Pendidikan Karakter. KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AQIDAH

68 kebanyakan pula melakukan kedurhakaan yang mengakibatkan kerusakan alam serta merajalela kedurhakaannya. 90 Ayat tersebut mengingatkan sebagai pemimpin dibumi harus dapat menjaga keseimbangan alam, bukan malah merusak. Demi keuntungan sendiri banyak manusia menghalalkan segala cara untuk dapat meraih keuntungan berlipat. Seperti kasus akhir ini, banyak terjadi kebakaran hutan di daerah sumatera dan kalimantan, entah ini unsur disengaja atau tidak seharusnya hutan yang merupakan jantung dunia harus dijaga dengan baik. Akibat kebakaran hutan ini udara sangat tercemar, banyak koban jiwa berjatuhan. Banyak balita meninggal akibat kejadian ini. Dengan kasus ini peserta didik dapat mengambil hikmahnya, bahwa untuk menjadi kaya tidak harus dengan mengorbankan orang lain. Melainkan dengan bekerja keras, berdo’a, dan pantang menyerah.

C. Pendidikan Karakter.

1. Pendidikan Karakter. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu: rohani pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani dan jasmani panca indera serta ketrampilan-ketrampilan. 91 90 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur‟an Volume 11, Jakarta: Lentera Hati, 2002, hlm. 77-80. 91 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010, hlm. 7. 69 Sedangkan menurut UUSPN nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 92 Pendidikan merupakan lembaga atau institusi sosial yang dihadikan untuk mencerdaskan dan mencerahkan akak budi manusia, pendidikan menjadi strategi dan media kebudayaan untuk pencerahan. Pencerahan terhadap individu maupun masyarakat yang pada akhirnya melahirkan suatu peradaban yang baik atau mulia. 93 Jadi pendidikan adalah usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mengembangkan dan memiliki akhlak mulia, kecerdasan, pengendalian diri, kepribadian dan ketrampilan melalui serangkaian pemberian pengetahuan dan pengalaman. Agar dirinya berguna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Selain dari pada itu pendidikan juga dapat mewujudkan suatu peradaban, peradaban yang memiliki unsur yang baik. karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan tata cara mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tingkah laku. 94 92 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009, hlm. 3. 93 Haedar Nashir, Pendidikan Karakter Berbasis Agama Budaya, Yogyakarta: Multi Presindo, 2013, hlm. 16. 94 Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013, hlm. 30. 70 Berdasarkan tulisan bertajuk Urgensi Pendidikan Karakter, Prof. Suyanto, Ph.D menjalaskan bahwa “Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat”. 95 Sedangkan karakter merupakan seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan, dan kematangan moral seseorang. 96 Dengan demikian karakter adalah serangkaian sifat yang memiliki unsur kebaikan dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku, perilaku, atau perbuatan. Upaya sadar dan terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter mengantarkan peserta didik untuk belajar memaknai kearifan lokal, dapat melestarikan nilai-nilai budaya agar tidak tertelan zaman. 2. Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup Pendidikan Karakter. Tujuan pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah setelah lulus sekolah. Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa 95 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 11. 96 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter Kontruktivisme Dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012, hlm. 77. 71 pendidikan dalam seting sekolah bukanlah sekedar suatu dogmatis nilai kepada peserta didik, tetapi sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan merefleksikan bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak. 97 5 tujuan pendidikan karakter adalah: a. Mengembangkan potensi kalbunuraniafektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious. c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan dignity. 