Kekuatan politik 1. Defenisi Kekuatan Politik
Telah kita ketahui bersama bahwa ada 3 peran militer pada masa Orde Baru yang berakibat bagi kehidupan demokrasi. Ketiga peran itu antara lain
adalah :
1. Militer menempati jabatan-jabatan politis seperti menteri, gubernur, bupati
dll. Dengan banyaknya anggota militer yang menduduki jabatan atau posisi di parlemen akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang dibuat.
2. Militer menghegemoni kekuatan-kekuatan sipil.
Misalnya pembentukan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ICMI. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagai salah satu upaya mengendalikan
kekuatan intelektual sipil melalui sebuah lembaga. Tentu saja pengertian ini sangat bertentangan dengan hakekat cendekiawan yang berpikiran
bebas dan kreatif tetapi diikat dalam suatu wadah yang bersifat ideologis.
3. Militer melakukan tindakan-tindakan represif terhadap rakyat. Selama ini
militer telah kehilangan kewibawaannya dimata masyarakat yang disebabkan oleh kejanggalan penanganan pada berbagai kasus.
6.2. Kekuatan politik 6.2.1. Defenisi Kekuatan Politik
Kekuatan politik adalah segala sesuatu yang berperan dan pengaruh didalam dunia politik. Kekuatan politik dapat juga dikatakan sebagai segala
sesuatu yang terlibat secara aktif dalam kekuatan politik tertentu. Kekuatan politik terbagi menjadi dua, kekuatan politik yang terorganisir dan yang tidak
terorganisir. Kumpulan dari orang-orang yang peduli pada isu-isu yang ada,
Universitas Sumatera Utara
maupun yang berideologi atau persepsi sama kemudian saling mempengaruhi dan berinteraksi satu sama lain, sehingga menghasilkan suatu keputusan bersama.
Kekuatan politik sangat berperan didalam sistem politik di Indonesia. Ada banyak kekuatan politik di Indonesia, namun yang benar-benar berpengaruh dan
menonjol hanya beberapa saja. Kekutan-kekutan politik tersebut adalah TNI atau ABRI, POLRI, Organisasi Kecendekiaan, Lembaga-lembaga Pendidikan,
Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, Pers, Organisasi Penelitian, kekuatan politik yang tersebar di daerah-daerah, kelompok kemasyarakatan yang berbasis
pada Agama NU, Muhammadiyah, dll, Buruh dan Pekerja, Mahasiswa, Partai- partai politik
37
, dan masih banyak lagi kekuatan-kekuatan politik lainnya di Indonesia. Kekuatan politik Indonesia dapat berupa institusi maupun individu.
Semua kekuatan politik yang ada harus dapat dikuasai atau dimonopoli dengan baik seperti apa yang terjadi pada era Orde Baru pimpinan Soeharto.
Setelah 32 tahun lamanya Soeharto menjabat sebagai Presiden RI, rezimnya akhirnya runtuh karena ia kehilangan kuasa atas hal-hal penting yang menjadi
penopang pemerintahan pimpinannya. Ketika itu kabinet pemerintahan terpecah belah, DPR menarik dukungannya bahkan sampai memintanya mengundurkan
diri, pengusaha-pengusaha swasta yang menjadi penopang modal menjadi tidak tertarik dengan usaha-usaha lokal, bahkan semakin banyak yang menanamkan
modal di Luar Negeri, selain itu militer sedang dihadpakan dengan oleh konflik internal sehingga menjadi terpecah belah. Karena itulah kekuatan-kekuatan politik
tersebut harus benar-benar diperhatikan dalam membentuk pemerintahan, bukan
37
Bahtiar Effendy. Teologi Brau Politik Islam, Yogyakarta,Galang Press,hal 202
Universitas Sumatera Utara
berarti harus dimonopoli namun lebih tepat dikatakan harus diselaraskan agar dapat membangun pemerintahan menuju keutuhan dan keselarasan.