PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN
PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING
COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2
Program Studi Ilmu Hukum
Diajukan Oleh
Nama : Muhammad Syafi’i S.H
NIM
: 20141070026
Bagian : Ekonomi dan Bisnis Syariah
Kepada:
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING
COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2
Program Studi Ilmu Hukum
Diajukan Oleh
Nama : Muhammad Syafi’i S.H
NIM
: 20141070026
Bagian : Ekonomi dan Bisnis Syariah
Kepada:
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PERSETUJUAN
PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING
COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN
TESIS
Diajukan oleh:
Muhammad Syafi’i S.H
20141070026
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing I
Dr.Mukti Fadjar ND S.H.,M.Hum
NIK : 153.019
Tanggal: 21 Desember 2016
Dosen Pembimbing II
Dr. Danang Wahyu S.H.,M.Hum
NIK : 153.022
Tanggal : 23 Desember 2016
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING
COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN
Diajukan Oleh:
Muhammad Syafi’i S.H
20141070026
Tesis ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Dewan Penguji
Program Magister Ilmu Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tanggal : 30 Desember 2016
Yang terdiri dari :
Dr.Leli Joko Suryono S.H.,M.Hum
Ketua Tim Penguji
Dr. Mukti Fajar ND, S.H., M.Hum
Anggota Tim Penguji
Dr.Danang Wahyu,S.H.,M.Hum
Anggota Tim Penguji
Mengetahui
Ketua Program Magister Ilmu Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dr. Yeni Widowati, S.H., M.Hum
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Muhammad Syafi’i S.H
NIM
: 20141070026
Judul Tesis :Piercing The corporate veil terhadap Holding Company
dalam Tindakan Hukum Anak Perusahaan
Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini adalah asli, belum pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi.Jikapun telah
ada tentunya berbeda pada bagian substansinya. Dalam tesis ini tidak
terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang
lain, kecuali secara tegas telah dicantumkan sebagai acuan dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila di kemudian hari
terdapat ketidakbenaran, maka saya bersedia menerima sanksi ringan berupa
perbaikan tesis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.
Yogyakarta, 18 Juli 2016
MATERAI
6000
Muhammad Syafi’i S.H
201401070026
iv
MOTTO
Di Jalan ini tidak ada tempat untuk berhenti, Sikap Lamban
berarti mati, Mereka Yang Bergerak Mereka Yang di Depan,
Kemenangan hanya untuk mereka yang berjuang. Yang selanjutnya
Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan sekarang daripada rasa
pahitnya kebodohan kelak. Terakhir, Kalau hari ini kita menjadi
penonton bersabarlah menjadi pemain esok hari Karena sebuah
perjalanan yang panjang dimulai dengan langkah kecil.
Kecerdasan tanpa ambisi bagaikan
seekor burung tak bersayap”. Salvador Dalí
(1904–1989), pelukis Spanyol
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan kenikmatannya, alhamdulillahirabbil’alamin dengan segala
kerendahan hati sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Atas
motivasi dan semangat yang diberikan oleh orang-orang terdekat dihati dan
kehidupanku, kupersembahkan karya ini kepada:
1. Ayahanda Alm.Mardeka Ali yang masih terniang-niang pesan untuk
menuntun ilmu dengan baik dan selalu harus menjadi pemenang.
2. Bapak dan ibu yang bekerja keras untuk mencari nafkah dan
mengirimkan kepadaku, dikota Jogja ini. Menjadi landasanku untuk
menyelesaikan Strata Dua ini.
3. Alm.Kakek Ngangal dan Nenek Serpia tercinta, yang tak henti
memberikan curahan kasih dan sayangnya yang banyak
mengajarkanku tentang hidup, Semoga nenek diberikan umur yang
panjang.
4. Abg-abg tercintaku, Muhammad fajar Restuhadi dan Muhammad
Jefri Reskiawan yang selalu memberikan motivasi dan menjadi
Pondasi disaat kelelahan dalam menempuh Strata Dua ini. Meskipun
berbagai rintangan menghadapi tetapi kalian tetap mendukung dan
mensupport dengan penuh keihklasan.Semoga sesegara mungkin
dedis membalas jasa kalian.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan karunia-Nya
sehingga dapat diselesaikannya Tesis ini yang berjudul:
Piercing The
Corporate Veil Terhadap Holding Company dalam Tindakan Hukum Anak
Perusahaan.
Tak terlepas dari kuasa-Nya, Syukur Alhamdulillah Tesis ini
terselesaikan dengan segenap semangat, kemampuan, dan sumber daya yang
ada. Namun, tetap diakui Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Bermula
dengan inilah mempersembahkan
yang terbaik kepada Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta telah mengantarkan tingkatan yang tinggi
dalam bidang akademis.
Untuk itu, dengan segala penuh hormat menghaturkan terimakasih
yang sedalam-dalamnya kepada:
1.
Allah SWT yang telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaikbaiknya makhluk.
2.
Rasulullah Muhammad SAW sebagai tauladan yang sempurna bagi
umat.
3.
Bapak
Rektor
Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta
selaku
penanggung jawab.
4.
Bapak Directur Pascasarjana Dr.Nuchmandi serta pak yamin.
5.
Ibuk Dr.Yeni Widowaty,S.H., M.Hum selaku Ketua Prodi Magister
Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
6.
Bapak Dr. Danang Wahyu M., S.H., M.Hum, dan Dr. H. Mukti Fajar
ND, S.H., M.Hum, selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang
penuh kesabaran dan kebesaran hati telah berkenan meluangkan waktu
untuk membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan Tesis ini.
vii
Terima kasih bapak memberikan ilmunya yang kelak bakal saya
gunakan kedepannya.
7.
Mamak, Maknga, Om Ermanto yang merupakan orang tua pengganti
dulunya,
yang memberikan berbagai cerita untuk menghiasi
perjalanan ini, membuatku semakin dewasa dan mengerti akan arti
satu kesatuan keluarga yang utuh.Berharap besar untuk dapat kita
kembali bersatu dalam membangun keluraga yang lebih baik.
8.
Paknga, Amei mamak, Amei lina, Amei sien, yang mnejadi bumbu
cerita mengantarkan aku sebuah arti pentingnya sosok pasangan yang
baik ketika mendampingi.
9.
Adik-adiku tercinta Wiwin, Novi, riska, Alm.wawan, Doni, Ridho,
Orin, Raman, Andri, Weldi, diki, lisa, ina, dan Ardi yang merupakan
menjadi penerus keluarga kecil ini. Semoga kita bisa menjadi keluarga
yang besar.
10.
Buat bg hengki, bg ehen,mak mukhtar, buat ncu kuniang beserta
suami, buat keluarga dari Alm.Mardeka ali , kalian merupakan
keluargaku yang sangat aku banggakan,tanpa kalian suasana
dikampung akan teras biasa saja.
11.
Buat kelurga dari alm.kakek dari aluk,bg subor,bg andes,yang tidak
dapat disebutkan satu persatu semoga kalian selalu dalam keadaaan
baik.
Berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat memberikan kontribusi nyata terhadap keilmuan pada masa yang akan
datang.
Yogyakarta, 20 Juni 2016
Penyusun
Muhammad Syafi’i S.H
viii
ABSTRAK
Holding company yang merupakan induk perusahaan sering kali
melakukan dominasi terhadap tindakan anak perusahaan yang berdampak
holding tanpa tanggung jawab. Limited liability yang merupakan prinsip
tanggung jawab terbatas dimanfaatkan oleh Holding Company untuk
melakukan campur tangan induk terhadap anak perusahaan. Tindakan hukum
yang dilakukan oleh anak sedemikian rupa telah diatur oleh Holding
company, namun jika terjadi permasalahan Holding tidak dapat dimintai
pertanggung jawaban. Dalam penelitian ini timbul permasalahan mengapa
perlu diterapkan piercing the corporate veil terhadap Holding company,
dalam hal apa holding company bertanggung jawab terhadap tindakan
hukum anak perusahaannya, dan bagaimana bentuk tanggung jawab holding
tersebut terhadap anak tindakan hukum anak perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah Metode
Penelitian Hukum Normatif atau disebut juga Penelitian Doktrinal yang
pendekatannya menggunakan Yuridis Normatif. Sementara Data yang
digunakanpun menggunakan Data Sekunder yaitu data berupa bahan primer,
bahan sekunder serta tersier sekalipun. Untuk pengumpulan atau
pengambilan datanya dilakukan dengan Search Library dengan menelaah
bahan perustakaan yang selanjutnya akan dilakukan analisis berupa analisis
kualitatif. Setelah melakukan Penelitian peneliti memiliki hasil kesimpulan
bahwasanya terjadi dominasi tanpa tanggung jawab yang dilakukan oleh
holding terhadap tindakan anak perusahaan sehingga perlu diterapkan
Piercing the corporate veil tersebut, selanjutnya holding dapat bertanggung
jawab apabila terjadi fakta-fakta yang menyesatkan, terjadinya penipuan dan
ketidak adilan, sementara bentuk tanggung jawabnya kembali kepada
objeknya sehingga bentuknya bermuara kepada bentuk tanggung jawab ganti
rugi, sesuai dengan kerugian yang dialami oleh pihak ketiga tersebut.
Keywords : Holding Company,Anak Perusahaan, dan Piercing the corporate
veil
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................ iii
PERNYATAAN ............................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................1
A.Latar Belakang Masalah .....................................................1
B.Rumusan Masalah .............................................................18
C.Tujuan Penelitian ..............................................................19
D.Manfaat Penelitian ............................................................20
E.Keaslian Penelitian ............................................................21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................26
A. Perseroan Terbatas ...........................................................26
B. Perusahaan Group .............................................................58
C. PerbuatanSubjek Hukum ..................................................98
D. Teori Piercing The Corporate Veil .................................119
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................155
A. Jenis Penelitian ...............................................................155
B. Metode Pendekatan ........................................................155
C. Teknik Pengumpulan Bahan...........................................157
D. Tempat Pengambilan Bahan Penelitian..........................158
E. Teknik Analisis Bahan....................................................158
F. Sistematika Penulisan .....................................................159
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............161
A.Argumentasi diberlakukan Teori piercing the
corporate veil Terhadap Holding Company yang
berhubungan dengan tindakan hukum anak perusahaan 161
B. Keadaan Holding Company harus bertanggung Jawab
terhadap Tindakan Hukum Anak Perusahannya ............179
x
C. Bentuk Tanggung Jawab Holding Company Terhadap
tindakan hukum Anak Perusahaan setelah diterapkan
Piercing The corporate veil ............................................194
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................206
A. Kesimpulan ................................................................206
B. Saran ..........................................................................209
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................211
LAMPIRAN .................................................................................218
xi
ABSTRAK
Holding company yang merupakan induk perusahaan sering kali
melakukan dominasi terhadap tindakan anak perusahaan yang berdampak
holding tanpa tanggung jawab. Limited liability yang merupakan prinsip
tanggung jawab terbatas dimanfaatkan oleh Holding Company untuk
melakukan campur tangan induk terhadap anak perusahaan. Tindakan hukum
yang dilakukan oleh anak sedemikian rupa telah diatur oleh Holding
company, namun jika terjadi permasalahan Holding tidak dapat dimintai
pertanggung jawaban. Dalam penelitian ini timbul permasalahan mengapa
perlu diterapkan piercing the corporate veil terhadap Holding company,
dalam hal apa holding company bertanggung jawab terhadap tindakan
hukum anak perusahaannya, dan bagaimana bentuk tanggung jawab holding
tersebut terhadap anak tindakan hukum anak perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah Metode
Penelitian Hukum Normatif atau disebut juga Penelitian Doktrinal yang
pendekatannya menggunakan Yuridis Normatif. Sementara Data yang
digunakanpun menggunakan Data Sekunder yaitu data berupa bahan primer,
bahan sekunder serta tersier sekalipun. Untuk pengumpulan atau
pengambilan datanya dilakukan dengan Search Library dengan menelaah
bahan perustakaan yang selanjutnya akan dilakukan analisis berupa analisis
kualitatif. Setelah melakukan Penelitian peneliti memiliki hasil kesimpulan
bahwasanya terjadi dominasi tanpa tanggung jawab yang dilakukan oleh
holding terhadap tindakan anak perusahaan sehingga perlu diterapkan
Piercing the corporate veil tersebut, selanjutnya holding dapat bertanggung
jawab apabila terjadi fakta-fakta yang menyesatkan, terjadinya penipuan dan
ketidak adilan, sementara bentuk tanggung jawabnya kembali kepada
objeknya sehingga bentuknya bermuara kepada bentuk tanggung jawab ganti
rugi, sesuai dengan kerugian yang dialami oleh pihak ketiga tersebut.
