Rukun dan Syarat Perkawinan

Oleh karena itu, rukun perkawinan menurut Hukum Islam adalah wajib dipenuhi oleh orang-orang Islam yang akan melangsungkan perkawinan. Dampak dari sah atau tidak sahnya perkawinan adalah dalam bidang hukum perkawinan itu sendiri, maupun di bidang hukum kewarisan. 7 Mengenai syarat-syarat perkawinan, selain memenuhi rukun perkawinan setiap perkawinan juga harus memenuhi syarat yang melekat pada rukun tersebut. a. Syarat bagi calon mempelai diatur Pasal 15 sampai dengan Pasal 18 KHI, yaitu: 1 Perkawinan hanya boleh dilakukan apabila kedua calon mempelai telah mencapai umur yang ditetapkan oleh Pasal 7 ayat 1 UUP, yaitu laki-laki 19 tahun dan wanita 16 tahun Pasal 15 ayat 1 KHI. 2 Bagi calon mempelai yang belum berumur 21 tahun harus mendapat ijin sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 ayat 2, 3, 4 dan 5 UUP Pasal 15 ayat 2 KHI. 3 Perkawinan didasarkan atas persetujuan calon mempelai. Bentuk persetujuan calon mempelai wanita, dapat berupa pernyataan tegas dan nyata dengan tulisan, lisan atau isyarat 7 Neng Djubaidah, 2012, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat Menurut Hukum Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 107-108. tapi dapat juga berupa diam dalam arti selama tidak ada penolakan yang tegas Pasal 16 ayat 1 dan 2 KHI. 4 Bagi calon suami dan istri yang akan melangsungkan pernikahan tidak terdapat halangan perkawinan Pasal18 KHI. b. Syarat bagi wali nikah, diatur dalam Pasal 19 sampai 23 KHI, yaitu: 1 Yang bertindak sebagai wali nikah ialah seorang laki-laki yang memenuhi syarat hukum Islam yaitu muslim, aqil dan baligh. Pasal 20 KHI. 2 Apabila wali nikah yang berhak, urutannya tidak memenuhi syarat sebagai wali nikah itu menderita tuna wicara, tuna rungu atau sudah uzhur, maka yang berhak menjadi wali bergeser kepada wali nikah yang menurun derajat berikutnya. Pasal 22 KHI. 3 Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali nasab tidak ada atau tidak mungkinmenghadirkannya atau tidak diketahui tinggalnya atau ghaib atau adlal atau enggan. Pasal 23 ayat 1 KHI. 4 Dalam hal wali adlal atau enggan maka wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah setelah ada putusan dari Pengadilan Agama tentang wali tersebut. Pasal 23 ayat 2 KHI. c. Syarat bagi saksi nikah, diatur dalam Pasal 24 sampai 26 KHI yaitu: 1 Setiap perkawinan harus disaksikan oleh dua orang saksi Pasal 24 ayat 2 KHI. 2 Yang dapat ditunjuk menjadi saksi dalam nikah ialah seorang laki- laki muslim, adil, akil, baligh, tidak terganggu ingatan dan tidak tuna rungu atau tuli Pasal 25 KHI. d. Syarat ijab dan qabul yaitu: 1 Ijab dan qabul antara wali dan calon mempelai pria harus jelas beruntun dan tidak berselang Pasal 27 KHI. 2 Yang berhak mengucapkan Qabul adalah calon mempelai pria secara pribadi. Pasal 29 ayat 1 KHI.

6. Hak dan Kewajiban Suami Isteri

Dengan dilangsungkan akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan yang dilakukan oleh walinya, terjalinlah hubungan suami isteri dan timbul hak dan kewajiban masing-masing timbal balik. Hak-hak dalam perkawinan itu dapat dibagikan menjadi tiga, yaitu: a. Hak-hak Bersama 1 Halal bergaul antara suami isteri dan masing-masing dapat bersenang-senang satu sama lain. 2 Terjadi hubungan mahram semenda : isteri menjadi mahramayah suami, kakeknya, dan seterusnya ke atas, demikian pula suami menjadi nahram ibu isteri, neneknya, dan seterusnya ke atas. 3 Terjadi hubungan waris-mewaris antara suami dan isteri sejak akad nikah dilaksanakan. Isteri berhak menerima waris atas meninggalan suami. Demikian pula, suami berhak waris atas peninggalan isteri, meskipun mereka belum pernah melakukan pergaulan suami isteri. 4 Anak yang lahir dari isteri bernasab pada suaminya apabila pembuahan terjadi sebagai hasil hubungan setelah nikah. 5 Bergaul dengan baik antara suami dan isteri sehingga tercipta kehidupan yang harmonis dan damai. Dalam hubungan ini QS. An- Nisa :19 memerintahkan ‘’ Dan Gaulilah isteri-isterimu itu dengan baik.......’’ Mengenai hak dan kewajiban bersama suami isteri, dalam Pasal 33 UUP sebagai berikut, ‘’ suami isteri wajib cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain’’. b. Hak-hak Isteri Hak-hak isteri yang menjadi kewajiban suami dapat dibagi dua, yaitu: 1 Hak-hak kebendaan a Mahar mas kawin b Nafkah 2 Hak-hak bukan kebendaan a Menggauli isteri dengan makruf b melindungi dan menjaga nama baik isteri

Dokumen yang terkait

PENETAPAN DISPENSASI KAWIN OLEH HAKIM DALAM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DI PENGADILAN AGAMA BANTUL

0 4 93

DISPENSASI PENGADILAN AGAMA DALAM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR Dispensasi Pengadilan Agama Dalam Perkawinan Di Bawah Umur (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Karanganyar).

0 3 19

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENGABULKAN PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR DILIHAT DARI SEGI Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan Permohonan Dispensasi Nikah Di Bawah Umur Dilihat Dari Segi Manfaat Dan Mudharot (Studi Kasus Pengadilan Agama Surakarta

0 2 19

SKRIPSI Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan Permohonan Dispensasi Nikah Di Bawah Umur Dilihat Dari Segi Manfaat Dan Mudharot (Studi Kasus Pengadilan Agama Surakarta).

0 2 11

PENDAHULUAN Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan Permohonan Dispensasi Nikah Di Bawah Umur Dilihat Dari Segi Manfaat Dan Mudharot (Studi Kasus Pengadilan Agama Surakarta).

0 3 14

PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN AGAMA WATES DALAM MEMUTUSKAN PERMOHONAN DISPENSASI PERKAWINAN DIBAWAH UMUR.

0 4 206

Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Palangka Raya dalam mengabulkan permohonan dispensasi kawin di bawah umur - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

PERTIMBANGAN HAKIM MENGABULKAN DISPENSASI UNTUK PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA PANGKALPINANG) SKRIPSI

0 0 14

BAB II HUKUM PERKAWINAN DAN DISPENSASI - Pertimbangan hakim mengabulkan dispensasi untuk perkawinan di bawah umur ditinjau dari undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan (studi kasus di pengadilan agama Pangkalpinang) - Repository Universitas Ba

0 0 25

BAB III PERTIMBANGAN HAKIM MENGABULKAN DISPENSASI UNTUK PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA PANGKALPINANG) - Pertimbangan hakim mengabulkan dispensasi untuk perkawinan

0 0 38