68 kebanyakan pula melakukan kedurhakaan yang mengakibatkan
kerusakan alam serta merajalela kedurhakaannya.
90
Ayat tersebut mengingatkan sebagai pemimpin dibumi harus dapat menjaga
keseimbangan alam, bukan malah merusak. Demi keuntungan sendiri banyak manusia menghalalkan segala cara untuk dapat meraih
keuntungan berlipat. Seperti kasus akhir ini, banyak terjadi kebakaran hutan di daerah sumatera dan kalimantan, entah ini unsur disengaja
atau tidak seharusnya hutan yang merupakan jantung dunia harus dijaga dengan baik. Akibat kebakaran hutan ini udara sangat tercemar,
banyak koban jiwa berjatuhan. Banyak balita meninggal akibat kejadian ini. Dengan kasus ini peserta didik dapat mengambil
hikmahnya, bahwa untuk menjadi kaya tidak harus dengan mengorbankan orang lain. Melainkan dengan bekerja keras, berdo’a,
dan pantang menyerah.
C. Pendidikan Karakter.
1. Pendidikan Karakter.
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu:
rohani pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani dan jasmani panca indera serta ketrampilan-ketrampilan.
91
90
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur‟an Volume
11, Jakarta: Lentera Hati, 2002, hlm. 77-80.
91
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010, hlm. 7.
69 Sedangkan menurut UUSPN nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
92
Pendidikan merupakan lembaga atau institusi sosial yang dihadikan untuk mencerdaskan dan mencerahkan akak budi manusia, pendidikan
menjadi strategi dan media kebudayaan untuk pencerahan. Pencerahan terhadap individu maupun masyarakat yang pada akhirnya melahirkan
suatu peradaban yang baik atau mulia.
93
Jadi pendidikan adalah usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mengembangkan dan memiliki akhlak mulia, kecerdasan, pengendalian
diri, kepribadian dan ketrampilan melalui serangkaian pemberian pengetahuan dan pengalaman. Agar dirinya berguna bagi diri sendiri,
masyarakat, bangsa dan negara. Selain dari pada itu pendidikan juga dapat mewujudkan suatu peradaban, peradaban yang memiliki unsur yang baik.
karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan tata cara mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tingkah laku.
94
92
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009, hlm. 3.
93
Haedar Nashir, Pendidikan Karakter Berbasis Agama Budaya, Yogyakarta: Multi Presindo, 2013, hlm. 16.
94
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013, hlm. 30.
70 Berdasarkan tulisan bertajuk Urgensi Pendidikan Karakter, Prof.
Suyanto, Ph.D menjalaskan bahwa “Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja
sama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat
keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat”.
95
Sedangkan karakter merupakan seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan, dan
kematangan moral seseorang.
96
Dengan demikian karakter adalah serangkaian sifat yang memiliki unsur kebaikan dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku,
perilaku, atau perbuatan. Upaya sadar dan terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter mengantarkan peserta didik untuk belajar memaknai kearifan lokal, dapat melestarikan nilai-nilai budaya agar tidak tertelan
zaman. 2.
Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup Pendidikan Karakter. Tujuan pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan
pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah setelah lulus
sekolah. Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa
95
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 11.
96
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter Kontruktivisme Dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012, hlm. 77.
71 pendidikan dalam seting sekolah bukanlah sekedar suatu dogmatis nilai
kepada peserta didik, tetapi sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan merefleksikan bagaimana suatu nilai menjadi
penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak.
97
5 tujuan pendidikan karakter adalah: a.
Mengembangkan potensi kalbunuraniafektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa. d.
Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan dignity.
98
Kemudian Pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotog
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
97
Dharma Kesuma, dkkPendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik Di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011, hlm. 9.
98
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 18.
72 pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan pancasila.
99
Tujuan pendidikan karakter yang selanjutnya adalah membentuk siswa berpikir rasional, dewasa, dan bertanggung jawab. Mengembangkan sikap
mental yang teruji, membina kepekaan sosial anak didik. Membangun mental optimis dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan.