Keywords : Holding Company,Anak Perusahaan, dan Piercing the corporate
veil
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Holding company atau disebut juga Perusahaan
Induk merupakan sebuah perusahaan sentral dimana
mempunyai tujuan untuk memiliki saham dalam satu atau
lebih perusahaan yang tentunya pada perusahaan lain,
untuk
mengatur
satu
atau
berjumlah
lebih
pada
perusahaan lain tersebut. Biasanya, suatu perusahaan
holding memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam
bidang-bidang bisnis yang sangat berbeda-beda. Setidaktidaknya proses pembentukan induk perusahaan itu dapat
dilakukan dengan tiga prosedur, yaitu prosedur residu,
prosedur
penuh
Perusahaan
dan
yang
1
prosedur
terprogram.1
Induk
disebut
dengan
group
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1997, Seri Hukum Dagang,
Perusahaan kelompok (group Company /concern), Jogyakarta, Universitas
Gajah Mada, Hlm.7
1
Company/concern/Perusahaan
kelompok,2
merupakan
gabungan dari beberapa perusahaan yang secara yuridis
berdiri sendiri, tetapi dalam bidang ekonomi merupakan
satu kesatuan yang tunduk pada perusahaan induk
Concern yang dapat terjadi karena proses merger,
consolidation, dan acquisition dan joint venture. 3
Dalam perkembangannya, hukum korporasi saat
ini sudah sedemikian pesat, yang hingga dampak
prakteknya dapat kita temui perusahaaan-perusahaan
berskala besar yang tidak lagi dijalankan melalui bentuk
perusahaan tunggal, melainkan dalam bentuk perusahaan
group. Berbagai bentuk perusahaan group di Indonesia
dapat kita temui seperti Perusahaan Group Semen Gresik,
Group Astra, Group Bakrie, Group Bhaktie, Group Mnc
dan lain sebagainya,4 yang tentunya di dalam terdapat
2
Ibid
Terdapat dalam Undang-undang Perseroan Terbatas UndangUndang Nomor.40 Tahun 2007 Pasal. 122 s/d Pasal 134
4
Sulistiowati, Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup di
Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2010, Hlm. 3
3
2
para
pengendali
holding
yang
disebut
ultimate
shareholder (kepemilikan sampai dengan paling atas).5
Namun demikian, keberadaan Holding Company
dalam perusahaan group di Indonesia ternyata belum
menjadi justifikasi pengakuan yuridis terhadap status
perusahaan
group
dengan
badan
hukum
lainnya.
Perusahaan group hanya mengacu pada realitas bisnis
tergabungnya perusahaan-perusahaan untuk membentuk
perusahaan group sebagai suatu kesatuan ekonomi.6
Sehingga pembentukan Holding Company tersebut dibalik
tujuan yang baik, ternyata dapat juga pemanfaatan
keadaan hukum dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Dengan demikian, Holding Company yang merupakan
perusahaan induk jarang sekali untuk bisa ditembus
pertanggung jawabannya, karena didalam Undang-undang
Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas belum
diatur secara lebih spesifik. Maka dari itu perlu untuk
memahami dan mengkaji lebih dalam lagi konstruksi
5
6
Ibid
Ibid
3
hukum apa yang digunakan untuk menjerat tindakan
hukum anak perusahaan yang tentunya berhubungan
dengan holding company dalam melakukan kejahatan atau
pelanggaran di tatanan hukum perusahaan Indonesia.
Adapun untuk melakukan pendekatan agar holding
company dapat bertanggung jawab adalah melirik sebuah
Teori Piercing The Corporate Veil yang semestinya
didalam
perusahaan
haruslah
dapat
benar-benar
diterapkan, agar tentunya mendapatkan kebenaran materil
maupun formil mengenai suatu permasalahan kejahatan
atau pelanggaran suatu korporasi. Makna dalam Teori
PCV (Piercing The corporate Veil) memiliki arti
Penyingkapan tirai atau penerobosan terbatas perusahaan
yang hampir disemua sistem hukum modern mengadopsi
teori ini, namun yang membedakan adalah pengakuan
derajat dan variasi dari pengaplikasiannya.7
Ada beberapa Fenomena yang menjadi alasan
holding company menjadi suatu subjek hukum untuk
7
Munyr Fuady, 2014, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law,
PT.Citra Aditya, Bandung, Hlm.1
4
dimintai pertanggungjawaban jika menyalahi aturan yang
ada, atau mengabaikan hukum dalam menjalani kegiatan
usahanya bersama dengan anak perusahaan, dengan
melihat beberapa fenomena hukum yang terjadi oleh para
pemilik modal, yang secara yuridis formal disebut
pemegang saham. Adapun fenomena yang menjadi
peluang tindakan hukumnya antara lain8:
1. Mempunyai peluang untuk menjadikan suatu perseroan
sebagai vihicle dalam melakukan tindakan hukum yang
tidak terpuji. Antara lain menganggap para anggota
Direksi dan Para Dewan Komisaris seakan-akan
sebagai pegawai pemegang saham, yang harus tunduk
dan patuh pada pemegang saham.
2. Para Pemegang Saham yang juga sering mengambil
kebijakan yang menjadi wewenang Direksi atau Dewan
Komisaris, yang sehingga menjadikannya seakan-akan
sebagai boneka pemegang saham .
8
Try Widiyono, 2013, Perkembangan Teori Hukum dan Doktrin
Hukum Piercing the Corporate Veil dalam UUPT dan Realitasnya serta
Prospektif Kedepannya, FH Universitas Islam Jakarta, Lex jurnalica, Hlm.28
5
3. Maraknya
perjanjian
nominee
saham,
untuk
mengelabuhi kepemilikan saham yang sebenarnya.
4. Membentuk holding company di bawah pengendalian
ultimate
shareholder.
Yaitu
berdampak
holding
company selalu intervensi dalam tindakan hukum anak
perusahaan,
yang dengan
demikian
memberikan
kekhawatiran Holding tidak bertanggung jawab atas
tindakan anak perusahaanya. Seharusnya ini menjadi
perhatian
khusus
dalam
menjalankan
kegiatan
usahanya sesuai dengan tatanan hukum perusahaan di
Indonesia.
Jika kita lihat lebih spesifik lagi mengenai Holding
company, maka akan dijumpai kepentingan ekonomi dan
disisi lain kepentingan yuridis, yaitu antara induk
perusahaan dengan anak perusahaan. Keterkaitan induk
dan
anak
perusahaan
dalam
perusahaan
Group
memberikan kewenangan kepada induk perusahaan untuk
bertindak sebagai pimpinan central perusahaan group.
Sebagai pimpinan central induk perusahaan, berhak untuk
6
mengendalikan anak-anak perusahaan dalam mendukung
tujuan kolektif perusahaan group sebagai satu kesatuan
ekonomi. Pencampuran antara prinsip hukum mengenai
kemandirian
dari
badan
hukum
induk
dan
anak
perusahaan dalam perusahaan group, mengakibatkan
pengendalian induk terhadap anak perusahaan dalam
perusahaan Group berimplikasi pada perusahaan Group
sebagai bentuk jamak secara yuridis dan kesatuan
ekonomi.9 Perusahaan group sebagai bentuk jamak secara
yuridis dan kesatuan ekonomi menjadi keniscayaan ketika
pengaturan
perusahaan
group
masih
menggunakan
pendekatan hukum perseroan. Perusahaan group sebagai
bentuk jamak secara yuridis dan kesatuan ekonomi adalah
kontradiksi
antara
kemandirian
yuridis
dan
ketidakmandirian ekonomi anak perusahaan.10
Kemandirian
yuridis
dan
ketidakmandirian
ekonomi anak perusahaan tidaklah mutually eksklusif
9
Op.cit, Emmy Simanjuntak Pangaribuan, Hlm.20
Sulistiowati, 2015, Dominasi Tanpa Tanggung Jawab Induk
Perusahaan, Ugm, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Hukum
Ugm, Hlm.5
10
7
antara bentuk jamak secara yuridis ataupun kesatuan
ekonomi, dalam prakteknya perbedaan aspek yuridis dan
realitas bisnis dapat mendorong tindakan oportunistik
induk perusahaan untuk menyalahgunakan konstruksi
perusahaan Group antara lain 11 :
1. Induk perusahaan melakukan eksternalisasi usaha
yang
berisiko
tinggi
kepada
anak/cucu/cici
perusahaan. Apabila risiko yang dimaksud benarbenar terjadi maka:
a. Induk perusahaan tidak bertanggung jawab
atas
perbuatan
hukum
anak
perusahaan.
Sebaliknya anak perusahaan yang menjalankan
instruksi dibebani tanggung jawab hukum atas
dampak kerugian dari kegiatan usaha tersebut.
b. Berlakunya prinsip hukum limited ability
memberikan peluang bagi induk perusahaan
untuk mengeksternalitasikan kegiatan usaha
yang beresiko tinggi kepada anak perusahaan.
11
Ibid, Hlm.6-7
8
Apabila segala sesuatunya tidak berlangsung
sebagaimana mestinya, anak perusahaan harus
bertanggung jawab pada kerugian pihak ketiga.
Induk perusahaan hanya bertanggung jawab
sebesar nilai sahamnya atas ketidak mampuan
anak perusahaan menyelesaikan tanggung
jawab pada pihak ketiga.
2. Pada perusahaan group piramida, apabila pihak
yang
menjalankan
perusahaaan,
induk
instruksi
perusahaan
adalah
cucu
memperoleh
perlindungan berupa limited ability, sebagaimana
tindakan pada poin 1b induk perusahaan dapat
mengeksternalisasikan
beresiko
tinggi
kegiatan
kepada
cucu
usaha
yang
perusahaan.
Berlakunya limited ability dalam limited liability
menyebabkan tanggung jawab induk semakin
terbatas, dengan demikian tanggung jawab induk
semakin terbatas dan mendekati tidak bertanggung
jawab, jika induk mengeksternalisasikan kegiatan
9
usaha beresiko kepada anak perusahaan pada
lapisan keempat, kelima dan seterusnya.
3. Induk perusahaan dapat memanfaatkan sebagian
utang anak perusahaan untuk membiayai kegiatan
operasional anak perusahaan yang lain tanpa
sepengetahuan kreditur anak perusahaan.
4. Induk perusahaan dapat mengalihkan sebagian
aset dari anak perusahaan yang hampir bangkrut
kepada
anak
perusahaan
yang
lain
tanpa
sepengetahuan dari pemegang saham minoritas
atau kreditur anak perusahaan tersebut. Apabila
anak
perusahaan
bangkrut
kepemilikan
atas
sebagian aset tersebut sudah beralih kepada anak
perusahaan yang lain. Hak ini mengakibatkan
pemegang saham minoritas maupun kreditur
mengalami kerugian karena mengalami kesulitan
untuk menuntut aset yang dialihkan kepada anak
perusahaan yang lain. Agar dapat mengantisipasi
tindakan oportunistik itu Undang-undang Nomor
10
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan penundaan
kewajiban
Pembayaran
utang,
kemungkinan
kreditur anak perusahaan mengajukan Actio
Paulina untuk menuntut pembatalan perbuatan
hukum debitur yang merugikan keduanya. Namun
salah
satu
persyaratan
pengajuan
gugatan
sebagaimana diatur dalam pasal 42 Undangundang Nomor 37 Tahun 2004 adalah perbuatan
hukum tersebut dilakukan dalam jangka waktu
satu tahun sebelum putusan pernyataan pailit
diucapkan oleh hakim pengadilan Niaga, padahal
induk sebagai pimpinan perusahaan group dapat
melakukan
tindakan
lebih
dari
satu
tahun
sebelumnya.
Dengan demikian, perlu untuk menggunakan Teori
piercing
the
corporate
veil
untuk
menjembatani
kepentingan ekonomi dan bentuk jamak yuridis dari suatu
holding Company tersebut. Contoh adanya sebuah kasus
yang
menggunakan
doktrin
11
penyingkapan
tirai
penerobosan prisai perusahaan piercing the corporate veil
yang dilakukan oleh hakim dalam perkara ini, yaitu dapat
dilihat pada kasus perjanjian kredit antara PT.Djaya
Tunggal dengan PT.Perkembangan Asia. Dalam kasus ini,
ternyata pengurus pada PT.Bank Perkembangan Asia,
sama dengan pengurus PT.Djaya Tunggal, dimana samasama sebagai pemberi kredit maupun penerima kredit
(debitor).
PT.Djaya
Artinya adalah Pengurus yang berada di
Tunggal
dengan
PT.Perkembangan
Asia
memiliki pengurus personalia yang sama. Dengan
demikian,
kredit
yang
disalurkan
oleh
PT.Bank
Perkembangan Asia adalah merupakan kredit yang
diberikan kepada perusahaan yang termasuk dalam group
PT.Bank Perkembangan Asia itu sendiri. Sehingga
dapatlah dikatakan terdapat sebuah penyalahgunaan
kekuasaan dari PT.Perkembangan Asia yang dapat
menimbulkan kerugian kepada pihk lain tentunya dalam
hal ini adalah Pihak Ketiga. Berkibatkan doktrin
penyingkapan tirai perusahaan, pertanggung jawaban
12
terbatas atau yang dikenal dengan limited liability dari
suatu perseroan terbatas dapat dibebankan kepada para
pengurusnya itu sendiri.
Contoh kasus lainnya mengenai piercing the
corporate viel juga dapat dilakukan terhadap direksi
perusahaan, yakni dalam perkara Putusan pertama, dalam
perkara
Sumengliang
Direktur
PT.Gunung
Bintan
Abadi,Tbk melawan PT.Bank Cimb Niaga,Tbk. Nomor
Perkara 1311 K/Pdt/2012. Dalam perkara ini, pelawan
melawan putusan Pengadilan Negeri Tanjung Pinang yang
mengabulkan permohonan sita jaminan PT.Bank Cimb
Niaga,Tbk (Penggugat atau Terlawan). Menurut pelawan,
barang-barang diletakkan sita jaminan bukan merupakan
barang milik perusahaan yang dipimpinnya (tergugat
dalam perkara awal) melainkan barang milik pribadi
pelawan. Sita jaminan telah merugikan pelawan, sehingga
13
memohon agar PN Tanjung Pinang mengangkat kembali
sita jaminan tersebut.12
Pada tingkat pertama, Pengadilan Negeri Tanjung
Pinang menolak perlawanan pelawan dan menyatakan
sebagai pelawan yang tidak benar. Putusan tersebut
dikuatkan oleh putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru.