98 Kemudian Pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotog royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu 97 Dharma Kesuma, dkkPendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik Di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011, hlm. 9. 98 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 18. 72 pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan pancasila. 99 Tujuan pendidikan karakter yang selanjutnya adalah membentuk siswa berpikir rasional, dewasa, dan bertanggung jawab. Mengembangkan sikap mental yang teruji, membina kepekaan sosial anak didik. Membangun mental optimis dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan. Membentuk kecerdasan emosional. Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar, beriman, takwa, bertanggung jawab, amanah, jujur, adil, dan mandiri. 100 Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter memiliki tujuan membentuk individu yang memiliki akhlak mulia, dewasa, bertanggung jawab dan memiliki mental dan spirit yang baik. Mampu mengatur emosi, jujur, adil, amanah, cinta tanah air, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik. Fungsi pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural. Meningkatkan perdaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. 101 Pendidikan karakter memiliki 3 fungsi utama, yaitu: a. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. 99 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 31. 100 Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013, hlm. 39. 101 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 30. 73 Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berpikir baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila. b. Fungsi perbaikan dan penguatan. Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. c. Fungsi penyaring. Pendidikan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat. 102 Berdasarkan uraian fungsi pendidikan karakter tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendidikan karakter memiliki fungsi sebagai pengembang potensi diri sehingga terbentuk pribadi yang berakhak mulia, berguna bagi agama, keluarga, nusa, bangsa dan negara. Ruang lingkup pendidikan karakter menurut Pusat kurikulum. Pendidikan karakter meliputi dua aspek aspek yang dimiliki manusia, yaitu aspek ke dalam dan aspek keluar. Aspek ke dalam atau aspek potensi meliputi aspek kognitif olah pikir, afektif olah hati, dan psikomotor olah raga. Aspek ke luar yaitu aspek manusia dalam konteks sosiokultur 102 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 18. 74 dalam interaksinya dengan orang lain yang meliputi interaksi dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Masing-masing aspek memiliki ruang yang berisi nilai-nilai pendidikan karakter. Aspek ruang lingkup pendidikan karakter adalah aspek yang meliputi nilai-nilai pendidikan karakter yang berjumlah 18, yang mencakup aspek ke dalam dan keluar. Nilai-nilai pendidikan karakter yang 18 tersebut adalah: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatkomunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Ruang lingkup pendidikan karakter yang terdapat dalam nilai karakter, beberapa nilai karakter adalah: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatkomunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. 103 3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter. Secara khusus maksud dari pendidikan karakter adalah membentuk karakter positif pada anak, dan berikut adalah nilai karakter menurut kementrian pendidikan nasional. a. Religius b. Jujur 103 Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013, hlm. 31. 75 c. Disiplin d. Toleransi e. Kerja keras f. Kreatif g. Demokratis h. Rasa ingin tahu i. Cinta tanah air j. Mandiri k. Semangat kebangsaan l. Gemar membaca m. Menghargai prestasi n. Peduli sosial o. Bersahabatkomunikatif p. Cinta damai q. Peduli lingkungan r. Tanggung jawab. 