untuk melangsungkan perkawinan yang sah menurut UUP dan Hukum Islam.
D. Tinjauan Tentang Penetapan Hakim 1.
Pengertian Pertimbangan Hakim
Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung
keadilan ex aequo et bono dan mengandung kepastian hukum, di samping itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan
sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka
putusan hakim yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan TinggiMahkamah Agung.
14
Dalam putusan hakim yang perlu diperhatikan pertimbangan hukumnya, sehingga siapapun dapat menilai apakah putusan yang
dijatuhkan cukup mempunyai alasan yang objektif atau tidak. Disamping itu, pertimbangan hakim adalah penting dalam pembuatan memori banding
dan memori kasasi.
15
Dalam pertimbangan hukum dan dasar hukum terdiri dari alasan memutus
pertimbangan yang
biasanya dimulai
dengan kata
menimbangdan dari dasar memutus yang biasanya dimulai dengan kata mengingat. Pada alasannya memutus maka apa yang diutarakan dalam
14
Mukti Arto, 2004, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hlm.140.
15
Sophar Maru Hutagalung, 2012, Praktek Peradilan Perdata dan Internatif Penyelesaian Sengketa,Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 177.
bagian duduk perkaranya terdahulu, yaitu keterangan pihak-pihak berikut dalili-dalilnya, alat-alat bukti yang diajukannya harus ditimbang semua
secaraseksama satu persatu, tidak boleh ada yang luput dari ditimbang, diterima atau ditolak. Pertimbangan terakhir adalah pihak yang mana yang
akan dinyatakan sebagai pihak yang akan dibebankan untuk memikul biaya perkara karena kalah.
2. Dasar Hukum untuk Memutus
Pada dasar memutus, dasar hukumnya ada dua, yaitu peraturan perundang-undangan negara dan hukum syara’. Peraturan perundang-
undangan negara disusun menurut urutan derajatnya, misalnya Undang- undang didahulukan dari Peraturan Pemerintah dan lain-lain. Dasar hukum
syara’ usahakan mencarinya dari Al-Qur’an, Hadist, Qaul Fuqaha, yang diterjemahkan juga menurut bahasa hukum.
16
3. Asas-asas Dalam Penetapan Hakim
a. Asas Musyawarah Majelis
Pasal 14 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 menyatakan bahwa putusan diambil berdasarkan sidang permusyawaratan hakim yang
bersifat rahasia. Putusan hakim harus didasarkan pada hasil musyawarah majelis.
Hail ini merupakan keniscayaan dalam proses pengambilan keputusan oleh
16
Roihan A. Rasyid,2013, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta, Rajawali Pers, hlm.206-207.