sang ayah mengajar al- Qur’an. Pada saat-saat seperti ini, selain
menyuruh ngaji, sang ayah juga menjelaskan sepintas kisah-kisah dalam al-
Qur’an. Dari sinilah benih kecintaan Quraish Shihab terhadap studi al- Qur’an mulai tumbuh Ghofur, 2008: 14.
Di samping ayahnya, peranan seorang ibu juga tidak kalah pentingnya. Ibunya selalu memberikan dorongan kepada anak-anaknya
untuk giat belajar terutama masalah agama. Dorongan sang ibu inilah yang menjadi motivasi ketekunannya dalam menuntut ilmu agama
sampai membentuk kepribadian yang kuat terhadap basis keislaman. Dengan melihat latar belakang keluarga yang sangat kuat dan disiplin,
maka wajarlah jika kepribadian keagamaan, dan kecintaan serta minat terhadap ilmu-ilmu agama dan studi Alquran yang digeluti oleh M.
Quraish Shihab sejak kecil hingga kemudian di dukung latar pendidikan yang dilaluinya mengantarkannya menjadi seorang mufasir Asrul, 2013:
26.
2. Latar Belakang Pendidikan
Muhammad Quraish Shihab mengawali pendidikannya di rumahnya dengan bimbingan ayahnya. Adapaun sekolah formalnya
dimulai Sekolah Dasar di kampung halamannya di Ujung Pandang. Kemudian melanjutkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Malang
tepatnya di Pondok Pesantren Dārul Hadīṡ Al-Fiqhiyyah Shihab, 2004:
14. Pada tahun 1958, M. Quraish Shihab berangkat ke Kairo, Mesir untuk meneruskan pendidikannya di Al-Azhar dan diterima di kelas II
Tsanawiyah. Selanjutnya pada tahun 1967 dia meraih gelar Lc S1 pada Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis Universitas Al-Azhar.
Kemudian dia melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama, sehingga pada tahun 1969 memperoleh gelar MA jurusan Tafsir Al-
Qur’an dengan tesis yang berjudul Al-I’jaz Al-Tasyri’iy li Al-Qur’an Al- Kariīm Shihab, 2004: 6.
Setelah menyelesaikan pendidikan strata dua, ia kembali ke Ujung Pandang dan dipercaya untuk menjabat wakil Rektor bidang akademik
dan kemahasiswaan di IAIN Alauddin Ujung Pandang. Selain itu, ia juga menduduki jabatan-jabatan lain, baik dalam kampus maupun luar
kampus. Seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta wilayah VII Indonesia bagian Timur dan Pembantu pimpinan kepolisian Indonesia
Timur bidang pembinaan mental. M. Quraish Shihab sempat melakukan berbagai penelitian dengan tema Penerapan Kerukuan Hidup Beragama
di Indonesia Timur tahun 1975 serta Masalah Wakaf Sulawesi Selatan di tahun 1978 Shihab, 2004: 6.
Pada tahun 1980, M. Quraish Shihab kembali ke Kairo dalam melanjutkan studinya di Almamater yang lama, di Universitas al Azhar.
Kegiatan ini selesai relatif singkat yakni sekitar dua tahun, dan di tahun 1982 berhasil meraih gelar doktor dalam bidang tafsir, setelah
mempertahankan Disertasinya dengan Judul Nazhm Al-Durar li Al- Baqa’iy, Tahqiqi Wa Dirasah. gelar tersebut diraih dengan yudisium
Summa Cumlaude disertai dengan penghargaan tingkat satu mumtaz