Atas putusan yang demikian, Pelawan mengajukan
permohonan kasasi ke Mahkamah Agung (MA). Salah
satu alasan pemohon kasasi yaitu bahwa yang melakukan
perjanjian
jual beli valuta asing dan perjanjian gadai
adalah PT.Bank Lippo,Tbk cabang Tanjung Pinang yang
diwakili dan di tanda tangani oleh kuasa Direksi yaitu
saudara Herman Phang (Herman) dan Oktavia dengan
PT.Gunung Bintan Abadi yang diwakili dan ditanda
tangani
oleh
Su
Meng
Liang
(Pemohon
Kasasi
I/Pelawan/Pembanding) selaku direktur.13
12
Alfeus Jebabun, Piercing The Corporate Viel, http://catakum.
blogspot.co.id/2015 /01/piercing-corporate-veil.html, diunduh pada Tanggal 17
Maret 2016 Pukul 07.00 wib
13
Ibid
14
Namun, Mahkamah Agung menolak permohonan
kasasi pemohon. Menurut MA, sebagai Direktur dan
Presiden Komisaris, para pelawan ikut bertanggungjawab
atas kewajiban perusahaan dalam perjanjian tersebut.
Terhadap
alasan-alasan
kasasi,
Mahkamah
Agung
berpendapat bahwa alasan-alasan kasasi tersebut tidak
dapat dibenarkan, judex facti tidak salah menerapkan
hukum, bahwa Pelawan I dan II sebagai Presiden Direktur
dan selaku Presiden Komisaris PT.Gunung Bintan Abadi
(PT.GBA) yang telah menanda tangani perjanjian dengan
PT Bank CIMB Niaga atau Terlawan ikut bertanggung
jawab atas kewajiban PT.Gunung Bintan Abadi pada
PT.Bank CIMB Niaga atau Terlawan.14 Dari beberapa
contoh yang dikemukakan sebelumnya membuat Teori
piercing the corporate veil diakui keberadaannya di
Indonesia dengan melihat beberapa case yang terjadi
14
Putusan Hakim atau Yuripurudensi, diputus pada tanggal 20 Juni
2013, oleh Majelis Hakim Agung, I Made Tara, H.Mahdi Soroinda Nasution,
dan H.Habiburrahman.
15
sebelumnya, yang dengan demikian semestinya holding
company dapat dijembatani melalui teori ini juga.
Doktrin untuk menyingkap tabir hukum perseroan
atau yang dikenal dengan Piercing the corporate veil di
Indonesia masih relaif baru, sehingga masih diperlukan
pengembangan medan aplikasi yang tepat dalam sistem
hukum positif Indonesia. Para peletak dasar teori badan
hukum
belum
menyadari
bahwa
tindakan
hukum
perseroan yang pada hakikatnya dilakukan oleh para
pribadi manusia, yang berada dibalik badan hukum
tersebut dapat dimanfaatkan oleh pribadi tersebut, untuk
melakukan perbuatan tercela dengan tetap mendasarkan
pada kewenangan bertindak suatu badan hukum yang
dianggap sebagai subyek hukum.15
Hal tersebut dapat dikarenakan pilihan politik
hukum Indonesia yang menganut asas positivisme hukum
yang meresepsi doktrin hukum nuullum dilectum sine
15
Tri Widiyono, Jurnal Perkembangan Teori Hukum dan Doktrin
Hukum Piercing the Corporrate Veil dalam UUPT dan Realitasnya serta
Prospektif Kedepannya, Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta
16
praveia legi poenali yang artinya tiada seseorang dapat
dipidana sebelum ada Undang-undang mengaturnya
terlebih dahulu, sehingga tanpa adanya perwujudan
hukum dalam suatu ketentuan hukum positif, maka
tindakan hukum apapun sepanjang tidak diatur dalam
normative hukum positif, menjadikan tindakan hukum
yang dilakukan menjadi diperbolehkan. Namun, tidak
terlepasnya kebebasan hakim dalam menggali suatu
perkara dapat mencari cara lain tentunya dibenarkan
norma dan asas hukum. Dengan demikian penerapan
doktrin hukum korporasi dalam hukum positif di
Indonesia menjadi penting, antara lain agar perseroanperseroan dapat dikelola dengan baik good corporate
governace
yang
pada
akhirnya
dapat
mendukung
perkembangan momentum pembangunan ekonomi secara
makro.16
Dari berbagi hal yang dikemukakan diatas, maka
Teori Piercing The corporate veil menurut penulis
16
Ibid
17
menarik untuk dipahami dan dikaji lebih dalam lagi untuk
mencapai suatu filosofi hukum tercapainya keadilan.
Adapun untuk pembatasan penelitian ini hanya dilakukan
sebatas hubungan Holding terhadap anak perusahaan saja,
Sementara terkait dengan holding terhadap cucu serta cicit
tidak
dilakukan
karena
pemberlakukan
atau
analisisnyapun akan sangat berbeda. Serta pembatasan
selanjutnya terletak pada perspektif perdata, untuk pidana
hanya saja sebagai ulasan penambah khasanah wawasan
saja. Dengan dasar pertimbangan tersebut penulis
menyimpulkan
judul
yang
akan
diteliti
adalah
“PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP
HOLDING COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM
ANAK PERUSAHAAN”
B. Rumusan Masalah :
1. Mengapa Teori piercing the corporate veil perlu
diberlakukan Terhadap Holding Company yang
18
berhubungan
dengan
tindakan
hukum
anak
perusahaan?
2. Dalam hal apa sajakah Holding Company harus
bertanggung Jawab terhadap Tindakan Hukum Anak
Perusahannya, baik sebelum diterapkan Piercing the
croporate veil maupun setelah diterapkannya Teori
tersebut?
3. Bagaimanakah Bentuk
Company
Perusahaan
Tanggung Jawab Holding
Terhadap
tindakan
setelah
diterapkan
Hukum
Anak
Piercing
The
corporate veil?
C. Tujuan Penelitian :
1. Mengkaji dan memahami keberadaan penggunaan
Teori Piercing the Corporate Veil Terhadap
Holding Company yang berhubungan dengan
tindakan hukum Anak Perusahaan di Indonesia
2. Mengetahui dan mengkaji dalam hal apa saja yang
menjadi tanggung jawab Holding company Baik
diterapkannya atau tidak Piercing the Corporate
19
Veil yang berhubungan dengan tindakan hukum
Anak Perusahaan di Indonesia
3. Menjawab dan mengetahui Bentuk tanggung
jawab Piercing the Corporate veil Terhadap
Holding Company yang berhubungan dengan
Anak Perusahaan di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian :
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
dalam aspek teoritis maupun aspek praktis.
1.
Dalam aspek teoritis, penelitian ini diharapkan
mampu
memberikan
pengetahuan
dan
saran
sumbangsih
pemikiran,
ilmu
terhadap
pengembangan khasanah ilmu hukum perusahaan,
yang berkaitan dengan hukum bisnis untuk
menghadapi dan menjalani kegiatan usahanya di
Indonesia, tentunya dalam menjalani Masyarakat
Ekonomi Asean saat Ini.
20
2.
Dalam aspek praktis, penelitian ini diharapkan
memberikan pemahaman dan sudut pandang
kepada
masyarakat
mewujudkan
keadilan
tentang
dalam
upaya
dalam
perkara
bisnis
tentunya, terkait kegiatan perusahaan yang tidak
diperbolehkan
untuk
melakukan
perbuatan
melawan hukum dalam memperkaya harta pribadi,
dan sekaligus sebagai saran bagi pemerintah
tentang pentingnya untuk merevisi peraturan
perundang-undangan khusunya tentang badan
hukum terutama Perseroan Terbatas mengenai
Holding Company.
E. Keaslian Penelitian :
Setelah melakukan penelusuran terhadap juduljudul penelitian tesis terkait dengan Piercing the
corporate veil terhadap Holding Company dalam
tindakan hukum anak perusahaan ditemukan ada
beberapa yang mengkaji dan membahas terkait dengan
Pircing the corporate veil ini,adapun yaitu :
21
1. Rustamaji
Purnomo
dengan judul
Penerapan
Doktrin Piercing the corporate veil pada perseroan
terbatas (Studi Kasus PT.Djaya tunggal dan
PT.Bank perkembangan Asia). Metode
yang
digunakan Yuridis normatif. Fokus kajiannya
adalah kepada analisis kasus yang menyimpulkan
bahwasanya tidak berlaku hanya pada pemagang
saham saja tetapi melainkan direksi dan komisaris
juga dimintai pertanggung jawabnanya. Majelis
hakim telah menggunakan Piercing the corporate
veil pada perkara ini sehingga direksi dan komisaris
dapat dimintai pertanggung wabannya. Penelitian
ini
dilakukan
pada
tahun
2008
Universitas
Sumatera Utara Medan.
2. Sulistiowati, Merupakan Desertasi dengan judul
Keterkaitan Induk dan Anak perusahaan dalam
kontruksi perusahaan Grup dan Implikasinya
kepada pihak ketiga di Indonesia. Desertasi yang
dihasilkan
oleh
buk
22
sulistiowati
ini
tidak
dipublikasikan sehingga tidak terlalu mendapatkan
informasi yang detail. Namun peneliti dapat
menggambarkan
bahwasanya
Desertasi
yang
dilakukan buk Sulistiowati sangatlah detail dan
peneliti menyimpulkan sangatlah general karena
berbagai sudut pandang yang dilakukan sehingga
fokus kajiannya adalah kepada Perusahaan Grup
dimana lebih banyak menggunakan berbagai teori
hukum yang berlaku diindonesia. Artinya Desertasi
yang dihasilkan sulistiowati sangatlah lengkap,
namun ada beberapa tambahan yang semestinya
juga harus lebih dibahas secara detail.
3. Piercing the Corporate Veil oleh Dewan Komisaris
menurut Undang-undang 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Laporan Penelitian oleh I Gusti
Ayu suarniati Universitas Maharaswati Denpasar.
Lebih
mengkhususkan
kepada
Corporate Veil terhadap Komisaris
23
Piercing
the
4. Piercing The Corporate Veil Terhadap Holding
Company
dalam
Tindakan
Hukum
Anak
Perusahaan. Diteliti oleh Muhammad Syafi’i
Magister Ilmu Hukum UMY. Berbeda dengan
sebelumnya tentunya dilihat dari Rumusan Masalah
dan fokus kajiannya. Penelitian ini menggunakan
metode normatif. Tesis ini lebih mengungkapkan
kesisi teori untuk menjawab permasalahannya,
yang membedakan dengan yang lain adalah bukan
saja hubungan hukumnya
melainkan
sampai
dengan
yang dikaji tetapi
bentuk
tanggung
jawabnya lebih diperdalam melalui Teori Piercing
the Corporate Veil, Teori Badan Hukum, dan Teori
Tanggung jawab. Fokus kajiannya adalah kepada
Piercing the corporate veil
Dengan dermikian, keaslian tesis ini insyallah
dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan asassasas keilmuan yang harus dijunjung tinggi secara rasional,
24
kejujuran sertra objektif serta terbuka. Semua ini
berimplikasi menemukan kebenran ilmiah.
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Terhadap Perseroan Terbatas
1. Pengertian Terhadap Perseroan Terbatas
Sebelum kita membahas pengertian perseroan
terbatas, sebaiknya kita masuk terlebih dahulu tentang
perusahaan. Perusahaan yang terdiri dari badan hukum
dan tidak berbadan hukum. Adapun menurut para ahli
perusahaan itu adalah17 :
a. Molengraaffa
Perusahaan
adalah
keseluruhan
perbuatan yang dilakukan secara terus menerus,
bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan
dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan
barang atau mengadakan perjanjian perdagangan18
b. Murti Sumarni pada tahun 1997, Perusahaan
adalah sebuah unit kegiatan produksi yang
17
Dudung, Pengertian PT dan CV, http://www.dosenpendidikan.
com/pengertian-pt-dan-cv-menurut-6-para-ahli/ diunduh pada tanggal 25 April
2016 Pukul 15.00 Wib
18
ibid
26
mengolah
sumber
daya
ekonomi
untuk
menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat
dengan tujuan memperoleh keuntungan dan
memuaskan kebutuhan masyarakat.19
c. Much Nurachmad, Perusahaan adalah setiap
bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,
milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau
milik badan hukum, baik milik swasta maupun
milik negara yang mempekerjakan pekerja dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.20
d. Menurut Hukum, Perusahaan adalah mereka yang
melakukan sesuatu untuk mencari keuntungan
dengan menggunakan banyak modal (dalam arti
luas), tenaga kerja yang dikerjakan dengan terangterangan serta secara terus menerus dengan tujuan
mendapatkan sebuah penghasilan dengan cara
19
20
Ibid
Ibid
27
menjual atau membeli
barang – barang atau
mengadakan sebuah perjanjian perdagangan.21
Dari
pengertian
diatas
maka
dapat
disimpulkan melalui Undang-undang No.3 Tahun
1982 tentang wajib daftar perusahaan pasal 1 (b)
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang
menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap
dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja
serta berkedudukan
Republik
Indonesia,
dalam
wilayah
dengan
tujuan
Negara
untuk
memperoleh keuntungan atau laba. Perbedaan
yang mendasar dari bentuk Usaha berbadan
hukum dan tidak berbadan hukum adalah
a. Usaha berbadan hukum adalah22:
21
Nandasaputri, Pengantar Hukum bisnis, https:// nandasaputri
189.wordpress.com/2013/10/18/pengantar-hukum-bisnis-pengertian-perusa
haan/, diunduh pada tanggal 25 April 2016 Pukul 15.10 Wib
22
Lawfile, Perbedaaan usaha berbadan hukum dan tidak berbadan
hukum,”http://lawfile.blogspot.co.id/2011/07/perbedaan-bentuk-usaha-ber
badan-hukum.html”, diunduh pada tanggal 26 April 2016 Pukul 07.00 wib
28
1) Dapat
melakukan
(rechtshandeling)
perbuatan
dalam
hukum
hubungan-
hubungan hukum (rechtsbetrekking)
2) Mempunyai
harta
kekayaan
sendiri,
dimana harta perusahaan dan harta pribadi
dipisahkan secara jelas.
