Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang Terdapat Dalam Ayat-Ayat

Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. M. Quraish shihab menjelaskan bahwa Luqman memulai nasihat kepada anaknya dengan menekankan perlunya menghindari syirik mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan keesaan Tuhan. Bahwa redaksi pesannya berbentuk larangan, jangan mempersekutukan Allah untuk menekan perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik Shihab, 2006: 127. Dari ayat-ayat di atas , Nabi Ya’qub dan Luqman adalah sesosok ayah yang mendidik anak-anaknya dengan pendidikan karakter dan berlaku sebagai seorang motivator. Dalam ayat tersebut terdapat nilai-nilai pendidikan karakter taat kepada Allah berupa mendirikan salat dan larangan menyekutukan Allah. 2. Tawakkal. Tawakkal berarti berserah diri kepada kehendak Allah dan percaya dengan sepenuh hati atas keputusan-Nya Marzuki, 2015: 101. Tawakkal bukan berarti penyerahan mutlak kepada Allah, tetapi penyerahan tersebut harus di dahului oleh usaha manusiawi Shihab, 2002: 482-483. Tawakal bisa diaplikasikan antara lain dengan menyerahkan semua urusan kepada Allah, selalu berharap agar Allah memberikan keputusan yang terbaik, dan siap menerima apapun yang akan diputuskan Allah Marzuki, 2015: 102. Hal ini terindikasi dalam surat Yusuf ayat 66 ketika Nabi Ya’qub berkata Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan ini dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa ayat ini mengandung makna Allah menyaksikan ucapan dan tekad kita masing-masing. Karena itu, kita memohon agar Allah swt membantu kita mewujudkannya melalui hukum sebab dan akibat yang terjangkau oleh kemampuan kita. Sesudah itu, biarlah Dia yang Maha Mengetahui itu menilai upaya kita melaksanakan janji yang teguh ini lalu memberi sangsi dan ganjaran yang sesuai. Dalam hal menjadikan Allah sebagai wakīl, atau bertawakal kepada-Nya Shihab, 2002: 482. Sikap tawakal yang diperlihatkan oleh Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya secara tidak langsung memberikan pengajaran tentang nilai-nilai pendidikan karakter tawakal. Maka dalam hal ini sosok Nabi Ya’qub sebagai ayah juga menjadi sosok pemberi teladan kepada anak-anaknya tentang arti tawakal kepada Allah. 3. Sabar Sabar adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap rida dari Allah Marzuki, 2015: 98. Tujuan kesabaran adalah menjaga keseimbangan emosi agar hidup stabil, dan ini pada gilirannya menghasilkan dorongan untuk menanggulanginya problema yang dihadapi atau melihat dari celahnya peluang untuk meraih yang baik atau lebih baik. Sabar dapat diibaratkan dengan benteng pada saat menghadapi musush yang kuat Shihab, 2002: 399-100. Hal ini tercermin dari sikap Nabi Ya’qub yang diceritakan oleh Alquran dalam surat Yusuf ayat 18 yaitu Mereka datang membawa baju gamisnya yang berlumuran dengan darah palsu. Yaqub berkata: Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan yang buruk itu; maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan. Di dalam tafsirnya M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa Nabi Ya’qub sebagaimana terbaca di atas, menyatakan bersabar dan meminta bantuan Allah swt. Perlu dicatat bahwa sabar bukan berarti menerima nasib tanpa usaha. Allah telah menganugrahkan kepada makhluk hidup potensi membela diri. Dan ini adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu dipertahankan Shihab, 2002: 399. Selain itu terdapat juga dalam surat Luqman ayat 17 ketika Luqman menasehatkan kepada anaknya dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah. Nasihat luqman tersebut menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal saleh yang puncaknya adalah salat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar ma’ruf nahi mungkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Shihab, 2006: 136-137. Dari dua ayat di atas terdapat nilai- nilai pendidikan karakter yaitu kesabaran yang di ajarkan oleh nabi Ya’qub dan yang di wasiatkan oleh Luqman. Dalam ayat di atas Ya’qub sebagai ayah berperan sebagai pemberi keteladanan kepada anak-anaknya, sedangkan Luqman sebagai motivator dengan wasiat yang diberikan kepada anaknya. 