Membentuk kecerdasan emosional. Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar, beriman, takwa, bertanggung jawab, amanah,
jujur, adil, dan mandiri.
100
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter memiliki tujuan membentuk individu yang memiliki
akhlak mulia, dewasa, bertanggung jawab dan memiliki mental dan spirit yang baik. Mampu mengatur emosi, jujur, adil, amanah, cinta tanah air,
memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik. Fungsi pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi dasar agar
berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural. Meningkatkan perdaban
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
101
Pendidikan karakter memiliki 3 fungsi utama, yaitu: a.
Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi.
99
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 31.
100
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013, hlm. 39.
101
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 30.
73 Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan
potensi peserta didik agar berpikir baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila.
b. Fungsi perbaikan dan penguatan.
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk ikut
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju,
mandiri, dan sejahtera. c.
Fungsi penyaring. Pendidikan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan
menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
102
Berdasarkan uraian fungsi pendidikan karakter tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendidikan karakter memiliki fungsi sebagai
pengembang potensi diri sehingga terbentuk pribadi yang berakhak mulia, berguna bagi agama, keluarga, nusa, bangsa dan negara.
Ruang lingkup pendidikan karakter menurut Pusat kurikulum. Pendidikan karakter meliputi dua aspek aspek yang dimiliki manusia, yaitu
aspek ke dalam dan aspek keluar. Aspek ke dalam atau aspek potensi meliputi aspek kognitif olah pikir, afektif olah hati, dan psikomotor
olah raga. Aspek ke luar yaitu aspek manusia dalam konteks sosiokultur
102
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 18.
74 dalam interaksinya dengan orang lain yang meliputi interaksi dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Masing-masing aspek memiliki ruang yang berisi nilai-nilai pendidikan karakter. Aspek ruang lingkup
pendidikan karakter adalah aspek yang meliputi nilai-nilai pendidikan karakter yang berjumlah 18, yang mencakup aspek ke dalam dan keluar.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang 18 tersebut adalah: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatkomunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab. Ruang lingkup pendidikan karakter
yang terdapat dalam nilai karakter, beberapa nilai karakter adalah: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatkomunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab.
103
3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter.
Secara khusus maksud dari pendidikan karakter adalah membentuk karakter positif pada anak, dan berikut adalah nilai karakter menurut
kementrian pendidikan nasional. a.
Religius b.
Jujur
103
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013, hlm. 31.
75 c.
Disiplin d.
Toleransi e.
Kerja keras f.
Kreatif g.
Demokratis h.
Rasa ingin tahu i.
Cinta tanah air j.
Mandiri k.
Semangat kebangsaan l.
Gemar membaca m.
Menghargai prestasi n.
Peduli sosial o.
Bersahabatkomunikatif p.
Cinta damai q.
Peduli lingkungan r.
Tanggung jawab.
104
Abstraksi pemikiran Jenderal Soedirman tentang karater bangsa tertuang dalam 9 nilai fundamental bagi pembangunan karakter khas
Indonesiaan, sebagai catatan penting membangun masa depan Indonesia yang berkarakter kuat sesuai kepribadian bangsa. Antara lain:
a. Religious Ikhlas dan jujur
b. Disiplin
104
Anas Salahudin Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama Budaya Bangsa, Bandung: Pustaka Setia, 2013, hlm. 54-56.
76 c.
Istiqamah d.
Tidak mudah menyerah e.
Loyalitas f.
Profesional g.
Amanah h.
Cinta tanah air i.
Bertanggung jawab.
105
Ratna megawangi pencetus pendidikan karakter di Indonesia menuyusun 9 pilar karakter mulia yang selayaknya dapat dijadikan acuan
dalam pendidikan karakter, antara lain: a.
Cinta Allah dan kebenaran b.
