Profil Perusahaan Listrik Negara PLN Persero Kantor Area Medan

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBITRASE DALAM PERJANJIAN PEMAKAIAN ARUS LISTRIK ANTARA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA DENGAN PELANGGAN AKIBAT WANPRESTASI

A. Profil Perusahaan Listrik Negara PLN Persero Kantor Area Medan

1. Profil Perusahaan Listrik Negara PLN Persero Kantor Area Medan Sejarah keberadaan PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara berawal dari dimulainya usaha kelistrikan di Sumatera Utara pada tahun 1923, yakni ketika perusahaan swasta belanda bernama NV NIGEM OGEM membangun sentral listrik di tanah pertapakan yang saat ini menjadi lokasi kantor PLN Cabang Medan di Jl. Listrik No. 12 Medan. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan pada tahun 1924, di Tebing Tinggi tahun 1927, di Sibolga oleh NV ANIWM Berastagi dan Tarutung tahun 1929, di Tanjung Balai tahun 1931, di Labuhan Bilik tahun 1936 dan Tanjung Tiram pada tahun 1937. 49 49 Setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, bergeraklah aksi karyawan perusahaan listrik di seluruh penjuru tanah air untuk mengambil alih perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan listrik yang diambil alih itu kemudian diserahkan kepada Pemerintah RI yakni kepada Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu maka dengan Penetapan Pemerintah No.1 sd 45 ditetapkanlah tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik. http:www.pln.co.idsumut?p=62 diakses tanggal 21 Agustus 2015. Universitas Sumatera Utara Dalam suasana hubungan antara Indonesia dan Belanda yang makin memburuk, maka pada tanggal 3 Oktober 1953 terbitlah Surat Keputusan Presiden No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan Pasal 33 angka 2 UUD NRI Thn 1945. Setelah aksi ambil alih itu maka sejak tahun 1955 berdiri Perusahaan Listrik Negara Distribusi Cabang Sumatera Utara yang meliputi daerah Sumatera Timur dan Tapanuli yang berpusat di Medan. Pada bulan Maret 1958 dibentuk Penguasa Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas P3LG yang merupakan gabungan antara pengusahaan listrik dan pengusahaan gas. Dalam perjalanannya, pada tahun 1959 P3LG berubah menjadi Direktorat Djenderal PLN DDPLN. Pada tanggal 1 Januari 1961 dibentuklah Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara BPU–PLN yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri PUT No. 16120 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan pun berubah. Perusahaan listrik di Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau diubah namanya menjadi PLN Eksploitasi. Pada tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan melalui Peraturan Menteri PUT No. 9 PRT64 dan kemudian dibentuklah 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara PLN yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara PGN yang mengelola gas. Kemudian dengan terbitnya Peraturan Menteri No. 1PRT65 ditetapkanlah pembagian daerah kerja PLN secara nasional menjadi 15 Kesatuan daerah Eksploitasi, dimana PLN Sumatera Utara ditetapkan menjadi PLN Eksploitasi I. Universitas Sumatera Utara Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara tersebut, maka dengan Surat Keputusan Direksi PLN No. KPTS 009DIRPLN1966 tanggal 14 April 1966, PLN Eksploitasi I dibagi menjadi empat cabang dan satu sektor, yaitu Cabang Medan, Binjai, Sibolga, dan Pematang Siantar yang berkedudukan di Tebing Tinggi. Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972 mengubah bentuk perusahaan menjadi Perusahaan Umum PERUM yang isinya mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab untuk membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke seluruh Wilayah RI. Dalam Surat Keputusan Menteri PUTL No. 01PRT73 menetapkan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diubah menjadi PLN Eksploitasi II Sumatera Utara. Menyusul kemudian terbit Peraturan Menteri PUTL No. 013PRT75 yang mengubah PLN Eksploitasi menjadi PLN Wilayah, dimana PLN Eksploitasi II berubah namanya menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan, Perusahaan Umum PERUM Listrik Negara ditetapkan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan PKUK. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas usaha penyediaan tenaga listrik, maka pada tanggal 16 Juni 1994 terbitlah Peraturan Pemerintah No.231994 yang isinya menetapkan status PLN yang berubah dari Perusahaan Umum PERUM Listrik Negara dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan Persero. Sejak status perusahaan berubah, perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat. Hal ini Universitas Sumatera Utara ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan, kemampuan pasokan listrik dan indikasi-indikasi pertumbuhan lainnya. Untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera Utara dimasa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan jasa kelistrikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 078.K023DIR1996 tanggal 8 Agustus 1996, dibentuklah organisasi baru bidang jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN Persero Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara. Dengan pembentukan Organisasi baru PT PLN Persero Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara yang terpisah dari PT PLN Persero Wilayah II, maka fungsi – fungsi pembangkitan dan penyaluran yang sebelumnya dikelola oleh PT PLN Persero Wilayah II berpisah tanggung jawab pengelolaannya ke PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumbagut. Sementara itu, PT PLN Persero Wilayah II berkonsentrasi pada bidang distribusi dan penjualan tenaga listrik. Pada Tahun 2003 PT PLN Persero Wilayah II berubah namanya menjadi PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara. Wilayah Kerja PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara meliputi keseluruhan wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan luas 71.680,68 km2 yang terdiri atas 25 Kabupaten dan 8 Kota dengan 417 Kecamatan dan 5.856 DesaKelurahan dimana sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias. Universitas Sumatera Utara 2. Visi dan Misi PT PLN Persero Visi yang ingin dicapai PT PLN Persero Area Medan adalah: Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani. Misi Misi yang diusung oleh PT PLN Persero Are Medan adalah: a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham. b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. 3. Moto Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik B. Proses Pelaksanaan Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase antara Perusahaan Listrik Negara dengan Pelanggan dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Akibat Wanprestasi Hak dan Kewajiban Para Pihak pada Perjanjian Pemakaian Arus Listrik 1. Hak PLN a. Menerima pembayaran arus listrik yang telah dinikmati konsumen pelanggan. b. Memeriksa instalasi ketenagalistrikan yang diperlukan oleh masyarakat baik sebelum maupun sesudah mendapat sambungan listrik. Universitas Sumatera Utara c. PLN tidak bertanggung jawab atas bahaya terhadap keselamatan nyawa dan barang yang timbul karena penggunaan arus listrik yang tidak sesuai pemakaiannya. 2. Kewajiban PLN a. Menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan keandalan yang berlaku. b. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen dan masyarakat. c. Mengutamakan produk dan potensi dalam negeri. 50 3. Hak Pelanggan a. Mendapat pelayanan yang baik. b. Mendapat tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan yang baik. c. Memperoleh tenaga listrik dengan harga yang wajar. d. Mendapatkan pelayanan untuk perbaikan apabila ada gangguan tenaga listrik. 4. Kewajiban Pelanggan a. Melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin timbul akibat pemanfaatan tenaga listrik. b. Menjaga dan memelihara keamanan instalasi ketenagalistrikan. c. Mentaati persyaratan teknis dibidang ketenagalistrikan. d. Memanfaatkan tenaga listrik sesuai dengan peruntukannya. 50 Wawancara dengan Putri Sinaga, selaku Asisten Officer Administrasi Umum dan K3 PT. PLN Persero Area Medan, 27 Agustus 2015 Universitas Sumatera Utara e. Membayar uang langganan atau harga tenaga listrik sesuai ketentuan dan perjanjian. f. Mengizinkan PLN untuk melaksanakan kewenangannya. 