menjadi lima, yaitu media lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak. Sedangkan DR. Moh. Ali Aziz membagi media menjadi dua, yaitu media tradisional dan modern (elektronik).24 Media tradisonal ini cukup banyak, salah satu diantaranya adalah wayang. Media wayang ini dahulu digunakan para Walisongo saat berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam di Indonesia, Khusunya di pulau Jawa.

Dalam era tradisional dakwah biasanya dilakukan di tempat ritual keagamaan (masjid atau majlis ta’lim) dengan media seadanya. Seiring dengan perkembangan zaman, media dakwah lebih variatif dan bisa dilakukan di mana saja (fleksible). Tentunya dengan bantuan media yang canggih, yang dapat meminimalisir hambatan-hambatan efektivitas dakwah.

Sementara media modern (elektronik) ramai digunakan di millennium ke tiga, yaitu di zaman sekarang ini. Media modern ini berupa radio, film, televisi, internet dan sebagainya. Dakwah sebagai komunikasi keagamaan dihadapkan kepada perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi yang semakin canggih, memerlukan adaptasi terhadap kemajuan tersebut.25

Sedangkan di era tradisonal dakwah hanya dilakukan di tempat tertentu, maka saat ini dakwah bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun. Karena media

23

M.Bahri Ghazali, Dakwah Komunikasi, (Jakarta :Pedoman Imu Jaya, 1997), Cet. Ke-I h. 12.

24

Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2004), Cet. Ke-1, h. 120

25

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-I, h.33.


(38)

massa sudah mampu mengatasi salah satu faktor penghambat aktivitas dakwah (jarak, ruang, dan waktu). Media massayang dimaksud adalah televisi. Kemampuannya melipat jarak, ruang dan waktu ditambah dengan kekuatan audio-visual membuat aktivitas dakwah menjadi lebih masif dan komprehensif.

3. Strategi Dakwah

Setelah membahas pengertian strategi dan dakwah, maka langkah selanjutnya yang perlu dibahas adalah strategi dakwah, yaitu penggabungan dari strategi dan dakwah.

a. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan managemen. Karena orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama mengarah pada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh individu maupun organisasi. Pengertian managemen strategi adalah suatu proses kegiatan managerial yang berdasar dan menyeluruh dalam mendayagunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan visi dan misi yang telah ditentukan.

Sedangkan pengertian dakwah sebagaimana dijelaskan terdahulu secara singkat adalah upaya yang dilakukan individu maupun kelompok (kolektif, lembaga, organisasi). Dalam merealisasikan ajaran Islam di tengah-tengah manusia melalui metode-metode tertentu dengan tujuan agar terciptanya kepribadian dan masyarakat yang menerapkan ajaran Islam secara utuh (kaffah)dalam mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.


(39)

Oleh karena itu, dakwah sebagai proses kegiatan yang universal dan tidak hanya sekedar bentuk kegiatan ritual keagamaan, tetapi meliputi segala aktivitas hidup manusia, bahkan dakwah juga dituntut untuk menjadi problem solving bagi persoalan-persoalan yang berkembang dimasyarakat, juga mengadopsi istilah managemen dan strategi untuk menjelaskan rangkaian kegiatan dakwah yang dapat membantu pencapaian tujuan dakwah itu sendiri.

Strategi dakwah merupakan metode, siasat, taktik yang harus digunakan dalam aktivitas dakwah.26 Menurut Abu Zahra mengatakan bahwa strategi dakwah Islam adalah perencanaan, penyerahan kegiatan dan operasi dakwah Islam yang di buat secara rasional untuk mencapai tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemnusiaan.27

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Dalam mencapai tujuan tersebut, maka strategi dakwah harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya yang harus dilakukan secara tekhnik atau taktik, karena sewaktu-waktu dapat berubah tergantung pada situasi dan kondisi.

Strategi dakwah tidak berbeda dengan strategi komunikasi. Jika dalam dakwah menggunakan strategi kommunikasi, maka dakwah yang dilakukan akan berhasil karena sebelum memulai berkomunikasi terlebih dahulu harus paham siapa yang menjadi audiens, media apa yang digunakan sesuai dengan keadaan, pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh audiens.

26

Asmuni syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 32.