3) Mempunyai hak dan kewajiban
4) Dapat digugat dan menggugat didepan
pengadilan Contoh: Perseroan Terbatas
(PT),
Perusahaan
Perusahaan
Umum
Perseroan
(Perum),
(Persero),
Perusahaan Daerah (Prusda), Koperasi, dan
Yayasan.
b. Sedangkan usaha tidak berbadan hukum
adalah23 :
1) Tidak dapat melakukan perbuatan hukum
dalam hubungan hukum karena bukan
merupakan subjek hukum
23
Ibid
29
2) Kewenangan untuk melakukan perbuatan
hukum diletakan pada mitra atau sekutu
dari
bentuk
usaha
tersebut,
dengan
pembatasan pengaturan yang ditetapkan
oleh Undang-undang
3) Harta kekayaan perusahaan dan pribadi
tidak terpisah dengan jelas, atau pada
prinsipnya
usaha
ini
tidak
memiliki
kekayaan sendiri.
4) Tidak mempunyai hak dan kewajiban
5) Tidak dapat digugat dan menggugat pada
bentuk usaha ini, tetapi dapat dilakukan
pada pemilik atau pengurusnya karena
merekalah secara tidak langsung yang
melakukan
Contoh:
hubungan
Perusahaan
Persekutuan
Perdata,
hukum.
Perseorangan,
Firma
Persekutuan Komanditer (CV)
30
dan
Dalam
hal
ini
karena
Peseroan
Terbatas
adalah
merupakan bagian perusahaan yang berbadan hukum, maka
pengertian Perseroan Terbatas adalah :
a. Dikutip dalam bukunya Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja,
kata perseroan menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas
sero (saham). Sedangkan kata terbatas menunjuk kepada
tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai
nominal saham yang diambil bagian dan dimilikinya24
b. Perseroan Terbatas adalah suatu bentuk perseroan yang
didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan modal
perseroan tertentu yang terbagi atas saham-saham, dalam mana
para pemegang saham (persero) ikut serta dengan mengambil
satu saham atau lebih dan melakukan perbuatan-perbuatan
hukum dibuat oleh nama bersama, dengan tidak bertanggungjawab sendiri untuk persetujuan-persetujuan perseroan itu
(dengan tanggung-jawab yang semata-mata terbatas pada
modal yang mereka setorkan)25
24
Dianambarningrum, Perseroan Tertbatas, http://dianambarningrum
16.blogspot.co.id /2016/01/perseroan-terbatas.html, diunduh pada tanggal 25
April 2016 Pukul 15.30 wib
25
Ibid
31
c.
Berdasarkan Pasal 1 UUPT No. 40 Tahun 2007 pengertian
Perseroan Terbatas (Perseroan) adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
seluruhnya yang terbagi dalam saham, dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaannya.
Dengan demikian ada beberapa unsur-unsur yang harus
dipenuhi untuk bisa dikatakan badan usahanya adalah
Perseroan Terbatas 26 :
a.
Berbentuk badan hukum, yang merupakan persekutuan
modal
b.
Didirikan atas dasar perjanjian
c.
Melakukan kegiatan usaha
d.
Modalnya terbagi saham-saham
26
Prasetyootomo, Perseroan Terbatas Menurut Undang-undang,”
https://prasetyooetomo.wordpress.com/2012/06/27/perseroan-terbatas-menu
rut-undang-undang-perseroan-terbatas/”, diunduh pada tanggal 25 April 2016
Pukul 15.45 Wib
32
e.
Memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UUPT serta
peraturan
persyaratan
material
pendirian
perseroan
terbatas.
Perseroan Terbatas merupakan perusahaan yang oleh
Undang-undang dinyatakan sebagai perusahaan yang berbadan
hukum. Dengan status yang demikian itu, Perseroan Terbatas
menjadi subyek hukum pendukung hak dan kewajiban, sebagai
badan hukum. Hal ini berarti Perseroan Terbatas dapat
melakukan
perbuatan-perbuatan
hukum
seperti
seorang
manusia dan dapat pula mempunyai kekayaan atau utang.
Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UUPT), yang secara efektif berlaku sejak tanggal 16
Agustus 2007.
2.
Pengaturan Lainnya terkait dengan Perseroan Terbatas
Terkait dengan Dasar Hukum, bahwasanya
segala seuatunya pasti ada landsannya baik filososif,
yudiris serta sosiologis. Dengan demikian maka adapun
33
dasar hukum Pembentukan suatu Perseroan Terbatas
adalah27 :
a. Undang-undang
No.40
Tahun
2007
tentang
No.8
Tahun
1997
tentang
perseroan terbatas
b. Undang-undang
dokumen perusahaan
c. Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang pasar
modal berkaitan dengan pembentukan PT Terbuka
d. Peraturan pemerintah No. 26 Tahun 1998 tentang
pemakaian nama perseroan terbatas
e. Keputusan menkumham republik indonesia No.
M-01.HT.01.01 Tahun 2000 tanggal 4 oktober
2000 tentang pemberlakuan sistem administrasi
badan hukum dan hak asasi manusia republik
Indonesia.
f. Surat edaran Direktur Jenderal Administrasi
Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak
27
Notaris dan PPAT, Dasar hukum Perseroan Terbatas yang ada di
Indonesia,http://www.notarisdanppat.com/dasar-hukum-untuk-perseroan-terba
tas-yang-ada-di-indonesia/, diunduh pada tanggal 26 April Pukul 07.30 Wib
34
Asasi Manusia Republik Indonesia No. C1.HT.01.10-03 pada tanggal 8 maret 2004 tentang
berakhirnya sistem manual terhadap permohonan
pengesahan
pelaporan
akta
akta
pendirian,
persetujuan
perubahan
anggaran
dan
dasar
perseroan terbatas.
g. Keputusan Jenderal Administrasi Hukum Umum
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia No. C-1.HT.01.01 pada tahun
2003 tanggal 22 januari 2003 tentang tata cara
pengajuan permohonan dan pengesahan akta
pendirian
dan
persetujuan
akta
perubahan
anggaran dasar perseroan terbatas.
3. Organ Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas terdiri dari 3 organ
didalamnya yaitu RUPS, Direksi, dan Komisaris.
Namun yang dijadikan tinjauan dalam penelitian ini
hanyalah RUPS dan Direksi.
a. Tentang Rapat Umum Pemgang Saham
35
Rapat
selanjutnya
umum
pemgang
disebut
dengan
saham
RUPS
yang
adalah
merupakan organ Perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak dapat diberikan kepada
Direksi ataupun komisaris yang tentunya dalam
batas-batas
Nomor
40
ditentukan
Tahun
dalam
2007
undang-undang
ataupun
anggaran
dasarnya. Semestinya pemegang saham tidak
memiliki power dalam pengelolaan perseroan
tersebut, artinya tidak ada kekeuataan atau campur
tangan dalam pengelolaan perseroan. Namun,
apabila bertemu dalam suatu RUPS maka dapat
membuat suatu keputusan.Pada intinya pemgang
saham
tidak
dapat
mencampuri
urusan
pengelolaan perseroan.28
Forum Rups adalah merupakan suatu konsep
terbaik dalam mengambil keputusan untuk dijalankan oleh
perseoran. Adapun tujuan diadakannya RUPS baik
28
Ridwan Khairandy,
Yogyakarta, Fhuiipers, Hlm.94
2013,
36
Pokok-Pokok
Hukum
Dagang,
berdasarkan undang-undang maupun anggaran dasar
adalah agar dapat memungkinkan pemegang saham
memiliki
kekuatan
kesempatan
mengetahui
dan
melakukan evaluasi kegiatan perseroan dan manajemen
perseroan pada waktu yang tepat tanpa ikutr campur
tangan terhadap perseroan tersebut, dimana perseroan
melakukan bisnisnya.29
Menurut Fuady bahwasanya tidak ada ketentuan
yang tegas dalam undang-undang mengenai batas-batas
dan ruang lingkup kewenangan yang dapat dilakukan oleh
RUPS dalam suatu Perseroan Terbatas dimana yaitu30 :
1) RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang
bertentangan dengan Hukum yang berlaku.
2) RUPS tidak diizinkan mengambil suatu keputusan
yang bertentanganjuga dengan anggaran dasarnya,
namun dapat diubah oleh RUPS asal memenuhi syarat
untuk ini.
29
Simon Fisher, Hukum Perusahaan, Jakarta, Rajawalipers, Hlm.102
Munir fuady, 2005, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas,
Bandung, Hlm.126-127
30
37
3) Selanjutnya
RUPS
tidak
boleh
merugikan
stakeholeder baik pemegang saham minoritas maupun
karyawan, kreditur, masyrakat sekitar dan sebagainya.
4) RUPS juga tidak diizinkan untuk untuk mengambil
keputusan kewenangan dari direksi dan komisaris,
sejauh organ perusahaan tersebut tidak menyalah
gunakan kewenangannya. Hal ini sebagai konsekuensi
logis dari prinsip kewenangan dari RUPS.
Rapat umum pemgang saham memilki hak yang tidak
diberikan kepada direksi dan komisaris dalam batas
yang ditentukan undang-undang maupun anggaran
dasar tersebut 31 :
a) Dapat mengesahkan perbuatan hukum
dilakukan
oleh
pendiriuntuk
yang
kepentingan
Perseroan terbatas yang belum didirikan setelah
PTerseroan terbatas menjadi badan hukum pada
Pasal 13 ayat (1)
31
Binoto nadapdap, 2013, Hukum Perseroan Terbatas,
Jakarta, Permata Aksara, Hlm.127
38
b) Dapat menetapkan sebuah anggaran dasar Pasal 19
ayat (1)
c) Menyetujui pemegang saham dan kreditor lainnya
yang memilki tagian terhadap perseroan terbatas
atas harga saham yang dimilikinya Pasal 35 ayat
(1)
d) Dapat menyetujui pembelian kembali saham tau
pengalihannya lebih lanjut
e) Memutuskan
pengurangan
Modal
Peseroan
Terbatas
f) Menyetujui
penmabahan
modal
Perseroan
Terbatas
g) Dapat mengangkat anggota direksi
h) Menghentikan anggota dirkesi sewktu-waktu
i) Menetapkan gaji dan tunjangan anggota direksi
j) Dapat
menyetujui
pengambilalihan
penggabungan,
atau
Terbatas
39
pemisahaan
peleburan,
Perseroan
k) Dan terakhir adalah dapat memutuskan laba bersih
termasuk penyisihan untuk cadangan.
Didalam sistem hukum Belanda RUPS
bukanlah merupakan forum untuk mengangkat dan
mengusulkan
komisaris,
pergantian
melainkan
direksi
untuk
amupun
menentukan
pembagian deviden atau pembagian laba. Jika
tidak puas dengan kebijakan suatu perseroan
tersebut maka mereka dapatlah melakukan gugatan
atau memilih jalan keluar terakhir menjual sam
perusahaan yang dimilikinya.32
b. Pengertian Direksi
Pengertian direksi merupakan dewan
direktur yang dapat terdiri atas suatu atau beberapa
orang direktur. Apabila direksi lebih dari 1 orang
direktur, maka salah satunya menjadi direktur
utama atau presiden direktur dan yang lainnya
32
Antonious Alijoyo, 2004, Penggerak Good Corporate
Governance Perusahaan, Jakarta, PT.Indesk, Hlm.11-12
40
menjadi direktur atau wakil direktur,
menurut
Pasal 1 butir (5) UUPT direksi adalah organ
perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh
atas
pengurusan
perseroan
untuk
kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik
didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar.