104 Abstraksi pemikiran Jenderal Soedirman tentang karater bangsa tertuang dalam 9 nilai fundamental bagi pembangunan karakter khas Indonesiaan, sebagai catatan penting membangun masa depan Indonesia yang berkarakter kuat sesuai kepribadian bangsa. Antara lain: a. Religious Ikhlas dan jujur b. Disiplin 104 Anas Salahudin Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama Budaya Bangsa, Bandung: Pustaka Setia, 2013, hlm. 54-56. 76 c. Istiqamah d. Tidak mudah menyerah e. Loyalitas f. Profesional g. Amanah h. Cinta tanah air i. Bertanggung jawab. 105 Ratna megawangi pencetus pendidikan karakter di Indonesia menuyusun 9 pilar karakter mulia yang selayaknya dapat dijadikan acuan dalam pendidikan karakter, antara lain: a. Cinta Allah dan kebenaran b. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri. c. Hormat dan satun d. Jujur e. Kasih sayang, peduli, dan kerja sama. f. Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah. g. Toleran dan cinta damai h. Baik dan rendah hati i. Adil dan berjiwa kepemimpinan. 106 Berdasarkan sumbernya karakter berasal dari nilai luhur universal, antara lain: 105 Asren Nasution, Membangun Karater Bangsa Bercermin dari Sosok Jenderal Besar Soedirman, Jakarta: Prenada, 2012, hlm. 134. 106 Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter: Solusi Tepat untuk Membangun Bangsa, Bogor: Indonesia Heritage Foundation, 2005, Hlm. 8. 77 a. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya. b. Kejujuranamanah, diplomatis. c. Dermawan, suka menolong dan gotong royongkerjasama. d. Percaya diri dan pekerja keras. e. Kemandirian dan tanggung jawab. f. Kepemimpinan dan keadilan. g. Hormat dan santun. h. Karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan. i. Baik dan rendah hati. 107 Nilai-nilai pendidikan karakter dan asal karakter yang diambil dari nilai luhur tersebut tidak akan ada artinya bila hanya menjadi tanggung jawab guru semata, dalam hal menanamkan kepada siswa membutuhkan bantuan dari seluruh elemen yang ada disekolah. Pendidikan karakter tidak banyak membutuhkan banyak biaya, yang dibutuhkan adalah komitmen, konsekuen, dan konsisten dari semua pemangku kepentingan. Masyarakat sekolah yang memiliki semangat dan tanggung jawab yang besar akan dapat mewujudkan apa yang menjadi cita-cita pendidikan karakter. Berdasarkan beberapa nilai karakter yang dikembangkan, beberapa tokoh pendidikan karakter merangkumnya menjadi 9 pilar, yaitu: a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya love Allah, trust, reverence, loyalty. 107 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hlm. 16. 78 b. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness c. Hormat dan santun respect, courtesy, obedience d. Kejujuranamanah dan arif trustworthines, honesty, and tactful. e. Percaya diri, kreatif dan pekerja keras confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm f. Dermawan, suka menolong dan gotongroyongkerjasama love, compass-sion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation g. Baik dan rendah hati kindness, friendliness, humility, modesty h. Toleransi, kedamaian dan kesatuan tolerance, flexibility, peacefulness, unity. i. Kepemimpinan dan keadilan justice, fairness, mercy, leadership Ary Ginanjar Agustian juga meringkas nilai pendidikan karakter dengan menggunakan teori ESQ menyuguhkan pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya merujuk pada sifat-sifat mulia Allah Asma al-Husna . Nilai pendidikan karakter tersebut terangkum menjadi 7 pilar, yaitu: a. Tanggung jawab b. Jujur c. Disiplin d. Visioner e. Adil 79 f. Peduli g. Kerja sama. 108 Bentuk lain yang harusnya diajarkan disekolah adalah tentang toleransi terhadap sesama teman, disiplin diri, belajar menghargai dan menghormati pendapat teman, mampu menyemangati diri sendiri ketika mengalami perasaan yang tidak mengenakkan. Sebab penanganan pada diri sendiri jauh lebih sulit dan membutuhkan kebiasaan yang dilakukan secara continue , harusnya terlebih dahulu anak diajarkan untuk dapat memahami dirinya sendiri. Jika ingin diperlakukan baik terhadap orang lain, maka harus memperlakukan orang lain dan diri sendiri dengan baik terlebi dahulu. Adapun komponen-komponen karakter yang baik adalah: Pengetahuan Moral: Kesadaran moral, Mengetahui nilai-nilai moral, Pengambilan perspektif, Penalaran moral, Pengambilan keputusan, Pengetahuan diri. Perasaan moral: Hati nurani, Penghargaan diri, Empati, Menyukai kebaikan, Kontrol diri, Kerendahan hati. Aksi Moral: Kompetensi, Kemauan, Kebiasaan. 