Pembahasan Hipotesis 2 Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan dalam Executive Coaching dan Dampaknya terhadap Taktik Pengaruh Proaktif D 922011002 BAB V

110

5.2 Pembahasan Hipotesis 2

H2: Taktik pengaruh proaktif subjek di bawah tipe kepemimpinan transformasional dengan menggunakan executive coaching lebih baik dibandingkan dengan taktik pengaruh proaktif subjek tanpa menggunakan executive coaching . Hasil hipotesis 2 yaitu tipe kepemimpinan transformasional dengan executive coaching memiliki dampak terhadap taktik pengaruh proaktif dalam dimensi rational persuasion, collaboration dan consultatif . Hal ini menarik karena keselarasan dua keterampilan tersebut tidaklah mudah untuk dipraktikkan. Dimensi rational persuasion memiliki lonjakan yang sangat signifikan dari 59.58 sedang setelah dilakukan executive coaching menjadi 78.08 tinggi hal ini disebabkan bahwa prinsip coaching adalah memberikan kesempatan kepada coachee memberdayakan diri dan tugas coach menggali pikiran coachee untuk menemukan alternatif-alternatif baru, sehingga kemampuan coachee menggunakan argumen yang logis mengalami kenaikan dari sedang ke tinggi. Coach berhasil mengeksplorasi pikiran coachee sehingga ide-idenya yang dituangkan dalam action plan benar-benar masuk akal, relevan dan mampu mencapai tujuan. Dimensi collaboration meski naik dari 81.25 menjadi 86.63 namun masih dalam range yang sama yaitu tinggi. Hal ini terjadi karena tipikal seorang pemimpin transformasional sudah memiliki sikap individualized consideration yang dinyatakan dalam relasi dengan bawahan sebagai makluk yang dimanusiakan. Pemimpin yang memerhatikan, mendengarkan, memahami kebutuhan bawahannya, mengembang-kan potensinya dan membimbing kapada tujuannya. Sedangkan dimensi Consultation dari 78.33 menjadi 84.13 dalam range tinggi juga menampakkan kenaikan yang signifikan hal ini dipengaruhi karakter kepemimpinan transformasional dalam hal intellectual simulation yaitu pemimpin yang senantiasa menstimulus hadirnya perspektif atau paradigma yang baru, cara-cara yang baru yang dihasilkan dari diskusi, sehingga mendorong bawahannya berani menyampaikan ide-ide baru. Jadi 111 ketiga dimensi taktik pengaruh proaktif meningkat karena terintegrasinya antara peran executive coaching dengan dimensi kepemimpinan transformasional. Inspiration appeal tidak meningkat meskipun dilakukan coaching , karena kepala penjualan adalah tipe orang yang sudah memiliki komitmen untuk mencapai target, karena target adalah kesempatan mendapatkan bonus, jalan-jalan keluar negeri dan naik pangkat. Hal inilah yang menyebabkan tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah di coaching . Executive coaching mengubah perilaku kepala penjualan dari yang kurang menjadi baik ataupun yang sudah baik menjadi lebih baik dan hal ini sesuai dengan konsep coaching dari International Coach Federation pramudianto, 2015 yaitu menstimulus coachee untuk menemukan solusinya dengan peran coach yang memberdayakan pikiran dan mengajak menari dalam paradigma yang baru sehingga mampu mengoptimalkan kemampuan secara pribadi maupun organisasi. Keterampilan coaching tersebut menjadi alat untuk mencapai tujuan organisasi khususnya perusahaan yang diteliti, oleh karena itu, budaya yang telah dibangun sangat menunjang pelaksanaan tersebut. Nilai pertama yang sangat penting dan menjadi dasar adalah integritas dan kejujuran yang merupakan keselarasan, kerendahan hati, dan keberanian. Keselarasan: hidup dengan nilai-nilai dan keyakinan dan melakukan apa yang dikatakan. Rendah hati: berpegang teguh pada prinsip, terutama di saat –saat sulit. Lebih mementingkan hal yang benar, daripada menjadi pihak yang paling benar. Keberanian: bertindak sesuai dengan prinsip. Anda melakukan hal yang benar, terutama ketika hal itu sangat sulit dilakukan. Nilai integritas dan kejujuran adalah melakukan kegiatan atau tindakan dengan penuh komitmen, konsisten, tanggung jawab dan jujur, meskipun berada dalam keadaan sulit dengan berfokus pada perusahaan sesuai dengan kebijakan perusahaan yang berlaku. Temuan riset menunjukkan subjek dengan pemimpin transfor- masional mengalami perubahan perilaku yaitu mampu melakukan komunikasi dengan baik, menunjukkan proses yang dilakukan dalam 112 mencapai tujuan dan bahkan komitmen yang diungkapkan benar-benar dilakukan, hal tersebut sesuai dengan penelitian Bono et al . 