Strategi dakwah lingkungan perkantoran; analisa perencanaan strategi ikatan Da'i Indonesia (IKADI) DKI Jakarta

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh : HAMBALI NIM. 106051001819

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau

hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Juli 2010 Penulis


(3)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: HAMBALI NIM. 106051001819

Pembimbing:

Drs. MASRAN, MA NIP.150275384

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431H/2010 M


(4)

Strategis Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) DKI Jakarta)

Kehadiran IKADI DKI Jakarta lahir dari beragamnya problematika kehidupan yang ada di kota Jakarta. Yang merupakan salah satu pengurus tingkat wilayah dari IKADI yang dideklarasikan paa 12 Juli 2004 di Asrama Pondok Gede Jakarta Timur. Sasaran mad’u utama aktifitas dakwah di Kota Jakarta adalah masyarakat perkantoran. Perbaikan moral dan akhlak menjadi prioritas dalam gerakan dakwahnya sebagai solusi mengatasi kesenjangan sosial yang semakin dalam, dengan begitu dapat terwujudnya harmonisasi sosial di tengah-tengah masyarakat. Perkantoran-perkantoran di Jakarta terus tumbuh berkembang di berbagai jalan-jalan utama, dan sebagian populasi masyarakat Jakarta menghabiskan waktunya untuk beraktifitas di perkantoran, dapat dipastikan bahwa selama ini masyarakat perkantoran memiliki waktu yang sedikit sekali mengikuti kajian-kajian Islam di luar lingkungan perkantoran.

Dari alasan di atas penulis menyusun pertanyaan guna memudahkan proses penelitian, yaitu bagaimana strategi dakwah IKADI DKI Jakarta dilingkungan Perkantoran?

Michael Allison dan Jude Kaye mendefinisikan perencanaan strategis adalah proses sistemik yang disepakati organisasi dan membangun keterlibatan di antara stakeholder utama tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi. Sedangkan strategi dakwah didefiniskan oleh Al-Bayuni (manahid al-da’wah) adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode penelitian deskriptif. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan, dianalisis, dan dideskripsikan serta ditafsirkan dengan menggunakan teori-teori yang ada sebagai acuan dalam analisa data.

Setelah melakukan analisa data, maka dapat disimpulkan bagaimana proses strategi dakwah IKADI DKI Jakarta dilingkungan perkantoran. Perumusan strategi dilakukan satu atau dua bulan sebelum berakhirnya pelaksanaan program tahunan yang melibatkan seluruh komponen organisasi. Dari perencanaan tersebut dihasilkan tiga program strategis, yaitu Silaturahmi dengan Tokoh dan Ormas Dakwah, Pembekalan dan Regernasi Da’i dan Kajian Perkantoran dan Masyarakat Umum. Langkah awal proses implementasi adalah menawarkan beberapa program strategis yang ditetapkan kepada berbagai perkantoran tentunya dengan memperhatikan kebutuhan dan permintaan segmentasi mad’u. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui dan memastikan sejauh mana program tersebut sesuai dengan . Di IKADI DKI Jakarta evaluasi dilakukan sebanyak tiga kali, satu kali dalam bentuk terencana dan dua kali dalam bentuk insidentil. Terencana artinya secara terjadwal, sedangkan insidentil evaluasi secara spontan dilakukan menyikapi beberapa masalah dari program-program yang ada.


(5)

selama ini, berkat Allah SWT jualah penulis mampu merampungkan tugas akhir skripsi dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan skripsi ini merupakan proses yang relatif panjang bagi penulis, menyita segenap tenaga dan fikiran. Tetapi yang pasti dengan segenap motivasi, kesabaran, kerja keras, dan do’a, akhirnya penulis sanggup menjalani tahap demi tahap dalam kehidupan akademik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sangat penulis rasakan pada saat proses penyusunan skripsi ini. Karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah bersedia membantu dan memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya:

1. Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan Drs. Study Rizal

LK, M.A selaku Pudek III

2. Drs. Jumroni, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

4. Drs. Masran, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dalam setiap bimbingan dan mendorong penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Ibu/ Bapak Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar dan memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada penulis selama dalam masa perkuliahan.

6. Keluarga tercinta penulis, Ayahanda tercinta H. Rusman S dan Ibunda tercinta Hj. Khuzaimah, adek-adek penulis Ridwan Rusman dan Ma’ruf Anshori yang senantiasa tanpa hentinya mendoakan kebahagiaan dan kesuksesan penulis, dan juga dukungan berharga sekali baik moril maupun materil dalam proses selama studi di kampus tercinta ini.

7. Ust. Dr. H. Atabik Lutfi, MA selaku ketua IKADI DKI Jakarta dan Ust. Izzudin Abdul Manaf, Lc, MA selaku Sekretaris IKADI DKI

Jakarta. yang bersedia meluangkan waktu dan membantu penulis dalam proses penelitian skripsi.

8. Sahabat-sahabat ku tercinta dari IKAPDH (Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren Dar El Hikmah Pekanbaru) Wilayah Jakarta, SEMARI (Serumpun Mahasiswa Riau) Banten, dan IPEMALIS (Ikatan Pemuda Mahasiswa Kabupaten Bengkalis) Jakarta.


(7)

Bersama-9. Sahabat-sahabat ku KAHFI Public Speaking School yang selalu saling memberi motivasi menuju kesuksesan impian ku.

10. Sahabat-sahabat ku KPI B angkatan 2006-2007 yang bersama-sama dalam suka dan duka, saling memotivasi dalam pengembangan diri menuju ke arah yang lebih baik di kampus tercinta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu berbagai hal dalam proses penyelesaian studi penulis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan-kekurangan, namun penulis berharap penelitian ini menambah pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan. Penulis sangat berharap kritikan dan masukan dalam rangka perbaikan penulisan skripsi ini.

Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi semua usaha yang kita lakukan. Amin...

Jakarta, 13 Juli 2010 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 5

E. Metodologi Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi Dakwah 1. Pengertian Strategi ... 11

2. Proses Tahapan Strategi ... 12

3. Pengertian Dakwah ... 14

4. Macam-macam Dakwah... 16

5. Pengertian Strategi Dakwah ... 16

B. Perencanaan Strategis 1. Pengertian Perencanaan Strategis ... 21

2. Proses Perencanaan Strategis ... 22

C. Perkantoran 1. Pengertian Perkantoran ... 24


(9)

C. Tujuan dan Kegiatan IKADI ... 30

D. Sifat dan Ciri Organisasi ... 32

E. Kontak IKADI ... 33

F. Susunan Kepengurusan PW IKADI DKI Jakarta ... 33

G. Keanggotaan IKADI DKI Jakarta ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Perumusan Strategi ... 39

1. Pendekatan Analisa SWOT ... 40

2. Program-program Unggulan ... 44

B. Implementasi Strategi... 46

1. Silaturahmi dengan Tokoh dan Ormas Dakwah ... 47

2. Pembekalan dan Regenerasi Da’i ... 49

3. Kajian Perkantoran dan Kajian Masyarakat Umum ... 53

C. Evaluasi Strategi ... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

(11)

Awal perkenalan penulis terhadap Ikatan Da’i Indonesia (IKADI ) disaat menimba ilmu di Pondok Pesantren Dar El Hikmah Pekanbaru Riau. Sebagian ustad di Pesantren ada yang aktif berkecimpung sebagai kader da’i IKADI untuk wilayah pekanbaru. Sepengetahuan penulis pada waktu itu IKADI merupakan program penerjunan da’i di tempat terpencil yang belum terjangkau oleh dakwah Islam.

Disaat melanjutkan studi di perguruan tinggi Islam UIN Syarif Hidayatullah di Jakarta, penulis baru mengetahui bahwa ternyata IKADI juga terdapat di wilayah Jakarta seperti IKADI Pusat ataupun IKADI Daerah DKI Jakarta yang berbentuk organisasi massa seperti layaknya NU, Muhammadiyah, dan organisasi massa lainnya.

Wilayah ibu kota DKI Jakarta menjadi barometer dari perkembangan masyarakat Indonesia dari berbagai aspek, karena perannya sebagai pusat perkembangan ekonomi, politik, sosial dan juga sarana dan prasarana perkembangan teknologi. Kemajuan inilah yang menyebabkan banyaknya berdirinya perkantoran-perkantoran di DKI Jakarta yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi nirlaba dan kantor pemerintahan untuk menunjang pelayanan kepada masyarakat. Banyaknya perkantoran di wilayah DKI Jakarta menandakan sebagian aktifitas masyarakat berada di perkantoran.


(12)

Dari beberapa referensi, masyarakat lebih dikenal terbagi menjadi dua macam, yaitu masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Penulis berpendapat bahwa masyarakat yang berakfitas di perkantoran termasuk dari masyarakat perkotaan. Memang agak sulit merumuskan siapa sebenarnya masyarakat perkotaan itu secara tepat. Makna kota akan lebih mudah dipahami bila melalui karakter dan mental penduduknya sebagai masyarakat kota bukan dari tempat lokasinya. Atau lebih mudahnya, melihat masyarakat kota melalui karakteristik-karakteristiknya sebagai masyarakat kota.1

Bagi masyarakat perkotaan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (kehidupan beragama) cukup terarahkan dan ditekankan pada pelaksanaan ibadah, acara-acara keagamaan sudah berkurang. Hal ini disebabkan masyarakat perkotaan sudah menekankan pada rasional berpikir dan bukan pada emosionalnya. Semua kegiatan beragama sudah berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.2

Dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi saat ini, yang membuat kendala ruang dan waktu terpecahkan dan membuat dunia ini seakan-akan menjadi sempit. Tidak terbayangkan setelah berkembanganya teknologi komunikasi dan informasi, kejadian yang sedang terjadi di berbagai belahan bumi bisa disaksikan di belahan bumi lainnya dalam waktu yang cepat, bahkan bersamaan. Ini membuat seluruh pengetahuan dan budaya di seluruh dunia dapat dikonsumsi dan diketahui dengan mudah oleh masyarakat Indonesia tanpa adanya saringan atau sensor informasi melalui berbagai media.

      

1

Acep Aripudin, Syukriadi Sambas, Dakwah Damai Pengantar Dakwah Antarbudaya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 151

2


(13)

Masyarakat DKI Jakarta adalah contoh kehidupan masyarakat perkotaan di Indonesia. Kota Jakarta juga merupakan kota yang sudah berkembang dalam berbagai hal jika dibandingkan dengan kota-kota lain yang ada di Indonesia, termasuk berkembang dalam hal teknologi. Masyarakat Jakarta juga dikenal sebagai masyarakat urban yang terdiri dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, (masyarakat heterogen). Heterogenitas masyarakat Jakarta pada satu sisi memberi peluang terciptanya kompetisi dan kreasi-kreasi baru, namun bagi yang tidak siap akan menjadi hantu yang sesekali akan menerkam masa depan jiwanya.

