Urutan Acara pada Upacara Perkawinan Masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah.
3.4 Urutan Acara pada Upacara Perkawinan Masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah.
Adat Perkawinan bagi msyarakat Peisir Sibolga Tapanuli Tengah menurut tradisi dan kebiasaan dapat dilaksankan melalui beberapa tahap seperti yang telah dibiasakan sejak dari zaman dahulu secara turun-temurun sampai sekarang. Adapun urutan dan tata cara yang dilakukan dalam adat tersebut adalah :
1. Risik-risik (memastikan seorang calon)
2. Sirih Tanyo (bertanya kesediann calon)
3. Maminang (menanyakan uang mahar)
4. Manganta kepeng (mengantar uang mahar yang telah disepakati)
5. Mato Karajo ( akad nikah)
6. Adat Malam Sikambang
7. Manjalang-jalang (mohon doa restu orangtua laki-laki)
Untuk mengetahui tata cara tahap demi tahap dari pelaksanaan adat istiadat ini diperlukan seorang ahli yang telah berpengalaman mewakili keluarga untuk menghubungi keluarga yang dihajad dan yang dikenal sebagai Talangke yang diberikan kepercayaan untuk mengatur dan melaksanakan amanah.
Talangke adalah sebagai utusan dalam keluarga yang bertanggungjawab sebagai wakil olrang tua pihak laki-laki untuk menjalankan adat merisik sampai pada hari pernikahan dan adat manjalang-jalang.
3.4.1 Risik-risik (Memastikan Seorang Calon)
Risik-risik dengan pengertian bahwa pihak keluarga laki-laki berkunjung kerumah keluarga pihak gadis yang diinginkan oleh pihak laki-laki untuk bercengkrama ingin mengetahui adakah anak gadis yang diinginkan oleh pihak laki-laki. Risik-risik dilakukan dengan santai, biasanya dilakukan keluarga pihak laki-laki yang disebut “Talangke”. Terlangkai itu dalam menyelidiki perempuan dengan bertandang atau bincang-bincang dengan keluarga perempuan. Risik-risik ini dilakukan oleh beberapa orang tua dan biasanya dilakukan oleh ibu-ibu.
Gbr. Risik_Risik
Setelah mengetahui ada seorang gadis dirumah yang dituju maka Talangke akan menyampaikan kepada orangtua laki-laki untuk mempersiapkan kelanjutan untuk menanyakan kesediaan orangtua dari pihak perempuan. Namun begitu keluarga pihak Setelah mengetahui ada seorang gadis dirumah yang dituju maka Talangke akan menyampaikan kepada orangtua laki-laki untuk mempersiapkan kelanjutan untuk menanyakan kesediaan orangtua dari pihak perempuan. Namun begitu keluarga pihak
Dalam tradisi M asyarakat pesisir, kedatangan Talangke merupakan suatu hal yang mulia yang disambut penuh persaudaraan karena ada makna yang mulia terkandung didalam pertemuan dan perbincangan yang akan membawa kebahagiaan bagi kedua keluarga.
3.4.2 Sirih Tanyo ( Bertanya Kesediaan Calon)
Seminggu kemudian, Talangke laki-laki kembali datang dan mengingatkan kedatangan mereka minggu lalu dan sekarang mereka ingin menjelaskan kedatangan mereka sambil menyodorkan Tepak Sirih (Pohan / Kampi Sirih Bakatuk) yang dibawa pihak laki-laki dihulurkan/diberikan kepada pihak perempuan sebagai adat istiadat pembukaan kata dan menanyakan kesedihan salah seorang putri mereka untuk di persunting.
Sirih Tanyo adalah sirih sebagai adat untuk mendapat keputusan atau jawaban pasti dari pada pihak perempuan. Pihak perempuan juga menghulurkan tepak sirih sebagai mengawali komunikasi diantara kedua keluarga. Keluarga pihak perempuan kemudian menyatakan setuju menerima lamaran dari pihak laki-laki. Setelah mendapatkan jawaban dari pihak perempuan, pihak laki-laki menanyakan berapa lama tempo adat M eminang. Pihak perempuan kemudian memberikan tempo selama 2 minggu kepada pihak laki-laki unutk mengadakan acara adat meminang/pertunangan. Dan dalam waktu 2 minggu pihak keluarga laki-laki melakukan persiapan petunangan. Termasuk mempersiapkan apa yang diminta sebagai hantaran oleh pihak laki-laki.