27

Acep Aripudin & Syukriadi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar Budaya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-I, h. 138.


(40)

b. Asas-asas Strategi Dakwah

Dalam strategi dakwah, ada beberapa asas yang harus diperhatikan agar dakwahnya berjalan efektif dan tepat pada sasaran. Asas-asasnya yaitu sebagai berikut :

a) Asas Fisiologis, yaitu azas ini erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam aktifitas dakwah.

b) Asas Sosiologis, yaitu azas ini berbicara tentang masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah.

c) Asas kemampuan dan keahlian da’i.

d)Asas Psychologis, yaitu asas ini membahas tentang masalah yang berhubungan dengan kejiwaan manusia.

e) Asas Efektifitas dan efisiensi, yaitu asas ini maksudnya adalah dalam aktfitas dakwahnya harus dapat menyeimbangkan antara waktu ataupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya.28

Berdasarkan asas-asas strategi dakwah di atas, maka seseorang da’i perlu memiliki ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan asas-asas tersebut yaitu unsur-unsur dakwah seperti yang telah di bahas pada bab ini bagian kedua. Unsur-unsur dakwah dapat membantu para da’i dalam mnentukan strategi dakwah agar dakwahnya berjalan dengan efektif.

28


(41)

4. Nilai dan Nilai-nilai Islam a. Pengertian Nilai

Nilai (value) berasal dari bahasa latin “valare” yang berarti berguna, berdaya, berlaku. Dalam hal ini mengandung beberapa pengertian, bahwa nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang membuat sesuatu itu disukai, diinginkan, dimanfaatkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan.29 Nilai juga merupakan apa yang dihargai, dinilai tinggi, atau dihargai sebagai sesuatu kebaikan.30

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Misalnya dalam konteks keagamaan, nilai merupakan konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok di kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga menjadi pedoman tingkah laku keagamaan warga masyarakat bersangkutan.31

Andreas A.Danandjaja dalam buku Budaya Organisasi karangan Talizuduhu Ndraha berpendapat bahwa nilai adalah pengertian-pengertian (conceptions) yang dihayati seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar.32

29

Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Kamus Besar Ilmu pengetahuan, (Jakarta: Golo Riwu, 2000), h. 721.

30

Loren Bagus, Kamus Filasafat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 713.

31

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1988), h. 615

32


(42)

Masih dalam buku yang sama, J.M Soebijanta menyatakan bahwa nilai hanya dapat dipahami jika dikaitkan dengan sikap dan tingkah laku dalam sebuah model metodelogis:

Nilai Sikap Tingkah Laku

1). Nilai Subjektif

Sesuatu yang oleh seseorang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya pada suatu waktu dan oleh karena itu (seseorang tadi) berkepintingan atasnya (sesuatu itu), disebut bernilai atau mengandung nilai bagi orang yang bersangkutan. Oleh karena itu ia dicari, diburu, dan dikejar dengan menggunakan berbagai cara dan alat. Dalam hal ini nilai dianggap subjektif dan ekstrinsik. Nilai ekstrinsik sesuatu atau suatu barang berbeda menurut seorang dibanding dengan orang lain.

2).Nilai Objektif

Nilai yang didasarkan pada standard dan kriteria, yang objektif, yang disepakati bersama atau ditetapkan oleh lembaga berwenang. Dalam hal ini nilai dianggap intristik.

Dari beberapa definisi nilai yang telah disebutkan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa nilai adalah kualitas dari sesuatu yang membuat sesuatu itu dihargai dan dinilai tinggi sebagai suatu


(43)

kebaikan dan dapat dijadikan pedoman oleh seseorang dalam bersikap dan bertingkah laku.

b. Nilai-nilai Islam

Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci al-Qur’an yang diturunkan ke dunian melalui wahyu Allah SWT. Berdasarkan pengertian ini, maka apabila berbicara tentang Islam pasti akan merujuk pada kitab sucinya yaitu al-Qur’an. Pembahasan nilai-nilai Islam pasti akan terkait dengan al-Qur’an sebagai pedoman bagi ummatnya. Dengan demikian nilai-nilai Islam merupakan sifat-sifat atau hal-hal yang ada di dalam al-Qur’an sebagai kitab suci agama Islam sebagai dasar penentu tingkah laku seseorang yang berguna bagi kemanusiaan untuk bekal hidup di dunia dan akhirat.33