109 Anak panah yang menghubungkan setiap domain karakter dengan dua domain lainnya berarti memperkuat hubungan diantara domain-domain tersebut. Pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral tidak terpisahkan namun saling mempengaruhi dengan beragam cara. Penanggung jawab pendidikan anak adalah keluarga, sekolah, dan 108 Ary Ginanjar Agustian, Bangkit Dengan 7 Budi Utama, Jakarta: Arga Tilanta, 2010, hlm. 16. 109 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, Bandung: Nusa Media, 2013, hlm. 74. 80 masyarakat. Namun fenomena yang berkembang dimasyarakat, orang tua cenderung menjadikan sekolah sebagai bengkel. Namun pada hakikatnya anak lebih membutuhkan pendidikan dan kasih sayang yang utama dari orang tua, sekolah memang menyediakan pendidikan yang baik bagi anak namun tanpa peran orang tua pendidikan karakter dan pembentukan insan kamil tidak akan berjalan dengan baik. Dalam konsep nasional, pendidikan karakter sebagai berikut: 110 Konsep nasional ini bersifat plural, umum, tidak membeda-bedakan golongan dengan yang lain. Siapa pun dan dari golongan manapun memiliki kewajiban untuk terus mengawal pendidikan karakter, baik disekolah maupun di rumah. Kemendiknas telah merancang “grand design ” pembelajaran pendidikan karakter, itu yang harus jadi acuan. Acuan yang telah ditetapkan kemendiknas terkait pendidikan karakter adalah pengelompokkan konfigurasi karakter, akni olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa karsa. Olah hati bermuara pada pengelolaan spiritual, dalam Islam dikenal dengan sifat siddiq yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikenal dengan spiritual quotion SQ, bagaimana membangun hubungan yang baik dengan sang khalik. Olah pikir bermuara pada pengelolaan intelektual, dalam Islam dikenal dengan sifat Fathonah yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikenal dengan Intellectual Quotion IQ. Bagaimana membangun kecintaan dengan ilmu 110 Najib Sulhan, Panduan Praktis Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dengan Rumah, Surabaya: Jaring Pena, 2011, hlm. 23. 81 pengetahuan, membentuk manusia menjadi manusia pembelajar. Olah rasaolah karsa bermuara pada pengelolaan emosi dan kreativitas, dalam Islam dikenal dengan sifat Tabligh yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikenal dengan Emotional Quotion EQ, bagaimana membangun hubungan antar manusia dan mengolah daya kreatif menjadi hal yang perlu diata sejak awal. Olah raga bermuara pada pengelolaan fisik, dalam Islam dikenal sifat Amanah yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikena dengan Adversity Quotion AQ. Bagaimana manusia bisa menjaga kesehatan sebagai amanah untuk bisa memakmurkan bumi. Tanpa fisik yang kuat, sulit memegang amanah sebagai khalifah dimuka bumi. Selain itu mampu untuk mengubah hambatan menjadi peluang dengan fisik yang kuat. 111 Penyelenggaraan pendidikan karakter menjadi satu hal yang multlak dilakukan di jenjang pendidikan manapun, khususnya di jenjang pendidikan dasar. 4. Prinsip dan Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Karakter. Kurikulum merupakan cakupan dari rencana kegiatan yang akan dilakukan, rencana tersebut berupa materi pembelajaran, strategi pembelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai. Berikut adalah prinsip dari kurikulum pendidikan karakter: a. Prinsip efisiensi, yaitu baik dalam segi waktu, tenaga, dan biaya. 111 Najib Sulhan, Panduan Praktis Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dengan Rumah, Surabaya: Jaring Pena, 2011, hlm. 23-24. 