3.4.3 Maminang (Menanyakan Pemberian Mahar)
Setelah waktu yang ditentukan tiba, pihak laki-laki bersiap-siap melaksanakan tugas untuk datang kerumah calon pengantin perempuan. Sebelum berangkat terlebih dahulu diadakan musyawarah dirumah pihak laki-laki agar segala sesuatu yang diminta oleh pihak perempuan nanti dapat diselesaikan dengan baik, dan seorang ketua adat memberikan nasehat kepada semua utusan agar tidak membuat malu kepada pihak keluarga laki-laki.
Pada pertemuan itu, disusunlah barang-barang yang akan dibawa kerumah pihak perempuan, seperti Kampi Sirih Bakatuk 2 (dua) buah untuk membuka dan mengawali pembicaraan dan sekaligus disajikan makanan ringan tradisi masyarakat pesisir bernama
Nasi Tue.
setelah mereka sampai dirumah yang dituju, pihak tuan rumah menyambut kedatangan rombongan pihak laki-laki sambil membawa masuk para tetamunya kedalam rumah dan duduk ditempat yang telah disediakan, maka selanjutnya pihak perempuan mengucapkan selamat datang dan ucapan terimah kasih atas kedatangan yang telah menepati janji untuk melanjutkan perbincangan pernikahan di kedua belah pihak. Sebelum perbincanmgan dimulai, utusan pihak laki-laki menyampaikan Kampi Sirih Bakatuk (Tepak Sirih) kepada tuan rumah satu persatu sehingga semua sanak saudara yang berada diatas rumah mendapat sajian Tepak Sirih sebagai tanda kedatanga pihak laki-laki.
Kemudian pihak perempuan menyapaikan ucapan selamat datang “Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatu”, maka dijawab oleh pihak laki-laki dan dilanujtkan oleh pihak perempuan dengan menggunakan pantun Pasisi/Pesisir, sebagai berikut:
Dipotong Batang Dicucukkan Dalam Dinanti Tumbu Jaman Kejaman Selamat Datang Kami Ucapkan Kapado S anak Famili Handai Tolan Nan Budiman.
Wakil keluarga pihak perempuan kembali bertanya maksud kedatangan pihak laki-laki seolah-olah mereka tidak mengetahuinya, dan berpura-pura tidak pernah bertemu sebelumnya, mereka bertamya :
Bapak –bapak dan ibu-ibu sanak famili kami handai tolan sadonyo bak kato urang Pasisi :
Kok Balai Kaponcan Bako Nampak Ombank Anak Baranak
Kok Buli Kamiko Batanyo Maksud Apo Hajat Dusanak
M aka utusan pihak laki-laki menjawab pertanyaan pihak perempuan :
Ala Gaharu Cindano Pulo Kok Ala Tau Mangapo Batanya Pulo
Mutik Cangke Digunung Tamang Batang Kape Barapi-api Maksud Kami Datang Maminang Datang Maliek Sikandak Ati
Kemudian pihak perempuan bertanya pula :
Taserak Padi Dek Balam Jongon Gala Kami Halokan Tasirok Ati Kami Didalam Jongon Galak Sajo Kami Katokan
Terpesona pihak laki-laki melihat calon pengantin perempuan, karena senang dan menerima kenyataan dengan senyum dan gembira.
Utusan pihak laki-laki menjawab :
Ala Pata Galewang Adok Pata Ditimpo Kaki Dulang Jangan Cewang Ati Kami Nan Tagok Barapo Kami Mambai Utang
Setelah mendengarkan pantun yang dibawakan oleh kedua belah pihak keluarga, maka wakil dari pihak perempuan menyampaikan jawaban atas permintaan laki-laki mengenai “Uang Bantuan” (mahar) yang akan diberikan oleh pihak laki-laki, apakah mereka bersedia dan sanggup memenuhinya, atau kalaupun tidak bagaimana jalan keluarnya agar hubungan persaudaraan bertambah erat. Setelah masing-masing selesai bermusyawarah maka pihak perempuan menyampaikan kembali hasil musyawarah mereka kepada pihal laki-laki dan kebetulan pengantin perempuan melangkahi kakaknya maka juga dipikirkan apa hadiah yang sesuai untuk diberikan kepada si kakak tersebut. Kemudian pihak laki-laki menjawab tentang keadaan yang dihadapi mereka juga adalah sama.