Tanggung jawab, disiplin dan mandiri. c.
Hormat dan satun d.
Jujur e.
Kasih sayang, peduli, dan kerja sama. f.
Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah. g.
Toleran dan cinta damai h.
Baik dan rendah hati i.
Adil dan berjiwa kepemimpinan.
106
Berdasarkan sumbernya karakter berasal dari nilai luhur universal, antara lain:
105
Asren Nasution, Membangun Karater Bangsa Bercermin dari Sosok Jenderal Besar Soedirman, Jakarta: Prenada, 2012, hlm. 134.
106
Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter: Solusi Tepat untuk Membangun Bangsa, Bogor: Indonesia Heritage Foundation, 2005, Hlm. 8.
77 a.
Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya. b.
Kejujuranamanah, diplomatis. c.
Dermawan, suka menolong dan gotong royongkerjasama. d.
Percaya diri dan pekerja keras. e.
Kemandirian dan tanggung jawab. f.
Kepemimpinan dan keadilan. g.
Hormat dan santun. h.
Karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan. i.
Baik dan rendah hati.
107
Nilai-nilai pendidikan karakter dan asal karakter yang diambil dari nilai luhur tersebut tidak akan ada artinya bila hanya menjadi tanggung
jawab guru semata, dalam hal menanamkan kepada siswa membutuhkan bantuan dari seluruh elemen yang ada disekolah. Pendidikan karakter
tidak banyak membutuhkan banyak biaya, yang dibutuhkan adalah komitmen, konsekuen, dan konsisten dari semua pemangku kepentingan.
Masyarakat sekolah yang memiliki semangat dan tanggung jawab yang besar akan dapat mewujudkan apa yang menjadi cita-cita pendidikan
karakter. Berdasarkan beberapa nilai karakter yang dikembangkan, beberapa
tokoh pendidikan karakter merangkumnya menjadi 9 pilar, yaitu: a.
Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya love Allah, trust, reverence, loyalty.
107
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hlm. 16.
78 b.
Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness
c. Hormat dan santun respect, courtesy, obedience
d. Kejujuranamanah dan arif trustworthines, honesty, and tactful.
e. Percaya diri, kreatif dan pekerja keras confidence,
assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm
f. Dermawan, suka menolong dan gotongroyongkerjasama love,
compass-sion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation g.
Baik dan rendah hati kindness, friendliness, humility, modesty h.
Toleransi, kedamaian dan kesatuan tolerance, flexibility, peacefulness, unity.
i. Kepemimpinan dan keadilan justice, fairness, mercy, leadership
Ary Ginanjar Agustian juga meringkas nilai pendidikan karakter dengan menggunakan teori ESQ menyuguhkan pemikiran bahwa setiap
karakter positif sesungguhnya merujuk pada sifat-sifat mulia Allah Asma al-Husna . Nilai pendidikan karakter tersebut terangkum menjadi 7
pilar, yaitu: a.
Tanggung jawab b.
Jujur c.
Disiplin d.
Visioner e.
Adil
79 f.
Peduli g.
Kerja sama.
108
Bentuk lain yang harusnya diajarkan disekolah adalah tentang toleransi terhadap sesama teman, disiplin diri, belajar menghargai dan
menghormati pendapat teman, mampu menyemangati diri sendiri ketika mengalami perasaan yang tidak mengenakkan. Sebab penanganan pada
diri sendiri jauh lebih sulit dan membutuhkan kebiasaan yang dilakukan secara continue
,
harusnya terlebih dahulu anak diajarkan untuk dapat memahami dirinya sendiri. Jika ingin diperlakukan baik terhadap orang
lain, maka harus memperlakukan orang lain dan diri sendiri dengan baik terlebi dahulu. Adapun komponen-komponen karakter yang baik adalah:
Pengetahuan Moral: Kesadaran moral, Mengetahui nilai-nilai moral, Pengambilan perspektif, Penalaran moral, Pengambilan keputusan,
Pengetahuan diri. Perasaan moral: Hati nurani, Penghargaan diri, Empati, Menyukai kebaikan, Kontrol diri, Kerendahan hati. Aksi Moral:
Kompetensi, Kemauan, Kebiasaan.
