supaya sah harus memenuhi ketentuan tentang perkawinan yang diatur dalam Hukum Perkawinan Islam. Bagi yang beragama non Islam pun
hukum agama merekalah yang menjadi dasar pelaksanaan yang menentukan sahnya perkawinan.
Suatu perkawinan yang sah akan lebih jelas diakui oleh masyarakat sekitar apabila tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku sesuai dengan Pasal 2 ayat 2 UUP. Pencatatan perkawinan bertujuan untuk menjadikan peristiwa perkawinan itu menjadi
jelas baik bagi yang bersangkutan maupun pihak lain, karena dapat dibaca dan bersifat resmi. Sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan bimana perlu
dan dapat dipakai sebagai alat bukti yang otentik. Akan tetapi pencatatan perkawinan tidak menentukan sah tidaknya
siatu perkawinan, tetapi hanya menyatakan bahwa peristiwa perkawinan benar-benar terjadi, jadi semata-mata hanya bersifat administratif.
5
b. Syarat Materil Perkawinan
1 Syarat-syarat materil yang berlaku umum
Syarat-syarat yang termasuk ke dalam kelompok ini diatur dalam Pasal dan mengenai hal sebagai berikut:
a Pasal 6 ayat 1 UUP, harus ada persetujuan dari kedua calon
mempelai.Persetujuan yang dimaksud dalam hal ini adalah perkawinan itu harus dilakukan berdasarkan kehendak bebas
5
Soemiyati, Ibid, hlm.65.
dari calon mempelai laki-laki maupun wanita. Persetujuan maupun kerelaan kedua belah pihak untuk melaksanakan
perkawinan merupakan syarat yang sangat penting untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia dan kekal sesuai
dengan tujuan perkawinan itu sendiri. b
Pasal 7 ayat 1 UUP, usia calon mempelai laki-laki sudah mencapai 19 tahun dan wanita sudah mencapai 16 tahun.
Faktor usia sangat erat kaitannya dengan kematangan fisik maupun psikologi seseorang. Semakin dewasa seseorang
diharapkan cara berfikir dan bertindaknya juga semakin dewasa, sehingga perkawinan di bawah umur sebisa mungkin
dihindari agar tujuan dari perkawinan dapat terwujud dengan baik.
c Pasal 9 UUP, tidak terikat tali perkawinan dengan orang lain
kecuali dalam hal yang dijinkan oleh Pasal 3 ayat 2 dan Pasal 4 UUP.
Seseorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain pada dasarnya tidak dapat menikah, kecuali yang diatur
dalm Pasal 3 ayat 2 dan Pasal 4 UUP. Poligami hanya diijinkan apabila memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
dalam UUP dan tidak bertentangan degan hukum agama masing-masing.