Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang Terdapat Dalam Ayat-Ayat
Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang
besar.
M. Quraish shihab menjelaskan bahwa Luqman memulai nasihat kepada anaknya dengan menekankan perlunya
menghindari syirik mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan keesaan
Tuhan. Bahwa redaksi pesannya berbentuk larangan, jangan mempersekutukan
Allah untuk
menekan perlunya
meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik Shihab, 2006: 127.
Dari ayat-ayat di atas , Nabi Ya’qub dan Luqman adalah
sesosok ayah yang mendidik anak-anaknya dengan pendidikan karakter dan berlaku sebagai seorang motivator. Dalam ayat
tersebut terdapat nilai-nilai pendidikan karakter taat kepada Allah berupa mendirikan salat dan larangan menyekutukan
Allah. 2.
Tawakkal. Tawakkal berarti berserah diri kepada kehendak Allah dan
percaya dengan sepenuh hati atas keputusan-Nya Marzuki, 2015: 101. Tawakkal bukan berarti penyerahan mutlak kepada
Allah, tetapi penyerahan tersebut harus di dahului oleh usaha manusiawi
Shihab, 2002:
482-483. Tawakal
bisa
diaplikasikan antara lain dengan menyerahkan semua urusan kepada Allah, selalu berharap agar Allah memberikan
keputusan yang terbaik, dan siap menerima apapun yang akan diputuskan Allah Marzuki, 2015: 102.
Hal ini terindikasi dalam surat Yusuf ayat 66 ketika Nabi Ya’qub berkata Allah adalah saksi terhadap apa yang kita
ucapkan ini dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa ayat ini mengandung makna Allah menyaksikan ucapan dan tekad kita
masing-masing. Karena itu, kita memohon agar Allah swt membantu kita mewujudkannya melalui hukum sebab dan
akibat yang terjangkau oleh kemampuan kita. Sesudah itu, biarlah Dia yang Maha Mengetahui itu menilai upaya kita
melaksanakan janji yang teguh ini lalu memberi sangsi dan ganjaran yang sesuai. Dalam hal menjadikan Allah sebagai
wakīl, atau bertawakal kepada-Nya Shihab, 2002: 482. Sikap tawakal yang diperlihatkan oleh Nabi Ya’qub
kepada anak-anaknya secara tidak langsung memberikan pengajaran tentang nilai-nilai pendidikan karakter tawakal.
Maka dalam hal ini sosok Nabi Ya’qub sebagai ayah juga menjadi sosok pemberi teladan kepada anak-anaknya tentang
arti tawakal kepada Allah.
3. Sabar
Sabar adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap rida dari Allah Marzuki, 2015: 98.
Tujuan kesabaran adalah menjaga keseimbangan emosi agar hidup stabil, dan ini pada gilirannya menghasilkan dorongan
untuk menanggulanginya problema yang dihadapi atau melihat dari celahnya peluang untuk meraih yang baik atau lebih baik.
Sabar dapat diibaratkan dengan benteng pada saat menghadapi musush yang kuat Shihab, 2002: 399-100.
Hal ini tercermin dari sikap Nabi Ya’qub yang diceritakan oleh Alquran dalam surat Yusuf ayat 18 yaitu
Mereka datang membawa baju gamisnya yang berlumuran dengan darah palsu. Yaqub berkata: Sebenarnya dirimu
sendirilah yang memandang baik perbuatan yang buruk itu; maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah
sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.
Di dalam tafsirnya M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa Nabi Ya’qub sebagaimana terbaca di atas, menyatakan bersabar
dan meminta bantuan Allah swt. Perlu dicatat bahwa sabar bukan berarti menerima nasib tanpa usaha. Allah telah
menganugrahkan kepada makhluk hidup potensi membela diri. Dan ini adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu
dipertahankan Shihab, 2002: 399. Selain itu terdapat juga dalam surat Luqman ayat 17 ketika
Luqman menasehatkan kepada anaknya
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan oleh Allah.