Setelah musyawarah selesai maka pihak perempuan memberitahukan pihak laki-laki tentang permintaan mereka, yaitu berupa Jinamu atau mahar, emas sebanyak sebanyak 10 Gram, Beras 1 Goni, Kelapa 50 Gandeng dan uang sebanyak Rp. 25.000.000,- (zaman sekarang ini) dan seratus duo puluh limo satali serta seekor kerbau (zaman dahulu). M aka pihak laki-laki pun menjawab permintaan pihak perempuan agar jangan terlalu berat beban yang dipikul oleh pihak laki-laki. Setelah musyawarah maka pihak laki-laki mengemukakan hasil musyawarah mereka, antara lain mereka setuju memberikan baju dan kain serta selendang kepada kakak pengantin sebagai Langka Sumangek karena dia lebih dahulu mendapat jodoh, setelah perundingan telah disetujui oleh kedua belah pihak. Kemudian pihak Setelah musyawarah selesai maka pihak perempuan memberitahukan pihak laki-laki tentang permintaan mereka, yaitu berupa Jinamu atau mahar, emas sebanyak sebanyak 10 Gram, Beras 1 Goni, Kelapa 50 Gandeng dan uang sebanyak Rp. 25.000.000,- (zaman sekarang ini) dan seratus duo puluh limo satali serta seekor kerbau (zaman dahulu). M aka pihak laki-laki pun menjawab permintaan pihak perempuan agar jangan terlalu berat beban yang dipikul oleh pihak laki-laki. Setelah musyawarah maka pihak laki-laki mengemukakan hasil musyawarah mereka, antara lain mereka setuju memberikan baju dan kain serta selendang kepada kakak pengantin sebagai Langka Sumangek karena dia lebih dahulu mendapat jodoh, setelah perundingan telah disetujui oleh kedua belah pihak. Kemudian pihak
3.4.4 Manganta Kepeng (Mengantar Mahar yang telah disepakati)
Setelah proses meminang dilaksanakan, adat yang di lakukan selanjutnya adalah M anganta Kepeng (mengantar mahar yang telah disepakati). M anganta Kepeng adalah mengantarkan sesuatu pemberian bantuan/hantaran yang telah disepakati dan pada saat acara tersebut akan ditentukan hari pernikahan, dan hal tersebut juga telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Setelah tiba hari yang ditetapkan, keluarga pihak laki-laki mengadakan pertemuan dan jamuan bersama-sama di rumah pihak laki-laki. Tuan rumah menjemput beberapa Orangtua, Tuan Guru, Alim Ulama, Ketua Adat serta Sanak Saudara dan Jiran Tetangga yang ikut menghantarkan Uang Hantaran (uang Jinamu) yang telah ditetapkan oleh pihak perempuan beberapa minggu yang lalu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Kebiasaan ataupun suatu Tradisi di Daerah Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah ialah menghantarkan Jinamu (mahar) kepada pihak calon pengantin perempuan.
Rombongan Calon pengantin laki-laki telah berkumpul dirumahnya dan mempersiapkan keperluan yang akan dibawa ketempat calon pengantin perempuan berupa “Uang Bantuan”(mahar) sebanyak Rp. 25.000.000,-, yang zaman dahulu seratus dua puluh lima setali, 1 Goni Beras, 50 Gandeng Kelapa (100 biji kelapa) dan seekor Kerbau. M engenai Emas dan Cincin untuk M ahar atau Jinamu sesuai dengan tradisi orang Pesisir, ia diberikan sewaktu diadakan Akad Nikah bersama dengan pemberian pakaian pengantin selengkapnya serta pakaian untuk hadiah kepada kakak calon pengantin karena telah “M elangkahi” yaitu mendahului kakaknya menikah.