82 b. Prinsip relevansi, yaitu kesesuaian pendidikan dalam lingkungan hidup siswa, relevan dengan kehidupan sekarang dan akan datang, relevan dengan tuntutan pekerjaan. c. Prinsip efektifitas, yaitu baik efektifitas mengajar guru, maupun efektifitas belajar murid. d. Prinsip fleksibilitas, yaitu semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak, baik yang berorientasi pada fleksibilitas pemilihan program pendidikan maupun dalam mengembangkan program pembelajaran. 112 Suatu perbuatan dikatakan karakterakhlak apabila perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Perbuatan itu tela tertanam kuat dalam jiwa seseorang dan telah menjadi bagian dari kepribadiannya. b. Perbuatan tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan sandiwara. c. Perbuatan itu dilakukan dengan spontan tanpa dipikirkan terlebih dahulu. d. Perbuatan tersebut dilakuka tanpa paksaan atau tekanan dari luar. 113 Karater merupakan totalitas dari seseorang, karakter ini bersifat unik. Antara manusia yang satu dengan manusia akan memiliki perbedaan ibarat cokelat yang rasanya manis namun bentuknya berbeda-beda. Begitu pula 112 Zakiah Darajat, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama Budaya Bangsa, Bandung: Pustaka Setia, 1992, hlm. 125. 113 Amirulloh Syarbini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga Revitalitas Peran Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam, Jakarta: PT. Elex Media, 2014, hlm. 11. 83 dengan manusia, semua manusia ingin terliat manis, namun bagaimana cara mereka membuat hal itu menjadi manis mereka punya cara masing- masing. 5. Hubungan Aqidah Akhlak dengan Karakter. Dalam kaitannya dengan pendidikan akhlak, terlihat bahwa antara pendidikan karakter dengan pendidikan akhlak mempunyai orientasi yang sama, yaitu pembentukan karaktersikapperangai. Sejauh ini pendidikan karakter telah berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada tahapan yang sangat operasional meliputi metode, strategi, dan teknik. Sedangkan pendidikan akhlak sarat dengan informasi kriteria ideal dan sumber karakter baik, maka memadukan keduanya mendjadi satu tawaran yang sangat inspiratif. Hal ini menandakan bahwa pendidikan karakter memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai spiritualitas dan agama. 114 Dilihat dari pengaruhnya, ajaran agama manusia menyikapi kesadarannya yang terdapat dalam pikiran dan jiwanya. Serta menyikapi ketidak sadarannya dalam pengindraan dan intuisinya sehingga muncul berbagai tipe kepribadian manusia yang merupakan karakternya yang berada di dalam keaslian jiwanya atau sebagai pokok adaptasi yang diperankan dalam kehidupan sosialnya. Dalam Islam diperkenalkan berbagai indikator akhlak yang baik dan buruk sehingga manusia tinggal memilihnya dengan segala resiko yang akan dihadapinya. Seperti akhlaknya orang kafir, munafik, fasik, musyrik, dan sebagainya. Dalam 114 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 65. 84 kehidupan sosial terdapat orang-orang yang saleh, dermawan, sabar, pemarah, pendendam, penghasut, jahil, zalim, sesat, sombong, licik, amanah, dengki, pemaaf dan sifat lainnya yang merupakan akhlak baik dan buruk. 115 Pendidikan karater bertujuan membentuk insan kamil, sebagai tolok ukurnya adalah nilai yang bersumber dari agama, kemudian diambil dari budaya lokal, dan dipadukan dalam kurikulum 2013 yang menitik beratkan pada karakter yang sudah mengalami penyempurnaan. Dengan demikian aqidah akhlak dengan pendidikan karakter dapat disimpulkan bahwa, pendidikan aqidah akhlak dan pendidikan karakter memiliki ikatan yang kuat, sebab memiliki orientasi yang sama, yaitu pembentukan akhlak, kepribadian dan karakter manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai spiritualitas dan agama. Yang akan mempengaruhi dalam kehidupan individu dalam menjalani kehidupan sehari-hari, akan terciptanya berbagai macam akhlak dan karakter yang baik dan buruk. Aqidah akhlak dan pendidikan karakter merupakan corak pendidikan akhlak terkesan timur dan Islam, sedangkan pendidikan karakter terkesan barat dan sekuler. 116 Adapun perbedaan keduanya terletak pada: Sumber atau acuannya, aqidah akhlak bersumber pada Al- 115 Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013, hlm. 112. 