4. Optimis Optimis dalam hal ini berarti tidak mudah berputus asa. Ayat yang menggambarkan nilai ini adalah surat Yusuf ayat 87, dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. Menurut M. Quraish Shihab, ayat di atas menggambarkan betapa keimanan kepada Allah mengantar seseorang tidak berputus asa. Agaknya saat terjadinya petaka yang kedua atas diri nabi Ya’qub itu membuatnya bertambah yakin bahwa pertolongan Allah segera datang Shihab, 2002: 499. Adapun orang beriman, maka dia selalu bersikap optimis dan tidak berputus berusaha selama masih ada peluang yang tersedia. Allah swt kuasa menciptakan sebab-sebab yang memudahkan pencapaian harapan Shihab, 2002: 500. Ayat ini menceritakan Nabi Ya’qub yang memerintahkan anak-anaknya untuk mencari tahu tentang Nabi Yusuf dan saudaranya, kemudian diikuti dengan nasihat untuk tidak berputus asa. Hal ini juga berarti Nabi ya’qub sebagai ayah juga sebagai motivator kepada anak-anaknya. 5. Pemaaf. Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf kepada orang lain.hal ini bisa ditunjukkan dengan suka memaafkan kesalahan orang lain dan bukan pendendam Marzuki, 2015: 98. Hal ini terdapat pada surat Yusuf ayat 98, Yaqub berkata: Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam hal ini Nabi Ya’qub tidak langsung memohonkan ampun kepada mereka, tetapi menjanjikan aku akan memohonkan, karena beliau ingin mendoakan mereka secara khusus, dan pada waktu yang baik, seperti pada sepertiga malam terakhir. Ini berpengertian bahwa Nabi Ya’qub sudah memaafkan kesalahan anak-anaknya yang telah berbuat jahat kepada Nabi Yusuf Shihab, 2002: 508. Selain itu, nilai karakter pemaaf juga terdapat dalam surat yang sama ayat 99. Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman. Di dalam tafsir al-Misbah disebutkan ayat ini mengisyaratkan bahwa Yusuf berdo’a dan mengharapkan agar saudara-saudaranya terhindar dari keresahan hati akibat perlakuan buruk mereka terhadapnya sekian tahun yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Yusuf sudah memafkan saudara-saudaranya dan tidak menjadi seorang pendendam. Shihab, 2002: 509. Cerita tentang Nabi Ya’qub yang memaafkan anak-anaknya dan Nabi Yusuf yang memaafkan saudaranya mengajarkan arti tentang memaafkan. Ayat ayat di atas didapati nilai pendidikan karakter yaitu pemaaf. Nabi Ya’qub sebagi sosok ayah yang teladan dan Nabi Yusuf sebagai saudara yang mengajarkan tentang memaafkan. 6. Bekerja Keras Bekerja keras atau selalu berusaha dan tidak berpangku tangan, adalah sikap yang selalu berusaha menyelesaikan pekerjaan secara optimal. Bisa juga diartikan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya Samani dan Hariyanto, 2011: 52. Hal ini bisa dibuktikan berupa semangat dalam bekerja, semangat dalam belajar dan tidak bermalas-malasan. Marzuki, 2015: 104. Hal ini tersirat dalam surat Maryam ayat 23-25, ketika menceritakan perjuangan maryam ketika hendak melahirkan anak. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia bersandar pada pangkal pohon kurma, dia berkata: Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan23. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu 24. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,25 Pada ayat di atas terlihat bagaimana Maryam yang dalam keadaan lemah itu masih diperintahkan untuk melakukan kegiatan dalam bentuk menggerakkan pohon guna memperoleh rizki, walaupun suasana ketika itu adalah suasana supra rasional. Ini sebagai isyarat kepada semua pihak untuk tidak berpangku tangan menanti datangnya rizki, tetapi harus berusaha dan terus berusaha sepanjang kemampuan yang dimiliki Shihab, 2002: 171. Juga dalam surat al-Qasas ayat 26 juga disebutkan, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. Maka anak perempuan itu menyarankan kepada bapaknya untuk menyewa tenaganya. Sehingga, ia dan saudarinya tidak harus bekerja dan berdesakan dengan para penggembala pria. Karena Musa seorang yang kuat bekerja dan terpercaya dalam memegang harta. Dan terpercaya dalam masalah kehormatan juga dalam hal lainnya Qutbh, 2004: 31. Baik M. Quraish Shihab maupun Sayyid Qutbh mengemukakan bahwa ayat-ayat di atas mengandung makna bekerja keras. 7. Sopan santun Sopan santun, yaitu halus dan baik budi bahasa dan tingkah lakunya. Hal ini bisa terlihat dari berkata-kata dengan halus, berperilaku dengan sopan dan berpakaian dengan sopan. Marzuki, 2015: 105. Hal ini dapat kita lihat dalam surat Maryam ayat 42-48, betapa lemah lembutnya Ibrahim dalam berbicara kepada ayahnya. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?42. Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus 43 Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah 44. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan45. Berkata bapaknya: Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama46. Berkata Ibrahim: Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku 47. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku48. Ayat-ayat di atas menunjukkan betapa halus dan sopannya ucapan Nabi Ibrahim kepada orang tuanya. Perhatikanlah bagaimana dia mengulangi kata abati bapakku untuk menunjukkan cinta kasih sayang serta penghormatan kepadanya. Selain ayat-ayat di atas, terdapat pula nilai sopan santun dalam surat Luqman ayat 19, Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai 19. Nasihat Luqman dalam ayat 18-19 kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia. Materi pelajaran akidah beliau selingi dengan materi pelajaran akhlak, bukan saja agar peserta didik tidak jenuh dengan satu materi, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan Shihab, 2006: 138. Dan bersikap sederhanalah dalam berjalanmu, yakni jangan membusungkan dada dan jangan juga merunduk bagaikan orang sakit. Jangan lari tergesa-gesa dan jangan juga sangat perlahan menghabiskan waktu. Dan lunakkanlah suaramu sehingga tidak terdengar kasar bagaikan teriakan keledai. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai karena awalnya siulan yang menarik dan akhirnya tarikan nafas yang buruk. Shihab, 2006: 139. Beberapa ayat di atas menunjukkan adanya nilai pendidikan karakter sopan santun sebagaimana yang telah ditafsirkan dalam tafsir al-Misbah di atas. 8. Dapat dipercaya amanah Dapat terpecaya yaitu melakukan sesuatu dengan penuh kejujuran dan kepercayaan. Hal ini bisa terindikasi dengan melaksanakan kewajibannya dengan baik, tidak menyia- nyiakan kewajibannya, dan tidak lari dari tanggung jawab Marzuki, 2015: 105. Hal ini tersirat dalam surat al-Qasas ayat 26. karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. Dapat dipercaya atau amanah adalah nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam ayat ini. Hal ini akan semakin jelas jika kita menilik tafsiran M. Quraish Shihab tentang ayat ini. Dalam Tafsir Al-Misbah disebutkan bahwa selanjutnya kepercayaan yang dimaksud adalah integritas pribadi yang menuntut adanya sifat amanah sehingga tidak merasa bahwa apa yang ada dalam genggaman tangannya merupakan milik pribadi, tetapi milik pemberi amanah, yang harus dipelihara dan bila diminta kembali, maka harus dengan rela mengembalikannya Shihab, 2002: 334. 9. Berbakti kepada Orang Tua Yang dimaksud di sini adalah selalu menghormati dan patuh kepada kedua orang tua serta tidak durhaka kepada mereka. Hal ini bisa diaplikasikan dengan menghormati kedua orang tua, suka membantu orang tua, patuh kepada orang tua, dan tidak menyakiti orang tua Marzuki, 2015: 105. Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu 14. Ayat ini mengandung nilai pendidkan karakter yaitu berbakti kepada orang tua. Hal ini terlihat dari penafsiran yang dilakukan oleh M. Quraish Shihab dalam tafsirnya. Di dalam tafsirnya di sebutkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah. Sering kali Alquran menggandengkan perintah menyembah Allah dan perintah berbakti kepada orang tua. Tetapi kendati nasihat ini bukan nasihat luqman, namun tidak berarti dia menasehati dengan nasihat serupa. Al- Biqa’i menilainya sebagai lanjutan dari nasehat Luqman Shihab, 2006: 127. 10. Mengajak berbuat baik Mengajak orang lain berbuat baik termasuk salah satu nilai pendidikan karakter. Hal ini bisa dilakukan seperti mengajak orang lain untuk beribadah, mengajak orang lain bekerja keras, dan mengajak teman belajar dengan giat Marzuki, 2015: 106. Mengajak berbuat baik terdapat dalam surat Luqman ayat 17, dengan istilah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar. Adapun amar ma’ruf berarti memerintahkan keapda kebaikan Hafidz, 2008: 22. Menyuruh mengerjakan ma’ruf , mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum mengerjakannya Shihab, 2006: 136- 137. Sedangkan nahi mungkar adalah mencegah atau menahan kemungkaran. Menurut ijmak ulama, nahi mungkar hukumnya wajib. Menurut mereka nahi mungkar tidak hanya dikhususkan bagi para pemegang kekuasaan saja, akan tetapi merupakan ketetapan bagi setiap pribadi muslim. Minimal nahi mungkar itu dilakukan dengan hati, setelah lewat lisan dan kekuasaan. Hafidz, 2008: 216. Dalam ayat ini mengandung nilai karakter yaitu mengajak berbuat baik, M. Quraish Shihab menambahkan bahwa membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan dan kepedulian sosial Shihab, 2006: 137. 