Nasihat luqman tersebut menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal saleh yang puncaknya adalah
salat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar ma’ruf nahi mungkar, juga nasihat berupa perisai yang
membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Shihab, 2006: 136-137. Dari dua ayat di atas terdapat nilai-
nilai pendidikan karakter yaitu kesabaran yang di ajarkan oleh nabi Ya’qub dan yang di wasiatkan oleh Luqman. Dalam ayat
di atas Ya’qub sebagai ayah berperan sebagai pemberi keteladanan kepada anak-anaknya, sedangkan Luqman sebagai
motivator dengan wasiat yang diberikan kepada anaknya. 4.
Optimis Optimis dalam hal ini berarti tidak mudah berputus asa.
Ayat yang menggambarkan nilai ini adalah surat Yusuf ayat 87, dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.
Menurut M. Quraish Shihab, ayat di atas menggambarkan betapa keimanan kepada Allah mengantar seseorang tidak
berputus asa. Agaknya saat terjadinya petaka yang kedua atas diri nabi Ya’qub itu membuatnya bertambah yakin bahwa
pertolongan Allah segera datang Shihab, 2002: 499. Adapun
orang beriman, maka dia selalu bersikap optimis dan tidak berputus berusaha selama masih ada peluang yang tersedia.
Allah swt kuasa menciptakan sebab-sebab yang memudahkan pencapaian harapan Shihab, 2002: 500. Ayat ini menceritakan
Nabi Ya’qub yang memerintahkan anak-anaknya untuk mencari tahu tentang Nabi Yusuf dan saudaranya, kemudian
diikuti dengan nasihat untuk tidak berputus asa. Hal ini juga berarti Nabi ya’qub sebagai ayah juga sebagai motivator
kepada anak-anaknya. 5.
Pemaaf. Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf kepada orang
lain.hal ini bisa ditunjukkan dengan suka memaafkan kesalahan orang lain dan bukan pendendam Marzuki, 2015: 98.
Hal ini terdapat pada surat Yusuf ayat 98, Yaqub berkata: Aku akan memohonkan ampun bagimu
kepada Tuhanku.
Sesungguhnya Dialah
Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam hal ini Nabi
Ya’qub tidak langsung memohonkan ampun kepada mereka, tetapi menjanjikan aku akan memohonkan, karena beliau
ingin mendoakan mereka secara khusus, dan pada waktu yang baik, seperti pada sepertiga malam terakhir. Ini berpengertian
bahwa Nabi Ya’qub sudah memaafkan kesalahan anak-anaknya
yang telah berbuat jahat kepada Nabi Yusuf Shihab, 2002: 508.
Selain itu, nilai karakter pemaaf juga terdapat dalam surat yang sama ayat 99.
Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.
Di dalam
tafsir al-Misbah
disebutkan ayat
ini mengisyaratkan bahwa Yusuf berdo’a dan mengharapkan agar
saudara-saudaranya terhindar dari keresahan hati akibat perlakuan buruk mereka terhadapnya sekian tahun yang lalu.
Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Yusuf sudah memafkan saudara-saudaranya dan tidak menjadi seorang pendendam.
Shihab, 2002: 509. Cerita tentang Nabi Ya’qub yang
memaafkan anak-anaknya dan Nabi Yusuf yang memaafkan saudaranya mengajarkan arti tentang memaafkan. Ayat ayat di
atas didapati nilai pendidikan karakter yaitu pemaaf. Nabi Ya’qub sebagi sosok ayah yang teladan dan Nabi Yusuf
sebagai saudara yang mengajarkan tentang memaafkan. 6.
Bekerja Keras Bekerja keras atau selalu berusaha dan tidak berpangku
tangan, adalah sikap yang selalu berusaha menyelesaikan pekerjaan secara optimal. Bisa juga diartikan perilaku yang
menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya Samani dan Hariyanto, 2011: 52. Hal ini bisa dibuktikan berupa semangat dalam bekerja, semangat
dalam belajar dan tidak bermalas-malasan. Marzuki, 2015: 104.