51 5. Sanksi a. Pengenaan biaya keterlambatan. b. Tagihan susulan. c. Pemutusan sementara. d. Pemutusanpembongkaran rampung. e. Pembatalan perjanjian jual beli tenaga listrik. f. Bentuk-bentuk sanksi lainnya yang dinyatakan dalam perjanjian jual beli tenaga listrik. Terjadinya suatu sengketa merupakan suatu hal yang sering terjadi terutama bagi kalangan para pebisnis bahkan hal semacam ini menjadi tidak asing lagi di mana setiap ada permasalahan terutama yang berkaitan dengan permasalahan hukum perdata pastilah akan mengajukan suatu gugatan. Sementara di kalangan para pebisnis penyelesaian suatu sengketa dapat menggunakan jalur litigasi maupun non litigasi tetapi para pebisnis sendiri cenderung menggunakan cara non litigasi dimana cara ini cenderung lebih efektif terutama penyelesaian dengan menggunakan cara arbitrase. Tidak hanya itu saja penyelesaian melalui arbitrase ini didasari oleh itikad baik di antara para dengan membuat suatu perjanjian sehingga hal ini berlandaskan tata cara yang kooperatif dan non kooperatif. 51 Wawancara dengan Putri Sinaga, selaku Asisten Officer Administrasi Umum dan K3 PT. PLN Persero Area Medan, 27 Agustus 2015 Universitas Sumatera Utara Tidak hanya itu penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase ini menjadi populer di kalangan bisnis disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : 1. Sifatnya tertutup sehingga pihak yang bersengketa merasa lebih aman karena sengketanya tidak diketahui oleh masyarakat luas. 2. Biaya relatif lebih ringan dan dapat dibuat estimasi yang mendekati kenyataan. 3. Waktu yang diperlukan lebih singkat karena para pihak dapat menyepakati putusan arbiter atau majelis arbiter adalah putusan terakhir yang berlaku bagi para pihak sehingga tidak ada upaya hukum lain final and binding. 4. Putusan arbiter atau majelis arbiter lebih dipercaya akan menghasilkan putusan yang lebih adil karena majelis arbiter dipilih oleh para pihak. 5. Kebebasan untuk membuat pilihan hukum, hal ini sangat penting bagi para pihak yang mempunyai sistem hukum yang berbeda. 52 Proses penyelesaian perselisihan melalui arbitrase pada umumnya, adalah sebagai berikut: 53 52 Priyatna Abdurrasyid, dkk., Prospek Pelaksanaan Arbitrase di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 162. 53 Wawancara dengan Putri Sinaga, selaku Asisten Officer Administrasi Umum dan K3 PT. PLN Persero Area Medan, 27 Agustus 2015. 1. Arbiter dapat mendengar keterangan setiap orang untuk hadir, setelah dipanggil dengan patut; 2. Arbiter dapat menunjuk seorangpara ahli, menetapkan syarat-syarat, menerima laporannya danatau mendengar keterangan mereka; 3. Arbiter dapat memutuskan perkara berdasarkan dokumen yang ada saja, jika para pihak mengusulkanmenyetujui; Universitas Sumatera Utara 4. Jika salah satu pihak, meskipun telah dipanggil, tidak hadir tanpa alasan yang sah, jika arbiter merasa pemanggilan tersebut cukup, arbiter mempunyai kewenangan untuk melanjutkan arbitrase, dan persidangannya dianggap telah dilaksanakan dengan kehadiran semua pihak; 5. Menentukan bahasa yang dipergunakan dalam arbitrase, dengan memperhatikan semua keadaan, khususnya bahasa perjanjian yang dibuat; 6. Memiliki kewenangan penuh untuk mendengar semua pihak. Kecuali dengan persetujuan arbiter dan para pihak, pihak yang tidak terkait dengan perkara tidak boleh hadir tertutup; 7. Jangka waktu penyelesaian dilakukan dalam 6 bulan, bila semua persyaratan telah dipenuhi. Jangka waktu tersebut terhitung sejak tanggal penandatanganan oleh arbiter atau dokumen para pihak 8. Keputusan arbiter bersifat final dan mengikat. 54 1. Pemakaian arus daya listrik tidak sesuai dengan Kwh kilowatt-hour. Berdasarkan keterangan yang di dapat penulis mengenai jenis-jenis pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggan dalam perjanjian pemakaian arus listrik dengan PT. PLN, antara lain: 2. Merusak segel meteran arus daya listrik. 3. Tidak membayar arus daya listrik dengan tepat waktu. 