Pluralisme keyakinan dalam beragama juga sangat nyata sebagai ciri kehidupan masyarakat kota, keberagaman tersebut kemudian mempengaruhi pola pikir dan interpretasi serta tindakan beragama yang beragam pula.3 Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan dakwah, karena setiap budaya memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang beragam, sehingga tidak bisa dilakukan dengan strategi yang sama dalam mengkomunikasikan pesan-pesan dakwah.

Ditengah kompleksitas dalam menghadapi gelombang dan tantangan globalisasi itulah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) lahir pada tahun 2002 dan diresmikan pada tahun 2005. IKADI didirikan oleh para aktifis da’i atas dasar tujuan untuk memberdayakan dakwah dan da’i dalam usaha merekonstruksi dan reformasi pandangan umat terhadap tugas-tugasnya sebagai pemikul panji moralitas yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, baik moralitas sosial, politik, budaya maupun peradaban.4

      

3

Acep Aripudin, Syukriadi Sambas, Dakwah dan Damai Pengantar Dakwah Antarbudaya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 152

4


(14)

Setelah beberapa tahun IKADI pun terus mengalami perkembangan, dan untuk mengembangkan sayapnya IKADI membentuk struktur organisasi untuk mengembangkan dakwah di seluruh nusantara. Membentuk PP (Pengurus Pusat), PW (Pengurus Wilayah) dan PD (Pengurus Daerah). Dan salah satunya adalah PW IKADI DKI Jakarta. Di PW IKADI DKI Jakarta didalamnya terhimpun kader-kader da’i-da’i professional yang tergabung dan sudah melalui proses kaderisasi di IKADI untuk mengembangkan dakwah di masyarakat Jakarta.

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis kemudian memberi judul penelitian skripsi ini dengan judul “Strategi Dakwah di Lingkungan Perkantoran (Analisa Perencanaan Strategis Ikatan Da’i Indonesia (IKADI)

DKI Jakarta)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk memudahkan proses penelitian dan kajian pada skripsi ini, maka pada penelitian ini penulis membatasih hanya pada perencanaan strategis yang dalam IKADI DKI Jakarta untuk menunjang strategi dakwah di lingkungan perkantoran disekitar wilayah DKI Jakarta pada periode Januari-Mei tahun 2010.

Agar penelitian ini dapat menjelaskan secara mendalam berdasarkan judul dan pembatasan masalah, maka untuk itu penulis menyusun rumusan masalah yang secara umum, yaitu : “Bagaimana strategi dakwah IKADI DKI Jakarta di lingkungan perkantoran?”


(15)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dari penelitian ini, yaitu: Untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah IKADI DKI Jakarta di lingkungan perkantoran.

Adapun kegunaan dari penelitian ini mencakup dua hal, yaitu dari segi teoritis dan segi praktis.

1. Segi teoritis

Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan menjadi stimulus penelitian lebih lanjut guna memperkaya teori-teori komunikasi dakwah, terutama berkaitan dengan kajian strategi dakwah.

2. Segi praktis

Dari segi praktis penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi positif bagi proses komunikasi dakwah secara langsung atau komunikasi bermedia melalui strategi dakwah di masyarakat perkantoran dan juga dapat menambah informasi, ilmu dan wawasan bagi pembaca mengenai strategi dakwah di lingkungan masyarakat perkantoran.

D. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa skripsi yang penulis temukan yang mengangkat tentang bagaimana strategi dakwah, tentunya dengan subjek dan objek yang berbeda-beda. Setelah mengamati skripsi-skripsi untuk Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang sudah dikoleksi oleh Perpustakaan Fakultas Dakwah dan


(16)

Komunikasi, penulis menemukan ada beberapa judul skripsi yang mengangkat judul tentang strategi dakwah, diantaranya :

1. “Strategi Dakwah Radio Wadi 102 FM dalam Meningkatkan Program Siaran Radio” oleh Melisa Nusdiyanti tahun 2010. Skripsi ini menitikberatkan pada peningkatan program siaran radio di radio Wadi 102 FM,

2. “Strategi Dakwah Front Pembela Islam (FPI) dalam Menanggulangi Dampak Negatif Globalisasi” oleh Dodiana Kusuma tahun 2010. Skripsi ini mendiskripsikan dan menganalisis tentang strategi dakwah Front Pembela Islan dalam menanggulangi dampak negatif globalisasi. 3. “Strategi Dakwah Ikatan Remaja Masjid Al-Muttaqin di Lingkungan

Kel. Pondok Jagung” oleh Maspupah tahun 2010. Skripsi ini mendeskripsikan tentang strategi dakwah yang dilakukan oleh Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Al-Muttaqin dalam aktivitas dakwahnya. Namun dari judul skripsi diatas tidak ada satupun yang meneliti lembaga atau organisasi yang bergerak di bidang pengembangan dakwah di tengah masyarakat perkantoran dari sudut pandang perencanaan strategis, karena itu penulis meneliti organisasi massa yang konsen dalam pengembangan dakwah dan da’i seperti IKADI DKI Jakarta. Penelitian ini juga diharapkan bisa memberi tambahan atau pelengkap dari penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. E. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pedekatan kualitatif dan menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan


(17)

penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklafisifiaksi suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.5

Untuk mempermudah dalam proses memperoleh data-data yang menunjang penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah antara lain:

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada periode bulan April-Mei 2010 di Sekretariat PW IKADI DKI Jakarta yang saat ini masih tergabung dengan pengurus PP IKADI di Jl. Poltangan Raya No. 82 Tanjung Barat Jakarta Selatan. 

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua teknik yang lazim digunakan dalam proses pengumpulan data yang dibutuhkan berkaitan dengan penelitian, yaitu wawancara dan dokumentasi.

a. Wawancara

Wawancara adalah teknik upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data, dengan cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung antara pewancara dengan yang diwawancarai.6 Adapun responden yang penulis wawancarai adalah Ketua IKADI DKI Jakarta dan Sekretaris IKADI DKI Jakarta, fokus yang diwawancarai adalah mengenai bagaimana       

5

Syamsir Salam, Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 13-14

6


(18)

perumusan, implementasi dan evaluasi strategi dakwah IKADI DKI Jakarta di lingkungan perkantoran.

b. Dokumentasi

Mengumpulkan data-data yang diperoleh dari buku profil dan bekal da’i IKADI, www.ikadi.or.id, www.eramuslim.com, laporan kegiatan IKADI DKI Jakarta, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Tabloid Robithoh, yang berkaitan dan mendukung dalam proses penelitian ini.

3. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dan dikelompokan sesuai dengan tujuan penelitian untuk dianalisis dan diberikan intrepertasi dengan cara mengklarifikasikan dengan kerangka teori yang berhubungan kemudian disimpulkan.

4. Teknik Analisis Data

Data-data yang sudah terkumpulkan selanjutnya dianalisis, dideskripsikan dan ditafsirkan dengan menggunakan teori-teori pendukung yang menjadi acuan dalam analisis data. Fase ini merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Setelah itu, penulis berusaha menganalisis data dengan menyusun kata-kata ke dalam tulisan yang lebih luas.


(19)

5. Teknik Penulisan

Penulisan hasil penelitian ini menyesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desirtasi) yang diterbitkan oleh ceQDA tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam menyusun hasil penelitian ini, maka penulis membuat sistematika penulisan yang dibagi menjadi menjadi lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab sebagai berikut :

BAB. I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini bertujuan sebagai pengantar dari penelitian ini dan bagaimana proses penelitian ini dilakukan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis menguraikan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini, seperti penjelasan tentang strategi dakwah, perencanaan strategi dan perkantoran.

BAB III. GAMBARAN UMUM IKADI DKI JAKARTA

Dalam bab ke tiga ini penulis menguraikan profil dari objek yaitu PW IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) DKI Jakarta, yang termasuk didalamnya antara lain latar belakang berdiri, visi, misi dan tujuan, dll. Bab ini


(20)

bertujuan untuk menjelaskan secara singkat tentang PW IKADI DKI Jakarta.

BAB IV. HASIL PENELITIAN

Bab ini adalah bab inti dari penelitian ini, karena di bab ini menjelaskan pokok dari hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan penulis mengenai strategi dakwah IKADI DKI Jakarta di lingkungan perkantoran dilihat dari sudut pandang perencanaan strategis sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian yang penulis sudah tetapkan.

BAB V. PENUTUP

Bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran setelah penulis menganalisa hasil penelitian. Dan dibagian akhir setelah bab ini memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(21)

1. Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu strategos, istilah ini sering digunakan di kalangan militer yang dimaksudkan sebagai suatu cara untuk memenangkan suatu pertempuran.8

Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.9

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Strategi artinya ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang dan damai, atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, atau juga berarti sesuatu yang kerjakan demi kelancaran komunikasi.10

Menurut Achmad Rukhy strategi adalah sebuah proses yang sistematis dan berkesinambungan dimana orang membuat keputusan-keputusan tentang

      

8

Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Murai Kencana, 2006), h. 85

9

Lawrence R. Jauch, William F. Gluek, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta: Erlangga, 1988), h. 12

10

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Edisi. 3, h. 1092


(22)

tujuan yang ingin dicapai pada masa depan dan bagaimana tujuan tersebut harus dicapai dan bagaimana pula keberhasilan akan di ukur.11

Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu cara, siasat, akal yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dimana cara-cara yang dipakai tersebut bersifat komprehensif.12

Dalam manajemen (management strategy) strategi adalah suatu proses yang berkenaan dengan dengan penentuan arah masa depan suatu organisasi dan pelaksanaan keputusan dalam rangka mencapai sasaran jangka pendek dan jangka panjang organisasi.13

2. Proses tahapan strategi

Dalam prosesnya, pada dasarnya strategi meliputi tiga tahapan utama yang saling berkaitan, yaitu perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.

a. Perumusan Strategi (Strategy Formulation)

Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan kemampuan organisasi, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.14

      

11

Mulkanasir, Strategik Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia, Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Edisi 2 Desember 2006, h. 276

12

Mulkanasir, Strategik Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia, Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Edisi 2 Desember 2006, h. 287