2009 yang memberi bukti empiris bahwa psikologi dalam executive coaching berperan penting dalam perubahan perilaku manajer sebagai sumber daya manusia di organisasi. Subjek mendapatkan sapaan dan pertanyaan dengan kata-kata proaktif dan empati yang meyakinkan sehingga memiliki kesan positif terhadap subjek tersebut. Kondisi ini menyebabkan proses sapaanpertanyaan berfungsi dengan baik yaitu subjek memiliki motivasi, merasa terstimulus, tertantang untuk mengungkapkan ide-ide dan rencana menjalankan komitmennya sehingga mampu untuk meningkatkan kinerjanya. Subjek menjawab dengan semangat, smart dan mengarah pada solusi, hal tersebut terbukti dalam jangka waktu menjawab memiliki jeda yang pendek. Subjek merespon dengan cepat dan menggunakan kata-kata yang memiliki makna semangat, jelas tidak multi tafsir atau ambigu subjek mengatakan bahwa perusahaan memiliki kepedulian kepada karyawan, merasa lebih diperhatikan, memberi semangat, dan motivasi. Hal tersebut sejalan dengan riset dari Gundersen, Hellesoy, dan Raeder 2012 bahwa tipe kepemimpinan transformasional di lingkungan kerja yang dinamis memberikan dampak kinerja yang efektif bagi karyawan dan efektivitas bagi organisasi. Kepala cabang di perusahaan otomotif sangat merasakan hasil dari executive coaching terhadap para kepala penjualan di Indonesia. Tujuan perusahaan adalah peningkatan omset dan supaya hal tersebut tercapai maka perlu meningkatkan promosi. Padahal keberhasilan dan kegagalan bisnis tidak hanya ditentukan oleh promosi. Promosi memang penting, tetapi bukan satu-satunya yang akan meningkatkan omset. Meningkatkan omset bukan hanya promosi yang harus diperbaiki, tetapi seluruh aspek yang memengaruhi bisnis. Perbaikan bukan hanya strategi, taktik, sumber daya, tetapi juga harus memperbaiki orang-orang dalam bisnis tersebut, dan bukan hanya masalah sikap dan keterampilan, tetapi masalah mental dan energi yang tidak terlihat. Ada hal- hal yang tidak “terlihat” yang akan menentukan keberhasilan bisnis dalam sebuah perusahaan. Melalui 113 proses executive coaching mampu memberikan kesadaran kepada para kepala penjualan untuk tidak fokus pada hal-hal yang terlihat saja namun juga memperhatikan mental dan spiritualnya. Hal itu terbukti para kepala penjualan semangat untuk mengikuti training-training yang diadakan, pengembangan knowledge manajemen dan mengadakan kegiatan-kegiatan kebersamaan diantara mereka dengan para tenaga penjualan. Statistik 2015 tentang penjualan di Indonesia bahwa 44 dari tenaga penjualan menyerah setelah satu kali penolakan. Rata-rata salesman hanya melakukan 2 upaya follow up untuk menghubungi prospek. Sementara rata- rata untuk menghubungi prospek minimum 5 kali follow up baru akan terhubung. Setelah pertemuan pertama, 80 dari penjualan memerlukan 5 follow up . Penelitian menunjukkan bahwa 35-50 transaksi diberikan kepada vendor yang merespon paling cepat. Jika tenaga penjualan menindaklanjuti permintaan dari website dalam waktu 5 menit, maka 9 kali lebih memberi kemungkinan closing. Jika 63 dari orang yang meminta informasi tentang perusahaan maka hari ini tidak akan membeli setidaknya tiga bulan dan 20 akan mengambil lebih dari 12 bulan untuk membeli. Dari 100 database hanya 25 dari data prospek yang sah, lengkap, dan dapat di follow up. 50 dari lead , memang berkualitas tetapi belum siap untuk membeli. Lead yang dipupuk akan melakukan pembelian 47 lebih besar dari lead yang tidak dipelihara. Dari data tersebut maka ditemukan peluang bagi pemimpin yang mau belajar dan menerapkan teknik executive coaching dan hasilnya dalam 6-9 bulan menjadi sangat efektif dalam membantu perusahaan mengembalikan fokus dan menggali potensi sedalam-dalamnya. Perusahaan sudah memiliki sumber daya untuk sukses, sayangnya, banyak yang tidak menyadari. Para ilmuwan, filsuf, ahli-ahli, dan miliarder di dunia pernah mengatakan segala sesuatu terjadi dua kali, pertama di pikiran, kedua di dunia nyata. Dalam executive coaching memberikan tools berupa pertanyaan yang membawa klien merasakan goal itu sudah terwujud sehingga dapat membantu setiap klien dengan lebih cepat. Hal yang menarik, ketika mampu membayangkan goal terwujud, berarti dapat 114 memvisualisasikan strategi untuk mencapai goal tersebut. Hal tersebut sejalan dengan Warrenfeltz 2000 bahwa keberadaan executive coaching mampu mendorong organisasi untuk lebih efisien dan efektif dalam pengelolaan sumber daya manusia. Dalam penelitian ini ditemukan karakteristik perubahan perilaku yang sangat signifikan, khususnya para