Setelah segalanya dipersiapkan seperti : Kampi Sirih Bakatuk yang isinya selengkapnya seperti Beras Kunyit, Lilin, Imbalo, Kemiri, Benang 2 warna, Jarum dan Sirih secukupnya dengan Pinang yang di Kanyam, Pinang Hijau, Pinang Berkulit dan setelah makan bersama dan disudahi dengan doa, maka rombongan calon pengantin laki-laki berangkat menuju kerumah calon pengantin perempuan. Setelah rombongan sampai dirumah keluarga pengantin perempuan, maka rombongan berkumpul bersama-sama sambil menyampaikan salam : Asslamu’Alaikum……..ala datang kami ale……”,lalu salam tersebut disambut hangat oleh pihak perempuan : “Wa’alaikum Salam……Ala Datang
Munak Iyo…..Masuklah Dahulu, Jangan lai Malu-malu Munak, anggap sajolah ruma
kito sendiri”. Dalam pertemuan tersebut diperlukan pembicaraan yang jelas dan tegas agar tidak terjadi salah paham dibelakang hari sehingga memberikan kesan yang tidak baik kepada kedua pihak. Ikatan pertunangan ini harus dilandasi dengan perjanjian yang patut diikuti oleh kedua belah pihak seperti syarat sebagai berikut :
Jika pihak Laki-laki tidak menempati janjinya/memungkiri perjanjian seperti tidak bersedia untui M enikah dengan perempuan yang telah menjadi tunangannya maka segala yang diberikan kepada pihak perempuan tidak akan dikembalikan, kecuali
laiki-laki tersebut meninggal dunia atau cacat seumur hidup. Namun perempuan mau dan bersedia unutk menikah dengan tunangannya yang cacat itu maka ia tidak jadi masalah.
Jika perempuan yang tidak menepati janji, maka pihak perempuan akan membayar dua kali lipat dari pada pemberian laki-laki, kecuali perempuan itu meninggal dunia
atau cacat seumur hidup, yang hal ini tergantung kepada pihak laki-laki apakah laki- laki tesebut bersedia untuk menikah dengan perempuan itu.
Perjanjian tersebut diadakan dihadapan para sanak keluarga, kawan sekampung/tetangga, dan penghulu kampong serta alim ulama yang diundang untuk menmyaksikan pertunangan tersebut agar kedua belah pihak sama-sama berkenan di hati dalam mengikat tali kekeluargaan.
Setelah perjanjian di lafazkan dihadapan para saksi, maka ditetapkanlah tempo pertunangan. Walau sebagaimanapun, kedua belah pihak hendaklah meneriman isi dari perjanjian itu supaya tidak menimbulkan pemikiran yang tidak baik setalah perjanjian dibuat. Pada kebiasannya pertunangan berlangsung selama enam bulan hingga setahun karena kedua belah pihak ingin membuat persediaan perkawinan. Biasanya pihak pengantin perempuan akan mempersiapkan jahitannya atau jika belum pandai menjahit akan diajari oleh kelujarganya menjahit, memasak, mempersiapkan diri menghadapi penghidupan baru yaitu berumah tangga. Setelah perjanjian dilaksanakan, maka rombongan pihak laki-laki memohon izin untuk kembali pulang dan melaporkan perbincangan yang telah ditunggu-tunggu oleh orang tua laki-laki.
3.4.5 Matto Karajo ( Akad Nikah)
M ato karajo (Akad Nikah) adalah hari pernikahan yang akan dilangsungkan sesuai dengan Hukum Islam yang diyakini oleh kedau calon pengantin disertai dengan adat Pesisir yang lazaim disebut oleh masyarakat Etnik Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah dengan nama Adat Sumando.