13

Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Murai Kencana, 2006), h. 84

14

Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis, (Malang: Bayu Media Publishing, 2005),h. 5


(23)

Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana mencapai hasil yang ditargetkan sesuai dengan visi dan misi di dalam situasi organisasi dan prospek yang dihadapi. Strategi pada dasarnya terdiri atas dua hal, yaitu tindakan manajemen yang terukur dan bertujuan, dan reaksi atas perkembangan yang tidak diantisipasi sebelumnya.15

b. Implementasi Strategi (Strategy Implementation)

Implementasi strategi adalah proses dimana strategi dan kebijaksanaan dijalankan melalui pembangunan struktur, pengembangan program, budget, dan prosedur pelaksanaan. Implementasi strategi merupakan tahap yang paling sulit dalam proses strategi mengingat banyaknya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan di lapangan dan mungkin tidak sesuai dengan perkiraan semula.16

c. Evaluasi dan pengendalian strategi (Strategy Control)

Evaluasi dan pengendalian adalah suatu proses dimana aktifitas dan hasil kerja di monitor sehingga kinerja sesungguhnya dapat dibandingkan dengan kinerja yang diharapkan. Adanya penyimpangan perlu diidentifikasi sebab-sebab terjadinya penyimpangan tersebut dan kemudian diikuti dengan tindakan koreksi.17

      

15

Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis,h. 8-9

16

Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisni, h. 13

17


(24)

3. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari pengertian secara etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a- yad’u-da’watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil. Warson Munawir seperti yang dikutip oleh Samsul Munir Amin menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), Mengajak (to summon), menyeru (to propose), mendorong (to urge) dan memohon (to pray). Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan disebut da’i (isim fail) artinya orang yang menyeru. Tetapi karena perintah memanggil atau menyeru adalah proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal sebagai muballigh artinya penyampai atau penyeru. Secara etimologi dakwah atau tabligh merupakan suatu proses penyampaian atas pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan denga tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.18

Secara terminologi atau istilah definisi mengenai dakwah telah banyak dibuat oleh para ahli, dimana masing-masing definisi tersebut saling melengkapi. Di bawah ini penulis kemukakan beberapa definisi dakwah yang dikemukakan oleh para ahli mengenai dakwah.

Menurut Prof. Toha Yahya Omar, MA, Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan

      

18


(25)

perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirata.19

Menurut Dr. M. Quraish Shihab, Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekadar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.20

Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed, dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.21

Menurut Drs. Samsul Munir, MA, dakwah adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan pesan-pesan agama Islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam tersebut dan menjalankannya dengan baik dalam kehidupan individual maupun masyarakat untuk mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia ataupun diakhirat, dengan menggunakan media dan cara-cara tertentu.22

      

19

Toha Yahya Omar, MA, Islam dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2004), h. 67 

20

Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2001), h. 194

21

Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 6

22


(26)

4. Macam-macam Dakwah

Secara umum dakwah Islam itu dapat dikategorikan ke dalam tiga macam, yaitu: 23

a. Da’wah bil lisan

Da’wah bil lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang dilakukan antara lain dengan ceramah-ceramah. Khutbah, diskusi, nasihat, dan lain-lain.

b. Da’wah bil hal

Da’wah bil hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata dimana aktifitas dakwah dilakukan dengan melalui keteladanan dan tindakan nyata.

c. Da’wah bil qalam

Da’wah bil qalam yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku, maupun internet.

5. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi dakwah diartikan metode, siasat, taktik, atau manuver yang dipergunakan dalam aktifitas kegiatan dakwah.24

Al-Bayuni mendefinisikan strategi dakwah (manahij al-da’wah) adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah.25

      

23

Samsul Munir Amin, MA, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008), h. 11-12

24

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 107

25


(27)

Meminjam pendapat Onong Ucjhana Effendy berkaitan dengan strategi komunikasi, maka strategi dakwah bisa diartikan merupakan perpaduan dari perencanaan dan manajemen dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Dan untuk mencapai tujuan itu pendekatan strateginya bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.26

Strategi adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini, yaitu:27

a. Strategi merupakan rencana atau tindakan (rangkaian kegiatan dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi merupakan proses penyusunan kerja.

b. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, karena itu sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan terlebih dahulu tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.

Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah haruslah memperhatikan beberapa asas dakwah, yaitu28:

a. Asas filosofis: Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktifitas dakwah.

      

26

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), cet. 21, h. 32

27

Moh Ali Aziz, MAg, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 349-350 

28


(28)

b. Asas kemampuan dan keahlian da’i (achievement and profesionalitas) : Asas ini menyangkut pembahasan mengenai kemampuan dan profesionalisme da’i sebagai subjek dakwah.

c. Asas sosiologis: Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintah setempat, mayoritas agama disuatu daerah, filosofis sasaran dakwah, sosiokultural sasaran dakwah dan sebagainya.

d. Asas psikologis: Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitu pula sasaran dakwahnya yang memiliki karakter unik dan berbeda satu sama lain. Pertimbangan-pertimbangan masalah psikologis harus diperhatikan dalam proses pelaksanaan dakwah.

e. Asas efektifitas dan efesiensi: aktifitas dakwah harus diusahakan keseimbangan antara biaya, waktu, maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya. Sehingga hasilnya dapat maksimal.

Strategi dakwah memerlukan beberapa faktor yang harus benar-benar diperhatikan dan dipertimbangkan, diantaranya adalah:29

a. Umat Islam harus mengembangkan pola pikir dan wawasan keilmuan

      

29

Rafi’udin dan Maman, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 79-80


(29)

b. Pola pikir dan wawasan yang luas tersebut akan mempengaruhi umat islam dalam hal kepribadian, sehingga persaudaran Islam selalu terwujud.

c. Memiliki khazanah ilmu (IPTEK), sehingga mampu membawakan materi yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Tantangan dakwah di masa depan semakin semakin kompleks, karena itu penerapan strategi harus sesuai dengan kondisi mad’u sebagai objek dakwah sehingga akan menghasilkan dakwah yang tetap. Dalam era globalisasi dan era informasi seperti sekarang ini, diperlukan penerapan dakwah yang mengimbangi kemajuan-kemajuan tersebut. Menurut Dr. Samsul Munir, MA ada tiga hal utama yang harus dilakukan untuk menghadapi era dakwah di masa depan, yaitu:30

a. Pembinaan kader da’i harus dilakukan dengan baik, harus ditanamkan keimanan yang mendalam, pemahaman yang juga baik dan cermat tentang keislaman, lingkungan, konsep-konsep apa saja yang perlu diketahui dan sebagainya. Pembinaan kader ini tidak bisa ditawar-tawar, karena da’i memiliki tugas qiyadah al-ummah (memimpin umat), menerapi dan mengobati penyakit masyarakat. b. Pemerataan dakwah ke masyarakat dan penumbuhan basis-basis

sosial, basis sosial akan menopang para da’i dengan simpati, dukungan dan pengorbanannya. Tidak adanya basis-basis sosial

      

30


(30)

bisa menyebabkan banyak gagasan-gagasan da’i tidak di pahami masyarakat.

c. Berjalannya proses pencetakan dan penyebaran opini umum yang disebut siyarah ial al-amal al-Islami. Dakwah harus diarahkan pada bagaimana mengenal dakwah dan dakwah memahami umat. Al-Bayuni membagi strategi dakwah dalam tiga bentuk seperti yang di kutip oleh Moh. Ali Aziz di dalam buku Ilmu Dakwah, yaitu:31

a. Strategi sentimentil (al-manhaj al-‘athifi) adalah dakwah yang menfokuskan pada aspek hati dan menggerakan perasaan dan batin mitra dakwah. Memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan atau memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa metode yang dikembangkan dari strategi ini. Metode ini sesuai untuk mitra dakwah yang terpinggirkan (marginal) dan dianggap lemah seperti kaum perempuan, anak-anak, orang awam, mualaf, fakir miskin, anak yatim dan sebagainya.

b. Strategi rasional (al-manhaj al-‘aqli) adalah dakwah dengan beberapa metode yang menfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk berpikir, merenungkan, dan mengambil pelajaran.

c. Strategi indrawi (al-manhaj al-hissi) juga disebut strategi eksperimen atau strategi ilmiah, dan didefinisikan sebagai sistem

      

31


(31)

dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada pancaindera dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan. Diantaranya metode praktik keagamaan, keteladanan dan pentas drama.

B. Perencanaan Strategis

1. Pengertian

Sebelum menjelaskan apa itu perencanaan strategis, ada baiknya penulis menjelaskan terlebih dahulu apa itu perencanaan? R. Kreitner yang dikutip oleh Zaini Muchtarom dalam bukunya, mendefinisikan perencanaan (planning) adalah proses mempersiapkan perubahan dan mengatasi ketidakpastian dengan cara menformulasikan tindakan yang akan datang.32

Zaini Muchtarom juga mengutip definisi dari G.R. Terry yang menjelaskan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan fakta-fakta serta menyusun dan menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam bentuk visualisasi dan formulasi dari kegiatan-kegiatan terarah yang diyakini perlu untuk mencapai hasil yang dikehendaki.33

Michael Allison dan Jude Kaye mendefinisikan Perencanaan Strategis adalah proses sistemik yang disepakati organisasi dan membangun keterlibatan di antara stakeholder utama tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi. Perencanaan strategis

      

32

Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: Al-Iman Press, 1996), h.63

33


(32)

digunakan untuk mempertajam fokus organisasi, agar semua sumber organisasi digunakan secara optimal untuk melayani misi organisasi.34

Perencanaan strategis bersifat interdisipliner dan mencakup konsep dari strategi militer, sejarah, kebiasaan bisnis dan teori organisasi. Perencanaan strategis muncul sebagai disiplin tersendiri sekitar tahun 1950-an 1960-1950-an, disebabk1950-an popularitasnya dari b1950-anyak perusaha1950-an y1950-ang berkantor pusat di Amerika Serikat. 35

Perencanaan strategis mengembangkan metode penyusunan yang menitikberkatkan pada penyesuaian lingkungan dan belajar dari pengalaman, yang orientasi perencanaan menekankan kearah memperhatikan dan memahami perubahan lingkungan sekitar, berbagai ragam kebutuhan yang berbeda serta kekuatan dan kelemahan para mitra kerja dan pesaing. Kekuatan dan kelemahan organisasi dakwah dihadapkan kepada peluang dan tantangan guna menentukan posisi dari organisasi. Pendekatan ini disebut pendekatan analisa SWOT (strength, weakness, opportunity, and threat).36