coachee memiliki hubungan yang lebih baik terhadap atasan langsung dan dalam levelnya atasan yang lebih tinggi, serta hubungan dengan para sales menjadi lebih produktif. Kalimat-kalimat yang dikeluarkan oleh kepala penjualan pada saat briefing dengan para tenaga penjualan sangat dirasakan berbeda, khususnya tidak menekankan target saja lebih ada sikap empati dan kerjasama bahkan tiap pagi dilakukan renungan dengan belajar dari pengalaman orang-orang sukses ataupun pengalaman sesama karyawan. Proses yang dilakukan kepala penjualan memberikan dampak kepercayaan yang tinggi dan hal tersebut tampak kedisiplinan para tenaga penjualan dalam memberikan laporan harian secara tepat. Kebiasaan para tenaga penjualan datang terlambat dengan berbagai alasan demikian juga seringkali sore hari tidak kembali ke kantor padahal masing-masing tenaga penjualan harus melaporkan aktivitas kesehariannya dalam mencari prospek. Melalui executive coaching yang dilakukan kepala cabang kepada kepala penjualan memiliki dampak yang sangat baik dalam perubahan perilaku para tenaga penjualan. Para kepala cabang belajar mengubah diri, mengubah paradigma berpikir dan berdampak pada perubahan kepala penjualan yang akhirnya para tenaga penjualan pun berubah karena pendekatan para kepala penjualan yang berbeda dan lebih pada sikap empati, menyetuh perasaan para tenaga penjualan. Seorang pemimpin menjadi produktif yaitu apa yang diucapkan sama dengan pada yang dilakuan sehingga seluruh karyawannya memiliki figur yang diteladani. Pemimpin selalu berani membuka jalan, karyawan lain mengikuti dan bahkan mampu untuk membuka jalan sendiri untuk mencapai tujuannya. Seorang pemimpin yang mengunakan teknik executive coaching dan memiliki tipe kepemimpinan transformasional mampu mengomunikasikan 115 gambaran akan masa depan organisasi dengan jelas dan kreatif hal tersebut akan membantu perusahaan bergerak lebih dinamis. Berdasarkan respon dari subjek, maka proses kepemimpinan transformasional berhasil. Subjek merespon sesuai dengan kalimat yang diberikan oleh coach . Ada perbedaan yang signifikan, yaitu pemimpin dengan tipe kepemimpinan transfor- masional, para subjeknya menjawab dengan penjelasan yaitu berupa proses dan rencana tindakan. Subjek menjelaskan dengan antusias, dan menunjukkan action plan- nya, bahkan jawabannya rinci, kalaupun singkat tetapi jelas dan padat . Evaluasi yang dipaparkan semua mengatakan bahwa model pemimpin yang memiliki tipe transformasional memberikan manfaat dalam membuka paradigma, alternatif baru, mengingatkan, memberdaya- kan, mengoptimalkan cara berpikir, bertindak dan menambah semangat dalam melakukan penjualan. Dalam berbagai literatur bahwa tipe kepemimpinan memiliki pengaruh dalam kepemimpinan. Jika seseorang dapat meningkatkan pengaruhnya dalam diri orang lain, maka dapat memimpin dengan lebih efektif. Kepemimpinan adalah sebuah proses, bukan jabatan. Kepemimpinan yang baik bukan mengenai pengembangan diri sendiri, melainkan mengenai pengembangan tim dan bahkan mampu menciptakan pemimpin baru. Memimpin orang lain dengan baik dan membantu anggota tim menjadi pemimpin yang efektif, berdampak pada karier bawahan menjadi sukses. Praktik kepemimpinan adalah tindakan yang mungkin mendatangkan hasil dalam keadaan atau kondisi tertentu namun tidak bisa diterapkan dalam keadaan lain, yang artinya memiliki karakteristik yang situasional. Namun, prinsip seorang pemimpin adalah kebenaran eksternal yang bisa dipercayai. Prinsip itu penting karena berfungsi sebagai peta yang mengambil keputusan yang bijaksana. Bagaimanapun juga jika menerima sebuah prinsip dan menjadikannya sebagai bagian dari pola pikir dan tindakan, prinsip itu pun akan menjadi bagian dari nilai seorang pemimpin. Saat pemimpin menyukai orang lain dan memerlakukan seakan-akan bernilai, pemimpin mulai 116 mengembangkan pengaruh dalam diri orang tersebut. Seorang pemimpin dapat menyukai orang lain tanpa memimpin, namun pemimpin tidak dapat memimpin orang lain dengan baik jika pemimpin tidak menyukai orang- orang tersebut. Para pemimpin yang baik tidak hanya sekedar menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan, pemimpin bisa menjadi orang yang mendorong terjadinya perubahan. Para pemimpin menjadi besar bukan karena kekuasaan, melainkan karena kemampuan memberdayakan orang lain Seseorang yang penuh rasa hormat, menyenangkan, dan produktif dapat memberikan pengaruh besar dalam diri orang lain dan memperoleh pengikut dengan sangat mudah. Hal tersebut sangat nampak dalam relasi antara pemimpin transformasional yang mampu mendorong suatu perubahan perilaku terhadap timnya dan semakin besar perubahannya bahkan melampaui harapan ketika menggunakan teknik executive coaching . Executive coaching suatu keterampilan dan harus bersinergi dengan kepemimpinan yang memiliki integritas dalam praktiknya. Budaya yang terbangun sangatlah memengaruhi praktik executive coaching di perusahaan yang diteliti membuat sinergi antara executive coaching , kepemimpinan, dan budaya. Integritas dan kejujuran tidak hanya berkaitan dengan material, namun juga berkaitan dengan time management . Kerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti sebelum target kerja tercapai dan selalu mengutamakan atau memerhatikan kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan. Kerja keras dapat diartikan bekerja mempunyai sifat yang bersungguh-sungguh untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Pemimpin dapat memanfaatkan waktu optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapainya. Pemimpin sangat bersemangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal. Pemimpin perusahaan yang mampu menyelaraskan antara executive coaching , kepemimpinan transformasional, dan budaya organisasi mendapatkan hasil yang maksimal bahkan mendapatkan penghargaan dari berbagai lembaga. Hasil yang dirasakan masyarakat yaitu pelayanan yang terbaik dan berdampak 117 pada perbaikan-perbaikan terus menerus, membuahkan inovasi-inovasi baru. Hubungan antara pimpinan sangat terbuka, dari desain ruangan saja antardireksi tidak ada sekat, para chief executive officer dan kepala divisi menempati ruang kaca, dan kapanpun bisa ditemui untuk berdiskusi. Seperti tidak ada jarak antara karyawan dengan para pimpinan. Kenyataannya budaya coaching mulai bertumbuh bahkan tidak lagi satu tahun pimpinan menjalankan executive coaching dua kali, kapan saja karyawan dapat datang untuk mendapatkan coaching dengan atasannya. Secara perlahan budaya coaching mulai terimplementasikan dan pimpinan tidak lagi memanggil karyawan untuk di coaching , melainkan karyawan aktif minta di coaching jika mengalami kesulitan atau ingin meningkatkan performance nya. Program executive coaching membantu membangun perilaku habit baru di dalam organisasi dan membawa organisasi kepada sustainable superior performances . Sebagai pemimpin membantu pemimpin lain dalam memimpin proses yang membuat tim dan organisasi mampu mencapai hasil yang hebat dan belum pernah dicapai sebelumnya. Executive coaching membantu mengarahkan dan mengubah cara pemimpin dalam memimpin untuk mengikut sertakan timnya, supaya mampu meningkatkan hasil yang dicapai. Sebagai individu mengerti apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan bersama, menjadi karyawan yang lebih produktif dengan fokus kepada pekerjaan yang mendukung pencapaian tujuan organisasi. Belajar menggunakan proses dan sistem untuk fokus kepada pencapaian tujuan, membawa ide baru yang lebih baik kepada tim dan organisasi sehingga terjadi proses perbaikan secara terus menerus.

5.3 Pembahasan Hipotesis 3

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Esuriun orang Bati D 902008103 BAB V

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Parasit Pembangunan D 902007008 BAB V

0 0 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan Bali dalam Ritual Subak D 902009009 BAB V

0 1 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan dalam Executive Coaching dan Dampaknya terhadap Taktik Pengaruh Proaktif D 922011002 BAB IV

0 1 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan dalam Executive Coaching dan Dampaknya terhadap Taktik Pengaruh Proaktif D 922011002 BAB III

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan dalam Executive Coaching dan Dampaknya terhadap Taktik Pengaruh Proaktif

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan dalam Executive Coaching dan Dampaknya terhadap Taktik Pengaruh Proaktif

1 2 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan dalam Executive Coaching dan Dampaknya terhadap Taktik Pengaruh Proaktif D 922011002 BAB VI

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan dalam Executive Coaching dan Dampaknya terhadap Taktik Pengaruh Proaktif D 922011002 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepemimpinan dalam Executive Coaching dan Dampaknya terhadap Taktik Pengaruh Proaktif D 922011002 BAB I

0 0 20