109
Anak panah yang menghubungkan setiap domain karakter dengan dua domain lainnya berarti memperkuat hubungan diantara domain-domain
tersebut. Pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral tidak terpisahkan namun saling mempengaruhi dengan beragam cara.
Penanggung jawab pendidikan anak adalah keluarga, sekolah, dan
108
Ary Ginanjar Agustian, Bangkit Dengan 7 Budi Utama, Jakarta: Arga Tilanta, 2010, hlm. 16.
109
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, Bandung: Nusa Media, 2013, hlm. 74.
80 masyarakat. Namun fenomena yang berkembang dimasyarakat, orang tua
cenderung menjadikan sekolah sebagai bengkel. Namun pada hakikatnya anak lebih membutuhkan pendidikan dan kasih sayang yang utama dari
orang tua, sekolah memang menyediakan pendidikan yang baik bagi anak namun tanpa peran orang tua pendidikan karakter dan pembentukan insan
kamil tidak akan berjalan dengan baik. Dalam konsep nasional, pendidikan karakter sebagai berikut:
110
Konsep nasional ini bersifat plural, umum, tidak membeda-bedakan golongan dengan yang lain. Siapa pun dan dari golongan manapun
memiliki kewajiban untuk terus mengawal pendidikan karakter, baik disekolah maupun di rumah. Kemendiknas telah merancang “grand
design ” pembelajaran pendidikan karakter, itu yang harus jadi acuan.
Acuan yang telah ditetapkan kemendiknas terkait pendidikan karakter adalah pengelompokkan konfigurasi karakter, akni olah hati, olah pikir,
olah raga, dan olah rasa karsa. Olah hati bermuara pada pengelolaan spiritual, dalam Islam dikenal
dengan sifat siddiq yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikenal dengan spiritual quotion SQ, bagaimana membangun
hubungan yang baik dengan sang khalik. Olah pikir bermuara pada pengelolaan intelektual, dalam Islam dikenal dengan sifat Fathonah yang
dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikenal dengan Intellectual Quotion IQ. Bagaimana membangun kecintaan dengan ilmu
110
Najib Sulhan, Panduan Praktis Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dengan Rumah, Surabaya: Jaring Pena, 2011, hlm. 23.
81 pengetahuan, membentuk manusia menjadi manusia pembelajar. Olah
rasaolah karsa bermuara pada pengelolaan emosi dan kreativitas, dalam Islam dikenal dengan sifat Tabligh yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam
pandangan psikologi dikenal dengan Emotional Quotion EQ, bagaimana membangun hubungan antar manusia dan mengolah daya kreatif menjadi
hal yang perlu diata sejak awal. Olah raga bermuara pada pengelolaan fisik, dalam Islam dikenal sifat Amanah yang dimiliki oleh Rasulullah.
Dalam pandangan psikologi dikena dengan Adversity Quotion AQ. Bagaimana manusia bisa menjaga kesehatan sebagai amanah untuk bisa
memakmurkan bumi. Tanpa fisik yang kuat, sulit memegang amanah sebagai khalifah dimuka bumi. Selain itu mampu untuk mengubah
hambatan menjadi peluang dengan fisik yang kuat.
111
Penyelenggaraan pendidikan karakter menjadi satu hal yang multlak dilakukan di jenjang
pendidikan manapun, khususnya di jenjang pendidikan dasar. 4.
Prinsip dan Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Karakter. Kurikulum merupakan cakupan dari rencana kegiatan yang akan
dilakukan, rencana tersebut berupa materi pembelajaran, strategi pembelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai. Berikut adalah prinsip dari
kurikulum pendidikan karakter: a.
Prinsip efisiensi, yaitu baik dalam segi waktu, tenaga, dan biaya.
