suami. Demikian pula, suami berhak waris atas peninggalan isteri, meskipun mereka belum pernah melakukan pergaulan suami isteri.
4 Anak yang lahir dari isteri bernasab pada suaminya apabila
pembuahan terjadi sebagai hasil hubungan setelah nikah. 5
Bergaul dengan baik antara suami dan isteri sehingga tercipta kehidupan yang harmonis dan damai. Dalam hubungan ini QS. An-
Nisa :19 memerintahkan ‘’ Dan Gaulilah isteri-isterimu itu dengan baik.......’’
Mengenai hak dan kewajiban bersama suami isteri, dalam Pasal 33 UUP sebagai berikut, ‘’ suami isteri wajib cinta mencintai, hormat
menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain’’.
b. Hak-hak Isteri
Hak-hak isteri yang menjadi kewajiban suami dapat dibagi dua, yaitu:
1 Hak-hak kebendaan
a Mahar mas kawin
b Nafkah
2 Hak-hak bukan kebendaan
a Menggauli isteri dengan makruf
b melindungi dan menjaga nama baik isteri
c. Hak-hak Suami
1 Hak ditaati
Isi dari pengertian taat adalah: a
Isteri supaya bertempat tinggal bersama suami di rumah yang disediakan.
b taat kepada perintah-perintah suami, kecuali apabila
melanggar perintah Allah SWT. c
berdiam di rumah, tidak keluar kecuali dengan izin suami. d
Tidak menerima masuknya seseorang tanpa izin suami. 2
Hak memberi pelajaran
8
7. Pencegahan Perkawinan
Pengaturan mengenai pencegahan perkawinan diatur dalam dalam Pasal 13 sampai dengan Pasal 21 UUP. Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 1975 tidak mengatur lebih lanjut mengenai pencegahan perkawinan ini.
Tidak diaturnya mengenai pencegahan perkawinan dalam peraturan pelaksanaan, agak mengherankan, mungkin pembuat peraturan pelaksana
menganggap sudah cukup apa yang diatur di didalam undang-undang. Tujuan pencegahan perkawinan adalah untuk menghindari suatu
perkawinan yang dilarang hukum agamanyadan kepercayaannya serta
8
H.A. Azhar Basyir,Op.Cit, hlm. 53-63.
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pencegahan perkawinan dapat dilakukan apabila ada pihak yang tidak memenuhi syarat-syarat
untuk melangsungkan perkawinan. Selain itu, pencegahan perkawinan dapat pula dilakukan apabila salah seorang dari calon mempelai berada di
bawah pengampuan, sehingga dengan perkawinan tersebut nyata mengakibatkan kesengsaraan bagi calon mempelai yang lainnya.
Dalam Pasal 14 sampai Pasal 16 UUP dinyatakan siapa-siapa yang yang berhak mengeajukan pencegahan perkawinan, yaitu:
a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah dari
salah seorang calon mempelai; b.
Saudara dari salah satu seorang calon mempelai; c.
Wali nikah dari salah seorang caln mempelai; d.
Wali dari salah satu seorang calon mempelai; e.
Pengampu dari salah satu seorang calon mempelai; f.
Pihak-pihak yang berkepentingan; g.
Suami atau isteri dari salah satu seorang calon mempelai; h.
Pejabat yang ditunjuk, yang akan diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan.
Pencegahan perkawinan diajukan kepada pengadilan dalam daerah hukum di mana perkawinan akan dilangsungkan dengan memberitahukan
juga kepada pegawai pencatat perkawinan. Pegawai pencatat perkawinan memberitahukan
mengenai permohonan
pencegahan perkawinan