116 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 65. 85 Qur ’an dan Al-Sunnah atau wahyu Allah, dan kaarakter bersumber pada penyandaran dan kepribadian. 117 Agama adalah sebagai dasar, dasar atau pedoman hidp manusia adalah Al- Qur’an dan Hadits, pendidikan karakter bersumber pada agama merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai agama yang bertujuan untuk membentuk akhlak manusia. Jadi sudah jelas bahwa aqidah akhlak memberikan kesan ketimur-timuran, sedangan karakter bersumber pada penyandaran kepribadian manusia.Aqidah akhlak dan karakter memiliki pengaruh yang sangat penting dalam kelangusngan hidup, akhlak yang baik akan menciptakan karakter yan baik. Seseorang akan memiliki karakter yang baik apabila mampu melawan hawa nafsunya, karena fitrah manusia cenderung pada kebaikan. Aqidah akhlak dan karakter merupakan sebuah usaha untuk meginternalisasikan nilai- nilai positif kepada peserta didik agar memiliki rasa percaya diri, bertanggung jawab, disiplin, dan demokratis. Semakin kuat aqidah seseorang akan membentuk akhlak yang baik, kemudian akhlak yang baik akan menciptakan karakter baik. 6. Metode Pelaksanaan Pendidikan Karakter Metode pelaksanaan pendidikan karakter bagi tiap orang memiliki cara masing-masing. Untuk menanamkan karakter pada diri anak dapat menggunakan metode sebagai berikut: 117 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Familia, 2011, hlm. 4. 86 a. Metode Internalisasi Metode internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan knowing dan ketrampilan melaksanakan pengetahuan doing ke dalam diri seseorang sehingga pengetahuan itu menjadi kepribadiannya being dalam kehidupan sehari-hari. b. Metode Keteladanan “Anak adalah peniru yang baik”. Ungkapan tersebut seharusnya disadari oleh para orang tua, sehingga mereka bisa lebih menjaga sikap dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya. Berbagi keteladanan dalam mendidik anak menjadi sesuatu yang sangat penting. Seorang anak akan tumbuh dalam kebaikan dan memiliki karakter yang baik jika ia melihat orang yang lebih dewasa memberikan teladan yang baik. c. Metode Pembiasaan Metode lain yang cukup efektif dalam membina karakter anak adalah melalui pembiasaan. Hati anak bagaikan suatu kertas yang belum tergores sedikitpun oleh tulisan atau gambar, tetapi ia dapat menerima apa saja bentuk tulisan yang digoreskan, atau apa saja yang digambarkan didalamnya. Bahkan ia cenderung kepada sesuatu yang diberikan kepadanya. Kecenderungan itu akhirnya akan menjadi kebiasaan dan terakhir menjadi kepercayaan akhirnya akan menjadi kebiasaan dan terakhir menjadi kepercayaan kepribadian. Oleh karena itu, jika anak sudah dibiasakan melakukan hal-hal baik sejak 87 kecil, maka ia akan tumbuh dalam kebaikan itu dan dampaknya ia akan selamat di dunia dan akhirat. d. Metode Bermain “Dunia anak adalah dunia bermain” demikian ungkapan para ahli pendidikan sejak zaman dahulu kala. Ungkapan ini menunjukkan bahwa bermain dapat dijadikan salah satu metode dalam mendidik karakter anak dikeluarga. Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai kompetensinya. Melaui bermain anak memperoleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang ada. Anak adalah anak, anak bukan manusia dewasa mini. Karena itu metode pembelajarannya terhadap anak harus disesuaikan dengan perkembangannya. Dunia anak adalah dunia bermain, pada dasarnya anak senang sekali belajar, asal dilakukan dengan cara yang menyenangkan. 118 Beberapa psikologi anak menyampaikan paling tidak ada 3 jenis kegiatan bermain yang mendukung pembelajaran, yaitu: bermain fungsional atau sensorimotor, bermain peran, dan bermain konstruktif. Berikut adalah penjelasannya. 1 Bermain fungsional atau sensorimotor adalah, anak belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungannya. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika 118 Seto Mulyadi, Kompas “Memahami Dunia Anak” Edisi. 13, Juni 2013, Hlm. 9. 88 anak diberikan kesempatan bergerak secara bebas berhubungan dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik didalam maupun diluar ruangan. Anak dihadapkan dengan berbagai jenis abahn bermain yang berbeda yang dapat mendukung setiap tahap tumbuh kembang anak. 2 Bermain peran atau disebut bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi, atau bermain drama. Bermain peran sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun. Kualitas pengalaman bermain peran ini tergantung pada beberapa faktor, antara lain: a Cukup waktu untuk bermain b Adanya peralatan untuk mendukung bermacam-macam adegan permainan. c Ruang yang cukup. 3 Bermain konstruktif dilakukan melalui kegiatan bemain untuk membuat bentuk-bentuk ertentu menjadi sebuah karya dengan menggunakan aneka macam bahan, baik cair, bahan terstruktur, seperti air, cat, krayon, pasir, puzzle, atau bahan alam lainnya. Melalui bermain pembangunan anak dapat mengekspresikan dirinya dalam mengembangkan bermain sensorimotor, bermain peran, serta hubungan kerja sama dengan anak lain dan menciptakan karya nyata. 89 e. Metode cerita adalah metode mendidik yang bertumpu pada bahasa, baik lisan maupun tulisan. Metode ini dsebut juga dengan metode berkisah, dalam Al- Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat yang bercerita tentang Nabi dan Rasul yang bertujuan menmbulkan kesadaran bagi yang mendengar atau membacanya. f. Metode nasihat merupakanpenyampaian kata-kata yang menyentuh hati dan disertai keteladanan. Metode nasihat merupakan metode yang baik untuk membentuk karakter anak, agar nasihat dapat membekas pada diri anak. Sebaiknya nasihat berupa cerita, kisah, perumpamaan yang menggunakan kata-kata yang baik, dan orang tua atau guru memberikan contoh yang baik terlebih dahulu. g. Metode penghargaan dan hukuman, anak adalah fase dari perkembangan yang sangat membutuhkan penghargaan. Namun selain penghargaan metode hukuman juga bisa diterapkan dalam membentuk karakter anak. Namun perlu diperhatikan ketika memberi hukuman, biasanya dengan hukuman anak akan melakukan sesuau dengan keterpaksaan karena takut dihukum. Sedangkan hadiah atau penghargaan jauh lebih penting dibanding dengan hukuman. 119 119 Amirulloh Syarbini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga Revitalisasi Peran Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014, hlm. 59-73. 90

BAB III IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Dalam Membentuk Karakter Siswa Kelas 1a Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (Sdit) Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015.

0 5 34

DAFTAR PUSTAKA Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Dalam Membentuk Karakter Siswa Kelas 1a Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (Sdit) Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015.

0 4 5

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA KELAS 1A DI Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Dalam Membentuk Karakter Siswa Kelas 1a Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (Sdit) Muhammadiyah Al-Kau

0 8 15

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA KELAS 1A DI Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Dalam Membentuk Karakter Siswa Kelas 1a Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (Sdit) Muhammadiyah Al-Kau

0 9 30

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MTS DARUL HIKMAH TAWANGSARI TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 2 4

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MTS DARUL HIKMAH TAWANGSARI TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MTS DARUL HIKMAH TAWANGSARI TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MTS DARUL HIKMAH TAWANGSARI TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 19

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MTS DARUL HIKMAH TAWANGSARI TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 21

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MTS DARUL HIKMAH TAWANGSARI TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 37