Hal ini tersirat dalam surat Maryam ayat 23-25, ketika menceritakan perjuangan maryam ketika hendak melahirkan
anak. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia bersandar
pada pangkal pohon kurma, dia berkata: Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang
tidak berarti, lagi dilupakan23. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: Janganlah kamu bersedih hati,
sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu 24. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke
arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,25
Pada ayat di atas terlihat bagaimana Maryam yang dalam keadaan lemah itu masih diperintahkan untuk melakukan
kegiatan dalam
bentuk menggerakkan
pohon guna
memperoleh rizki, walaupun suasana ketika itu adalah suasana supra rasional. Ini sebagai isyarat kepada semua pihak untuk
tidak berpangku tangan menanti datangnya rizki, tetapi harus berusaha dan terus berusaha sepanjang kemampuan yang
dimiliki Shihab, 2002: 171. Juga dalam surat al-Qasas ayat 26 juga disebutkan,
karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya.
Maka anak perempuan itu menyarankan kepada bapaknya untuk menyewa tenaganya. Sehingga, ia dan saudarinya tidak
harus bekerja dan berdesakan dengan para penggembala pria. Karena Musa seorang yang kuat bekerja dan terpercaya dalam
memegang harta. Dan terpercaya dalam masalah kehormatan juga dalam hal lainnya Qutbh, 2004: 31.
Baik M. Quraish Shihab maupun Sayyid Qutbh mengemukakan bahwa ayat-ayat di atas mengandung makna
bekerja keras. 7.
Sopan santun Sopan santun, yaitu halus dan baik budi bahasa dan tingkah
lakunya. Hal ini bisa terlihat dari berkata-kata dengan halus, berperilaku dengan sopan dan berpakaian dengan sopan.
Marzuki, 2015: 105. Hal ini dapat kita lihat dalam surat Maryam ayat 42-48,
betapa lemah lembutnya Ibrahim dalam berbicara kepada ayahnya.
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar,
tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?42. Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku
sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu
jalan yang lurus 43 Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada
Tuhan
Yang Maha
Pemurah 44.
Wahai bapakku,
sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan
bagi syaitan45. Berkata bapaknya: Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka
niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama46. Berkata Ibrahim: Semoga keselamatan
dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku
47. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku,
mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku48.
Ayat-ayat di atas menunjukkan betapa halus dan sopannya ucapan Nabi Ibrahim kepada orang tuanya. Perhatikanlah
bagaimana dia mengulangi kata abati bapakku untuk menunjukkan cinta kasih sayang serta penghormatan
kepadanya. Selain ayat-ayat di atas, terdapat pula nilai sopan santun
dalam surat Luqman ayat 19, Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai 19.
Nasihat Luqman dalam ayat 18-19 kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia.
Materi pelajaran akidah beliau selingi dengan materi pelajaran akhlak, bukan saja agar peserta didik tidak jenuh dengan satu
materi, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan Shihab, 2006: 138. Dan bersikap sederhanalah dalam berjalanmu, yakni jangan
membusungkan dada dan jangan juga merunduk bagaikan
orang sakit. Jangan lari tergesa-gesa dan jangan juga sangat perlahan menghabiskan waktu. Dan lunakkanlah suaramu
sehingga tidak terdengar kasar bagaikan teriakan keledai. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai karena
awalnya siulan yang menarik dan akhirnya tarikan nafas yang buruk. Shihab, 2006: 139.
Beberapa ayat di atas menunjukkan adanya nilai pendidikan karakter sopan santun sebagaimana yang telah ditafsirkan
dalam tafsir al-Misbah di atas. 8.