Gbr. M ato Karajo (Akad Nikah)
M aka pada hari yang ditentukan bersama, diadakanlah acara pernikahan dirumah pihak perempuan. Namun sebelum diadakan pernikahan, terlebih dahulu diadakan persiapan tertentu oleh kedua belah pihak. Pekerjaan yang diutamakan adalah waktu yang tepat untuk memulai acara yang direncanakan yaitu “M engambik Hari dan M angantungi” yaitu memakai peralatan kebesaran adat pesisir dirumah pengantin laki-laki dan dirumah pengantin perempuan yang dimulai sejak hari kamis, jum’at, pada hari sabtu pernikahan calom pengantin perempuan terlebih dahulu dipersiapkan dengan Bakonde (rambut dipotong sedikit bahagian atas depan oleh orang tua kandung calon pengantin p erempuan) yang dipandu Induk Inang dengan peralatan :
1. Pisang Manis satu sisir
2. Kelapa Muda yang diukir satu buah
3. Pisau/Gunting Rambut dan penataan dengan hiasan-hiasan lainnya. Setelah Akad Nikah diadakan M andi Tigo kedua pengantin, disaksikan oleh ibu-ibu
sanak famili. Sebelum pesta dimulai, maka pihak keluarga perempuan mengundang para jiran dan tetangga serta pemuda-pemuda dan anak-anak dara maupun orang-orang tua yang pakar tentang adat pesisir untuk dapat membantu melaksanakan pesta perkawinan secara adat pesisir. M enurut tradisi yang menjadi teradat pada masyarakat suku pesisir Sibolga Tapanuli Tengah, jika ada pesta perkawinan yang akan dilangsungkan dikampung, sesuai dengan tradisi maka seluruh pemuda maupun anak dara ikut membantu menyumbangkan tenaga maupun pikiran agar pelaksanaan pesta perkawinan terselanggara dengan baik. Biasanya para pemuda menolong pekerjaan yang berat-berat seperti bertanak nasi, memasak air, memasang taratak maupun memasang hiasan-hiasan pelaminan untuk pengantin yang diawasi oleh seorang “Bidan Pengantin” atau Induk Inang. Dalam hal ini tugas orang tua membantu menyelenggarakan pernikahan dan menerima tamu yang jauh maupun yang dekat, terutama tamu dari pihak laki-laki agar terdapat kesan yang baik sebagai Besan. Layanan yang sanak famili. Sebelum pesta dimulai, maka pihak keluarga perempuan mengundang para jiran dan tetangga serta pemuda-pemuda dan anak-anak dara maupun orang-orang tua yang pakar tentang adat pesisir untuk dapat membantu melaksanakan pesta perkawinan secara adat pesisir. M enurut tradisi yang menjadi teradat pada masyarakat suku pesisir Sibolga Tapanuli Tengah, jika ada pesta perkawinan yang akan dilangsungkan dikampung, sesuai dengan tradisi maka seluruh pemuda maupun anak dara ikut membantu menyumbangkan tenaga maupun pikiran agar pelaksanaan pesta perkawinan terselanggara dengan baik. Biasanya para pemuda menolong pekerjaan yang berat-berat seperti bertanak nasi, memasak air, memasang taratak maupun memasang hiasan-hiasan pelaminan untuk pengantin yang diawasi oleh seorang “Bidan Pengantin” atau Induk Inang. Dalam hal ini tugas orang tua membantu menyelenggarakan pernikahan dan menerima tamu yang jauh maupun yang dekat, terutama tamu dari pihak laki-laki agar terdapat kesan yang baik sebagai Besan. Layanan yang
3.4.6. Adat malam S ikambang
Dulunya sebelum perkembangan adat upacara perkawinan pesisir, seperti yang dikatakan pada penjelasan tentang M ato Karajo (Akad Nikah) bahwa acara adat telah dilaksanakan sebelum Akad Nikah dilakukan. Banyak acara-acara adat yangg dilakukan 2 hari sebelum pernikahan, yaitu :
3.4.6.1 Bainai Gadang (Berinai Besar)
Bainai Gadang (berinai besar) dilakukan dirumah pihak pengantin laki-laki. Dimana calon pengantin laki-laki dimalam itu memakai inai yang menghiasi tangan dan kakinya. Dalam acara ini pengantin laki-laki melakukan acara adat malam sikambang dan juga tepung tawar yang dilakukan oleh sanak keluarga pihak calon pengantin laki-laki. Dalam acara ini calon pengantin laki-laki mengenakan pakainan pengantin adat pesisir.
3.4.6.2 Malam Bacilok (Bahaning-haning)
M alam Bacilok (Bahaning-haning) atau juga dikenal dengan sebutan baiani Ketek dilakukan di rumah calon pengantin perempan. Acara yang dilakukan sama seperti di rumah calon pengantin laki-laki, memakaikan calon pengantin perempuan inai di tangan dan kakinya, dimalam bacilok atau bahaning-haning ini semua keluarga dan sanak saudara dari pihak perempuan juga ikut memakai inai. Dalam acara ini juga dilakukan adat malam sikambang dan tepung tawar yang mana calon pengantin perempuan mengenakan pakaian pengantin adat pesisir.