Nilai-nilai Islam juga merupakan himpunan akhlak yang membentuk kepribadian muslim yang unggul, seterusnya berupaya memberikan sumbangan kepada masyarakat, bekerjasama dan berusaha kea rah pembentukan diri, keluarga dan akidah. Nilai-nilai Islam pada hakekatnya merupakan kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya di dunia ini.34

Sebagaimana diungkapkan di atas, nilai-nilai Islam bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadist. Sebagai sumber pertama adalah al-Qur’an, dan sebagai

33

Syarah Padmawati, Kajian Filologis dan Nilai-nilai Islam dalam Hikayat Raja Rahib, (Skripsi S1 Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, 2007), h. 24.

34

M. Musrin H.M, Sistem Nilai dan Pandangan Hidup serta Relasinya dengan Ilmu pengetahuan, Wardah, no. 8 (Juni 2004) : h. 64.


(44)

sumber kedua adalah al-Hadist. Nilai Islam berpedoman pada kitab suci al-Qur’an mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan. Al-Qur’an adalah petunjuk -Nya yang dipelajari akan membantu menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian berbagai problem hidup dan apabila dihayati serta diamalkan akan menjadikan pikiran, rasa dan karsa mengarah kepada realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.

Islam adalah agama yang menjadi sumber pendidikan kemanusiaan. Ia mendidik manusia berkarakter dan berakhlak yang sumbernya dari aqidah. Sebagaimana aqidah itulah yang membina manusia beribadah kepada Allah sebagai kewajiban hidupnya. Agama Islam membicarakan masalah mendasar untuk kehidupan manusia yaitu akhlak.Kemudian segi ini dihidupkannya dengan kekuatan aqidah dan ibadah kepada Allah sebagai kewajiban dan tujuan hidup.


(45)

(46)

38

A. Sejarah berdirinya Masjid dan Generasi Muda al-Hikmah Cimanggis Depok

Bermula pada tahun 1950 yang didirikan oleh lima orang tokoh agama yaitu H.Kasim, H.Rusin, H.Kami, H.Umar, dan H.Syamsudin. Hanya satu dari kelima tokoh ini, yang bukan asli orang kampung areman.Beliau adalah H.Syamsudin asli dari daerah Cijantung, yang mengajak dari keempat tokoh ini dalam membangun sebuah tempat peribatan yang awalnya hanya sebuah musholla di mana muhsolla adalah sebuah tempat yang hanya dapat digunakan untuk shalat sehari-hari, namun tidak digunakan untuk pelaksanaan shalat Jum'at.1Musolla lokasinya tersebar pada pengelompokkan umat Islam dengan radius pelayanan sekitar 100-150 m.2

Semakin banyaknya jama’ah dari tiga kampung yaitu kampung areman, pal dan kelapa dua. Akhirnya dari kelima orang tokoh ini berusaha ingin menjadikan sebuah musholla menjadi sebuah masjid, Tahap demi tahap kelima tokoh ini menggalang sebuah dana untuk pembangunan sebuah masjid. Rencana kelima tokoh ini dapat terealisasikan oleh masyarakat yang ingin menjadi donatur,

1

H. Mahdi, Ketua DKM al-Hikmah, wawancara pribadi, tanggal 01-02-2011, jam 09.30 WIB

2

Nana Rukmana, Masjid & Dakwah, (Jakarta: PT Al-Mawardi Prima, 2002), Cet. Ke-1 h. 89


(47)

musholla yang tadinya berukuran kecil bisa menjadi sebuah masjid. Kemudian setelah menjadi masjid kelima tokoh ini belum memberi nama masjid tersebut.

Akhirnya memasuki tahun 1970, Regenerasi dari masjid ini barulah muncul berbagai tokoh penerus yaitu Alm.KH. M. Syafi’i, H. Mualim Misan dan tokoh lainnya. Mereka memberikan nama untuk masjid ini dengan nama masjid al-Hikmah. Melihat kondisi masjid yang masih kurang besar, akhirnya para tokoh penerus ini berembuk untuk merenovasi pembangunan masjid yang lama menjadi masjid yang cukup lumayan besar.Keinginan para tokoh penerus dapat terlaksana, sehingga jama’ah dapat berleluasa untuk melakukan ibadah.

Kemudian memasuki tahun 1980-sekarang, mesjid saat ini berkembang pesat. Masjid tersebut sering mengadakan kegiatan-kegiatan yang bcrsifat keagaman dan para jama'ahnya cukup banyak dan dirasa perlu ada yang mengurus keberadaan masjid tersebut agar lebih tertata rapi, di bentuklah suatu organisasi kepengurusan masjid yang bernama Dewan Keluarga Masjid (DKM) al-Hikmah dan didalamnya ada berbagai bidang.Dewan Keluarga Masjid (DKM) al-Hikmah telah berjalan selama kurang lebih 61tahun dengan urutan Ketua Dewan keluarga (DKM) pertama s/d sekarang adalah:

1. Ketua DKM pertama : Ust. Dzulkarnain (1950s/d 1960) 2. Ketua DKM kedua : Bapak Abu Bakar (1960 s/d 1970) 3. Ketua DKM ketiga : Bapak Nanang (1970 s/d 1985) 4. Ketua DKM keempat : Ust. Kurniawan (1985 s/d 1995) 5. Ketua DKM kelima : Ust Sofari, (1995 s/d 2007)


(48)

6. Ketua DKM keenam : H. Mahdi (2007 s/d 2012)3

Mengingat banyaknya dari kalangan remaja yang mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan dan mereka sangat antusias mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan di masjid al-Hikmah, maka ketua DKM keempat (Ust.Kurniawan) terinspirasi untuk mendirikan sebuah wadah silaturrahmi para remaja yaitu untuk menya'lurkan bakat, kreatifitas dan pemberdayaan bagi para remaja. Maka pada tanggal 04 Mei 1989 terbentuklah sebuah organisasi remaja masjid yang berada dibawah naungan DKM Al-Hikmah yang dahulu bernama IRMA (Ikatan Remaja Masjid al-Hikmah), karena Generasi Muda Masjid al-Hikmah (GEMA) adalah sebuah transformasi nama yang dahulu bernama IRMA menjadi GEMA adapun hambatan-hambatan pada periode GEMA Kalangan remaja terutama anggota GEMA berusaha keras dalam mengajak atau menuntun remaja lain yang mengalamiPergeseran budaya dengan mengabaikan nilai-nilai agama, melahirkan tatanan hidup masyarakat pengidap penyakit sosial kronis dengan kegemaran berkorupsi. Aqidah umat memang sudah bertauhid namun akhlaknya tidak mencerminkan akhlak islami, ekonominya bersistim Yahudi, muamalahnya tidak sesuai dengan muamalah yang diajarkan Islam. Dalam hal inilah GEMA harus mempunyai strategi untuk dapat bisa mengajak remaja itu dalam ke sisi yang positif.

IRMA (Ikatan Remaja Masjid al-Hikmah) sempat berjalan 23 tahun yaitu terhitung dari tahun 1985-2008 sedangkan GEMA (Generasi Muda al-Hikmah)

3

H. Mahdi, Ketua DKM al-Hikmah, wawancara pribadi, tanggal 02-02-2011, jam 09.30 WIB


(49)

baru berjalan tahun 2008-sampai sekarang. Adapun mengalami beberapa kali pergantian pengurus dari nama IRMA sampai GEMA al-Hikmah dengan rincian sebagai berikut:

1. Ketua IRMA pertama : Bpk. Ahmad (1985 s/d 1990) 2. Ketua IRMA kedua : H. Misnan (1992 s/d 1995) 3. Ketua IRMA ketiga : Bpk. Jamhari (1995 s/d 1998) 4. Ketua IRMA keempat : Bpk. Ali Susanto (1998 s/d 2001) 5. Ketua IRMA kelima : Bpk. Irfan (2001 s/d 2004) 6. Ketua IRMA keenam : Bpk. Dani Ahmad (2004 s/d 2008) 7. Ketua GEMA ketujuh : Abdul Fattah (2008 s/d 2011)4.