11. Rendah hati Rendah hati yaitu berperilaku yang mencerminkan sifat yang berlawanan dengan kesombongan. Hal ini bisa terlihat dari berpenampilan sederhana, selalu merasa tidak bisa meskipun bisa, dan tidak menganggap remeh orang lain Marzuki, 2015: 106. Nilai rendah hati terdapat dalam surat Luqman ayat 18 yaitu ketika Luqman menasehati anaknya untuk jangan berjalan di atas bumi dengan kesombongan. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang sombong lagi membanggakan diri. Di dalam ayat ini terdapat nilai pendidikan karakter yaitu rendah hati. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh M. Quraish Shihab dalam tafsirnya. Luqman menasehati anaknya dengan berkata: dan wahai anakku, di samping butir-butir nasihat yang lalu, janganlah juga engkau berkeras memalingkan pipimu yakni mukamu dari manusia siapapun dia, didorong oleh penghinaan dan kesombongan. Tetapi tampillah kepada setiap orang dengan wajah berseri penuh rendah hati. Dan bila engkau melangkah, janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh, tetapi berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa. Sesungguhnya Allah tidak menyukai yakni tidak melimpahkan anugerah kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang sombong lagi memalingkan diri Shihab, 2006: 139. 12. Rela berkorban Rela berkorban adalah sikap mau melakukan atau memberikan sesuatu sebagai pernyataan kebaktian dan kesetiaan kepada Allah atau kepada manusia Marzuki, 2015: 99. Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu Ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Ucapan sang anak ُِرَمْؤُػتِاَمِْلَعْػفا kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu bukan berkata “sembelihlah aku”, mengisyaratkan sebab kepatuhan, yakni karena hal tersebut adalah perintah Allah. Bagaimanapun bentuk, cara dan kandungan apa yang diperintahkan-Nya, maka sepenuhnya ia pasrah. Kalimat ini juga dapat merupakan obat pelipur lara bagi keduanya dalam mengahadapi ujian berat itu. Shihab, 2006: 63. Dalam kisah di atas menyiratkan bahwa Nabi Ismail rela berkorban karena itu adalah perintah Allah, ini adalah bentuk nilai berkorban untuk Tuhan dari seorang hamba. Itulah beberapa nilai pendikan karakter yang terdapat dalam ayat-ayat hiwār al-ābā` ma’a al-abnā` menurut prespektif tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab, dalam hal ini kaitannya dengan nilai-nilai pendidikan karakter, maka ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam tafsir tersebut yang dapat peneliti simpulkan di sini. Diantara kelebihan tafsir ini adalah 1. Tafsir ini berbahasa Indonesia, sehingga memudahkan pembaca termasuk peneliti dalam memahami isi dari tafsir tersebut. Selain itu sistematika tafsir Al-Misbah sangat mudah dipahami. 2. Tafsir ini mengandung nilai dan unsur pendidikan.Salah satu alasan mengapa tafsir ini ada adalah banyak di antara orang tidak mengetahui bahwa sistematika penyusunan ayat-ayat dan surat- surat yang sangat unik itu mengandung unsur pendidikan yang sangat menyentuh. 3. Terdapat penjelasan tentang pendidikan secara mendalam, dibanding dengan kitab tafsir yang lain. Seperti contohnya adalah panggilan ayah dan anak dengan abati dan bunayya ditafsirkan dengan penjelasan bahwa hal itu menunjukkan kedekatan diantara keduanya. Adapaun kekurangan dari tafsir ini sepengetahuan penulis adalah: 1. Tafsir ini menggunakan bahasa Indonesia, merupakan sebuah kelebihan dan sekaligus kekurangan. Dengan menggunakan bahasa Indonesia maka tafsir ini seakan bersifat lokal, hanya untuk penutur atau yang mengetahui bahasa Indonesia saja, tidak bersifat global. 2. Terdapat pengulangan yang sama sehingga dapat menimbulkan kejenuhan. Misalnya tentang tafsir dan penjelasan panggilan bunayya oleh ayahnya kepada anaknya. Hal ini beberapa kali diulang-ulang dengan bahasan yang sama.