111
Najib Sulhan, Panduan Praktis Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dengan Rumah, Surabaya: Jaring Pena, 2011, hlm. 23-24.
82 b.
Prinsip relevansi, yaitu kesesuaian pendidikan dalam lingkungan hidup siswa, relevan dengan kehidupan sekarang dan akan datang, relevan
dengan tuntutan pekerjaan. c.
Prinsip efektifitas, yaitu baik efektifitas mengajar guru, maupun efektifitas belajar murid.
d. Prinsip fleksibilitas, yaitu semacam ruang gerak yang memberikan
sedikit kebebasan dalam bertindak, baik yang berorientasi pada fleksibilitas
pemilihan program
pendidikan maupun
dalam mengembangkan program pembelajaran.
112
Suatu perbuatan dikatakan karakterakhlak apabila perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Perbuatan itu tela tertanam kuat dalam jiwa seseorang dan telah
menjadi bagian dari kepribadiannya. b.
Perbuatan tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan sandiwara.
c. Perbuatan itu dilakukan dengan spontan tanpa dipikirkan terlebih
dahulu. d.
Perbuatan tersebut dilakuka tanpa paksaan atau tekanan dari luar.
113
Karater merupakan totalitas dari seseorang, karakter ini bersifat unik. Antara manusia yang satu dengan manusia akan memiliki perbedaan ibarat
cokelat yang rasanya manis namun bentuknya berbeda-beda. Begitu pula
112
Zakiah Darajat, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama Budaya Bangsa, Bandung: Pustaka Setia, 1992, hlm. 125.
113
Amirulloh Syarbini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga Revitalitas Peran Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam, Jakarta: PT. Elex Media,
2014, hlm. 11.
83 dengan manusia, semua manusia ingin terliat manis, namun bagaimana
cara mereka membuat hal itu menjadi manis mereka punya cara masing- masing.
5. Hubungan Aqidah Akhlak dengan Karakter.
Dalam kaitannya dengan pendidikan akhlak, terlihat bahwa antara pendidikan karakter dengan pendidikan akhlak mempunyai orientasi yang
sama, yaitu pembentukan karaktersikapperangai. Sejauh ini pendidikan karakter telah berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada
tahapan yang sangat operasional meliputi metode, strategi, dan teknik. Sedangkan pendidikan akhlak sarat dengan informasi kriteria ideal dan
sumber karakter baik, maka memadukan keduanya mendjadi satu tawaran yang sangat inspiratif. Hal ini menandakan bahwa pendidikan karakter
memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai spiritualitas dan agama.
114
Dilihat dari pengaruhnya, ajaran agama manusia menyikapi kesadarannya yang terdapat dalam pikiran dan jiwanya. Serta menyikapi
ketidak sadarannya dalam pengindraan dan intuisinya sehingga muncul berbagai tipe kepribadian manusia yang merupakan karakternya yang
berada di dalam keaslian jiwanya atau sebagai pokok adaptasi yang diperankan dalam kehidupan sosialnya. Dalam Islam diperkenalkan
berbagai indikator akhlak yang baik dan buruk sehingga manusia tinggal memilihnya dengan segala resiko yang akan dihadapinya. Seperti
akhlaknya orang kafir, munafik, fasik, musyrik, dan sebagainya. Dalam
114
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 65.
84 kehidupan sosial terdapat orang-orang yang saleh, dermawan, sabar,
pemarah, pendendam, penghasut, jahil, zalim, sesat, sombong, licik, amanah, dengki, pemaaf dan sifat lainnya yang merupakan akhlak baik
dan buruk.