2. Proses Perencanaan Strategis

Tahapan dasar perencanaan strategis disajikan sebagai serangkaian tahapan dan langkah-langkah terkait yang memungkinkan keluwesan dan kreatifitas, tahapan-tahapan tersebut diantaraya adalah:37

      

34  

Michael Allison dan Jude Kaye. Perencanaan Strategis: Bagi Orgnisasi Nirlaba, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 1-2 

35

Michael Allison dan Jude Kaye. Perencanaan Strategis: Bagi Orgnisasi Nirlaba, h. 1-7 

36

Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: Al-Iman Press, 1996), h.70

37 


(33)

a. Persiapan

b. Mempertegas Misi dan Visi c. Menilai Lingkungan

d. Menyepakati Prioritas-prioritas e. Penulisan Rencana Strategis f. Melaksanakan Rencana Strategis g. Memantau dan Mengevaluasi

Sedangkan Langkah-langkah perencanaan strategis menurut Zaini Muchtarom meliputi lima hal, yaitu:38

a. Menentukan usaha yang sesuai dengan keadaan, artinya menetapkan bentuk kegiatan dakwah atau jenis materi dakwah sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat

b. Mengadakan segmentasi mad’u, artinya mad’u dikelompokan dengan jelas agar dapat dipahami perbedaan dan kebutuhan masing-masing lapisan, sehingga dapat diciptakan rumusan yang memenuhi kebutuhan seraya meningkatkan dan memanfaatkan kekuatan yang ada.

c. Menentukan strategi persaingan, artinya dakwah yang menggunakan semangat persaingan dengan kebaikan dapat diwujudkan dalam bentuk yang menarik dan khas yang menandai keistimewaan dan keunggulan dakwah.

      

38


(34)

d. Menentukan alokasi sumber daya, artinya alokasi sumber daya sesuai dengan kebutuhan dan berpotensi memberikan sumbangan kepada organisasi secara keseluruhan.

e. Menghadapi ketidaktentuan, artinya dalam menghadapi keadaan yang tidak menentu dalam kegiatan dakwah harus menggunakan pendekatan mengembangkan beberapa skenario altrenatif untuk menghadapi berbagai kemungkinan masa depan dan ketidakpastian.

C. Perkantoran

1. Pengertian Perkantoran

Secara etimologis kata kantor berasal dari bahasa Belanda “Kantoor”, yang memiliki arti ruang tempat bekerja, tempat kedudukan pimpinan, jawatan instansi dan sebagainya.39 Dalam bahasa Inggris “Office” bisa berarti:40

a. Kewajiban, tugas, fungsi b. Jabatan

c. Markas atau ruang tempat seseorang pengusaha dan stafnya menjalankan aktivitas usaha pokoknya

d. Jasa pelayanan

e. Tugas pekerjaan, komposisi dari urusan-urusan tertentu

f. Tempat, gedung, yang dipakai sebagai pusat tempat kerja tata usaha

      

39

Pengertian Kantor, Artikel ini diakses pada tanggal 15 Oktober 2010 dari http://manajemen-kantor2-salmia.blogspot.com/

40

Durotul Yatimah, Kesekretarisan Modern dan Administrasi Perkantoran, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 17-18


(35)

Menurut Drs. Kamisa, kantor artinya bangunan yang dipakai untuk bekerja yang berkenaan dengan urusan adminstrasi. Sedangkan Menurut Erns Neufert, pekerjaan utama di dalam perkantoran adalah kegiatan penanganan informasi dan kegiatan pembuatan maupun pengambilan keputusan berdasarkan informasi tersebut. Jadi perkantoran adalah bangunan yang digunakan untuk pekerjaan administrasi dan manajerial.41

Durotul Yatimah dalam bukunya dalam bukunya merumuskan pengertian kantor sebagai berikut:42

a. Tempat atau ruangan penyelenggaraan kegiatan pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyampaian data dan informasi.

b. Proses penyelenggaraan kegiatan pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyampaian data dan informasi.

Hasil penelitian yang dilakukan Georgy Terry berkenaan waktu kerja yang dihabiskan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat menyebutkan bahwa ada tujuh macam kegiatan pokok pekerjaan di perkantoran, yaitu:

a. Typing (mengetik)

b. Calculating (menghitung) c. Checking (memeriksa)       

41

Artikel ini diakses pada tanggal 15 Oktober 2010 dari http://dahlanforum.wordpress.com/2008/01/17/perkantoran-dan-proyek/

42

Durotul Yatimah, Kesekretarisan Modern dan Administrasi Perkantoran, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h.18


(36)

d. Filling (menyimpan warkat) e. Telephoning (menelepon) f. Duplicating (menggandakan) g. Mailing (mengirim surat) 2. Karakteristik Masyarakat Perkantoran

Tingkat tertinggi keberadaan perkantoran berada di lingkungan perkotaan, karena itu penulis berpendapat karaketeristik memiliki kesamaan dengan masyarakat perkotaan.

Masyarakat perkotaan sering juga disebut urban community. Pengertian masyarakat perkotaan lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat desa. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu: 43

1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.

2. Masyarkat perkotaan umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.

3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas nyata.

4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh masyarakat kota dari pada masyarakat desa.

      

43


(37)

5. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi.

6. Jalan kehidupan yang cepat diperkotaan mengakibatkan pentingnya waktu bagi masyarakat kota, sehingga pembagian waktu dengan teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan individu. 7. Perubahan-perubahan sosial tampak jelas dan nyata di kota, sebab


(38)

pengembangan dakwah jika dibandingkan dengan lembaga-lembaga dakwah lainnya, seperti DDII (Dewan Dakwah Islam Indonesia), Majlis Tabligh Muhammadiyah, LDNU (Lembaga Dakwah Nahdatul Ulama) dan ormas-ormas dakwah lainnya. IKADI dideklarasikan di Asrama Pondok Gede Jakarta Timur pada tanggal 12 Juli 2004 M bertepatan dengan tanggal 1 Jumadil Ula 1423 H. Yang kehadirannya dipicu problematika da’i berkarir secara pribadi, tidak terencana, dan tidak membesarkan lembaga atau ormas.51

IKADI DKI Jakarta merupakan salah satu kepengurusan wilayah dari IKADI yang ada tersebar di seluruh Indonesia. Karena IKADI DKI Jakarta dalam aktifitasnya merujuk pada apa yang sudah diputuskan oleh Pengurus Pusat IKADI, berkaitan pedoman IKADI dalam menjalankan roda organisasinya.

A. Sejarah Berdirinya IKADI DKI Jakarta52

Problematika dakwah dan keumatan yang semakin hari semakin kompleks membutuhkan respon serius dari semua pihak terutama mereka yang berdiri di garis depan dalam melakukan advokasi terhadap umat yakni para da’i. Problema dakwah yang disertai dengan perkembangannya yang pesat tentu membutuhkan sebuah wadah yang memberikan arahan pada umat melalui pembentukan wadah

      

51

Laporan Utama, Da’i Ramah Menebar Rahmah, Tabloid Robithoh Edisi 17 Januari-17 Februari 2010.

52

Laporan Kegiatan IKADI DKI Jakarta dari Sekretaris IKADI DKI Jakarta Ust. Izzudin Abdul Manaf pada 24 Mei 2010


(39)

Wadah tersebut hendaknya bertujuan untuk memberdayakan dakwah dan da’i dalam usaha merekonstruksi dan mereformasi pandangan umat terhadap tugasnya sebagai pemikul panji moralitas yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Baik moralitas sosial-politik, budaya maupun peradaban. Dengan demikian diharapkan lahir Islam yang memberikan makna rahmatan lil’alamin dalam dunia nyata, memberikan pembelaan terhadap nilai-nilai kebenaran, dan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap nilai-nilai Islam yang universal.

Kompleksitas dakwah dalam menghadapi gelombang dan tantangan globalisasi memerlukan langkah-langkah yang progresif, proaktif, intensif, terencana, sistematis, dan seimbang. Semua langkah ini diharapkan melahirkan pandangan baru umat yang melihat Islam sebagai solusi bagi semua persoalan umat dan kemanusiaan. Rancang bangun wadah dakwah ini bertujuan untuk memberikan pencerahan secara masif pada kaum muslimin agar mereka tidak terjerat dalam penyesatan yang menggelincirkan mereka dari jalan yang benar.

Obsesi untuk memberikan kontribusi positif dan memberdayakan potensi umat inilah mendorong para aktivis dakwah mendirikan wadah para da’i yang kemudian dan dinamakan Ikatan Da’i Indonesia (IKADI).

Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) adalah organisasi kemasyarakatan yang bertujuan untuk mewadahi aktivitas para da’i dalam mendayagunakan potensinya untuk kemaslahatan umat dan bangsa melalui aktivitas dakwah Islamiyah yang membawa rahmat.


(40)

B. Visi dan Misi IKADI 54

IKADI juga memiliki visi yang penulis nilai sangat inspiratif bagi anggota IKADI, visi tersebut adalah: Menjadi lembaga profesi da’i yang mampu mengoptimalkan potensi para da’i dalam menegakan nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

Sedangkan misi dari IKADI adalah: Mewadahi aktivitas pada da’i dalam mendayagunakan potensinya untuk kemaslahatan umat dan bangsa melalui aktifitas dakwah Islamiyah yang membawa rahmat.

C. Tujuan dan Kegiatan IKADI55

Tujuan merupakan representasi dari visi dan misi yang telah dibentuk dalam sebuah organiasasi, tujuan dari IKADI, adalah:

1. Membangun pemahaman Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah sesuai dengan manhaj ulama salafush shaleh bagi segenap manusia. 2. Membangun sikap hidup berislam yang rahmatan lil’alamin.

3. Menyebarkan, mengamalkan dan membela nilai-nilai Islam. 4. Meningkatkan ukhuwah Islamiyah antara ummat.

5. Meningkatkan kemampuan dan peran da’i dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

      

53

Profil IKADI, di akses pada 06 April 2010 dari http://www.ikadijatim.org

54

Tim Sertifikasi Da’i IKADI, Bekal Da’i Muda Kumpulan Materi sertifikasi Da’i IKADI, (Jakarta: Pustaka IKADI, 2008), h. 110

55


(41)

kegiatan yang dilakukan oleh IKADI, adalah:

1. Mengembangkan potensi da’i muslim dalam mengemban amanat penyebaran dakwah kepada masyarakat dalam rangka terealisasinya Islam Rahmatan Lil’alamin.

2. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga dakwah Islam dan organisasi lainnya untuk pengembangan kegiatan sosial, budaya, intelektual dan ekonomi.

