2. Formalin Formaldehyd 3. Minyak nabati yang dibrominasi Brominated Vegetable Oils
4. Kloramfenikol Chlorampenicol 5. Kalium klorat Pottasium Chlorate
6. Dietilpirokarbonat Diethylpyrocarbonate
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722MenkesPerIX1988, selain bahan tambahan diatas masih ada bahan tambahan kimia yang dilarang seperti
rhodamin B pewarna merah, methanyl yellow pewarna kuning, dulsin pemanis sintesis, dan kalsium bromat pengeras.
2.5 Zat Pemanis
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan
makanan kesehatan. Berfungsi sebagai pengawet, meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia sekaligus merupakan sumber kalori
bagi tubuh, mengontrol program pemeliharaan, penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama
Cahyadi, 2006.
2.5.1 Jenis pemanis
Dilihat dari sumbernya, pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis
alami dan pemanis buatan sintetis. Pemanis alami
Pemanis alami biasanya berasal dari tanaman sebagai penghasil pemanis utama adalah tebu Saccharum officanarum L dan bit Beta vulgaris L. Bahan
Universitas Sumatera Utara
pemanis yang dihasilkan dari kedua tanaman tersebut dikenal sebagai gula alam atau sukrosa. Beberapa bahan pemanis alam yang sering digunakan adalah
sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, d-glukosa, d-fruktosa, sorbitol, manitol, gliserol, gliserina.
Pemanis sintetis
Pemanis sintetis adalah bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan, tetapi tidak memiliki gizi. Beberapa pemanis sintetis yang
telah dikenal dan banyak digunakan adalah sakarin, siklamat, aspartam, dulsin, nitro-propoksi-anilin.
Di antara berbagai jenis pemanis buatan atau sintetis, hanya beberapa saja yang diizinkan penggunaannya dalam makanan sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 208MenkesPerIV1985, di antaranya sakarin, siklamat dan aspartam dalam jumlah yang dibatasi atau dengan dosis tertentu Yuliarti, 2007.
Pemanis buatan dan juga bahan kimia yang lain sesuai peraturan penggunannya harus dibatasi. Alasannya, meskipun aman dikonsumsi dalam
kadar kecil, tetap saja dalam batas-batas tertentu pemanis buatan akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan yang
mengkonsumsinya. Pembatasan tersebut dikenal sebagai ADI acceptable daily intake atau asupan harian yang dapat diterima. ADI merupakan jumlah maksimal
pemanis buatan dalam gkg berat badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek yang merugikan kesehatan Yuliarti, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Banyak aspek yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan jenis pemanis buatan yang diizinkan untuk digunakan dalam produk makanan, antara
lain nilai kalori, tingkat kemanisan, sifat toksik, pengaruhnya terhadap metabolisme, gula darah, dan organ tubuh manusia Ambarsari, 2008. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa bila dikonsumsi berlebihan atau secara berkelanjutan beberapa jenis pemanis membawa efek samping yang
membahayakan kesehatan manusia. Oleh sebab itu, selain ketentuan mengenai penggunaan pemanis buatan juga harus disertai dengan batasan jumlah maksimum
penggunannya Cahyadi, 2006.
2.6 Hubungan Struktur dan Rasa Manis