Selanjutnya Pasal 92 ayat (1) UUPT
menentukan
bahwa
direksi
menjalankan
pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Kemudian Pasal 92 ayat (2) menunjukkan bahwa
direksi
berwenang
menjalankan
pengurusan
tersebut sesuai dengan kebijakan yang tepat, dalam
batas yang ditentukan atau anggaran dasar. Dari
ketentuan-ketentuan di atas dapat disimpulkan
bahwa direksi dalam perseroan memiliki dua
41
fungsi yakni fungsi pengurusan perusahaan atau
manajemen fungsi perwakilan atau representasi. 33
Pada dasarnya anggota direksi adalah
buruh atau pegawai perseroan. Perusahaan sebagai
badan hukum adalah majikan anggota direksi
Peseroan Terbatas. Didalam Perseroan Terbatas
tertutup seringkali pemegang saham juga menjadi
direksi perseroan yang bersangkutan. Walaupun itu
adalah pemegang saham namun ketika dia menjadi
direktur, maka dia terikat pada hubungan kerja
dengan perseroan. Dengan perkataan lain, dia
adalah karyawan perseroan. Didalam Perseroan
Terbatas terbuka biasanya orang yang menjadi
anggota direksi adalah orang profesional yang
bukan
pemegang
saham
perseroan
yang
bersangkutan.34
33
Ridwan Khairandy,
Yogyakarta, Fhuiipers, Hlm.105
34
Ibid, Hlm.106
2013,
42
Pokok-Pokok
Hukum Dagang,
Sebagai konsekuensi dari kedudukan
tersebut, maka hubungan hukum antara direksi
dan perseroan adalah hubungan kerja yang
tunduk kepada hukum perburuhan atau hukum
ketenagakerjaan. Konsekuensi dari hubungan
tersebut
adalah
anggota
direk
COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2
Program Studi Ilmu Hukum
Diajukan Oleh
Nama : Muhammad Syafi’i S.H
NIM
: 20141070026
Bagian : Ekonomi dan Bisnis Syariah
Kepada:
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING
COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2
Program Studi Ilmu Hukum
Diajukan Oleh
Nama : Muhammad Syafi’i S.H
NIM
: 20141070026
Bagian : Ekonomi dan Bisnis Syariah
Kepada:
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PERSETUJUAN
PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING
COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN
TESIS
Diajukan oleh:
Muhammad Syafi’i S.H
20141070026
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing I
Dr.Mukti Fadjar ND S.H.,M.Hum
NIK : 153.019
Tanggal: 21 Desember 2016
Dosen Pembimbing II
Dr. Danang Wahyu S.H.,M.Hum
NIK : 153.022
Tanggal : 23 Desember 2016
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP HOLDING
COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN
Diajukan Oleh:
Muhammad Syafi’i S.H
20141070026
Tesis ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Dewan Penguji
Program Magister Ilmu Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tanggal : 30 Desember 2016
Yang terdiri dari :
Dr.Leli Joko Suryono S.H.,M.Hum
Ketua Tim Penguji
Dr. Mukti Fajar ND, S.H., M.Hum
Anggota Tim Penguji
Dr.Danang Wahyu,S.H.,M.Hum
Anggota Tim Penguji
Mengetahui
Ketua Program Magister Ilmu Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dr. Yeni Widowati, S.H., M.Hum
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Muhammad Syafi’i S.H
NIM
: 20141070026
Judul Tesis :Piercing The corporate veil terhadap Holding Company
dalam Tindakan Hukum Anak Perusahaan
Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini adalah asli, belum pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi.Jikapun telah
ada tentunya berbeda pada bagian substansinya. Dalam tesis ini tidak
terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang
lain, kecuali secara tegas telah dicantumkan sebagai acuan dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila di kemudian hari
terdapat ketidakbenaran, maka saya bersedia menerima sanksi ringan berupa
perbaikan tesis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.
Yogyakarta, 18 Juli 2016
MATERAI
6000
Muhammad Syafi’i S.H
201401070026
iv
MOTTO
Di Jalan ini tidak ada tempat untuk berhenti, Sikap Lamban
berarti mati, Mereka Yang Bergerak Mereka Yang di Depan,
Kemenangan hanya untuk mereka yang berjuang. Yang selanjutnya
Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan sekarang daripada rasa
pahitnya kebodohan kelak. Terakhir, Kalau hari ini kita menjadi
penonton bersabarlah menjadi pemain esok hari Karena sebuah
perjalanan yang panjang dimulai dengan langkah kecil.
Kecerdasan tanpa ambisi bagaikan
seekor burung tak bersayap”. Salvador Dalí
(1904–1989), pelukis Spanyol
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan kenikmatannya, alhamdulillahirabbil’alamin dengan segala
kerendahan hati sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Atas
motivasi dan semangat yang diberikan oleh orang-orang terdekat dihati dan
kehidupanku, kupersembahkan karya ini kepada:
1. Ayahanda Alm.Mardeka Ali yang masih terniang-niang pesan untuk
menuntun ilmu dengan baik dan selalu harus menjadi pemenang.
2. Bapak dan ibu yang bekerja keras untuk mencari nafkah dan
mengirimkan kepadaku, dikota Jogja ini. Menjadi landasanku untuk
menyelesaikan Strata Dua ini.
3. Alm.Kakek Ngangal dan Nenek Serpia tercinta, yang tak henti
memberikan curahan kasih dan sayangnya yang banyak
mengajarkanku tentang hidup, Semoga nenek diberikan umur yang
panjang.
4. Abg-abg tercintaku, Muhammad fajar Restuhadi dan Muhammad
Jefri Reskiawan yang selalu memberikan motivasi dan menjadi
Pondasi disaat kelelahan dalam menempuh Strata Dua ini. Meskipun
berbagai rintangan menghadapi tetapi kalian tetap mendukung dan
mensupport dengan penuh keihklasan.Semoga sesegara mungkin
dedis membalas jasa kalian.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan karunia-Nya
sehingga dapat diselesaikannya Tesis ini yang berjudul:
Piercing The
Corporate Veil Terhadap Holding Company dalam Tindakan Hukum Anak
Perusahaan.
Tak terlepas dari kuasa-Nya, Syukur Alhamdulillah Tesis ini
terselesaikan dengan segenap semangat, kemampuan, dan sumber daya yang
ada. Namun, tetap diakui Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Bermula
dengan inilah mempersembahkan
yang terbaik kepada Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta telah mengantarkan tingkatan yang tinggi
dalam bidang akademis.
Untuk itu, dengan segala penuh hormat menghaturkan terimakasih
yang sedalam-dalamnya kepada:
1.
Allah SWT yang telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaikbaiknya makhluk.
2.
Rasulullah Muhammad SAW sebagai tauladan yang sempurna bagi
umat.
3.
Bapak
Rektor
Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta
selaku
penanggung jawab.
4.
Bapak Directur Pascasarjana Dr.Nuchmandi serta pak yamin.
5.
Ibuk Dr.Yeni Widowaty,S.H., M.Hum selaku Ketua Prodi Magister
Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
6.
Bapak Dr. Danang Wahyu M., S.H., M.Hum, dan Dr. H. Mukti Fajar
ND, S.H., M.Hum, selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang
penuh kesabaran dan kebesaran hati telah berkenan meluangkan waktu
untuk membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan Tesis ini.
vii
Terima kasih bapak memberikan ilmunya yang kelak bakal saya
gunakan kedepannya.
7.
Mamak, Maknga, Om Ermanto yang merupakan orang tua pengganti
dulunya,
yang memberikan berbagai cerita untuk menghiasi
perjalanan ini, membuatku semakin dewasa dan mengerti akan arti
satu kesatuan keluarga yang utuh.Berharap besar untuk dapat kita
kembali bersatu dalam membangun keluraga yang lebih baik.
8.
Paknga, Amei mamak, Amei lina, Amei sien, yang mnejadi bumbu
cerita mengantarkan aku sebuah arti pentingnya sosok pasangan yang
baik ketika mendampingi.
9.
Adik-adiku tercinta Wiwin, Novi, riska, Alm.wawan, Doni, Ridho,
Orin, Raman, Andri, Weldi, diki, lisa, ina, dan Ardi yang merupakan
menjadi penerus keluarga kecil ini. Semoga kita bisa menjadi keluarga
yang besar.
10.
Buat bg hengki, bg ehen,mak mukhtar, buat ncu kuniang beserta
suami, buat keluarga dari Alm.Mardeka ali , kalian merupakan
keluargaku yang sangat aku banggakan,tanpa kalian suasana
dikampung akan teras biasa saja.
11.
Buat kelurga dari alm.kakek dari aluk,bg subor,bg andes,yang tidak
dapat disebutkan satu persatu semoga kalian selalu dalam keadaaan
baik.
Berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat memberikan kontribusi nyata terhadap keilmuan pada masa yang akan
datang.
Yogyakarta, 20 Juni 2016
Penyusun
Muhammad Syafi’i S.H
viii
ABSTRAK
Holding company yang merupakan induk perusahaan sering kali
melakukan dominasi terhadap tindakan anak perusahaan yang berdampak
holding tanpa tanggung jawab. Limited liability yang merupakan prinsip
tanggung jawab terbatas dimanfaatkan oleh Holding Company untuk
melakukan campur tangan induk terhadap anak perusahaan. Tindakan hukum
yang dilakukan oleh anak sedemikian rupa telah diatur oleh Holding
company, namun jika terjadi permasalahan Holding tidak dapat dimintai
pertanggung jawaban. Dalam penelitian ini timbul permasalahan mengapa
perlu diterapkan piercing the corporate veil terhadap Holding company,
dalam hal apa holding company bertanggung jawab terhadap tindakan
hukum anak perusahaannya, dan bagaimana bentuk tanggung jawab holding
tersebut terhadap anak tindakan hukum anak perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah Metode
Penelitian Hukum Normatif atau disebut juga Penelitian Doktrinal yang
pendekatannya menggunakan Yuridis Normatif. Sementara Data yang
digunakanpun menggunakan Data Sekunder yaitu data berupa bahan primer,
bahan sekunder serta tersier sekalipun. Untuk pengumpulan atau
pengambilan datanya dilakukan dengan Search Library dengan menelaah
bahan perustakaan yang selanjutnya akan dilakukan analisis berupa analisis
kualitatif. Setelah melakukan Penelitian peneliti memiliki hasil kesimpulan
bahwasanya terjadi dominasi tanpa tanggung jawab yang dilakukan oleh
holding terhadap tindakan anak perusahaan sehingga perlu diterapkan
Piercing the corporate veil tersebut, selanjutnya holding dapat bertanggung
jawab apabila terjadi fakta-fakta yang menyesatkan, terjadinya penipuan dan
ketidak adilan, sementara bentuk tanggung jawabnya kembali kepada
objeknya sehingga bentuknya bermuara kepada bentuk tanggung jawab ganti
rugi, sesuai dengan kerugian yang dialami oleh pihak ketiga tersebut.
Keywords : Holding Company,Anak Perusahaan, dan Piercing the corporate
veil
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................ iii
PERNYATAAN ............................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................1
A.Latar Belakang Masalah .....................................................1
B.Rumusan Masalah .............................................................18
C.Tujuan Penelitian ..............................................................19
D.Manfaat Penelitian ............................................................20
E.Keaslian Penelitian ............................................................21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................26
A. Perseroan Terbatas ...........................................................26
B. Perusahaan Group .............................................................58
C. PerbuatanSubjek Hukum ..................................................98
D. Teori Piercing The Corporate Veil .................................119
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................155
A. Jenis Penelitian ...............................................................155
B. Metode Pendekatan ........................................................155
C. Teknik Pengumpulan Bahan...........................................157
D. Tempat Pengambilan Bahan Penelitian..........................158
E. Teknik Analisis Bahan....................................................158
F. Sistematika Penulisan .....................................................159
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............161
A.Argumentasi diberlakukan Teori piercing the
corporate veil Terhadap Holding Company yang
berhubungan dengan tindakan hukum anak perusahaan 161
B. Keadaan Holding Company harus bertanggung Jawab
terhadap Tindakan Hukum Anak Perusahannya ............179
x
C. Bentuk Tanggung Jawab Holding Company Terhadap
tindakan hukum Anak Perusahaan setelah diterapkan
Piercing The corporate veil ............................................194
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................206
A. Kesimpulan ................................................................206
B. Saran ..........................................................................209
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................211
LAMPIRAN .................................................................................218
xi
ABSTRAK
Holding company yang merupakan induk perusahaan sering kali
melakukan dominasi terhadap tindakan anak perusahaan yang berdampak
holding tanpa tanggung jawab. Limited liability yang merupakan prinsip
tanggung jawab terbatas dimanfaatkan oleh Holding Company untuk
melakukan campur tangan induk terhadap anak perusahaan. Tindakan hukum
yang dilakukan oleh anak sedemikian rupa telah diatur oleh Holding
company, namun jika terjadi permasalahan Holding tidak dapat dimintai
pertanggung jawaban. Dalam penelitian ini timbul permasalahan mengapa
perlu diterapkan piercing the corporate veil terhadap Holding company,
dalam hal apa holding company bertanggung jawab terhadap tindakan
hukum anak perusahaannya, dan bagaimana bentuk tanggung jawab holding
tersebut terhadap anak tindakan hukum anak perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah Metode
Penelitian Hukum Normatif atau disebut juga Penelitian Doktrinal yang
pendekatannya menggunakan Yuridis Normatif. Sementara Data yang
digunakanpun menggunakan Data Sekunder yaitu data berupa bahan primer,
bahan sekunder serta tersier sekalipun. Untuk pengumpulan atau
pengambilan datanya dilakukan dengan Search Library dengan menelaah
bahan perustakaan yang selanjutnya akan dilakukan analisis berupa analisis
kualitatif. Setelah melakukan Penelitian peneliti memiliki hasil kesimpulan
bahwasanya terjadi dominasi tanpa tanggung jawab yang dilakukan oleh
holding terhadap tindakan anak perusahaan sehingga perlu diterapkan
Piercing the corporate veil tersebut, selanjutnya holding dapat bertanggung
jawab apabila terjadi fakta-fakta yang menyesatkan, terjadinya penipuan dan
ketidak adilan, sementara bentuk tanggung jawabnya kembali kepada
objeknya sehingga bentuknya bermuara kepada bentuk tanggung jawab ganti
rugi, sesuai dengan kerugian yang dialami oleh pihak ketiga tersebut.