Dapat dipercaya amanah Dapat terpecaya yaitu melakukan sesuatu dengan penuh
kejujuran dan kepercayaan. Hal ini bisa terindikasi dengan melaksanakan kewajibannya dengan baik, tidak menyia-
nyiakan kewajibannya, dan tidak lari dari tanggung jawab Marzuki, 2015: 105.
Hal ini tersirat dalam surat al-Qasas ayat 26. karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.
Dapat dipercaya atau amanah adalah nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam ayat ini. Hal ini akan semakin
jelas jika kita menilik tafsiran M. Quraish Shihab tentang ayat ini. Dalam Tafsir Al-Misbah disebutkan bahwa selanjutnya
kepercayaan yang dimaksud adalah integritas pribadi yang
menuntut adanya sifat amanah sehingga tidak merasa bahwa apa yang ada dalam genggaman tangannya merupakan milik
pribadi, tetapi milik pemberi amanah, yang harus dipelihara dan bila diminta kembali, maka harus dengan rela
mengembalikannya Shihab, 2002: 334. 9.
Berbakti kepada Orang Tua Yang dimaksud di sini adalah selalu menghormati dan
patuh kepada kedua orang tua serta tidak durhaka kepada mereka. Hal ini bisa diaplikasikan dengan menghormati kedua
orang tua, suka membantu orang tua, patuh kepada orang tua, dan tidak menyakiti orang tua Marzuki, 2015: 105.
Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu 14.
Ayat ini mengandung nilai pendidkan karakter yaitu berbakti kepada orang tua. Hal ini terlihat dari penafsiran yang
dilakukan oleh M. Quraish Shihab dalam tafsirnya. Di dalam tafsirnya di sebutkan betapa penghormatan dan kebaktian
kepada orang tua menempati tempat kedua setelah
pengagungan kepada
Allah. Sering
kali Alquran
menggandengkan perintah menyembah Allah dan perintah berbakti kepada orang tua. Tetapi kendati nasihat ini bukan
nasihat luqman, namun tidak berarti dia menasehati dengan
nasihat serupa. Al- Biqa’i menilainya sebagai lanjutan dari
nasehat Luqman Shihab, 2006: 127. 10.
Mengajak berbuat baik Mengajak orang lain berbuat baik termasuk salah satu nilai
pendidikan karakter. Hal ini bisa dilakukan seperti mengajak orang lain untuk beribadah, mengajak orang lain bekerja keras,
dan mengajak teman belajar dengan giat Marzuki, 2015: 106. Mengajak berbuat baik terdapat dalam surat Luqman ayat 17,
dengan istilah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.
dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar.
Adapun amar ma’ruf berarti memerintahkan keapda kebaikan
Hafidz, 2008: 22. Menyuruh mengerjakan ma’ruf , mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah
wajar menyuruh sebelum mengerjakannya Shihab, 2006: 136- 137. Sedangkan nahi mungkar adalah mencegah atau menahan
kemungkaran. Menurut ijmak ulama, nahi mungkar hukumnya wajib. Menurut mereka nahi mungkar tidak hanya dikhususkan
bagi para pemegang kekuasaan saja, akan tetapi merupakan ketetapan bagi setiap pribadi muslim. Minimal nahi mungkar
itu dilakukan dengan hati, setelah lewat lisan dan kekuasaan. Hafidz, 2008: 216. Dalam ayat ini mengandung nilai karakter
yaitu mengajak berbuat baik, M. Quraish Shihab menambahkan bahwa membiasakan anak melaksanakan
tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan dan kepedulian sosial Shihab, 2006: 137.
11. Rendah hati
Rendah hati yaitu berperilaku yang mencerminkan sifat yang berlawanan dengan kesombongan. Hal ini bisa terlihat
dari berpenampilan sederhana, selalu merasa tidak bisa meskipun bisa, dan tidak menganggap remeh orang lain
Marzuki, 2015: 106. Nilai rendah hati terdapat dalam surat Luqman ayat 18 yaitu
ketika Luqman menasehati anaknya untuk jangan berjalan di atas bumi dengan kesombongan.