Adapun waktu penelitian yaitu bulan Februari 2011 .Pada perkembangannnya, GEMA Al-Hikmah telah mengalami pasang surut dan sempat terhenti beberapa saat yaitu sekitar 1 tahun pada tahun 2007. Namun pada akhirnya GEMA al-Hikmah bangkit kembali atas dorongan dari semua pihak mulai dari tokoh masyarakat setempat hingga masyarakat yang ada di lingkungan sekitar Kelurahan Tugu

Para orang tua percaya bahwa dengan adanya GEMA dapat membawa dampak positif terhadap anak-anaknya, karena kegiatan-kegiatan GEMA sangat bermanfaat bagi para rcmaja. Jadi masyarakat sangat mcndukung keberadaan GEMA.

4

Ahqof Mursalat, Wakil Ketua GEMA, Wawancara Pribadi, tanggal 03-02-2011, jam 11.00 WIB


(50)

B. Visi, Misi dan Tujuan GEMA al-Hikmah

Generasi Muda al-Hikmah sebagai organisasi remaja masjid pertama yang bcrdiri di lingkungan Kampung areman, tentunya mempunyai visi, misi dan tujuan yang berguna baik untuk remaja yang tergabung didalamnya maupun untuk masyarakat sekitar.Oleh karena itu perlu disusun garis besar peijuangan dalam rangka membeiikan arah bagi kemajuan oganisasi dengan mempertimbangkan berbagai hal, seperti kondisi objektif yang dihadapi sehingga misi organisasi dapat diwujudkan secara bertahap, berencana, terpadu dan terus menerus.

Visi (vision) suatu gambar ideal yang ingin dicapai oleh suatu organisasi yang akan .datang. Sedangkan misi (Mission) adalah suatu pernyataan tentang aktivitas dari perusahaan alau organisasi.

1. Visi dan Misi GEMA al-Hikmah adalah:

Visinya: Mewujudkan peran pemuda sebagai penerus perjuangan di masyarakat serta memiliki kepedulian terhadap kegiatan keagamaan dan kepemudaan dalam pemberdayaan umat. Menjadikan GEMA al-Hikmah sebagai wadah silaturrahmi dan mengembangkan kreatifitas serta sebagai wadah pemberdayaan para remaja yang beriman, berilmu dan berakhlak mulia.

Misinya: menghidupkan pengajian remaja agar tctap berjalan, menanamkan kesadaran keagamaan dalam diri remaja, meningkatkan kualitas remaja yang produktif, kreatif dan inovatif serta Menjaga Silaturahmi dan kekompakan pemuda Islam di areman, Menciptakan masyarakat yang selalu


(51)

menjaga semangat keislaman, lalu Peran pemuda sebagai penerus perjuangan para orang tua dalam menjaga ahlussunnah wal jamaah

Visi dan Misi di atas, sangat diutamakan agar para rcrnaja selalu mengamalkan pengetahuan agama yang telah diperolehnya melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Generasi Muda al-Hikmah dalam kehidupannya sehari-hari.

2. Tujuan GEMA al-Hikmah adalah:

Tujuan didirikannya GEMA al-Hikmah adalah untuk membentuk pribadi muslim yang berakhiakul karimah, menjalin ukhuwah islamiyali antar remaja dan masyarakat, meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang mempunyai nilai-nilai keagamaan dan berbudi pekerti luhur, serta menciptakan remaja yang mempunyai kemampuan seimbang antara Iman dan takwa (IMTAQ) dan Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

C. Struktur Organisasi, Program dan Kegiatan GEMA al-Hikmah 1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah susunan atau cara menyusun. Sedangkan organisasi adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan tertentu5.Seperti organisasi pasti mempunyai struktur atau kepengurusan.

5

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2004), cet. Ke 1, h. 52


(52)

2. Program GEMA al-Hikmah

Program kegiatan dakwah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh remaja yang tergabung dalam Generasi Muda Masjid al-Hikmah (GEMA) yang diikuti oleh para remaja yang ada disekeliling wilayah tersebut. Dan kegiatan tersebut merupakan realisasi dari program kerja yang telah disusun secara sistematis dan dilaksanakan secara teratur serta bertahap dalam mencapai sasaran program GEMA al-Hikmah

Dengan memanfaatkan semangat dan kreatifitas para ramaja, GEMA Al-Hikmah dapat merealisasikan bentuk-bentuk dakwah yang bersifat sosial dan kemasyarakatan. Adapun program GEMA Al-Hikmah secara umum ialah sebagaimana tertera dibawah ini:

a. Bidang kajian Islam

Bidang ini tugasnya mengadakan pengajian yang diadakan seminggu sekali tepatnya di hari senin di malam selasa ba’da maghrib , dengan mengajak seluruh anggota remaja baik dari dalam maupun luar untuk mengikuti pengajian Tilawah Al-Qur’an yang dipimpin oleh Ust. Drs. Ahmad Sofari, S.Pdi.

b. Bidang Seni dan Budaya

Bidang ini tugasnya mengadakan pelatihan marawis setiap tiga hari dalam seminggu yaitu hari senin, selasa dan rabu. Hal ini dimaksudkan agar remaja dapat mengeluarkan kereatifitas dan bakat yang ada dalam diri


(53)

mereka masing-masing dan pelatihan ini dikhususkan bagi anggota remaja GEMA saja

c. Bidang Pemuda dan Olah Raga

Bidang ini tugasnya mengumpulkan anggota GEMA baik dalam mengadakan suatu rencana kegiatan dan memberikan semangat kepada mereka dalam dalam berolah raga dengan mengadakan kompotisi antara sesama anggota, tujuannya agar anggota tidak jenuh .

d. Bidang Hari Besar Islam

Bidang ini tugasnya mengatur rencana kegiatan-kegiatan yang ingin dilakukan pada hari besar Islam seperti menyambut Maulid Nabi SAW, Isra’ Mi’raj, Tahun baru hijriyah dan peringatan nudzulul Qur’an. e. Bidang Humas dan Antar Lembaga

Bidang ini bertugas melakukan koordinasi dengan organisasi-organisasi lain yang berada di Depok, dan untuk mencari dana untuk setiap kegiatan, melakukan koordinasi aparatur pemerintahan ataupun instansi-instansi lain dalam setiap kegiatan.

3. Kegiatan GEMA al-Hikmah

Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan Generasi Muda al-Hikmah (GEMA) dibagi kedalam tiga tahap yaitu mingguan, bulanan, dan tahunan yaitu:


(54)

a. Kegiatan Mingguan 1) Pengajian

Kegiatan pengajian, rutin diadakan setiap hari Senin malam selasa, yaitu mulai dari dzikir, tahlil, membaca Al-Qur'an dan tafsiran ayat al-Qur'an yang di sampaikan oleh ustadz setempat dan materi yang di sampaikan seputar Aqidah, fiqih, dan akhlak. Ustadz yang menyampaikan materi pada tiap pertemuan berbeda-beda sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, yaitu:

a) Minggu I Ust. Drs. Ahmad Sofari, S.Pd.I (Ust. Setempat & penasehat GEMA A-Hikmah)

b) Minggu II Ust. Ahmad Dzarkasih S.Ag (Ketua Forum Komunikasi Rcmaja Masjid Depok)

c) Minggu III Habib Hamid bin Hud Al-Atas (Guru Besar Wilayah Jakarta Timur)

d) Minggu IV Ust. Zainuddin (Ust. Setempat).

b. Kegiatan Bulanan 1) Pengajian gabungan

Kegiatan bulanan GEMA al-Hikmah adalah pengajian gabungan di mana para pengurus GEMA al-Hikmah mengajak pengajian-pengajian di sekitar wilayah Depok untuk berkumpul yaitu membentuk Ukhuwah Islamiyah dan belajar dengan memanggil ustadz setempat mengupas


(55)

berbagai pengetahuan tentang agama Islam secara lebih dalam agar mendapat pencerahan hati dan bathin.

c. Kegiatan Tahunan

GEMA al-Hikmah mengadakan kegiatan tahunan terutama Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), adapun kegiatannya sebagai berikut:

1) Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)

a) Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW: biasanya di adakan pada bulan Rabiul Awal.

b) Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW : biasanya di adakan pada bulan Rajab.

c) Peringatan Tahun Baru Hijriyah: yaitu pada tanggal 1 Muharram, yang biasa dinamakan dengan "pekan Muharram", karena seminggu sebelum peringatan 1 Muharram, GEMA al-Hikmah biasa mengadakan bermacam-macam perlombaan Islami untuk tingkat anak-anak dan remaja. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas anak dan remaja serta untuk menguji mental anak, agar kclak terbiasa tampil di depan umum dan pesertanya dari berbagai Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) yang ada di wilayah kelurahan Pondok Jagung. Lomba-lomba yang di adakan biajaya meliputi: lomba busana muslim, lomba pidato, lomba adzan, lomba Musabaqoh tilawaatil Qur'an (MTQ), lomba hafalan Qur'an (Hifdzil Qur'an), lomba baca puisi, dan karnaval Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut. Lomba-lomba tersebut biasanya


(56)

berlangsung selama 1 minggu kemudian setelah itu acara puncak yaitu tabligh Akbar dan santunan anak yatim.

d) Peringatan Nuzulul Qur'an: biasanya di adakan pada tanggal 17 Ramadhan.


(57)

49

TEMUAN HASIL PENELITIAN

A. Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid al-Hikmah

Pada permulaan terbentuknya Generasi Muda Masjid al-Hikmah (GEMA) mempunyai maksud dan tujuan yaitu untuk membangkitkan semangat para pemuda dalam mengetahui tentang ajaran-ajaran Islam secara lebih terperinci dan pengalaman organisasi. Dan juga adanya GEMA sebagai media dakwah di kalangan remaja khususnya, karena kita ketahui remaja sekarang sangat rentan dengan pergaulan yang bebas. Dalam hal ini di tengah-tengah pergaulan yang bebas sangatlah diperlukan media dakwah yang bisa memberikan wawasan ajaran alhlusunnah waljama'ah. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat yang sangat rendah dengan pengetahuan ajaran Islam. Untuk itu strategi sangat diperlukan oleh GEMA al-Hikmah dalam menerapkan nilai-nilai Islam para pemuda.

Kewajiban untuk berdakwah sangatlah penting, berdakwah tidak hanya melibatkan seorang mubaligh atau da’i profesional, akan tetapi berdakwah harus melibatkan masyarakat seluruhnya, khususnya para remaja atau para pemuda yang akan menjadi seorang penerus bangsa ini dan membawa bangsa ini di masa yang akan datang, sehingga aktivitas sehari-hari harus terdorong pada hal-hal yang positif. Tidaklah terkecuali GEMA (Generasi Remaja Masjid al-Hikmah) sebuah ikatan remaja yang ingin mengembangkan dakwahnya untuk masyarakat di sekitarnya. Telah banyak atau menjamurnya kegiatan-kegitan dakwah yang ada di


(1)

4. Ust. H.M. Mansur 5. Ust. H. Harun Ali 6. H. Sain

II. PENGURUS HARIAN :

Ketua : H. M. Mahdi

Wakil Ketua : Ust. M. Nanang Amd

Sekertaris : M. Irfan S.Ag

Wakil Sekertaris : Ahkaf Mursalat

Bendahara : H. Syarifuddin

Wakil Bendahara : H. Syuhada SE

III. BIDANG-BIDANG

1. Ta’mir/Protokol : 1. Ust. Abdul Khair Syah ( Koordinator) 2. Ust. Juanda H.M

3. Ust. Alfu Satfi S.Ag 4. Ust. Agus Mansur 5. Asnawi

2. Pembangunan : 1. H. Selamet (Koordinator) 2. H. Abdul Hamid

3. H. Mulyono 4. Abdul Haris 3. Perlengkapan dan Kebersihan :


(2)

1. H. Sinan Ja’far (Koordinator) 2. H. Abas

3. H. Matamin 4. Mudemar 5. Ibrahim

4. PHBI : 1. H. Mahyudin (Koordinator) 2. Drs. HM. Adri

3. Ade Ibrahim S.Pdi 4. H. Mahmud 5. H. Abdul Rosyid 6. Ahmad Mahbub

5. HUMAS : 1.H. Hanafi Ahmad (Koordinator) 2. Mukhtar Gani

3. Syarif Hidayat 4. Abdul Qodir Jaelani 5. Syukron

6. Dede

6. Dana : 1. Syahlan Majid (Koordinator) 2. H. Syamsudin

3. H. Abdul Hakim 4. Marjuki

5. Efendi


(3)

Struktur Organisasi

Generasi Muda Masjid al-Hikmah (GEMA) Cimanggis Depok Periode 2007-2011

Pelindung

Penasehat

Dewan Pembina

Bendahara Ketua Sekretaris

Wakil Bendahara Wakil Ketua Wakil Sekertaris

Bidang Bidang Bidang

Kajian Islam Seni & Budaya Pemuda & Olah Raga

Bidang

Humas dan Antar Lembaga


(4)

SUSUNAN PENGURUS GEMA aL-HIKMAH

Dewan Pembina : Ahmad Mahbub Asnawi Ihsan Sarif Hidayat Hamdi Fakhrurrozi Misbahwiulum

Badan Pengurus Harian

Ketua Umum : Abdul Fattah Masykur

Wk. Ketua : Ahqaf Mursalat

Sekretaris : Ade Syahri

Wk. Sekretaris : Rifkie Arief

Bendahara : Nur Alfiah

Wk. Bendahara : Fuad Chomaedi

Bidang-Bidang Bidang Kajian Islam

Kordinator : Mahrif


(5)

Anggota : Sholahuddin Safitriyadi Nurul Fitrah

Zulaida Firsty Aulia Lia Siska Rini Fajriyah

Bidang Seni dan Budaya

Kordinator : Salman Fadli

Sekretaris : Dini Tauhida

Anggota : Sopyan

Faridz Ad Fiqih Amy Suhaelmi Dini Rahma Amelia

Bidang Pemuda dan Olahraga

Kordinator : Fathan Auladi

Sekretaris : Adi Ahriadi

Anggota : Firman

Fikar Azmy Nini Halwani Siti Mabruri


(6)

Bidang Hari Besar Islam

Kordinator : Ilham Murobbi

Sekretaris : Edy Yusuf

Anggota : M. Tsabit

Solihin Ahmad Safitri Laili Syifa Nurhayati

Bidang Humas dan Antar Lembaga

Kordinator : M. Syukron

Sekretaris : Abdul Kodir Jaelani

Anggota : Dede Sapto Hadi

Indra


Dokumen yang terkait

Strategi dakwah lingkungan perkantoran; analisa perencanaan strategi ikatan Da'i Indonesia (IKADI) DKI Jakarta

8 52 88

STRATEGI DAKWAH KULTURAL MUHAMMADIYAH DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN NILAI – NILAI PENDIDIKAN ISLAM Strategi Dakwah Kultural Muhammadiyah Dalam Mengimplementasikan Nilai – Nilai Pendidikan Islam Di Masyarakat (Studi Empirik Pengurus Ranting Muhammadiyah Kelur

0 4 17

PERAN MASJID AL HIKMAH DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASYARKAT DI DESA Peran Masjid Al Hikmah Dalam Meningkatkan Pendidikan Islam Pada Masyarkat Di Desa Ponowaren Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

0 3 16

PERAN MASJID AL HIKMAH DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASYARKAT DI DESA Peran Masjid Al Hikmah Dalam Meningkatkan Pendidikan Islam Pada Masyarkat Di Desa Ponowaren Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

0 3 15

30621 ID pengaruh diversifikasi program studi terhadap minat kuliah mahasiswa pada univer

0 0 18

30626 ID qati dan zanni dalam pemikiran islam memahami teks dan konteks secara proporsion

0 0 19

Modifikasi Model Pembelajaran Gerlach dan Ely Melalui Integrasi Nilai-Nilai Keislaman Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis

0 0 10

IMPLEMENTASI NILAI RELIGIUSITAS DAN TOLERANSI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA JAMAAH MASJID AL-HIKMAH SIDOMUKTI SALATIGA

0 0 22

BAB III PENERAPAN NILAI-NILAI AL-QUR’AN KEPADA GENERASI MUDA ISLAMI A. Pengertian Generasi Qur’ani - Peran pkq (pusat kampung qur’ani) dalam membangun kampung qur’ani dan mewujudkan generasi islami di desa bandar setia - Repository UIN Sumatera Utara

0 1 27

BAB IV PERAN PUSAT KAMPUNG QURANI DALAM MENGAPLIKASIKAN NILAI-NILAI AL-QUR’AN UNTUK MEMBANGUN GENERASI MUDA ISLAMI - Peran pkq (pusat kampung qur’ani) dalam membangun kampung qur’ani dan mewujudkan generasi islami di desa bandar setia - Repository UIN Sum

0 0 16