Keywords : Holding Company,Anak Perusahaan, dan Piercing the corporate
veil
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Holding company atau disebut juga Perusahaan
Induk merupakan sebuah perusahaan sentral dimana
mempunyai tujuan untuk memiliki saham dalam satu atau
lebih perusahaan yang tentunya pada perusahaan lain,
untuk
mengatur
satu
atau
berjumlah
lebih
pada
perusahaan lain tersebut. Biasanya, suatu perusahaan
holding memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam
bidang-bidang bisnis yang sangat berbeda-beda. Setidaktidaknya proses pembentukan induk perusahaan itu dapat
dilakukan dengan tiga prosedur, yaitu prosedur residu,
prosedur
penuh
Perusahaan
dan
yang
1
prosedur
terprogram.1
Induk
disebut
dengan
group
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1997, Seri Hukum Dagang,
Perusahaan kelompok (group Company /concern), Jogyakarta, Universitas
Gajah Mada, Hlm.7
1
Company/concern/Perusahaan
kelompok,2
merupakan
gabungan dari beberapa perusahaan yang secara yuridis
berdiri sendiri, tetapi dalam bidang ekonomi merupakan
satu kesatuan yang tunduk pada perusahaan induk
Concern yang dapat terjadi karena proses merger,
consolidation, dan acquisition dan joint venture. 3
Dalam perkembangannya, hukum korporasi saat
ini sudah sedemikian pesat, yang hingga dampak
prakteknya dapat kita temui perusahaaan-perusahaan
berskala besar yang tidak lagi dijalankan melalui bentuk
perusahaan tunggal, melainkan dalam bentuk perusahaan
group. Berbagai bentuk perusahaan group di Indonesia
dapat kita temui seperti Perusahaan Group Semen Gresik,
Group Astra, Group Bakrie, Group Bhaktie, Group Mnc
dan lain sebagainya,4 yang tentunya di dalam terdapat
2
Ibid
Terdapat dalam Undang-undang Perseroan Terbatas UndangUndang Nomor.40 Tahun 2007 Pasal. 122 s/d Pasal 134
4
Sulistiowati, Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup di
Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2010, Hlm. 3
3
2
para
pengendali
holding
yang
disebut
ultimate
shareholder (kepemilikan sampai dengan paling atas).5
Namun demikian, keberadaan Holding Company
dalam perusahaan group di Indonesia ternyata belum
menjadi justifikasi pengakuan yuridis terhadap status
perusahaan
group
dengan
badan
hukum
lainnya.
Perusahaan group hanya mengacu pada realitas bisnis
tergabungnya perusahaan-perusahaan untuk membentuk
perusahaan group sebagai suatu kesatuan ekonomi.6
Sehingga pembentukan Holding Company tersebut dibalik
tujuan yang baik, ternyata dapat juga pemanfaatan
keadaan hukum dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Dengan demikian, Holding Company yang merupakan
perusahaan induk jarang sekali untuk bisa ditembus
pertanggung jawabannya, karena didalam Undang-undang
Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas belum
diatur secara lebih spesifik. Maka dari itu perlu untuk
memahami dan mengkaji lebih dalam lagi konstruksi
5
6
Ibid
Ibid
3
hukum apa yang digunakan untuk menjerat tindakan
hukum anak perusahaan yang tentunya berhubungan
dengan holding company dalam melakukan kejahatan atau
pelanggaran di tatanan hukum perusahaan Indonesia.
Adapun untuk melakukan pendekatan agar holding
company dapat bertanggung jawab adalah melirik sebuah
Teori Piercing The Corporate Veil yang semestinya
didalam
perusahaan
haruslah
dapat
benar-benar
diterapkan, agar tentunya mendapatkan kebenaran materil
maupun formil mengenai suatu permasalahan kejahatan
atau pelanggaran suatu korporasi. Makna dalam Teori
PCV (Piercing The corporate Veil) memiliki arti
Penyingkapan tirai atau penerobosan terbatas perusahaan
yang hampir disemua sistem hukum modern mengadopsi
teori ini, namun yang membedakan adalah pengakuan
derajat dan variasi dari pengaplikasiannya.7
Ada beberapa Fenomena yang menjadi alasan
holding company menjadi suatu subjek hukum untuk
7
Munyr Fuady, 2014, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law,
PT.Citra Aditya, Bandung, Hlm.1
4
dimintai pertanggungjawaban jika menyalahi aturan yang
ada, atau mengabaikan hukum dalam menjalani kegiatan
usahanya bersama dengan anak perusahaan, dengan
melihat beberapa fenomena hukum yang terjadi oleh para
pemilik modal, yang secara yuridis formal disebut
pemegang saham. Adapun fenomena yang menjadi
peluang tindakan hukumnya antara lain8:
1. Mempunyai peluang untuk menjadikan suatu perseroan
sebagai vihicle dalam melakukan tindakan hukum yang
tidak terpuji. Antara lain menganggap para anggota
Direksi dan Para Dewan Komisaris seakan-akan
sebagai pegawai pemegang saham, yang harus tunduk
dan patuh pada pemegang saham.
2. Para Pemegang Saham yang juga sering mengambil
kebijakan yang menjadi wewenang Direksi atau Dewan
Komisaris, yang sehingga menjadikannya seakan-akan
sebagai boneka pemegang saham .
8
Try Widiyono, 2013, Perkembangan Teori Hukum dan Doktrin
Hukum Piercing the Corporate Veil dalam UUPT dan Realitasnya serta
Prospektif Kedepannya, FH Universitas Islam Jakarta, Lex jurnalica, Hlm.28
5
3. Maraknya
perjanjian
nominee
saham,
untuk
mengelabuhi kepemilikan saham yang sebenarnya.
4. Membentuk holding company di bawah pengendalian
ultimate
shareholder.
Yaitu
berdampak
holding
company selalu intervensi dalam tindakan hukum anak
perusahaan,
yang dengan
demikian
memberikan
kekhawatiran Holding tidak bertanggung jawab atas
tindakan anak perusahaanya. Seharusnya ini menjadi
perhatian
khusus
dalam
menjalankan
kegiatan
usahanya sesuai dengan tatanan hukum perusahaan di
Indonesia.
Jika kita lihat lebih spesifik lagi mengenai Holding
company, maka akan dijumpai kepentingan ekonomi dan
disisi lain kepentingan yuridis, yaitu antara induk
perusahaan dengan anak perusahaan. Keterkaitan induk
dan
anak
perusahaan
dalam
perusahaan
Group
memberikan kewenangan kepada induk perusahaan untuk
bertindak sebagai pimpinan central perusahaan group.
Sebagai pimpinan central induk perusahaan, berhak untuk
6
mengendalikan anak-anak perusahaan dalam mendukung
tujuan kolektif perusahaan group sebagai satu kesatuan
ekonomi. Pencampuran antara prinsip hukum mengenai
kemandirian
dari
badan
hukum
induk
dan
anak
perusahaan dalam perusahaan group, mengakibatkan
pengendalian induk terhadap anak perusahaan dalam
perusahaan Group berimplikasi pada perusahaan Group
sebagai bentuk jamak secara yuridis dan kesatuan
ekonomi.9 Perusahaan group sebagai bentuk jamak secara
yuridis dan kesatuan ekonomi menjadi keniscayaan ketika
pengaturan
perusahaan
group
masih
menggunakan
pendekatan hukum perseroan. Perusahaan group sebagai
bentuk jamak secara yuridis dan kesatuan ekonomi adalah
kontradiksi
antara
kemandirian
yuridis
dan
ketidakmandirian ekonomi anak perusahaan.10
Kemandirian
yuridis
dan
ketidakmandirian
ekonomi anak perusahaan tidaklah mutually eksklusif
9
Op.cit, Emmy Simanjuntak Pangaribuan, Hlm.20
Sulistiowati, 2015, Dominasi Tanpa Tanggung Jawab Induk
Perusahaan, Ugm, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Hukum
Ugm, Hlm.5
10
7
antara bentuk jamak secara yuridis ataupun kesatuan
ekonomi, dalam prakteknya perbedaan aspek yuridis dan
realitas bisnis dapat mendorong tindakan oportunistik
induk perusahaan untuk menyalahgunakan konstruksi
perusahaan Group antara lain 11 :
1. Induk perusahaan melakukan eksternalisasi usaha
yang
berisiko
tinggi
kepada
anak/cucu/cici
perusahaan. Apabila risiko yang dimaksud benarbenar terjadi maka:
a. Induk perusahaan tidak bertanggung jawab
atas
perbuatan
hukum
anak
perusahaan.
Sebaliknya anak perusahaan yang menjalankan
instruksi dibebani tanggung jawab hukum atas
dampak kerugian dari kegiatan usaha tersebut.
b. Berlakunya prinsip hukum limited ability
memberikan peluang bagi induk perusahaan
untuk mengeksternalitasikan kegiatan usaha
yang beresiko tinggi kepada anak perusahaan.
11
Ibid, Hlm.6-7
8
Apabila segala sesuatunya tidak berlangsung
sebagaimana mestinya, anak perusahaan harus
bertanggung jawab pada kerugian pihak ketiga.
Induk perusahaan hanya bertanggung jawab
sebesar nilai sahamnya atas ketidak mampuan
anak perusahaan menyelesaikan tanggung
jawab pada pihak ketiga.
2. Pada perusahaan group piramida, apabila pihak
yang
menjalankan
perusahaaan,
induk
instruksi
perusahaan
adalah
cucu
memperoleh
perlindungan berupa limited ability, sebagaimana
tindakan pada poin 1b induk perusahaan dapat
mengeksternalisasikan
beresiko
tinggi
kegiatan
kepada
cucu
usaha
yang
perusahaan.
Berlakunya limited ability dalam limited liability
menyebabkan tanggung jawab induk semakin
terbatas, dengan demikian tanggung jawab induk
semakin terbatas dan mendekati tidak bertanggung
jawab, jika induk mengeksternalisasikan kegiatan
9
usaha beresiko kepada anak perusahaan pada
lapisan keempat, kelima dan seterusnya.
3. Induk perusahaan dapat memanfaatkan sebagian
utang anak perusahaan untuk membiayai kegiatan
operasional anak perusahaan yang lain tanpa
sepengetahuan kreditur anak perusahaan.
4. Induk perusahaan dapat mengalihkan sebagian
aset dari anak perusahaan yang hampir bangkrut
kepada
anak
perusahaan
yang
lain
tanpa
sepengetahuan dari pemegang saham minoritas
atau kreditur anak perusahaan tersebut. Apabila
anak
perusahaan
bangkrut
kepemilikan
atas
sebagian aset tersebut sudah beralih kepada anak
perusahaan yang lain. Hak ini mengakibatkan
pemegang saham minoritas maupun kreditur
mengalami kerugian karena mengalami kesulitan
untuk menuntut aset yang dialihkan kepada anak
perusahaan yang lain. Agar dapat mengantisipasi
tindakan oportunistik itu Undang-undang Nomor
10
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan penundaan
kewajiban
Pembayaran
utang,
kemungkinan
kreditur anak perusahaan mengajukan Actio
Paulina untuk menuntut pembatalan perbuatan
hukum debitur yang merugikan keduanya. Namun
salah
satu
persyaratan
pengajuan
gugatan
sebagaimana diatur dalam pasal 42 Undangundang Nomor 37 Tahun 2004 adalah perbuatan
hukum tersebut dilakukan dalam jangka waktu
satu tahun sebelum putusan pernyataan pailit
diucapkan oleh hakim pengadilan Niaga, padahal
induk sebagai pimpinan perusahaan group dapat
melakukan
tindakan
lebih
dari
satu
tahun
sebelumnya.
Dengan demikian, perlu untuk menggunakan Teori
piercing
the
corporate
veil
untuk
menjembatani
kepentingan ekonomi dan bentuk jamak yuridis dari suatu
holding Company tersebut. Contoh adanya sebuah kasus
yang
menggunakan
doktrin
11
penyingkapan
tirai
penerobosan prisai perusahaan piercing the corporate veil
yang dilakukan oleh hakim dalam perkara ini, yaitu dapat
dilihat pada kasus perjanjian kredit antara PT.Djaya
Tunggal dengan PT.Perkembangan Asia. Dalam kasus ini,
ternyata pengurus pada PT.Bank Perkembangan Asia,
sama dengan pengurus PT.Djaya Tunggal, dimana samasama sebagai pemberi kredit maupun penerima kredit
(debitor).
PT.Djaya
Artinya adalah Pengurus yang berada di
Tunggal
dengan
PT.Perkembangan
Asia
memiliki pengurus personalia yang sama. Dengan
demikian,
kredit
yang
disalurkan
oleh
PT.Bank
Perkembangan Asia adalah merupakan kredit yang
diberikan kepada perusahaan yang termasuk dalam group
PT.Bank Perkembangan Asia itu sendiri. Sehingga
dapatlah dikatakan terdapat sebuah penyalahgunaan
kekuasaan dari PT.Perkembangan Asia yang dapat
menimbulkan kerugian kepada pihk lain tentunya dalam
hal ini adalah Pihak Ketiga. Berkibatkan doktrin
penyingkapan tirai perusahaan, pertanggung jawaban
12
terbatas atau yang dikenal dengan limited liability dari
suatu perseroan terbatas dapat dibebankan kepada para
pengurusnya itu sendiri.
Contoh kasus lainnya mengenai piercing the
corporate viel juga dapat dilakukan terhadap direksi
perusahaan, yakni dalam perkara Putusan pertama, dalam
perkara
Sumengliang
Direktur
PT.Gunung
Bintan
Abadi,Tbk melawan PT.Bank Cimb Niaga,Tbk. Nomor
Perkara 1311 K/Pdt/2012. Dalam perkara ini, pelawan
melawan putusan Pengadilan Negeri Tanjung Pinang yang
mengabulkan permohonan sita jaminan PT.Bank Cimb
Niaga,Tbk (Penggugat atau Terlawan). Menurut pelawan,
barang-barang diletakkan sita jaminan bukan merupakan
barang milik perusahaan yang dipimpinnya (tergugat
dalam perkara awal) melainkan barang milik pribadi
pelawan. Sita jaminan telah merugikan pelawan, sehingga
13
memohon agar PN Tanjung Pinang mengangkat kembali
sita jaminan tersebut.12
Pada tingkat pertama, Pengadilan Negeri Tanjung
Pinang menolak perlawanan pelawan dan menyatakan
sebagai pelawan yang tidak benar. Putusan tersebut
dikuatkan oleh putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru.