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Di dalam ayat ini terdapat nilai pendidikan karakter yaitu rendah hati. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh M.
Quraish Shihab dalam tafsirnya. Luqman menasehati anaknya dengan berkata: dan wahai anakku, di samping butir-butir
nasihat yang
lalu, janganlah
juga engkau
berkeras memalingkan pipimu yakni mukamu dari manusia siapapun
dia, didorong oleh penghinaan dan kesombongan. Tetapi tampillah kepada setiap orang dengan wajah berseri penuh
rendah hati. Dan bila engkau melangkah, janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh, tetapi berjalanlah dengan lemah
lembut penuh wibawa. Sesungguhnya Allah tidak menyukai yakni tidak melimpahkan anugerah kasih sayang-Nya kepada
orang-orang yang sombong lagi memalingkan diri Shihab, 2006: 139.
12. Rela berkorban
Rela berkorban adalah sikap mau melakukan atau memberikan sesuatu sebagai pernyataan kebaktian dan
kesetiaan kepada Allah atau kepada manusia Marzuki, 2015: 99.
Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu Ia
menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar.
Ucapan sang anak
ُِرَمْؤُػتِاَمِْلَعْػفا
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu bukan berkata “sembelihlah aku”, mengisyaratkan sebab
kepatuhan, yakni karena hal tersebut adalah perintah Allah. Bagaimanapun bentuk, cara dan kandungan apa yang
diperintahkan-Nya, maka sepenuhnya ia pasrah. Kalimat ini juga dapat merupakan obat pelipur lara bagi keduanya dalam
mengahadapi ujian berat itu. Shihab, 2006: 63. Dalam kisah di atas menyiratkan bahwa Nabi Ismail rela berkorban karena
itu adalah perintah Allah, ini adalah bentuk nilai berkorban untuk Tuhan dari seorang hamba.
Itulah beberapa nilai pendikan karakter yang terdapat dalam ayat-ayat hiwār al-ābā` ma’a al-abnā` menurut prespektif tafsir Al-Misbah karya
M. Quraish Shihab. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab, dalam hal ini kaitannya dengan
nilai-nilai pendidikan karakter, maka ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam tafsir tersebut yang dapat peneliti simpulkan di sini.
Diantara kelebihan tafsir ini adalah 1.
Tafsir ini berbahasa Indonesia, sehingga memudahkan pembaca termasuk peneliti dalam memahami isi dari tafsir tersebut. Selain
itu sistematika tafsir Al-Misbah sangat mudah dipahami. 2.
Tafsir ini mengandung nilai dan unsur pendidikan.Salah satu alasan mengapa tafsir ini ada adalah banyak di antara orang tidak
mengetahui bahwa sistematika penyusunan ayat-ayat dan surat- surat yang sangat unik itu mengandung unsur pendidikan yang
sangat menyentuh. 3.
Terdapat penjelasan tentang pendidikan secara mendalam, dibanding dengan kitab tafsir yang lain. Seperti contohnya adalah
panggilan ayah dan anak dengan abati dan bunayya ditafsirkan dengan penjelasan bahwa hal itu menunjukkan kedekatan diantara
keduanya. Adapaun kekurangan dari tafsir ini sepengetahuan penulis adalah:
1. Tafsir ini menggunakan bahasa Indonesia, merupakan sebuah
kelebihan dan sekaligus kekurangan. Dengan menggunakan bahasa Indonesia maka tafsir ini seakan bersifat lokal, hanya untuk penutur
atau yang mengetahui bahasa Indonesia saja, tidak bersifat global. 2.
Terdapat pengulangan yang sama sehingga dapat menimbulkan kejenuhan. Misalnya tentang tafsir dan penjelasan panggilan
bunayya oleh ayahnya kepada anaknya. Hal ini beberapa kali diulang-ulang dengan bahasan yang sama.