3. Mengembangkan kelembagaan pendidikan Islam, antara lain dengan meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) Pendidikan dan para peserta didik.

4. Meningkatkan keterlibatan da’i muslim dalam kegiatan pendalaman keagamaan dan pembinaan umat.

5. Memberikan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan sistem pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan terutama pesantren-pesantren dan lembaga pendidikan Islam.

6. Menyelenggarakan dan mengupayakan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa muslim.

7. Menyelenggarakan takaful da’i.

8. Menyelenggarakan riset, kajian ilmiah dan islamisasi ilmu pengetahuan serta publikasi masalah-masalah keislaman.


(42)

10.Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat untuk umat.

D. Sifat dan Ciri Organisasi56

Setiap organisasi kemasyarakat tentu memiliki sifat dan ciri masing-masing sesuai dengan motivasi awal organisasi tersebut didirikan. Sifat dan ciri organisasi IKADI, adalah:

1. IKADI merupakan organisasi kemasyarakatan yang bersifat ke-Islam-an yke-Islam-ang diwujudkke-Islam-an dalam bentuk ukhuwah dke-Islam-an silaturahim dalam membina dengan mengembangkan ta’aruf (salin mengenal), ta’awun (saling mengenal), dan tausiat (saling wasiat) di jalan kebenaran guna memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa serta mengangkat harkat dan martabat manusia.

2. IKADI adalah organisasi berciri keterbukaan dalam penerimaan anggota, menampung aspirasi, partisipasi, prakarsa, dan dinamika anggota.

3. Berciri kemandirian yang dicerminkan dalam sikap organisasi yang memiliki otonomi dalam pemikiran, pengambilan keputusan, penyelenggaraan kegiatan secara amal jama’i terutama bertumpu pada kemampuann pemikiran, upaya dan sumber daya sendiri sesuai dengan program yang telah ditetapkan.

      

56 


(43)

kekeluargaan da’i serta berpartisipasi dalam pemersatu umat, masyarakat, bangsa dan negara.

E. Kontak IKADI

Saat ini sekretariat PW IKADI DKI Jakarta masih tergabung dengan Sekretariat PP IKADI Jl. Poltangan Raya No.82 Tanjung Barat Jakarta Selatan Telp. (021) 7821911, 9828550 Fax. (021) 7821911.

F. Susunan Kepengurusan PW IKADI DKI Jakarta

Organisasi merupakan wadah yang kompleks untuk anggotanya dalam berkomunikasi dan bersosialiasi. Jalannya roda kepengurusan dalam organisasi juga melibatkan peran aktif anggotanya sendiri untuk mempertahankan supaya organisasinya tetap bisa eksis dan berkembang. Di dalam IKADI DKI Jakarta juga terdapat susunan kepengurusan yang dibentuk untuk menjalankan roda keorganisasian dalam rangka mengembangkan organisasi sesuai dengan visi dan misi IKADI. Susunan kepengurusan IKADI DKI Jakarta seperti di bawah ini:57 Penasehat : KH. Abdurrosyid Abdullah Syafe’i

KH. Masyhuri Syahid, MA KH. Ruslan Effendi

Ketua : Dr. H. Atabik Luthfi, Lc, MA Sekretaris : H. Izzuddin Abdul Manaf, Lc, MA Bendahara : H. Ali Rahmat, Lc, MA

      

57

Laporan Kegiatan IKADI DKI Jakarta dari Sekretaris IKADI DKI Jakarta Ust Izzudin Abdul Manaf pada 24 Mei 2010


(44)

Ahmad Dimyathi, AKp

H. Muhammadun Abdul Hamid, MA H. Lukman AS, Lc

Subki Al-Bughuri, S.Sos Pendidikan : H. Sholeh Zainuddin, Lc. MA

H. Rizka Maulana, Lc. MA Dadang Syamsuddin, Lc Riset & Kajian : Asfuri Bahri, Lc

Ali Sakti, MEc Ahmad Bisri, MA

H. Lukmanul Hakim, S.Pdi Humas& Publikasi : Ir. Dedi Junaedi

H. Ali Fikri Noor, MA H. Abdul Munith, Lc Drs. Ismeides

G. Keanggotan IKADI DKI Jakarta

Untuk keanggotan di dalam organisasi dakwah IKADI DKI Jakarta, perekrutan anggota dilakukan pada saat acara atau moment yang dilaksanakan oleh IKADI DKI Jakarta. Pengurus membagikan form-form formulir penerimaan


(45)

Sampai saat ini untuk keanggotaan IKADI DKI Jakarta masih belum terukur dengan hitungan angka secara valid, dikarenakan turun naik dan perpindahan da'i-da’i ke berbagai wilayah dalam melaksanakan tugas dakwahnya dan sebagainya. Tetapi dapat diperkirakan sudah sekitar 10000 anggota yang terlibat dalam melaksanakan dan menyukseskan program-program IKADI DKI Jakarta.59

Ada dua jenis anggota di dalam organisasi IKADI DKI Jakarta yang tetap mengacu pada Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yaitu60:

1. Anggota biasa adalah seorang da’i muslim warga Negara Indonesia yang mendaftarkan diri dan memenuhi persyaratan organisasi.

2. Anggota luar biasa adalah anggota yang ditetapkan oleh pengurus pusat, antara lain karena jasa dan sumbangannya dalam kemajuan dakwah islamiyah dan berguna bagi kemajuan umat Islam, masyarakat dan bangsa.

      

58

Wawancara dengan Sekretaris IKADI DK Jakarta Ust. Izzudin Abdul Manaf pada 26 April 2010

59

Wawancara via Email dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabil Luthfi pada 08 Juli 2010

60

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IKADI, diakses pada 11 Juli 2010 dari www.ikadiagam.blogspot.com


(46)

        Jakarta, diantaranya61:

1. Warga Negara Republik Indonesia yang beragama Islam

2. Menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan ketetapan-ketetapan organisasi.

3. Mendapat rekomendasi sekurang-kurangnya dari dua orang anggota IKADI DKI Jakarta.

4. Mengajukan permohonan dan menyatakakn secara tertulis kesediaan keanggotaan.

 

61

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IKADI, diakses pada 11 Juli 2010 dari www.ikadiagam.blogspot.com


(47)

visi dalam mewujudkan Kota Jakarta yang bermoral dan bermartabat, berdirinya IKADI DKI Jakarta berawal dari berbagai problematika yang ada di Kota Jakarta, yang jika dianalisa lebih dalam masalah utama yang dominan adalah masalah moral. Rendahnya moralitas inilah yang penyebab kesenjangan semakin melebar dan dalam, serta harmonisasi sosial di tengah masyarakat tidak terwujud.

Problematika-problematika tersebut harus diatasi dengan kegiatan dakwah yang dilakukan secara terencana, terukur, sistematik dan terorganisir dengan baik. Dengan begitu kesejahteraan manusia secara materil maupun spiritual dapat terwujudkan.

Dari keterangan hasil wawancara dengan ketua IKADI DKI Jakarta Dr. H. Atabil Luthfi, MA menjelaskan bawah dalam pelaksanaan kegiatan dakwahnya IKADI DKI Jakarta mengambil segmentasi mad’u utamanya adalah berdakwah di masyarakat perkantoran, yang selama ini mad’u ini kurang disentuh oleh organisasi dakwah lainnya. Sambutan dari masyarakat perkantoran cukup baik disebabkan akan kebutuhan rohani, kita ketahui bersama bahwa komunikasi sehari-hari yang dominan di perkantoran adalah interaksi borjuis, sehingga membutuhkan kedamaian dan ketentraman melalui kajian-kajian Islami yang IKADI DKI Jakarta.62

      

62

Wawancara dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Selasa, 12 Mei 2010


(48)

masyarakat perkantoran juga bisa merasakan nilai-nilai Islam dalam aktifitasnya di kantor, seperti semangat Islam, motivasi Islam dan warna pergaulan yang Islami. Dengan memahami nilai-nilai Islam,IKADI DKI Jakarta juga berharap masyarakat perkantoran tidak hanya mendapatkan gaji atau materi dari aktifitasnya di kantor, tetapi juga diharapakan terpenuhi kebutuhan rohaninya saat beaktifitas di kantor.63

Dalam proses pelaksanaan pengembangan dakwah di masyarakat perkantoran, IKADI DKI Jakarta dominan dengan ciri da’wah bi lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan seperti khutbah, diskusi, nasihat, dan lain-lain. Diskusi atau kajian Islam yang dipadukan dengan teknologi (pemanfaatan Laptop dan LCD Projector sebagai media penyampaian materi). IKADI DKI Jakarta juga pernah melakukan da’wah bil qalam, dengan memanfaatkan media online dalam pengembangan dakwahnya, tapi hanya bertahan satu tahun karena terkendala sedikitnya kontributor untuk menjalankan website IKADI DKI Jakarta.

Dalam prosesnya, strategi dakwah memiliki tahapan-tahapan strategi yang umumnya dilakukan, yaitu perumusan, implementasi dan evaluasi strategi.

      

63

Wawancara dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Selasa, 12 Mei 2010.


(49)

merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun sesuai dengan visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan kemampuan organisasi, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.64

Perumusan strategi dilakukan sebulan atau dua bulan menjelang berakhirnya pelaksanaan program tahunan, perumusan strategi melibatkan semua komponen IKADI DKI Jakarta secara keseluruhan, baik Pengurus Wilayah IKADI DKI Jakarta maupun Pengurus Daerah yang ada di Jakarta. IKADI DKI Jakarta juga melibatkan da’i-da’i yang diterjunkan untuk menyampaikan dakwah di beberapa perkantoran dengan harapan dapat memberikan masukan secara aplikatif yang sesuai dengan apa yang terjadi lapangan.65

Target utama dari perumusan strategi tersebut adalah mengevaluasi strategi yang pernah dilaksanakan dengan menimbang persoalan-persoalan objek dakwah yang terus mengalami perubahan dan perkembangan yang semakin kompleks. Sehingga strategi dakwah untuk tahun ini bisa diharapkan lebih tepat sasaran, dapat lebih terbuka dan terjadi keselarasan antara IKADI DKI Jakarta dengan sasaran dakwahnya.