4. Penggunaan arus daya listrik diluar pelanggan. 54 Wawancara dengan Putri Sinaga, selaku Asisten Officer Administrasi Umum dan K3 PT. PLN Persero Area Medan, 27 Agustus 2015. Universitas Sumatera Utara Adapun proses penyelesaiannya pihak PLN memberikan tugas kepada tim Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik selanjutnya disebut P2TL untuk memeriksa pelanggan yang bermasalah sebelumnya tim P2TL menentukan target operasi kemudian menentukan jadwal waktu pelaksanaan lalu melakukan koordinasi lapangan dengan pihak terkait guna untuk memeriksa pelanggan yang melakukan pelanggaran. Cara tim P2TL menentukan target operasi adalah melakukan pemantauan dari daftar langganan yang perlu diperhatikan, daftar pembacaan meter dan daftar pemakaian Kwh lalu melakukan pemantauan terhadap pemakaian arus tenaga listrik bagi pelanggan yang tidak wajar minimum selama tiga bulan berturut-turut kemudian mengumpul data dan informasi tentang pelanggan yang melakukan pelanggaran dan setelah semua upaya tersebut dilakukan maka pihak P2TL datang melakukan pemeriksaan terhadap pelanggan yang melakukan pelanggaran atau dapat juga disebut target operasi dan tim P2TL itu melakukan pemeriksaan harus disaksikan oleh penghuni atau saksi untuk menghindari dugaan merusak segel sebelum diadakan pemeriksaan jika adanya saksi atau penghuni maka pemeriksaan dilanjutkan, jika setelah pemeriksaan tersebut benar pelanggan melakukan pelanggaran dan mempunyai bukti yang sah maka tim P2TL melakukan pemutusan sementara kemudian tim P2TL melakukan pengisian formulir berita acara hasil pemeriksaan untuk memenuhi pembuktian perkara, berita acara tersebut ditandatangani oleh tim P2TL dan pelanggan atau yang mewakilinya jika pelanggan tidak mau menandatanganinya maka tim P2TL mencatat bahwa pelanggan tidak mau menandatanganinya dan selanjutnya petugas P2TL meminta kepada kepala lingkungan atau masyarakat setempat yang Universitas Sumatera Utara mengenal pelanggan yang melakukan pelanggaran sebagai saksi, jika saksi juga keberatan atau tidak bersedia menandatangani maka Tim P2TL juga mencatat bahwasanya saksi tidak bersedia menandatangani berita acara tersebut dan tim P2TL memberikan surat panggilan kepada pelanggan untuk datang kekantor PLN guna menyelesaikan pelanggaran yang dilakukan pelanggan dengan cara melakukan negosiasi di Kantor PLN antara PLN dengan Pelanggan sampai permasalahan tersebut selesai dengan damai dan pelanggan mau membayar tagihan-tagihan atas pelanggaran yang dilakukannya. 55 Apabila pelanggan atau saksi tidak datang memenuhi surat panggilan pertama dalam waktu 3 tiga hari maka petugas administrasi P2TL mengirimkan surat panggilan kedua jika dalam waktu 3 tiga hari kedepan setelah dikeluarkan surat panggilan kedua pelanggan atau saksi tidak datang juga maka pihak PLN memberikan surat panggilan ketiga apabila sampai dengan surat ketiga pelanggan atau saksi tidak datang memenuhi panggilan PLN maka petugas administrasi P2TL mengirimkan surat peringatan pertama yang berisi tagihan susulan dan melakukan pemutusan sementara dengan selang waktu 3 tiga hari kerja dari surat panggilan ketiga. Masa peringatan pertama adalah 5 lima hari kerja setelah tanggal surat peringatan pertama apabila sampai berakhirnya masa peringatan pertama, pelanggan atau yang mewakili belum datang memenuhi panggilan PLN maka petugas administrasi mengirimkan surat peringatan kedua yang berkerja sama dengan jaksa. Masa surat peringatan kedua adalah selama 6 enam hari kerja dan apabila pelanggan atau yang mewakili tidak datang memenuhi 55 Wawancara dengan Putri Sinaga, selaku Asisten Officer Administrasi Umum dan K3 PT. PLN Persero Area Medan, tanggal 27 Agustus 2015. Universitas Sumatera Utara panggilan PLN pada masa surat peringatan kedua maka PLN akan mengirimkan petugas untuk melaksanakan kegiatan pemutusan rampung pembongkaran meteran arus daya listrik. 