D. Relevansi Peran Ayah Tentang Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan

Karakter Terhadap Anak pada Masa Kini Rasulullah saw membebankan tanggaung jawab pendidikan anak itu sepenuhnya di pundak orang tua. Sebagai kepala keluarga, ayah memegang peranan penting dalam menjaga keluarga, termasuk pendidikan anak. Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda, Ketahuilah Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing- masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka. Seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Ingatlah Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Muttafaq Alaih Bahkan Rasulullah telah meletakkan sebuah kaidah dasar yang intinya adalah seorang anak itu akan tumbuh dewasa sesuai dengan agama orang tuanya. Kedua orang tuanya lah yang berperan besar pengaruhnya terhadap mereka. Dari dari Abu Hurairah berkata; Nabi saw bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya? H.R. Bukhari Di pundak seorang ayah tertumpu dua tanggung jawab besar; tanggung jawab terhadap diri sendiri dan menghindari siksaan neraka, yang kedua tanggung jawab terhadap keluarga dan menghindarkan mereka dari siksa neraka. Allah Berfirman: َِمآِ َنيِذلاِاَهػيَأِ ََ ُِسا لاِاَُدوُقَوِاًرََِ ْمُكيِلَْأَوِ ْمُكَسُفْػنَأِاوُقِاوُ ِْمَُرَمَأِاَمََِاَِفوُصْعَػيِ ٌََِداَدِشٌِظ ََِغٌِةَكِئ َََمِاَهْػيَلَعُِةَراَجَِْاَو َِفوُرَمْؤُػيِاَمَِفوُلَعْفَػيَو Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. at-Tahrim: 6 Bertanggung jawab terhadap diri sendiri sekaligus keluarga, bukanlah hal yang mudah. Karena setiap saat api neraka selalu membayangi keduanya. Seorang ayah berkewajiban mendakwahi keluarganya, sebelum merambah ke wilayah yang lebih luas. Membangun benteng iman yang mengitari istana keluarganya, dan menutup pengaruh jahat yang mengancamnya Shadzili, 2007: 21. Upaya perbaikan terhadap anak dan meluruskan kesalahan, serta membiasakan mereka melakukan kebaikan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terus menerus. Itulah ajaran para Nabi dan Utusan Allah. Nabi Nuh telah menyeru putranya agar beriman. Nabi Ibrahim berpesan kepada anak-anaknya agar beribadah kepada Allah semata. Begitu juga dengan Nabi-nabi lainnya Suwaid, 2004: 5-6. Nabi mendidik anak-anaknya, baik pada pagi hari maupun petang hari untuk berhati suci, berjiwa bersih, dan berdada lapang, sebagai persiapan bagi mereka untuk menghadapi suatu hari yang pada hari itu tidak berguna lagi harta benda atau anak-anak, kecuali orang yang datang dengan membawa kalbu yang bersih Rahman, 2005: 133. Untuk mengetahui relevansi ayat-ayat hiwār al-ābā` ma’a al-abnā` dengan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa menurut Kemendiknas, maka perlu di kemukakan terlebih dahulu nilai-nilai tersebut kemudian dianalisis tiap butir. Adapaun 18 nilai tersebut adalah sebagai berikut; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatkomunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam ayat-ayat hiwār al-ābā` ma’a al- abnā` jika dimasukkan dalam nilai dari Kemendiknas maka sebagai berikut; 1. Religius yaitu merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Adapaun yang termasuk dalam nilai ini adalah taat kepada allah, tawakkal, sabar, berbakti kepada orang tua, mengajak berbuat baik amar ma’ruf nahi mungkar, rendah hati 2. Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Nilai yang termasuk dalam ini adalah dapat dipercaya amanah. 3. Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Adapun yang termasuk dalam nilai ini adalah bekerja keras 4. Peduli sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Adapun yang termasuk dalam nilai ini adalah sikap rela berkorban. 5. Bersahabatkomunikatif, tindakan yang memperlihatkan senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. sopan santun dan pemaaf.