Yang menjadi bahan pertimbangan dalam proses perumusan strategi dakwah yang berkaitan dengan keberhasilan dan ketidakberhasilan program       

64

Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis, (Malang: Bayu Media Publishing, 2005),h. 5

65

Wawancara via Email dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Lutfi pada 08 Juli 2010


(50)

lainnya yang menjadi Wasa’il Dakwah. 66 1. Pendekatan Analisa SWOT

Menurut Hisyam Ali yang dikutip oleh Rafi’udin dan Maman dalam bukunya untuk melaksanakan merumuskan strategi dakwah yang strategis, terlebih dahulu perlu memperhatikan hal-hal yang biasa dikenal dengan Pendekatan Analisa SWOT.67 Analisa SWOT adalah sebuah analisa yang dicetuskan oleh Albert Humprey pada dasawarsa 1960-1970an. Analisa ini merupakan sebuah akronim dari huruf awalnya yaitu Strenghts (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan) dan Threat (Ancaman).68 Melalui Pendekatana analisa SWOT ini, dapat mengetahui posisi IKADI DKI Jakarta dilihat dari sisi internal dan eksternal organisasi.

Dari pengamatan dan kajian selama penelitian berlangsung dari data dan informasi yang berhasil penulis peroleh, penulis mencoba menganalisa IKADI DKI Jakarta melalui pendekatan analisa SWOT, sebagai berikut:

a.Kekuatan (Strenghts)

Kekuatan merupakan keuntungan yang dimiliki oleh suatu lembaga, menyangkut sumber daya manusia, keuangan, dan

      

66 

Wawancara via Email dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Lutfi pada 08 Juli 2010

67

Rafi’udin dan Maman. Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung; Pustaka Setia, 1997), h. 77

68

Artikel, Analisa SWOT dan Penerapannya dalam Organisasi, diakses pada tanggal 28 September 2010 dari http://imadiklus.com/analisa-swot-dan-penerapannya-dalam-organisasi/


(51)

dimiliki oleh IKADI DKI Jakarta dalam menunjang dakwah di lingkungan perkantoran, baik dari internal dan eksternal.

1) Internal

IKADI DKI Jakarta merupakan salah satu kepengurusan wilayah dari PP IKADI, yang terdiri dari pengurus wilayah dan cabang yang tersebar di berbagai daerah. Kader da’i dari IKADI DKI Jakarta sebagian besar

memiliki kualifikasi pendidikan berpredikat Magister dan doktor lulusan luar negeri yang bisa menarik kepercayaan masyarakat perkantoran.69

IKADI DKI Jakarta merupakan organsisasi massa resmi yang saat ini tercatat pada Akta Notaris Ny. Trie Sulistiowarni No. 1 tanggal 8 Januari 2003 dengan nama Ikatan Da’i Indonesia.

2) Eksternal

Sambutan baik dari masyarakat perkantoran terhadap kajian-kajian Islam yang ditawarkan IKADI DKI Jakarta. Kemitraan dengan organisasi dakwah lainnya, terutama

dengan Forum Silaturahmi Masjid Perkantoran Se-Jakarta (FORSIMPTA).

      

69

Wawancara via Email dari Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Rabu, 06 Oktober 2010


(52)

organisasi. Sebagai organisasi masyarakat yang termasuk dikategorikan baru jika dibandingkan dengan organisasi massa lainnya, IKADI DKI Jakarta juga memiliki beberapa kelemahan. 1) Internal

Jumlah da’i yang dibutuhkan dengan kuantitas mad’u sangat tidak berimbang, sehinngga memerlukan program sertifikasi da’i yang ditarik dari beberapa alumni pesantren dan sekolah tinggi Ilmu Dakwah sebagai program perngkaderan.70

Secara struktur pengurus sudah lengkap, namun hanya beberapa pengurus yang aktif terlibat dalam kegiatan dakwah IKADI DKI Jakarta.

Sebagai sebuah organisasi massa, kendala dana masih menjadi persoalan utama dalam kegiatan dakwah.

2) Eksternal

Waktu yang dimiliki oleh mad’u masyarakat perkantoran sangat sedikit sekali, biasanya kajian di perkantoran hanya dilaksanakan pada setelah waktu shalat Dzuhur antara pukul 12.00-13.00 WIB.

      

70

Wawancara via Email dari Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Rabu, 06 Oktober 2010


(53)

oleh masyarakat luas. c.Peluang

Peluang merupakan kondisi kesempatan lebih berkembang di masa mendatang. Peluang yang dimiliki IKADI DKI Jakarta adalah:

1) Internal

IKADI DKI Jakarta terus berkembang seiring geliat dan semarak kegiatan dakwahnya.71

2) Eksternal

Perkantoran terus mengalami perkembangan, ini semakin menyemarakan aktifitas dakwah di perkantoran

Kebutuhan masyarakat perkantoran akan ketenangan dan kedamaian melalui kajian keislaman disela-sela aktifitasnya yang padat di kantor.

d. Ancaman

Ancaman adalah suatu kondisi yang tidak menguntungkan dari sebuah organisasi. Ancaman yang mungkin akan dihadapi oleh IKADI DKI Jakarta diantaranya:

1) Internal

      

71

Wawancara via Email dari Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Rabu, 06 Oktober 2010


(54)

mensikapi persoalan kotemporer ditengah-tengah masyarakat, terutama persoalan terorisme dan sikap keras yang ditunjukan oleh sebagian ormas dan umat Islam tertentu.72

Setelah memahami dan mengetahui kondisi dan posisi IKADI DKI Jakarta dengan menggunakan pendekatan analisa SWOT, barulah tercipta sebuah perencanaan strategis yang akurat sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan sasaran mad’u .

2. Program-program Unggulan

Setelah mempertimbangan dari beberapa hal yang telah dikemukakan diatas, kemudian sesuai dengan kesepakatan bersama IKADI DKI Jakarta menyusun dan menetapkan program-program unggulan yang strategis dalam dakwah di lingkungan masyarakat perkantoran yang terhimpun dalam tiga program, yaitu:73

1. Silaturahmi dengan Tokoh dan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Dakwah.

2. Pembekalan dan Regenerasi Da’i

3. Kajian Perkantoran dan Kajian Masyarakat Umum.

Ketiga program unggulan diatas penulis nilai cukup efektif dan strategis untuk menunjang strategi dakwah di tengah-tengah masyarakat perkantoran, yang       

72

Wawancara via Email dari Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Luthfi pada Rabu, 06 Oktober 2010

73

Wawancara via Email dengan Ketua IKADI DKI Jakarta Ust. Atabik Lutfi pada 18 Mei 2010


(55)

Selain ketiga program strategis di atas, ada beberapa program lain yang sudah merupakan pecahan dan kesinambungan dari program-program ungulan, seperti peringatan hari besar Islam dalam bentu tabligh. Ada juga program sosial kepada keluarga da’i IKADI DKI Jakarta, terutama da’i-da’i yang berdomisili di pedalaman.

Berbicara masyarakat perkantoran tentu tidak terlepas dari masyarkat perkotaan, karena juga berdomisili di perkotaan yang bisa dikatakan memiliki karakteristika yang sama yakni pola hidup yang individualistik. Memang benar kehidupan masyarakat perkotaan lebih terkenal dengan kehidupan individualistik, tetapi masyarakat perkotaan juga memiliki semangat membina hubungan dalam perkumpulan-perkumpulan atau organisasi yang memilik kesamaan aktifitas atau profesinya, contohnya seperti organisasi guru, perkantoran, buruh dan lain-lainnya.

Silaturahmi yang dibina oleh IKADI DKI Jakarta dengan berbagai tokoh dan Ormas dakwah dapat membantu dalam pengembangan dakwah di masyarakat perkantoran. Masing-masing tokoh dan lembaga dakwah tentu memiliki mad’u yang luas di tengah-tengah masyarakat perkantoran, sehingga ini bisa dikatakan proses sosialisasi atau harmonisasi IKADI DKI Jakarta dalam dakwah di lingkungan perkantoran.

Pembekalan dan regenerasi da’i yang dilakukan IKADI DKI Jakarta merupakan langkah yang perlu direalisasikan dalam upaya meningkatkan kualitas


(56)

eksistensi dakwah IKADI DKI Jakarta di masa mendatang.

Program strategis yang terakhir yaitu kajian di masyarakat perkantoran dan masyarakat umum, program ini dilakukan akan memiliki efek untuk lebih meluaskan segmentasi sasaran mad’u IKADI DKI Jakarta dakwah di tengah masyarakat perkantoran. Sehingga harapan IKADI DKI Jakarta yaitu mampu mengoptimalkan dakwah yang sesuai dengan nilai-nilai keIslaman rahamatan lil’alamin dapat tercapai kepada semua kalangan masyarakat perkantoran dapat tercapai melalui program-program strategis yang telah dirumuskan.

B. Implementasi Strategi

Implementasi strategi merupakan tahap yang paling sulit dalam tahapan atau proses strategi, karena mengingat banyaknya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan strategi di lapangan dan mungkin tidak sesuai dengan perkiraan semula.74 Sehingga hasilnya terkadang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Karena itu dalam pelaksanaan strategi perlu ada komitmen dan konsistensi yang tinggi dari setiap elemen IKADI DKI Jakarta yang terlibat dalam kegiatan dakwah.

Setelah menetapkan apa yang menjadi perumusan strategi dakwah IKADI DKI Jakarta dilingkungan perkantoran. Sebagai langkah awal implementasi strategi, IKADI menawarkan terlebih dahulu beberapa program dakwah seperti kajian perkantoran yang telah dirumuskan ke berbagai perkantoran baik swasta       

74


(57)

Tentu tidak seratus persen setiap hasil perumusan strategi yang telah ditetapkan dapat direalisasikan. Untuk mengetahui keberhasilan proses implementasi strategi, maka biasanya IKADI DKI Jakarta membagikan questioner kepada sasaran dakwah dari berbagai perkantoran untuk menangkap aspirasi dan kepuasaan mad’u selama ini menerima dakwah dari IKADI DKI Jakarta.75

Faktor pendukung dalam proses implementasi strategi dakwah IKADI DKI Jakarta adalah kerjasama yang terjalin dengan berbagai lembaga dakwah untuk memudahkan proses implementasi strategi yang dilaksanakan, kualitas da’i yang sudah memadai juga sangat mendukung proses implementasi. Sedangkan faktor penghambat diantaranya terjadi gap antara penawaran dengan permintaan, baik dari da’i yang disiapkan maupun aplikasi multimedia yang diminta, selain itu dana juga menjadi kendala dalam proses implementasi dari program-program yang sudah dirumuskan. Proses implementasi dari program-program strategis yang dihasilkan dari perumusan strategi terangkum seperti yang dibawah ini:

1. Silaturahmi dengan Tokoh dan Ormas Dakwah

Program Silaturahmi dan membangun kemitraan yang sudah dilakukan oleh IKADI DKI Jakarta kepada tokoh-tokoh dan ormas-ormas yang sama-sama bergerak dibidang dakwah, tentu itu merupakan strategi yang sangat menunjang sebagai langkah awal dalam dakwah di tengah masyarakat perkantoran. Dengan membangun kemitraan dengan instansi       

75


(58)

Silaturahmi ini juga mengokohkan kebersamaan mengemban amanah dari Allah untuk menyeru dan berdakwah memelihar seluruh umat dari jalan kemaksiatan dan kemungkaran. Hal ini sejalan dengan apa yang diperintahkan Allah dalam Surat Al-Imron; 104, yaitu:

“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Dan yang lebih penting, gerakan dakwah IKADI DKI Jakarta di lingkungan perkantoran tentu membutuhkan dukungan dari berbagai elemen yang ada di DKI Jakarta, terutama tokoh-tokoh dan ormas-ormas dakwah yang berdomisili dan beraktifitas di DKI Jakarta. Kemitraan ini tentu menjadi harapan untuk mewujudkan masyarakat Jakarta yang maju secara ekonomi, dan tetap menjaga keluhuran moralnya yang tercermin dalam interaksi masyarakat Jakarta yang harmoni. Dan harapan dari IKADI DKI Jakarta adalah kesejahteraan Jakarta tidak hanya sekedar dari hasil pembangunannya tapi juga karena keberkahan atau kasih sayang Allah SWT.76

      

76

Dokumen Laporan Kegiatan IKADI DKI Jakarta dari Sekretaris IKADI DKI Jakarta Ust. Izzudin Abdul Manaf pada 24 Mei 2010


(59)

Dr. H. Hidayat Nurwahid, Ketua Baznas KH. Didin Hafiduddin, Ketua MUI KH. Ma’ruf Amin, Ust. Yusuf Mansur, Ust. Arifin Ilham, Mama Dedeh dan Ust. Subki Al-Bughuri.

Sedangkan untuk organisasi kemasyarakat dakwah, untuk saat ini yang sudah terjalin silaturahimnya diantaranya dengan Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Koordinator Dakwah Indonesia (KODI), Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) dan FORSIMPTA (Forum Silaturahmi Masjid Perkantoran se-Jakarta).

Karena segmentasi utama mad’u yang putuskan IKADI DKI Jakarta dalam aktifitas dakwahnya adalah masyarakat perkantoran, maka untuk saat ini IKADI DKI Jakarta telah menjalin kemitraan secara intens dan berkelanjutan dengan Forum Silaturahmi Masjid Perkantoran Se-Jakarta (FORSIMPTA) dengan posisi IKADI DKI Se-Jakarta sebagai pembinanya.

2. Pembekalan dan Regenerasi Da’i

Da’i memiliki peran penting dalam pengembangan dakwah. Karena da’i merupakan pelaku dakwah dan tingkat keberhasilan dakwah bisa dikatakan tergantung pada kemampuan da’i. Untuk berdakwah di lingkungan perkantoran, da’i dituntut untuk berpengetahuan luas, menjadi


(60)

Da’i yang juga berperan sebagai komunikator, dan komunikator merupakan salah satu unsur dari keberhasilan dakwah. Sebagai seorang komunikator Onong Uchjana Effendy dalam strategi komunikasi berpendapat ada dua hal penting yang perlu diperhatikan pada diri seorang komunikator untuk melancarkan proses komunikasi atau dakwahnya, yaitu daya tarik dan kredibilitas komunikator.78 Daya tarik komunikator berkaitan bagaimana supaya komunikan merasa memiliki kesamaan dengan komunikator sehingga komunikan bersedia menerimanya, sedangkan kredibilitas berkaitan bagaimana caranya komunikan bisa mempercayai komunikator.

Pembekalan yang dilakukan IKADI DKI Jakarta sangat penting karena berkaitan dengan dua hal penting diatas yang harus dimiliki oleh seorang da’i, yaitu untuk meningkatkan daya tarik da’i dan kredibilitas da’i di depan mad’u disaat melaksanakan tugas dakwahnya di lingkungan perkantoran.

Program pembekalan dan regenerasi da’i di IKADI DKI Jakarta dinamakan dengan Training Da’i Muda se-Jakarta. Kenapa pemuda yang menjadi prioritas utama dalam program ini. IKADI DKI Jakarta berpendapat Pemuda merupakan harapan dan tumpuan bagi semua lapisan       

77

Acep Aripudin, Syukriadi Sambas, Dakwah dan Damai Pengantar Dakwah Antarbudaya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 150

78

Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 38-39


(61)

untuk masa depan. Islam pun memandang sosok pemuda sebagai masa emas untuk mengemban amanah dakwah agar Islam tegak di muka bumi.79

Dari alasan-alasan diatas penulis berpendapat bahwa langkah strategis IKADI DKI Jakarta mengadakan program pembekalan dan regenerasi da’i dengan nama Training Da’i Muda se-Jakarta memiliki peran yang sangat penting dalam usaha mensukseskan implementasi strategi dakwah di lingkungan perkantoran.

Untuk tahun 2010 IKADI DKI Jakarta telah melaksanakan satu kali pelaksanaan Training Da’i Muda se-Jakarta di Jakarta Islamic Center Jakarta Utara pada bulan Januri 2010, yang menghadirkan peserta training sebanyak 100 da’i muda se-Jakarta.

Program training ini, yang dilaksanakan oleh IKADI DKI Jakarta dengan nama Training Da’i Muda se-Jakarta mulai dari ditetapkan program tersebut hingga sekarang memiliki beberapa tujuan umum dan tujuan khusus80. Tujuan umum dari pelaksanaan pelatihan dan training da’i ini diantaranya:

       

a. Untuk meningkatkan ketertarikan pemuda dan remaja Islam terhadap ajaran islam dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang keIslaman yang intensif.

 

79

Dokumen Laporan Kegiatan IKADI DKI Jakarta dari Sekretaris IKADI DKI Jakarta Ust. Izzudin Abdul Manaf pada 24 Mei 2010

80

Dokumen laporan kegiatan IKADI DKI Jakarta dari Sekretaris IKADI DKI Jakarta Ust. Izzudin Abdul Manaf pada 24 Mei 2010


(62)

c. Sebagai sarana kegiatan alternatif yang bersifat positif yang akan meminimalisir kegiatan-kegiatan yang bersifat negatif seperti tawuran, penggunaan narkoba, pergaulan bebas, dll. Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pelatihan para da’i muda dan calon-calon da’i serta memberikan kiat-kiat dalam melaksanakan Manajemen Organisasi (Operasional) dakwah untuk Pemuda dan Remaja Islam se-Jakarta.

Training dan regenerasi da’i menjadi penting dalam aktifitas dakwah di lingkungan perkantoran, saat ini para kader da’i yang aktif di IKADI DKI Jakarta sebagian besar minimal telah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi timur tengah (bergelar Lc, MA dan Dr). Karena tidak bisa dipungkiri saat ini di masyarakat perkantoran, sangat memperhitungkan tingkat pendidikan dari da’i, tentunya sangat tidak tepat jika IKADI DKI Jakarta tidak menyesuaikan kualifikasi da’i terhadap kebutuhan mad’u.

Selain training da’i muda yang rutin dilaksanakan dalam meningkatkan SDM da’i, IKADI juga memiliki program apa yang disebut sertifikasi da’i. Sertifikasi da’i sangat urgensi dalam pengembangan dakwah menurut IKADI, karena berkaitan dengan standarisasi kemampuan dakwah bagi da’i IKADI dan juga optimalisasi potensi da’i IKADI dalam memerankan pembinaan masyarakat. Sertifikasi melalui


(63)

ini sangat sesuai dengan visi dan misi IKADI.81

3. Kajian Perkantoran dan Kajian Masyarakat Umum

Untuk aktifitas kajian yang dilakukan oleh IKADI Jakarta terbagi atas dua sasaran, yaitu:

a. Kajian Perkantoran

Dalam bidang kajian-kajian keislaman di masyarakat perkotaan, IKADI DKI Jakarta membagi segementasi mad’u menjadi dua, yaitu segmentasi mad’u utama masyarakat perkantoran dan segmentasi masyarakat umum. Kajian perkantoran merupakan prioritas utama dakwah, karena perkantoranlah segmentasi utama dakwah IKADI DKI Jakarta.

Masyarakat perkantoran merupakan masyarakat yang memiliki sangat sedikit waktu luang, karena dalam kesehariannya dihabiskan dengan aktifitas yang berada di kantor dari pagi hingga sore sesuang jam kerja masing-masing kantor, dan itu berlangsung setiap saat kecuali hari libur yang telah ditetapkan.

Untuk bisa masuk dalam lingkungan masyarakat perkantoran dan menyukseskan program kajian di perkantoran, IKADI DKI Jakarta menyiasati dengan membangun kemitraan dengan

      

81

Tim sertifikasi da’i IKADI, Bekal Da’i Muda; Kumpulan Materi Sertifikasi Da’i IKADI, (Jakarta: Pustaka IKADI, 2008), h. xviii


(1)

Jawaban dari Ust. Atabik Lutfi (hazmifuadi@gmail.com) kepada Hambali (bali.bahagia@gmail.com) pada Selasa, 18 Mei 2010

Ada tiga agenda inti dalam aktitfitas IKADI tahun ini, yaitu: 1. Silaturahmi tokoh dakwah dan ormas

2. Pembekalan dan Regenerasi da;i melalui training da'i

3. kajian perkantoran dan kajian masyarakat umum di masjid jami yg dikenal dgn istilah program MAKKAH (majlis Akhlakul Karimah) yg muatannya adalah tiga T: tilawah, tabligh dan tazkiyah

utk silaturahim tokoh dan ormas yang sudah dilakukan adalah dgn mantan ketua MPR RI Dr. H. hidayat Nurwahid, ketua Baznas KH. Didin Hafiduddin, PB NU, KODI, DDII dan ketua MUI KH. Ma;ruf Amin juga beberapa da'i kondang seperti ust Yusuf Mansur, ust Arifin Ilham, usth mama dedeh, dan ust subki al-bughuri.

yg terutama dari itu adalah program MAKKAh yg sdh berlangsung setiap sebulan sekali, dari akhir agustus 2009 sampai maret 2010 yg telah menghadirkan ust yusuf mansur, ust arifin ilham, ust mama dedeh, ust subki dan insya Allah bulan juli ini ust aa gymnastiar..

utk program training da'i pada tahun ini baru berlangsung sekali yaitu pada januari 2010. dan pada tahun 2009 telah berlangsung 3 kali training di Jakarta Islamic Center Jakarta Utara dgn peserta 100 da'i muda se jakarta.

waktu kajian perkantoran adalah setiap ba'da shalat zuhur hingga jam 13.30 siang. beberapa kantor yg masih melakukan kerjasama kajian ini adalah: unilever, chonoco philips, wisma mulia, plaza PP, BKN, Levis dan BPK

Tanya Jawab Via Surat Elektronik (EMAIL)

Pertanyaan dari Hambali (bali.bahagia@gmail.com) kepada Ust. Atabik Lutfi (hazmifuadi@gmail.com) pada Jum’at, 18 Juni 2010.

Perumusan strategi komunikasi

1. Kapan perumusan strategi komunikasi diterapkan oleh IKADI DKI Jakarta untuk tahun 2009-2010?

2. Apa yang menjadi target utama dari perumusan strategi komunikasi pada tahun 2010?

3. Siapa saja yang dilibatkan dalam perumusan strategi komunikasi? 4. Hal apa yang menjadi pertimbangan dalam proses perumusan strategi

komunikasi?

Implementasi strategi komunikasi

1. Bagaimana langkah awal pelaksanaan implementasi strategi komunikasi IKADI DKI Jakarta?

2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dari setiap strategi komunikasi yang ada?


(2)

3. Apakah setiap implementasi yang dilakukan sesuai dengan dari perumusan strategi yang telah ditetapkan?

4. Bagaimana mengukur keberhasilan dari implementasi strategi komunikasi?

Evaluasi strategi komunikasi

1. Apakah IKADI DKI Jakarta melakukan evaluasi dari setiap implementasi strategi komunikasi yang sudah dilakukan?

2. Bagaimana cara evaluasi strategi komunikasi IKADI DKI Jakarta?

3. Sudah berapa kali evaluasi dilakukan oleh IKADI DKI Jakarta untuk tahun 2010?

Keanggotaan IKADI DKI Jakarta

1. Berapa jumlah anggota dari IKADI DKI Jakarta untuk tahun 2010? 2. Apa kualisifkasi yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota IKADI DKI

Jakarta?

Jawaban dari Ust. Atabik Lutfi (hazmifuadi@gmail.com) kepada Hambali (bali.bahagia@gmail.com) pada Kamis, 8 Juli 2010

Assalamu'alaikum wr wb

Alhamdulillah, semoga jawaban saya dapat sedikit membantu skripsi mas hambali ya, meskipun tentu perlu diedit

atau ditambah dan dikurangi sesuai dengan ilmu komunikasi yg berkembang. Perumusan strategi komunikasi

1. sebulan atau dua bulan menjelang berakhirnya pelaksanaan program tahunan, dilakukan perumusan strategi yang melibatkan semua pengurus ikadi, baik ikadi wilayah jakarta maupun pengurus daerah Ikadi di jakarta.

2. target utama dari perumusan tersebut adalah mengevaluasi strategi yg pernah dilakukan dengan menimbang perosalan-persoalan objek dakwah yang terus mengalami perubahan dan perkembangan, sehingga strategi komunikasi di tahun ini lebih tepat sasaran, dapat diterima dengan lebih terbuka dan terjadi saling kesepahaman antara ikadi dan sasaran dakwahnya.

3. semua pengurus dilibatkan dalam perumusan tersebut, termasuk beberapa da'i yang diterjunkan untuk menyampaikan dakwah di beberapa perkantoran,

sehingga mereka dapat memberikan masukan secara aplikatif apa yang terjadi di lapangan dakwah.

4.yang menjadi pertimbangan tentu beberapa hal yang terkait dengan keberhasilan dan ketidakberhasilan program dakwah yang telah digulirkan selama satu tahun. pertimbangan juga melibatkan aspek pendanaan,

ketersediaan SDM dan perangkat-perangkat tambahan yang menjadi wasa'il dakwah


(3)

implementasi strategi komunikasi:

1. sebagai langkah awal implementasi, ikadi akan menawarkan beberapa program dakwah yang telah dirumuskan ke berbagai instnasi baik swasta maupun pemerintah dengan memperhatikan kebutuhan dan permintaan di lapangan.

2. diantara faktor pendukung dapat disebutkan disini adalah hubungan (kerjasama) yang telah terjalin dengan berbagai institusi tersebut akan

memudahkan implementasi strategi yang telah dibangun, apalagi geliat dakwah di perkantoran semakin terasa dan menuntut pengayaan dan peng update an bahan atau media dakwah. sedangkan faktor penghambat yg dapat disampaikan disini diantaranya, terjadi gap antara penawaran dengan permintaan, baik dari segi SDM yg dapat disiapkan, maupun aplikasi multimedia yang diminta, sehingga perlu kembali diadakan training multimedia utk para da'i sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan semasa.

3. tentu tidak seratus persen setiap perumusan dapat direalisasikan, tapi

Alhamdulllah paling tidak 90 persen dapat tercapai sesuai dengan yg dirumuskan. 4. untuk mengukur keberhasilan itu, maka diadakan quesioner dengan peserta dakwah dari berbagai perkantoran untuk menangkap aspirasi dan kepuasaan mereka menerima dakwah IKADI, karena pada hakikatnya dakwah adalah menawarkan produk yang tentu harus memperhatikan kepuasan konsumen. evaluasi

1. evaluasi merupakan unsur terpenting dari mengukur keberhasilan dakwah, maka tidak ada kata lain kecuali melakukan evaluasi secara terprogram dan tertentu waktunya

2. evaluasi bisa dalam bentuk insidentil atau secara terencana. insidentil

dimaksudkan setiap ada persoalan di lapangan yang menyangkut program atau impelemtnasi dakwah akan langsung diadakan evaluasi untuk memperbaiki hubungan. sedangkan evaluasi terencana akan dilakukan setiap setengah tahun sekali

3. setahun ini, sudah dilakukan evaluasi sebanyak tiga kali, dua kali secara terencana (planned evaluation) dan sekali dalam bentuk evaluasi insidentil.

keanggotaan Ikadi Jakarta

1untuk lebih jelasnya silahkan keanggotaan dapat dilihat dari website Ikadi, syarat, hak dan kewajiban anggota dan siapa saja yang berhak menjadi anggota Ikadi agar lebih sistimatis

1. sampai saat ini kenaggotaan ikadi masih belum terukur dengan hitungan angka secara valid, karena turun naik dengan perpindahan da'i ke berbagai wilayah atau tugas dakwah dsb. tapi dapat dikatakan sekitar 10000 anggota sudah terlibat dengan program Ikadi jakarta

Tanya Jawab via Email

Pertanyaan dari Hambali (bali.bahagia@gmail.com) kepada Ust. Atabik Lutfi (hazmifuadi@gmail.com) pada 07 September 2010.


(4)

Assalamualaikum....

bagaimana kabarnya ustad?

alhamdulillah sebelum lebaran kmren ana sudah sidang skripsi, saat ini sedang proses revisi skripsi.

krena itu ana mau beberapa pertanyaan lagi.

1. berkaitan dengan analisis SWOT, apa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari IKADI DKI Jakarta?

2. apa ada program-program selain tiga program utama yang sudah ustad jelaskan kpd Ana sebelumnya (Silaturahmi dng Tokoh dan ormas dakwah, kaderisasi da'i dan kajian perkantoran, umum)?

kapan kira2 ana bisa ketemu ustad lagi? ana butuh cap stempel ikadi dki jakarta untuk surat keterangan dan hasil wawancara. kmren waktu menghadap ke ustad izzudin kebetulan stempelnya dicari blm ketemu. syukron ustd untuk bantuannya

Jawaban Via Email

Jawaban dari Ust. Atabik Lutfi (hazmifuadi@gmail.com) kepada Hambali (bali.bahagia@gmail.com) pada 06 Oktober 2010

assalamu'alaikum wrwb

Alhamdulillah, semoga sukses selalu, saya turut berbahagia. ini jawaban beberapa pertanyaan ttg ikadi utk revisi skripsi:

1. Berkaitan dengan analisa SWOT perlu dijelaskan disini diantaranya:

1. Streng (kekuatan) yg dimiliki Ikadi ada pada kualifikasi para da'i yg rata-rata berpredikat magister dan doktor lulusan luar negeri sehingga menarik

kepercayaan masyarakat perkotaan yg notabene well educated

2. namun perimbangan jumlah da'i yg dibutuhkan dengan kuantitas mad'u sangat tidak berimbang, sehingga memerlukan program sertifikasi da'i yg ditarik dari beberapa alumni pesantren dan sekolah tinggi ilmu dakwah sebagai program pengkaderan

3. peluang tetap besar seiring dengan geliat dakwah di perkantoran dan

perkotaan yg semakin semarak dan menunjukkan atensi yg besar dari masyarakat 4 organisasi masyarakat apapun profesionalisme yg dibangun selalu berbenturan dengan masalah pendanaan sehingga ikadi harus jeli menangkap peluang danan dari berbagai sumber yg tidak mengikat, baik pemerintah maupun non

pemerintah. dan Ikadi lebih banyak menggali dari sumber non pemerintah

5. terkadang pada tataran aplikasinya, terjadi perbedaan pandangan antara para da'i dalam mensikapi persoalan kontemporer di tengah masyarakat terutama persoalan terorisme dan sikap keras yg ditunjukkan oleh sbagian ormas dan umat Islam tertentu.

- selain tiga program inti yg sudah disebutkan, program yg lain merupakan pecahan dan kesinambungan dari program inti tersebut seperti peringatan hari


(5)

besar Islam dari bentuk tabligh dan program sosial kepada keluarga da'i, terutama da'i di pedalaman

demikian dan terima kasih wassalamu'alaikum Tanya jawab via SMS

SMS dari Ust. Atabik Lutfi (081314614650) Pada 19-05-2010 Pukul 20:19 WIB Aslm. Email sdh saya balas ya. Utk kajian Indonesia

power rabu pkn ke 3, PT. PP rabu pkn ke 2, unilever rabu pkn ke 4, BKN senin pkn ke 4, kota wisata pkn ke 3.

SMS dari Ust. Atabik Lutfi (081314614650) Pada 19-05-2010 Pukul 20:54 WIB BPK selasa pecan ke 3, chonoco Philips kamis pkn ke1,

taman rafles jumat pkn ke 3 dan beberapa kantor atau hotel yg tdk rutin

Pewancara

Hambali

Narasumber


(6)