56 Ketentuan tagihan susulan dibuat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 tiga hari kerja sejak Pelanggan atau yang mewakili datang memenuhi panggilan PLN untuk penyelesaian hasil temuan P2TL, Tagihan Susulan dan biaya P2TL lainnya harus dibayar tunai atau atas permintaan Pelanggan dan atas Pertimbangan tertentu dapat dibayar secara angsuran 12 dua belas kali dengan jangka waktu paling lama 12 dua belas bulan. Dalam hal kasus khusus General Manager unit setempat dapat memberikan angsuran lebih dari 12 dua belas kali dengan jangka waktu lebih dari 12 dua belas bulan. Pembayaran tagihan susulan P2TL dilakukan dikantor PLN setempat di mana Pelanggan terdaftar. Jika setelah pemutusan rampung terjadi Pelanggan tidak terima atas yang dilakukan PLN dikarenakan mereka mempunyai alasan-alasan dan bukti-bukti yang sah maka dari Apabila bagi Pelanggan yang telah dikenakan Pemutusan Sementara kemudian melakukan pembayaran tagihan susulan denda atas pelanggaran biaya P2TL lainnya dan telah melunasi angsuran pertama maka pihak PLN melakukan penyambungan kembali paling lama 2 dua hari kerja setelah dilakukan pembayaran oleh Pelanggan dan bagi Pelanggan yang telah dikenakan pemutusan rampung juga melakukan pelunasan tagihan susulan denda atas pelanggaran serta biaya P2TL lainnya dan melunasi angsuran pertama maka dilakukan penyambungan kembali yang diberlakukan sebagai Pelanggan pasang baru. 56 Wawancara dengan Putri Sinaga, selaku Asisten Officer Administrasi Umum dan K3 PT. PLN Persero Area Medan, tanggal 27 Agustus 2015 Universitas Sumatera Utara itu pelanggan juga dapat mengajukan keberatan atas penetapan sanksi P2TL, maka Pelanggan dapat mengajukan keberatan kepada General Manager DistribusiWilayah atau Manajer AreaCabang Unit PLN yang memberikan sanksi dimaksud dengan disertai alasan-alasan dan bukti-bukti yang jelas. Pelanggan dapat mengajukan keberatan dengan jangka waktu paling lama 14 empat belas hari kerja setelah kejadian P2TL setelah diterimanya atas keberatan yang diajukan pelanggan tersebut oleh PLN maka akan dianalisa dan evakuasi oleh Tim Keberatan yang dibentuk oleh General Manager DistribusiWilayah untuk tingkat DistribusiWilayah dan oleh Manajer AreaCabang untuk tingkat CabangArea.Tim Keberatan dibentuk dan diketuai oleh General Manager untuk WilayahDistribusi dan Manajer untuk CabangArea serta berjumlah minimal 5 lima orang atau ganjil yang terdiri dari unsur-unsur yang meliputi: a. Teknik b. NiagaPelayanan Pelanggan c. Administrasi dan Kepegawaian d. Wakil Pemerintah di Bidang Ketenagalistrikan. Dalam hal keberatan yang diajukan oleh Pelanggan jika tidak terpenuhi baik secara keseluruhan maupun sebahagian, maka unit yang mengenakan sanksi P2TL harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis dalam waktu paling lama 14 empat belas hari kerja sejak keberatan diterima. Dan sebaliknya jika yang diajukan oleh Pelanggan terpenuhi untuk diproses lebih lanjut, maka unit yang menerima keberatan harus menyampaikan keputusan atas keberatan tersebut kepada pelanggan dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari kerja sejak Universitas Sumatera Utara diterimanya keberatan dari Pelanggan. 57 a. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen dengan cara melalui konsiliasi, mediasi dan arbitrase. Dalam hal Pelanggan yang terkena Pemutusan SementaraPemutusan Rampung dan dinyatakan terbukti tidak bersalah apabila kesalahan yang mengakibatkan dilakukan Pemutusan SementaraPemutusan Rampung terbukti akibat kelalaian yang dilakukan oleh Pihak PLN, Manajemen PLN dalam waktu paling lambat 14 empat belas hari kerja harus menyampaikan permohonan maaf secara tertulis kepada Pelanggan tersebut. Setelah adanya hasil dari Tim Keberatan bahwasanya Pelanggan adalah yang bersalah maka Pelanggan juga diwajibkan melakukan pembayaran Tagihan Susulan tetapi jika Pelanggan tersebut tidak mau membayar dan merasa keberatan atas keputusan tersebut maka Pelanggan membuat laporan kepada kantor Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen selanjutnya disebut BPSK Pelanggan tersebut membuat laporan meminta perlindungan konsumen dikarenakan merasa keberatan atas keputusan oleh pihak PLN bahwa Pelanggan melanggar perjanjian dalam pemakaian Arus Listrik. Pelanggan membuat laporan kepada kantor BPSK adalah untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi dengan PLN. Adapun fungsi dan tugas BPSK sebagai berikut ; b. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen. c. Pengawasan perjanjian baku. 57 Wawancara dengan Putri Sinaga, selaku Asisten Officer Administrasi Umum dan K3 PT. PLN Persero Area Medan, tanggal 27 Agustus 2015 Universitas Sumatera Utara d. Melaporkan daripada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran undang- undang ini. e. Menerima pengaduan lisan dan tertulis tentang dilanggarnya perlindungan konsumen. f. Melakukan penelitian dan pemriksaan sengketa konsumen. g. Memanggil pelaku usaha pelanggar. h. Menghadirkan saksi, saksi ahli dan setiap orang yang mengetahui pelanggaran ini. i. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan saksi apabila tidak memenuhi panggilan. j. Mendapatkan, meneliti dan menilai surat-surat, dokumen dan alat-alat bukti lain guna penyilidikan dan pemeriksaan. k. Memutuskan dan menetapkan ada tidaknya kerugian konsumen. l. Memberitahukan keputusan kepada pelaku usaha pelanggaran undang- undang. m. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha melanggar undang- undang. Dari keseluruhan tugas dan fungsi kantor BPSK maka pelanggan menyerahkan sepenuhnya untuk menyelesaikan sengketa konsumen dengan dasar dan aturan yang dibuat kantor BPSK hingga masalah selesai. Adapun cara mengajukan sengketa yaitu membuat surat permohonan kepada ketua BPSK mengisi formulir pengaduan dikantor BPSK yang berisi : a. Nama, alamat pengadu dan alamat yang diadukan. Universitas Sumatera Utara b. Keterangan waktutempat terjadinya transaksi. c. Kronologis kejadian. d. Bukti-bukti yang lengkap seperti ; faktur, bon, kwitansi dan lain-lain. e. Fotokopi KTP pengadu. 58 Setelah berkas diterima oleh BPSK kemudian dilakukan pemanggilan pada pihak-pihak yang bersengketa guna dipertemukan dalam Prasidang. Dari Prasidang itu bisa ditentukan langkah selanjutnya apakah konsumen dan pelaku usaha masih bisa didamaikan atau harus menempuh langkah-langkah penyelesaian yang telah ditetapkan antara lain: a. Konsiliasi: usaha perdamaian antara dua pihak. Metode konsiliasi ditempuh jika pihak konsumen dan pengusaha bersedia melakukan musyawarah untuk mencari titik temu dengan disaksikan majelis hakim BPSK. Dalam hal ini, majelis hakim BPSK bersikap pasif b. Mediasi: negosiasi yang dimediasi oleh BPSK. Kedua belah pihak melakukan musyawarah dengan keikutsertaan aktif majelis hakim BPSK, termasuk memberikan penetapan. c. Arbitrase: kedua belah pihak menyerahkan sepenuhnya kepada arbiter. Konsumen akan memilih salah satu arbiter konsumen yang terdiri dari tiga orang, demikian pula pengusaha akan memilih satu arbiter pengusaha dari tiga arbiter yang ada. Sedangkan ketua majelis hakim BPSK adalah seorang dari tiga wakil pemerintah dalam BPSK. 59 58 Ibid. 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara Penyelesaian sengketa konsumen dilakukan dalam bentuk kesepakatan yang dibuat dalam perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak yang bersengketa, yang dikuatkan dalam bentuk keputusan BPSK SK No. 350MPPKep122000 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pasal 6. Putusan yang dikeluarkan BPSK dapat berupa perdamaian, gugatan ditolak, atau gugatan dikabulkan. Dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam amar putusan ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku usaha, berupa pemenuhan ganti rugi dan atau sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp 200.000.000,00 Pasal 40. Penyelesaian yang dilakukan PLN terhadap yang bukan pelanggan dalam pemakaian arus daya listrik, yaitu Tim P2TL datang memeriksa si pelanggar tersebut jika benar melakukan pemakaian arus daya listrik dengan tidak terdaftar di Kantor PLN, maka Tim P2TL memberikan surat panggilan untuk datang ke Kantor PLN menyelesaikan permasalahan pelanggaran yang dilakukan si pelanggar dengan membayar denda sesuai arus daya listrik yang digunakannya tanpa sepengetahuan pihak PLN, kemudian Tim P2TL langsung melakukan pemutusan rampung arus daya listrik tersebut, sebelum Tim P2TL meninggalkan si pelanggar maka Tim P2TL meminta identitas si pelanggar sebagai bukti bahwa benar melakukan pelanggaran, jika si pelanggar tidak datang memenuhi panggilan, maka Tim P2TL datang ke alamat si pelanggar sesuai identitas untuk memanggil paksa si pelanggar ke Kantor PLN. 60 60 Ibid. Universitas Sumatera Utara Tabel dibawah ini merupakan jenis-jenis pelanggaran dan cara penyelesaian terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Pelanggan kepada PLN: No Tahun Jenis Pelanggaran Jumlah Pelanggaran Penyelesaian Persentase 1 Januari sd Desember 2013 1. Pemakaian arus daya listrik tidak sesuai dengan Kwh 95 3 Tiga diselesaikan melalui Arbitrase di kantor BPSK 92 sembilan puluh dua diselesaikan melalui Negosiasi di Kantor PLN 3 97 2. Merusak segel meteran arus daya listrik 85 5 lima diselesaikan melalui Arbitrase di kantor BPSK 80 delapan puluh diselesaikan melalui Negosiasi di Kantor PLN 5 80 3. Tidak membayar arus daya listrik dengan tepat waktu. 150 - 150 seratus lima puluh diselesaikan melalui negosiasi di Kantor PLN 100 4. Penggunaan arus daya listrik diluar pelanggan 130 - 130 seratus tiga puluh diselesaikan melalui negosiasi di Kantor PLN 100 2 Januari sd Desember 2014 1. Pemakaian arus daya listrik tidak sesuai dengan Kwh 101 3 tiga diselesaikan melalui Arbitrase di kantor BPSK 98 Sembilan puluh delapan diselesaikan melalui Negosiasi di Kantor PLN 3 98 2. Merusak segel meteran arus daya listrik 70 4 empat diselesaikan melalui Arbitrase di kantor BPSK 66 enam puluh enam diselesaikan melalui Negosiasi di Kantor PLN 6 94 3. Tidak membayar arus daya listrik dengan tepat waktu. 180 - 180 seratus delapan puluh diselesaikan melalui negosiasi di Kantor PLN 100 4. Penggunaan arus daya listrik diluar pelanggan 175 - 175 seratus tujuh puluh lima diselesaikan melalui negosiasi 100 Universitas Sumatera Utara di Kantor PLN 3 Januari sd Desember 2015 1. Pemakaian arus daya listrik tidak sesuai dengan Kwh 150 5 lima diselesaikan melalui Arbitrase di kantor BPSK 145 seratus empat puluh lima diselesaikan melalui Negosiasi di Kantor PLN 3 97 2. Merusak segel meteran arus daya listrik 139 6 enam diselesaikan melalui Arbitrase di Kantor BPSK 133 seratus tiga puluh tiga diselesaikan melalui Negosiasi di Kantor PLN 4 96 3. Tidak membayar arus daya listrik dengan tepat waktu. 201 - 201 dua ratus satu diselesaikan melalui negosiasi di Kantor PLN 100 4. Penggunaan arus daya listrik diluar pelanggan 182 - 182 seratus delapan puluh dua diselesaikan melalui negosiasi di Kantor PLN 100 Universitas Sumatera Utara C. Kendala dan Upaya dalam Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik antara Perusahaan Listrik Negara Dengan Pelanggan Akibat Wanprestasi Kendala dalam penyelesaian sengketa melalui arbitrase dalam perjanjian pemakaian arus listrik antara perusahaan listrik negara dengan pelanggan akibat wanprestasi antara lain: 1. Tidak lengkapnya berkas pelanggan akibat terlalu lama sudah menjadi Pelanggan 2. Pelanggan tidak terima atas tagihan susulan yang ditetapkan oleh PLN. 61 Upaya dalam penyelesaian sengketa melalui arbitrase dalam perjanjian pemakaian arus listrik antara perusahaan listrik negara dengan Pelanggan akibat wanprestasi antara lain : 1. Pihak PLN berusaha mengumpulkan berkas untuk membuktikan bahwa Pelanggan tersebut benar melakukan pelanggaran dalam perjanjian pemakaian arus listrik 2. Memberikan tenggang waktu kepada Pelanggan yang merasa keberatan atas tagihan susulan dengan cara PLN memberikan keringanan untuk menyelesaikan tagihan-tagihan susulan sengketa dengan memberikan cicilan kepada Pelanggan dan juga PLN harus menjalankan tugas sebagaimana mestinya. 61 Wawancara dengan Putri Sinaga, selaku Asisten Officer Administrasi Umum dan K3 PT. PLN Persero Area Medan, tanggal 27 Agustus 2015. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara PT.PLN (Persero) dengan CV.Carmel dalam Hal Penyeimbangan Beban Trafo (Studi pada PT.PLN (Persero) Area Payakumbuh)