Atas putusan yang demikian, Pelawan mengajukan
permohonan kasasi ke Mahkamah Agung (MA). Salah
satu alasan pemohon kasasi yaitu bahwa yang melakukan
perjanjian
jual beli valuta asing dan perjanjian gadai
adalah PT.Bank Lippo,Tbk cabang Tanjung Pinang yang
diwakili dan di tanda tangani oleh kuasa Direksi yaitu
saudara Herman Phang (Herman) dan Oktavia dengan
PT.Gunung Bintan Abadi yang diwakili dan ditanda
tangani
oleh
Su
Meng
Liang
(Pemohon
Kasasi
I/Pelawan/Pembanding) selaku direktur.13
12
Alfeus Jebabun, Piercing The Corporate Viel, http://catakum.
blogspot.co.id/2015 /01/piercing-corporate-veil.html, diunduh pada Tanggal 17
Maret 2016 Pukul 07.00 wib
13
Ibid
14
Namun, Mahkamah Agung menolak permohonan
kasasi pemohon. Menurut MA, sebagai Direktur dan
Presiden Komisaris, para pelawan ikut bertanggungjawab
atas kewajiban perusahaan dalam perjanjian tersebut.
Terhadap
alasan-alasan
kasasi,
Mahkamah
Agung
berpendapat bahwa alasan-alasan kasasi tersebut tidak
dapat dibenarkan, judex facti tidak salah menerapkan
hukum, bahwa Pelawan I dan II sebagai Presiden Direktur
dan selaku Presiden Komisaris PT.Gunung Bintan Abadi
(PT.GBA) yang telah menanda tangani perjanjian dengan
PT Bank CIMB Niaga atau Terlawan ikut bertanggung
jawab atas kewajiban PT.Gunung Bintan Abadi pada
PT.Bank CIMB Niaga atau Terlawan.14 Dari beberapa
contoh yang dikemukakan sebelumnya membuat Teori
piercing the corporate veil diakui keberadaannya di
Indonesia dengan melihat beberapa case yang terjadi
14
Putusan Hakim atau Yuripurudensi, diputus pada tanggal 20 Juni
2013, oleh Majelis Hakim Agung, I Made Tara, H.Mahdi Soroinda Nasution,
dan H.Habiburrahman.
15
sebelumnya, yang dengan demikian semestinya holding
company dapat dijembatani melalui teori ini juga.
Doktrin untuk menyingkap tabir hukum perseroan
atau yang dikenal dengan Piercing the corporate veil di
Indonesia masih relaif baru, sehingga masih diperlukan
pengembangan medan aplikasi yang tepat dalam sistem
hukum positif Indonesia. Para peletak dasar teori badan
hukum
belum
menyadari
bahwa
tindakan
hukum
perseroan yang pada hakikatnya dilakukan oleh para
pribadi manusia, yang berada dibalik badan hukum
tersebut dapat dimanfaatkan oleh pribadi tersebut, untuk
melakukan perbuatan tercela dengan tetap mendasarkan
pada kewenangan bertindak suatu badan hukum yang
dianggap sebagai subyek hukum.15
Hal tersebut dapat dikarenakan pilihan politik
hukum Indonesia yang menganut asas positivisme hukum
yang meresepsi doktrin hukum nuullum dilectum sine
15
Tri Widiyono, Jurnal Perkembangan Teori Hukum dan Doktrin
Hukum Piercing the Corporrate Veil dalam UUPT dan Realitasnya serta
Prospektif Kedepannya, Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta
16
praveia legi poenali yang artinya tiada seseorang dapat
dipidana sebelum ada Undang-undang mengaturnya
terlebih dahulu, sehingga tanpa adanya perwujudan
hukum dalam suatu ketentuan hukum positif, maka
tindakan hukum apapun sepanjang tidak diatur dalam
normative hukum positif, menjadikan tindakan hukum
yang dilakukan menjadi diperbolehkan. Namun, tidak
terlepasnya kebebasan hakim dalam menggali suatu
perkara dapat mencari cara lain tentunya dibenarkan
norma dan asas hukum. Dengan demikian penerapan
doktrin hukum korporasi dalam hukum positif di
Indonesia menjadi penting, antara lain agar perseroanperseroan dapat dikelola dengan baik good corporate
governace
yang
pada
akhirnya
dapat
mendukung
perkembangan momentum pembangunan ekonomi secara
makro.16
Dari berbagi hal yang dikemukakan diatas, maka
Teori Piercing The corporate veil menurut penulis
16
Ibid
17
menarik untuk dipahami dan dikaji lebih dalam lagi untuk
mencapai suatu filosofi hukum tercapainya keadilan.
Adapun untuk pembatasan penelitian ini hanya dilakukan
sebatas hubungan Holding terhadap anak perusahaan saja,
Sementara terkait dengan holding terhadap cucu serta cicit
tidak
dilakukan
karena
pemberlakukan
atau
analisisnyapun akan sangat berbeda. Serta pembatasan
selanjutnya terletak pada perspektif perdata, untuk pidana
hanya saja sebagai ulasan penambah khasanah wawasan
saja. Dengan dasar pertimbangan tersebut penulis
menyimpulkan
judul
yang
akan
diteliti
adalah
“PIERCING THE CORPORATE VEIL TERHADAP
HOLDING COMPANY DALAM TINDAKAN HUKUM
ANAK PERUSAHAAN”
B. Rumusan Masalah :
1. Mengapa Teori piercing the corporate veil perlu
diberlakukan Terhadap Holding Company yang
18
berhubungan
dengan
tindakan
hukum
anak
perusahaan?
2. Dalam hal apa sajakah Holding Company harus
bertanggung Jawab terhadap Tindakan Hukum Anak
Perusahannya, baik sebelum diterapkan Piercing the
croporate veil maupun setelah diterapkannya Teori
tersebut?
3. Bagaimanakah Bentuk
Company
Perusahaan
Tanggung Jawab Holding
Terhadap
tindakan
setelah
diterapkan
Hukum
Anak
Piercing
The
corporate veil?
C. Tujuan Penelitian :
1. Mengkaji dan memahami keberadaan penggunaan
Teori Piercing the Corporate Veil Terhadap
Holding Company yang berhubungan dengan
tindakan hukum Anak Perusahaan di Indonesia
2. Mengetahui dan mengkaji dalam hal apa saja yang
menjadi tanggung jawab Holding company Baik
diterapkannya atau tidak Piercing the Corporate
19
Veil yang berhubungan dengan tindakan hukum
Anak Perusahaan di Indonesia
3. Menjawab dan mengetahui Bentuk tanggung
jawab Piercing the Corporate veil Terhadap
Holding Company yang berhubungan dengan
Anak Perusahaan di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian :
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
dalam aspek teoritis maupun aspek praktis.
1.
Dalam aspek teoritis, penelitian ini diharapkan
mampu
memberikan
pengetahuan
dan
saran
sumbangsih
pemikiran,
ilmu
terhadap
pengembangan khasanah ilmu hukum perusahaan,
yang berkaitan dengan hukum bisnis untuk
menghadapi dan menjalani kegiatan usahanya di
Indonesia, tentunya dalam menjalani Masyarakat
Ekonomi Asean saat Ini.
20
2.
Dalam aspek praktis, penelitian ini diharapkan
memberikan pemahaman dan sudut pandang
kepada
masyarakat
mewujudkan
keadilan
tentang
dalam
upaya
dalam
perkara
bisnis
tentunya, terkait kegiatan perusahaan yang tidak
diperbolehkan
untuk
melakukan
perbuatan
melawan hukum dalam memperkaya harta pribadi,
dan sekaligus sebagai saran bagi pemerintah
tentang pentingnya untuk merevisi peraturan
perundang-undangan khusunya tentang badan
hukum terutama Perseroan Terbatas mengenai
Holding Company.
E. Keaslian Penelitian :
Setelah melakukan penelusuran terhadap juduljudul penelitian tesis terkait dengan Piercing the
corporate veil terhadap Holding Company dalam
tindakan hukum anak perusahaan ditemukan ada
beberapa yang mengkaji dan membahas terkait dengan
Pircing the corporate veil ini,adapun yaitu :
21
1. Rustamaji
Purnomo
dengan judul
Penerapan
Doktrin Piercing the corporate veil pada perseroan
terbatas (Studi Kasus PT.Djaya tunggal dan
PT.Bank perkembangan Asia). Metode
yang
digunakan Yuridis normatif. Fokus kajiannya
adalah kepada analisis kasus yang menyimpulkan
bahwasanya tidak berlaku hanya pada pemagang
saham saja tetapi melainkan direksi dan komisaris
juga dimintai pertanggung jawabnanya. Majelis
hakim telah menggunakan Piercing the corporate
veil pada perkara ini sehingga direksi dan komisaris
dapat dimintai pertanggung wabannya. Penelitian
ini
dilakukan
pada
tahun
2008
Universitas
Sumatera Utara Medan.
2. Sulistiowati, Merupakan Desertasi dengan judul
Keterkaitan Induk dan Anak perusahaan dalam
kontruksi perusahaan Grup dan Implikasinya
kepada pihak ketiga di Indonesia. Desertasi yang
dihasilkan
oleh
buk
22
sulistiowati
ini
tidak
dipublikasikan sehingga tidak terlalu mendapatkan
informasi yang detail. Namun peneliti dapat
menggambarkan
bahwasanya
Desertasi
yang
dilakukan buk Sulistiowati sangatlah detail dan
peneliti menyimpulkan sangatlah general karena
berbagai sudut pandang yang dilakukan sehingga
fokus kajiannya adalah kepada Perusahaan Grup
dimana lebih banyak menggunakan berbagai teori
hukum yang berlaku diindonesia. Artinya Desertasi
yang dihasilkan sulistiowati sangatlah lengkap,
namun ada beberapa tambahan yang semestinya
juga harus lebih dibahas secara detail.
3. Piercing the Corporate Veil oleh Dewan Komisaris
menurut Undang-undang 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Laporan Penelitian oleh I Gusti
Ayu suarniati Universitas Maharaswati Denpasar.
Lebih
mengkhususkan
kepada
Corporate Veil terhadap Komisaris
23
Piercing
the
4. Piercing The Corporate Veil Terhadap Holding
Company
dalam
Tindakan
Hukum
Anak
Perusahaan. Diteliti oleh Muhammad Syafi’i
Magister Ilmu Hukum UMY. Berbeda dengan
sebelumnya tentunya dilihat dari Rumusan Masalah
dan fokus kajiannya. Penelitian ini menggunakan
metode normatif. Tesis ini lebih mengungkapkan
kesisi teori untuk menjawab permasalahannya,
yang membedakan dengan yang lain adalah bukan
saja hubungan hukumnya
melainkan
sampai
dengan
yang dikaji tetapi
bentuk
tanggung
jawabnya lebih diperdalam melalui Teori Piercing
the Corporate Veil, Teori Badan Hukum, dan Teori
Tanggung jawab. Fokus kajiannya adalah kepada
Piercing the corporate veil
Dengan dermikian, keaslian tesis ini insyallah
dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan asassasas keilmuan yang harus dijunjung tinggi secara rasional,
24
kejujuran sertra objektif serta terbuka. Semua ini
berimplikasi menemukan kebenran ilmiah.
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Terhadap Perseroan Terbatas
1. Pengertian Terhadap Perseroan Terbatas
Sebelum kita membahas pengertian perseroan
terbatas, sebaiknya kita masuk terlebih dahulu tentang
perusahaan. Perusahaan yang terdiri dari badan hukum
dan tidak berbadan hukum. Adapun menurut para ahli
perusahaan itu adalah17 :
a. Molengraaffa
Perusahaan
adalah
keseluruhan
perbuatan yang dilakukan secara terus menerus,
bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan
dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan
barang atau mengadakan perjanjian perdagangan18
b. Murti Sumarni pada tahun 1997, Perusahaan
adalah sebuah unit kegiatan produksi yang
17
Dudung, Pengertian PT dan CV, http://www.dosenpendidikan.
com/pengertian-pt-dan-cv-menurut-6-para-ahli/ diunduh pada tanggal 25 April
2016 Pukul 15.00 Wib
18
ibid
26
mengolah
sumber
daya
ekonomi
untuk
menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat
dengan tujuan memperoleh keuntungan dan
memuaskan kebutuhan masyarakat.19
c. Much Nurachmad, Perusahaan adalah setiap
bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,
milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau
milik badan hukum, baik milik swasta maupun
milik negara yang mempekerjakan pekerja dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.20
d. Menurut Hukum, Perusahaan adalah mereka yang
melakukan sesuatu untuk mencari keuntungan
dengan menggunakan banyak modal (dalam arti
luas), tenaga kerja yang dikerjakan dengan terangterangan serta secara terus menerus dengan tujuan
mendapatkan sebuah penghasilan dengan cara
19
20
Ibid
Ibid
27
menjual atau membeli
barang – barang atau
mengadakan sebuah perjanjian perdagangan.21
Dari
pengertian
diatas
maka
dapat
disimpulkan melalui Undang-undang No.3 Tahun
1982 tentang wajib daftar perusahaan pasal 1 (b)
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang
menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap
dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja
serta berkedudukan
Republik
Indonesia,
dalam
wilayah
dengan
tujuan
Negara
untuk
memperoleh keuntungan atau laba. Perbedaan
yang mendasar dari bentuk Usaha berbadan
hukum dan tidak berbadan hukum adalah
a. Usaha berbadan hukum adalah22:
21
Nandasaputri, Pengantar Hukum bisnis, https:// nandasaputri
189.wordpress.com/2013/10/18/pengantar-hukum-bisnis-pengertian-perusa
haan/, diunduh pada tanggal 25 April 2016 Pukul 15.10 Wib
22
Lawfile, Perbedaaan usaha berbadan hukum dan tidak berbadan
hukum,”http://lawfile.blogspot.co.id/2011/07/perbedaan-bentuk-usaha-ber
badan-hukum.html”, diunduh pada tanggal 26 April 2016 Pukul 07.00 wib
28
1) Dapat
melakukan
(rechtshandeling)
perbuatan
dalam
hukum
hubungan-
hubungan hukum (rechtsbetrekking)
2) Mempunyai
harta
kekayaan
sendiri,
dimana harta perusahaan dan harta pribadi
dipisahkan secara jelas.