Gbr. M alam Bacilok (Bahaning-haning)
Pada mulanya memasang inai tidak saja upaya menampilkan kecantikan pada bagian dari anggota tangan anak daro, namun juga menurut kepercayaan kat zaman dahulu, kegiatan memeahkan kuku-kuku jari calon anak daro ini juga mengandung arti magis. Ujung-ujung jari yang dimerahkan dengan daun inai dan dibalut daun sirih, mempunyai kekuatan untuk melindungi si calon anak daro dari kemungkinan ada manusia yang iri dengan si calon anak daro. Kuku-kuku yang telah diberi pewarna merah yang berarti juga selama ia berada dalam kesibukan menghadapi berbagai macam perhelatan perkawinannya itu ia akan tetap terlindung dari segala mara bahaya. Setelah selesai melakukan pesta-pesta, warna merah pada kuku-kukunya menjadi tanda kepada orang-orang lain bahwa ia sudah berumah tangga sehingga bebas dari gunjingan kalau ia pergi berdua dengan suaminya kemana saja.
Setelah kedua pengantin melakukan adat malam bainai dirumah masing-masing keesokan harinya dilangsungkan Akad Nikah atau M ato Karajo. Dimana kedua pengantin diresmikan menjadi sepasang suami isteri. Dan pada malam hari setelah ak ad nikah dilangsungkan lah acara Adat M alam Sikambang Basanding (Bersanding) dimana pada malam ini kedua mempelai disandingkan dalam satu pelaminan, acara ini biasanya dilakukan di rumah pengantin perempuan.
Gbr. Pengantin dan Pelaminan Pesisr Sibolga Tapanuli Tengah
Dalam acara Adat M alam Sikambang Basanding ini kedua mempelai tidak langsung didudukkan dalam satu tempat, ada urutan-urutan acara adat yang harus diikuti oleh pihak pengantin laki-laki. Awalnya pengantin laki-laki didudukkan dalam sebuah Kereta-Kereta yang merupakan tempat duduk pengantin laki-laki yang juga berada di satu ruangan dengan pengantin wanita yang duduk di Tampek Anak Daro (Pelaminan).
Acara dibuka dengan Tari Saputangan yang diiringi Lagu kapri. Tarian ini menggambarkan suatu cerita/kisah pergaulan diantara muda-mudi masyarakat di daerah Sibolga Tapanuli Tengah dalam mengikat tali persaudaraan antara satu dengan lainnya sehingga masyarakat Pesisir bisa menjalin keakraban dan terbuka terhadap siapap un.
Gbr. Tari Saputangan
Setelah Tarian Saputangan acara dilanjutkan dengan penampilan Tarian Selendang yang diitingi Lagu Duo. Tarian ini menggambarkan kisah seorang pemuda dan sorang pemudi yang sedang dalam memadu janji untuk melanjutkan hubungan mereka hingga Setelah Tarian Saputangan acara dilanjutkan dengan penampilan Tarian Selendang yang diitingi Lagu Duo. Tarian ini menggambarkan kisah seorang pemuda dan sorang pemudi yang sedang dalam memadu janji untuk melanjutkan hubungan mereka hingga
Gbr. Tari Selendang
Setelah Tarian Selendang, dilanjutkan dengan Tari Payung yang diiringi lagu Kapulo Pinang. Tarian ini menggambarkan suatu kisah sepasang suami isteri yang baru saja melangsungkan perkawinan,. Pada suatu hari sang suami akan meninggalkan isterinya pergi berlayar mengarungi lautan untuk mencari nafkah di negeri orang dalam memenuhi tanggung jawab sebagai suami dengan mempergunakan kapal yang membawa dagangannya dari Pulau Poncan Ketek ke Pulau Pinang M alaysia.