4 40 96

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN LISTRIK AKIBAT KESALAHAN PENGUKURAN JUMLAH PEMAKAIAN ARUS LISTRIK (Studi Pada PT PLN (Persero) Wilayah Lampung Area Tanjung Karang Rayon Karang)

5 41 56

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT. PLN (Persero) APJ TEGAL DENGAN PELANGGAN.

1 2 16

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH ANTARA PT. PLN APJ PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH ANTARA PT. PLN APJ PEKALONGAN DENGAN PELANGGAN LISTRIK (Studi Kasus Di Pengadilan Neger

0 0 14

Tinjauan Hukum Terhadap Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik Antara PT.PLN (PERSERO) Dengan Pelanggan.

0 0 13

Tinjauan Hukum Terhadap Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik Antara PT.PLN (PERSERO) Dengan Pelanggan.

0 0 2

Tinjauan Hukum Terhadap Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik Antara PT.PLN (PERSERO) Dengan Pelanggan.

1 2 28

Tinjauan Hukum Terhadap Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik Antara PT.PLN (PERSERO) Dengan Pelanggan.

0 1 38

Tinjauan Hukum Terhadap Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik Antara PT.PLN (PERSERO) Dengan Pelanggan.

0 0 4

URGENSI PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT. PLN (PERSERO) DENGAN PELANGGAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA AKIBAT PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL) (Tinjauan Yuridis Aspek Keperdataan) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 181