3) Mempunyai hak dan kewajiban
4) Dapat digugat dan menggugat didepan
pengadilan Contoh: Perseroan Terbatas
(PT),
Perusahaan
Perusahaan
Umum
Perseroan
(Perum),
(Persero),
Perusahaan Daerah (Prusda), Koperasi, dan
Yayasan.
b. Sedangkan usaha tidak berbadan hukum
adalah23 :
1) Tidak dapat melakukan perbuatan hukum
dalam hubungan hukum karena bukan
merupakan subjek hukum
23
Ibid
29
2) Kewenangan untuk melakukan perbuatan
hukum diletakan pada mitra atau sekutu
dari
bentuk
usaha
tersebut,
dengan
pembatasan pengaturan yang ditetapkan
oleh Undang-undang
3) Harta kekayaan perusahaan dan pribadi
tidak terpisah dengan jelas, atau pada
prinsipnya
usaha
ini
tidak
memiliki
kekayaan sendiri.
4) Tidak mempunyai hak dan kewajiban
5) Tidak dapat digugat dan menggugat pada
bentuk usaha ini, tetapi dapat dilakukan
pada pemilik atau pengurusnya karena
merekalah secara tidak langsung yang
melakukan
Contoh:
hubungan
Perusahaan
Persekutuan
Perdata,
hukum.
Perseorangan,
Firma
Persekutuan Komanditer (CV)
30
dan
Dalam
hal
ini
karena
Peseroan
Terbatas
adalah
merupakan bagian perusahaan yang berbadan hukum, maka
pengertian Perseroan Terbatas adalah :
a. Dikutip dalam bukunya Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja,
kata perseroan menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas
sero (saham). Sedangkan kata terbatas menunjuk kepada
tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai
nominal saham yang diambil bagian dan dimilikinya24
b. Perseroan Terbatas adalah suatu bentuk perseroan yang
didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan modal
perseroan tertentu yang terbagi atas saham-saham, dalam mana
para pemegang saham (persero) ikut serta dengan mengambil
satu saham atau lebih dan melakukan perbuatan-perbuatan
hukum dibuat oleh nama bersama, dengan tidak bertanggungjawab sendiri untuk persetujuan-persetujuan perseroan itu
(dengan tanggung-jawab yang semata-mata terbatas pada
modal yang mereka setorkan)25
24
Dianambarningrum, Perseroan Tertbatas, http://dianambarningrum
16.blogspot.co.id /2016/01/perseroan-terbatas.html, diunduh pada tanggal 25
April 2016 Pukul 15.30 wib
25
Ibid
31
c.
Berdasarkan Pasal 1 UUPT No. 40 Tahun 2007 pengertian
Perseroan Terbatas (Perseroan) adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
seluruhnya yang terbagi dalam saham, dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaannya.
Dengan demikian ada beberapa unsur-unsur yang harus
dipenuhi untuk bisa dikatakan badan usahanya adalah
Perseroan Terbatas 26 :
a.
Berbentuk badan hukum, yang merupakan persekutuan
modal
b.
Didirikan atas dasar perjanjian
c.
Melakukan kegiatan usaha
d.
Modalnya terbagi saham-saham
26
Prasetyootomo, Perseroan Terbatas Menurut Undang-undang,”
https://prasetyooetomo.wordpress.com/2012/06/27/perseroan-terbatas-menu
rut-undang-undang-perseroan-terbatas/”, diunduh pada tanggal 25 April 2016
Pukul 15.45 Wib
32
e.
Memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UUPT serta
peraturan
persyaratan
material
pendirian
perseroan
terbatas.
Perseroan Terbatas merupakan perusahaan yang oleh
Undang-undang dinyatakan sebagai perusahaan yang berbadan
hukum. Dengan status yang demikian itu, Perseroan Terbatas
menjadi subyek hukum pendukung hak dan kewajiban, sebagai
badan hukum. Hal ini berarti Perseroan Terbatas dapat
melakukan
perbuatan-perbuatan
hukum
seperti
seorang
manusia dan dapat pula mempunyai kekayaan atau utang.
Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UUPT), yang secara efektif berlaku sejak tanggal 16
Agustus 2007.
2.
Pengaturan Lainnya terkait dengan Perseroan Terbatas
Terkait dengan Dasar Hukum, bahwasanya
segala seuatunya pasti ada landsannya baik filososif,
yudiris serta sosiologis. Dengan demikian maka adapun
33
dasar hukum Pembentukan suatu Perseroan Terbatas
adalah27 :
a. Undang-undang
No.40
Tahun
2007
tentang
No.8
Tahun
1997
tentang
perseroan terbatas
b. Undang-undang
dokumen perusahaan
c. Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang pasar
modal berkaitan dengan pembentukan PT Terbuka
d. Peraturan pemerintah No. 26 Tahun 1998 tentang
pemakaian nama perseroan terbatas
e. Keputusan menkumham republik indonesia No.
M-01.HT.01.01 Tahun 2000 tanggal 4 oktober
2000 tentang pemberlakuan sistem administrasi
badan hukum dan hak asasi manusia republik
Indonesia.
f. Surat edaran Direktur Jenderal Administrasi
Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak
27
Notaris dan PPAT, Dasar hukum Perseroan Terbatas yang ada di
Indonesia,http://www.notarisdanppat.com/dasar-hukum-untuk-perseroan-terba
tas-yang-ada-di-indonesia/, diunduh pada tanggal 26 April Pukul 07.30 Wib
34
Asasi Manusia Republik Indonesia No. C1.HT.01.10-03 pada tanggal 8 maret 2004 tentang
berakhirnya sistem manual terhadap permohonan
pengesahan
pelaporan
akta
akta
pendirian,
persetujuan
perubahan
anggaran
dan
dasar
perseroan terbatas.
g. Keputusan Jenderal Administrasi Hukum Umum
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia No. C-1.HT.01.01 pada tahun
2003 tanggal 22 januari 2003 tentang tata cara
pengajuan permohonan dan pengesahan akta
pendirian
dan
persetujuan
akta
perubahan
anggaran dasar perseroan terbatas.
3. Organ Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas terdiri dari 3 organ
didalamnya yaitu RUPS, Direksi, dan Komisaris.
Namun yang dijadikan tinjauan dalam penelitian ini
hanyalah RUPS dan Direksi.
a. Tentang Rapat Umum Pemgang Saham
35
Rapat
selanjutnya
umum
pemgang
disebut
dengan
saham
RUPS
yang
adalah
merupakan organ Perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak dapat diberikan kepada
Direksi ataupun komisaris yang tentunya dalam
batas-batas
Nomor
40
ditentukan
Tahun
dalam
2007
undang-undang
ataupun
anggaran
dasarnya. Semestinya pemegang saham tidak
memiliki power dalam pengelolaan perseroan
tersebut, artinya tidak ada kekeuataan atau campur
tangan dalam pengelolaan perseroan. Namun,
apabila bertemu dalam suatu RUPS maka dapat
membuat suatu keputusan.Pada intinya pemgang
saham
tidak
dapat
mencampuri
urusan
pengelolaan perseroan.28
Forum Rups adalah merupakan suatu konsep
terbaik dalam mengambil keputusan untuk dijalankan oleh
perseoran. Adapun tujuan diadakannya RUPS baik
28
Ridwan Khairandy,
Yogyakarta, Fhuiipers, Hlm.94
2013,
36
Pokok-Pokok
Hukum
Dagang,
berdasarkan undang-undang maupun anggaran dasar
adalah agar dapat memungkinkan pemegang saham
memiliki
kekuatan
kesempatan
mengetahui
dan
melakukan evaluasi kegiatan perseroan dan manajemen
perseroan pada waktu yang tepat tanpa ikutr campur
tangan terhadap perseroan tersebut, dimana perseroan
melakukan bisnisnya.29
Menurut Fuady bahwasanya tidak ada ketentuan
yang tegas dalam undang-undang mengenai batas-batas
dan ruang lingkup kewenangan yang dapat dilakukan oleh
RUPS dalam suatu Perseroan Terbatas dimana yaitu30 :
1) RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang
bertentangan dengan Hukum yang berlaku.
2) RUPS tidak diizinkan mengambil suatu keputusan
yang bertentanganjuga dengan anggaran dasarnya,
namun dapat diubah oleh RUPS asal memenuhi syarat
untuk ini.
29
Simon Fisher, Hukum Perusahaan, Jakarta, Rajawalipers, Hlm.102
Munir fuady, 2005, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas,
Bandung, Hlm.126-127
30
37
3) Selanjutnya
RUPS
tidak
boleh
merugikan
stakeholeder baik pemegang saham minoritas maupun
karyawan, kreditur, masyrakat sekitar dan sebagainya.
4) RUPS juga tidak diizinkan untuk untuk mengambil
keputusan kewenangan dari direksi dan komisaris,
sejauh organ perusahaan tersebut tidak menyalah
gunakan kewenangannya. Hal ini sebagai konsekuensi
logis dari prinsip kewenangan dari RUPS.
Rapat umum pemgang saham memilki hak yang tidak
diberikan kepada direksi dan komisaris dalam batas
yang ditentukan undang-undang maupun anggaran
dasar tersebut 31 :
a) Dapat mengesahkan perbuatan hukum
dilakukan
oleh
pendiriuntuk
yang
kepentingan
Perseroan terbatas yang belum didirikan setelah
PTerseroan terbatas menjadi badan hukum pada
Pasal 13 ayat (1)
31
Binoto nadapdap, 2013, Hukum Perseroan Terbatas,
Jakarta, Permata Aksara, Hlm.127
38
b) Dapat menetapkan sebuah anggaran dasar Pasal 19
ayat (1)
c) Menyetujui pemegang saham dan kreditor lainnya
yang memilki tagian terhadap perseroan terbatas
atas harga saham yang dimilikinya Pasal 35 ayat
(1)
d) Dapat menyetujui pembelian kembali saham tau
pengalihannya lebih lanjut
e) Memutuskan
pengurangan
Modal
Peseroan
Terbatas
f) Menyetujui
penmabahan
modal
Perseroan
Terbatas
g) Dapat mengangkat anggota direksi
h) Menghentikan anggota dirkesi sewktu-waktu
i) Menetapkan gaji dan tunjangan anggota direksi
j) Dapat
menyetujui
pengambilalihan
penggabungan,
atau
Terbatas
39
pemisahaan
peleburan,
Perseroan
k) Dan terakhir adalah dapat memutuskan laba bersih
termasuk penyisihan untuk cadangan.
Didalam sistem hukum Belanda RUPS
bukanlah merupakan forum untuk mengangkat dan
mengusulkan
komisaris,
pergantian
melainkan
direksi
untuk
amupun
menentukan
pembagian deviden atau pembagian laba. Jika
tidak puas dengan kebijakan suatu perseroan
tersebut maka mereka dapatlah melakukan gugatan
atau memilih jalan keluar terakhir menjual sam
perusahaan yang dimilikinya.32
b. Pengertian Direksi
Pengertian direksi merupakan dewan
direktur yang dapat terdiri atas suatu atau beberapa
orang direktur. Apabila direksi lebih dari 1 orang
direktur, maka salah satunya menjadi direktur
utama atau presiden direktur dan yang lainnya
32
Antonious Alijoyo, 2004, Penggerak Good Corporate
Governance Perusahaan, Jakarta, PT.Indesk, Hlm.11-12
40
menjadi direktur atau wakil direktur,
menurut
Pasal 1 butir (5) UUPT direksi adalah organ
perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh
atas
pengurusan
perseroan
untuk
kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik
didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar.
Selanjutnya Pasal 92 ayat (1) UUPT
menentukan
bahwa
direksi
menjalankan
pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Kemudian Pasal 92 ayat (2) menunjukkan bahwa
direksi
berwenang
menjalankan
pengurusan
tersebut sesuai dengan kebijakan yang tepat, dalam
batas yang ditentukan atau anggaran dasar. Dari
ketentuan-ketentuan di atas dapat disimpulkan
bahwa direksi dalam perseroan memiliki dua
41
fungsi yakni fungsi pengurusan perusahaan atau
manajemen fungsi perwakilan atau representasi. 33
Pada dasarnya anggota direksi adalah
buruh atau pegawai perseroan. Perusahaan sebagai
badan hukum adalah majikan anggota direksi
Peseroan Terbatas. Didalam Perseroan Terbatas
tertutup seringkali pemegang saham juga menjadi
direksi perseroan yang bersangkutan. Walaupun itu
adalah pemegang saham namun ketika dia menjadi
direktur, maka dia terikat pada hubungan kerja
dengan perseroan. Dengan perkataan lain, dia
adalah karyawan perseroan. Didalam Perseroan
Terbatas terbuka biasanya orang yang menjadi
anggota direksi adalah orang profesional yang
bukan
pemegang
saham
perseroan
yang
bersangkutan.34
33
Ridwan Khairandy,
Yogyakarta, Fhuiipers, Hlm.105
34
Ibid, Hlm.106
2013,
42
Pokok-Pokok
Hukum Dagang,
Sebagai konsekuensi dari kedudukan
tersebut, maka hubungan hukum antara direksi
dan perseroan adalah hubungan kerja yang
tunduk kepada hukum perburuhan atau hukum
ketenagakerjaan. Konsekuensi dari hubungan
tersebut
adalah
anggota
direk