Gbr. Tari Payung
Selanjutnya pengantin laki-laki (M arapulai/M arapule) akan bersanding dengan pengantin perempuan (Anak Daro), tetapi sebelumnya prosesi ini diselingi dengan acara adat Dampeng. Dimana salah seorang alek atau anggota Sikambang menyanyilan lirik-larik Selanjutnya pengantin laki-laki (M arapulai/M arapule) akan bersanding dengan pengantin perempuan (Anak Daro), tetapi sebelumnya prosesi ini diselingi dengan acara adat Dampeng. Dimana salah seorang alek atau anggota Sikambang menyanyilan lirik-larik
Setelah kedua mempelai bersanding di pelaminan acara malam Sikambang dilanjutkan dengan penampilan Tari Kipas yang diiringi Lagu Perak-Perak. Tarian ini menggambarkan kesedihan seorang ibu yang akan melepaskan anaknya untuk pergi meninggalkannya dan memasuki keluarganya yang baru. Tarian terakhir yang dipertunjukkan adalah Tari Anak yang diiringi Lagu Sikambang. Tarian ini mengisahkan seluruh rangkaian peristiwa yang terjadi, mulai dari rasa gembira hati menyambut kelahiran sibuah hati sampai kepada perjalanan mencari seorang tabib atau dukun dan obat bagi seorang anak yang sakit. Tetapi pada initinya Tari Anak Tersebut bermaksud unutk mendoakan agar hubungan orang tua dan anak berlangsung dengan baik dan semakin di berkati kedepannya. Serta kedua mempelai didoakan semoga segera mendapatkan keturunan yang semakin menyempurnakan keluarga mereka.
Akhirnya acara Adat M alam Sikambang ditutup dengan Talibun. Talibun merupakan sebuah nyanyian panjang yang dipersembahkan kepada kedua mempelai pengantin yang sedang bersanding. Nyanyian Talibun ini pada initinya memuja kebesaran raja Bandahari, yaitu seorang penguasa yang berkedudukan di Pulau Poncan Sibolga. M enurut ketentuan adat istiadat, sebelum menyanyiakan lagu Talibun terlebih dahulu pihak keluarga (yang puny a hajatan) menghidangkan bermacam-macam kuekepada rombongan pesikambang. Kue dihidangkan didalam “abun” (tempat kue), bila abun sudah disodorkan maka kuenya tadi harus pula diambil dan dicicipi. Sedangkan yang mengambil kue berhutang budi kepada yang Akhirnya acara Adat M alam Sikambang ditutup dengan Talibun. Talibun merupakan sebuah nyanyian panjang yang dipersembahkan kepada kedua mempelai pengantin yang sedang bersanding. Nyanyian Talibun ini pada initinya memuja kebesaran raja Bandahari, yaitu seorang penguasa yang berkedudukan di Pulau Poncan Sibolga. M enurut ketentuan adat istiadat, sebelum menyanyiakan lagu Talibun terlebih dahulu pihak keluarga (yang puny a hajatan) menghidangkan bermacam-macam kuekepada rombongan pesikambang. Kue dihidangkan didalam “abun” (tempat kue), bila abun sudah disodorkan maka kuenya tadi harus pula diambil dan dicicipi. Sedangkan yang mengambil kue berhutang budi kepada yang
3.4.7 Manjalang-jalang dan Pertunjukan ( Mohon doa restu dari orang tua )
M enurut tradisi masyarakat suku Pesisir Sibolga Tapanuli tengah seminggu setelah pesta perkawinan dilaksanakan, kedua pengantin diwajibkan untuk mengunjungi Ibu-Bapak pihak laki-laki untuk menyampaikan sembah sujud dan memohon Doa Restu, karena pengantin laki-laki akan berpisah dengan kedua orang tuanya dan akan bertempat tinggal dirumah orang tua istrinya (M ertuanya) sehingga pasangan Suami Isteri in memperoleh seorang anak dari perkawinan mereka.
Pengantin akan ditemani kaum kerabat dari keluarga perempuan untuk mengunjungi mertua mereka, maka terlebih dahulu dipersiapkan makanan serta kue-kue untuk dibawa dan diberikan kepada orang tua laki-laki. Kedua pengantin memakai pakaian tradisi Pesisir, yang perempuan memakai pelekat dan selendang M aduara dan laki-laki memakai baju Gunting Cino, Sarung Sesamping dan memakai Peci. Pada kesempatan yang sama juga kedua orangtua atau M ertua mereka juga membuat persiapan untuk menyambut menantu dan anak mereka dengan menyiapkan tempat duduk khusus untuk kedua pengantin secara Adat Pesisir.
Pada umunya masyarakat susku Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah bila telah mempunyai seorang menantu, mertuanya sangat sayang kepada menantunya, walaupun laki- laki ataupun perempuan. Hubungan kekeluargaan pada masyarakat suku Pesisir sangat erat antara satu dengan yang lainnya, baik sesama menantu maupun sesama besan.