115
Pendidikan karater bertujuan membentuk insan kamil, sebagai tolok ukurnya adalah nilai yang bersumber dari agama, kemudian diambil
dari budaya lokal, dan dipadukan dalam kurikulum 2013 yang menitik beratkan pada karakter yang sudah mengalami penyempurnaan. Dengan
demikian aqidah akhlak dengan pendidikan karakter dapat disimpulkan bahwa, pendidikan aqidah akhlak dan pendidikan karakter memiliki ikatan
yang kuat, sebab memiliki orientasi yang sama, yaitu pembentukan akhlak, kepribadian dan karakter manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai
spiritualitas dan agama. Yang akan mempengaruhi dalam kehidupan individu dalam menjalani kehidupan sehari-hari, akan terciptanya berbagai
macam akhlak dan karakter yang baik dan buruk. Aqidah akhlak dan pendidikan karakter merupakan corak
pendidikan akhlak terkesan timur dan Islam, sedangkan pendidikan karakter terkesan barat dan sekuler.
116
Adapun perbedaan keduanya terletak pada: Sumber atau acuannya, aqidah akhlak bersumber pada Al-
115
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013, hlm. 112.
116
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 65.
85 Qur
’an dan Al-Sunnah atau wahyu Allah, dan kaarakter bersumber pada penyandaran dan kepribadian.
117
Agama adalah sebagai dasar, dasar atau pedoman hidp manusia adalah Al-
Qur’an dan Hadits, pendidikan karakter bersumber pada agama merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai agama yang
bertujuan untuk membentuk akhlak manusia. Jadi sudah jelas bahwa aqidah akhlak memberikan kesan ketimur-timuran, sedangan karakter
bersumber pada penyandaran kepribadian manusia.Aqidah akhlak dan karakter memiliki pengaruh yang sangat penting dalam kelangusngan
hidup, akhlak yang baik akan menciptakan karakter yan baik. Seseorang akan memiliki karakter yang baik apabila mampu melawan hawa
nafsunya, karena fitrah manusia cenderung pada kebaikan. Aqidah akhlak dan karakter merupakan sebuah usaha untuk meginternalisasikan nilai-
nilai positif kepada peserta didik agar memiliki rasa percaya diri, bertanggung jawab, disiplin, dan demokratis. Semakin kuat aqidah
seseorang akan membentuk akhlak yang baik, kemudian akhlak yang baik akan menciptakan karakter baik.
6. Metode Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Metode pelaksanaan pendidikan karakter bagi tiap orang memiliki cara masing-masing. Untuk menanamkan karakter pada diri anak dapat
menggunakan metode sebagai berikut:
117
Sri Narwanti, Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Familia, 2011, hlm. 4.
86 a.
Metode Internalisasi Metode internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan
knowing dan ketrampilan melaksanakan pengetahuan doing ke dalam
diri seseorang
sehingga pengetahuan
itu menjadi
kepribadiannya being dalam kehidupan sehari-hari. b.
Metode Keteladanan “Anak adalah peniru yang baik”. Ungkapan tersebut
seharusnya disadari oleh para orang tua, sehingga mereka bisa lebih menjaga sikap dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan
anak-anaknya. Berbagi keteladanan dalam mendidik anak menjadi sesuatu yang sangat penting. Seorang anak akan tumbuh dalam
kebaikan dan memiliki karakter yang baik jika ia melihat orang yang lebih dewasa memberikan teladan yang baik.
c. Metode Pembiasaan
Metode lain yang cukup efektif dalam membina karakter anak adalah melalui pembiasaan. Hati anak bagaikan suatu kertas yang
belum tergores sedikitpun oleh tulisan atau gambar, tetapi ia dapat menerima apa saja bentuk tulisan yang digoreskan, atau apa saja yang
digambarkan didalamnya. Bahkan ia cenderung kepada sesuatu yang diberikan kepadanya. Kecenderungan itu akhirnya akan menjadi
kebiasaan dan terakhir menjadi kepercayaan akhirnya akan menjadi kebiasaan dan terakhir menjadi kepercayaan kepribadian. Oleh
karena itu, jika anak sudah dibiasakan melakukan hal-hal baik sejak
87 kecil, maka ia akan tumbuh dalam kebaikan itu dan dampaknya ia akan
selamat di dunia dan akhirat. d.
Metode Bermain “Dunia anak adalah dunia bermain” demikian ungkapan para
ahli pendidikan sejak zaman dahulu kala. Ungkapan ini menunjukkan bahwa bermain dapat dijadikan salah satu metode dalam mendidik
karakter anak dikeluarga. Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai kompetensinya.
Melaui bermain anak memperoleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang ada.
Anak adalah anak, anak bukan manusia dewasa mini. Karena itu metode pembelajarannya terhadap anak harus disesuaikan dengan
perkembangannya. Dunia anak adalah dunia bermain, pada dasarnya anak senang sekali belajar, asal dilakukan dengan cara yang
menyenangkan.
118
Beberapa psikologi anak menyampaikan paling tidak ada 3 jenis kegiatan bermain yang mendukung pembelajaran, yaitu: bermain
fungsional atau sensorimotor, bermain peran, dan bermain konstruktif. Berikut adalah penjelasannya.
1 Bermain fungsional atau sensorimotor adalah, anak belajar melalui
panca inderanya
dan melalui
hubungan fisik
dengan lingkungannya. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika
118
Seto Mulyadi, Kompas “Memahami Dunia Anak” Edisi. 13, Juni 2013, Hlm. 9.
88 anak diberikan kesempatan bergerak secara bebas berhubungan
dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik didalam maupun diluar ruangan. Anak dihadapkan dengan berbagai jenis
abahn bermain yang berbeda yang dapat mendukung setiap tahap tumbuh kembang anak.
2 Bermain peran atau disebut bermain simbolik, pura-pura, fantasi,
imajinasi, atau bermain drama. Bermain peran sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kognisi, sosial, dan emosi
anak pada usia tiga sampai enam tahun. Kualitas pengalaman bermain peran ini tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
a Cukup waktu untuk bermain
b Adanya peralatan untuk mendukung bermacam-macam adegan
permainan. c
Ruang yang cukup. 3
Bermain konstruktif dilakukan melalui kegiatan bemain untuk membuat bentuk-bentuk ertentu menjadi sebuah karya dengan
menggunakan aneka macam bahan, baik cair, bahan terstruktur, seperti air, cat, krayon, pasir, puzzle, atau bahan alam lainnya.
Melalui bermain pembangunan anak dapat mengekspresikan dirinya dalam mengembangkan bermain sensorimotor, bermain
peran, serta hubungan kerja sama dengan anak lain dan menciptakan karya nyata.
89 e.
Metode cerita adalah metode mendidik yang bertumpu pada bahasa, baik lisan maupun tulisan. Metode ini dsebut juga dengan metode
berkisah, dalam Al- Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat yang bercerita
tentang Nabi dan Rasul yang bertujuan menmbulkan kesadaran bagi yang mendengar atau membacanya.
f. Metode nasihat merupakanpenyampaian kata-kata yang menyentuh
hati dan disertai keteladanan. Metode nasihat merupakan metode yang baik untuk membentuk karakter anak, agar nasihat dapat membekas
pada diri anak. Sebaiknya nasihat berupa cerita, kisah, perumpamaan yang menggunakan kata-kata yang baik, dan orang tua atau guru
memberikan contoh yang baik terlebih dahulu. g.
Metode penghargaan dan hukuman, anak adalah fase dari perkembangan yang sangat membutuhkan penghargaan. Namun selain
penghargaan metode hukuman juga bisa diterapkan dalam membentuk karakter anak. Namun perlu diperhatikan ketika memberi hukuman,
biasanya dengan hukuman anak akan melakukan sesuau dengan keterpaksaan karena takut dihukum. Sedangkan hadiah atau
penghargaan jauh lebih penting dibanding dengan hukuman.
119
119
Amirulloh Syarbini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga Revitalisasi Peran Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam, Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2014, hlm. 59-73.
90
BAB III IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH