PROSES KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DALAM MEMPERSUASI PASIEN UNTUK BERAKTIVITAS
1. Perawat Anita dan pasien Roni
utama atau keluhan yang mungkin Perawat Anita kemudian menyapa berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan pasiennya dengan intonasi suara yang kegiatan, memulai kegiatan dengan cara sedikit pelan ,
“Selamat pagi paaak... perkenalkan nama saya suster
yang baik dan melakukan kegiatan sesuai
Anita.. Saya akan merawat bapak hari ini... Kalau
dengan rencana. Sama dengan tahap-
boleh saya tahu nama bapak siapa yaaa??
tahap sebelumnya, hal-hal yang dilakukan
(mengulurkan tangan perawat Anita kepada pasien
pada tahap ini dilakukan oleh semua
sambil memberikan senyuman kepada pasien Roni
perawat pada pasien di Rumah Sakit Jiwa
menunjukan sikap yang ramah dan sikap terbuka)”. Ketika itu pasien hanya memandang wajah
Menur tidak terkecuali.
perawat Anita dengan tatapan sinis dan merespon
d. Tahap Terminasi
pertanyaan perawat Anita dengan jawaban “lapoo
Kegiatan yang dilakukan meliputi
mrene..ngaleh-ngaleh males ambek koen, lapo koen
menyimpulkan hasil kegiatan (evaluasi hasil
iku mrene minggato (kenapa kesini..pergi-pergi
dan proses), memberikan dorongan positif,
malas sama kamu, kenapa kamu itu kesini pergi
merencanakan tindak lanjut dengan klien,
kamuu..)”.
Mel
melakukan kontrak untuk pertemuan
ihat respon pasien yang tiba-tiba emosi tersebut,
selanjutnya (waktu, tempat, topik) dan
perawat Anita mencoba untuk mendekati pasien
mengakhiri kegiatan dengan cara yang
kembali dengan mengulurkan tangannya dan
baik. Hal ini juga terjadi pada komunikasi baik. Hal ini juga terjadi pada komunikasi
(menjabat tangan perawat Yeni)”. (Sumber:
Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa
Observasi pada tanggal 19 Maret 2014).
Timur.Berikut contoh kronologis percakapan
atau komunikasi yang telah dilakukan oleh Dari keempat tahap yang dilakukan para perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur
oleh para perawat dalam berkomunikasi dengan pasiennya.
dengan pasiennya memenuhi tujuan komunikasi terapeutik menurut Purwanto
(1994) (dalam Yanti, 2007, h.11) yang
1. Perawat Diana dan pasien Karno
menyebutkan bahwa komunikasi terapeutik Setelah selesai melakukan aktivitas
mempunyai tujuan yaitu menolong pasien olahraga, perawat Diana berkata ,” gimana
guna memperjelas dan mengurangi beban
rasannya masnyaa..?? masih males dan kesal
gak..(dengan menatap
mata
pasien dan
perasaan dan pikiran serta mengambil
tersenyum)?? Pasien menjawab, enggak sus
tindakan untuk mengubah situasi yang ada
apabila pasien percaya dengan hal yang
tersenyum)..nahh..supaya masnya gak gampang
diperlukan atau
dibutuhkan, untuk
kesal lagi dan tenang hatinnya..terus supaya gak malas lagi badannya masnnya.. coba buat
mengurangi keraguan, membantu di dalam
berolahraga yaa masnnya ya..(dengan suara
hal mengambil suatu tindakan yang efektif
pelan) gakboleh tambah males-malesan yaa.. nanti
dan mempengaruhi orang lain, baik
dirumah..iyaaa masnya yaa (menganggukan
lingkungan fisik maupun dirinya sendiri. Hal
kepala sambil menyodorkan jempol tangan)??
tersebut dapat terlihat ketika perawat
kalau males-malesan nanti masnnya gak bisa jagain ibuknya gimana?? Hayoo?? Mas gak mau
melakukan proses pengenalan dengan
kan kalau ibuknya disakiti orang??”.
pasiennya, dalam pengenalan perawat
Pasi en menjawab,”yoo
ojok
sus..ojok”..”.
tersebut seperti menyebutkan namanya,
nahh..berarti masnnya kalau gitu gak boleh males
posisi dirinya sebagai perawat, dan
malesan dirumah nanti supaya tenang dan gak
tugasnya sebagai seorang perawat di
kesel hatinnya.. kalau males-malesan gak mau ngapa-ngapain nanti masnnya dibawa kesini
Rumah Sakit Jiwa Menur. Semua itu
lagi..terus gak bisa jaga ibuk dong??mau dibawa
dilakukan oleh para perawat untuk
kesini lagi??hayoo??(tersenyum dan menunjukan jari
membangun rasa percaya pasiennya,
telunjuk kearah pasien )”. Pasien menjawab dengan
kemudian
pasien
bersedia untuk
anggukan kepala dan berkata,”iyaa..sus aku jaga
mengungkapkan perasaannya yang pada
ibuk dan gak boleh malesan sus yaa..(sambil menepuk-nepuk pelan dada) ”. (Sumber: Observasi
akhirnya dikarenakan kepercayaan pasien
pada tanggal 17 Februari 2014).
tersebut dapat mempermudah perawat untuk melakukan proses mempersuasi
2. Perawat Yeni dan pasien Fina
sesuai dengan apa yang direncanakan Perawat Yeni
berkata,” nah..gitu
perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur.
dong..sekarang suaranya kan sudah gak ada..nanti
Selain itu, merujuk pada definisi
kalau waktunya minum obat lagi..mbak Fina harus
komunikasi terapeutik sendiri menurut
mau nurut minum obat lagi..okee (menyodorkan
Machfoedz (2009, h. 99) sebagaimana ia
jempol didepan pasien) ”. Pasien tersenyum. Perawat Yeni kemudian berkata,”nah..gitu dong..itu
mengungkapkan
bahwa, komunikasi
namanya mbak Fina memang pinter kalau mau
terapeutik merupakan komunikasi yang
minum obatnya nurut..yaudah saya tinggal
dilakukan atau direncana untuk tujuan
dulu..yaa..jangan lupa..nanti siang pukul 13.00
terapi dan kegiatan tersebut dipusatkan
kalau saya kembali dan minum obat lagi harus
untuk kesembuhan pasien. Seorang
minum obat supaya dibilang pinter (tersenyum) okee..?? setuju?? (menyodorkan tangan untuk
penolong atau perawat dapat membantu
mengajak pasien berjabat tangan)”. Pasien Fina
klien
mengatasi
masalah yang
kemudian tersenyum dambil berkata,”iyaa suster”.
dihadapinya melalui komunikasi tersebut.
Pengertian ini menekankan bahwa mengandung unsur terapi didalamnya komunikasi
dimana komunikasi tersebut disesuaikan komunikasi yang dilakukan oleh perawat
terapeutik
merupakan
dengan permasalahan yang sedang dengan tujuan terapi yang disesuaikan
dialami oleh pasiennya. Seperti pasien dengan permasalahan pasien. Hal
yang sedang sedih mereka berkomunikasi demikian juga didukung dengan kutipan
untuk memberikan dukungan supaya wawancara perawat di Rumah Sakit Jiwa
pasien tidak sedih, ketika pasien kurang Menur sebagai berikut.
percaya diri mereka memotivasi pasien “ saya melakukan komunikasi dengan pasien saya
supaya lebih percaya diri. Berikut ini
ya saya sesuaikan dengan masalahnya si pasien
merupakan contoh kronologis percakapan
itu.. setiap omongan yang saya ucapkan itu
atau komunikasi yang telah dilakukan oleh
mengandung unsur terapi. Setiap saya ngomong itu ada maksudnya sendiri masnya.”.(Sumber: hasil
para perawat di Rumah sakit Jiwa Menur
dengan pasiennya. pada tanggal 20 Januari 2014). Perawat Habib dan pasien Riska “ Omongan saya, cara saya membujuk pasien buat
wawancara dengan Ibu.Diana selaku perawat RSJ,
Perawat
Habib berkata ,”kalau
aktivitas itu saya lihat dari masalahnya pasien..dari
kepingin punya temen situ saya bisa tau harus ngomong apa ke
mbaknnya
banyak..mbaknnya harus mau mandi..iya kan..?? pasien..jadi gak asal ngomong saja..yang saya
mau mandi omongkan itu ya ada maksud tujuannya..kan
kan
kalau
nanti jadi cantik trus bau badannya jadi memang dari komunikasi yang lebih mendominasi
Pasien buat perawatan pasien. jadi dilihat masalahnya
wangii..??(tersenyum)”.
menjawab,”wangi..wangi yaa..wangii (suara pasien terus saya sesuaikan saya ngomongnya
Perawat Habib kayak gimana”.(Sumber: Hasil wawancara peneliti
terbatah- batah)”.
berkata,”iyaa..dong..nanti wangi kayak pak dengan perawat Anita, 23 Januari 2014) Habib gini kan..bau wangii..soalnnya pak Habib
“yaa buat saya ngomong sama pasien ya rajin mandi..(menarik-narik bagian baju dan tujuannya buat menolong dia ngelakuin aktivitas
tersenyum)” .
Perawat Habib
perawatan ya dekk..apa saja yang saya
Riska harus omongkan itu ya tujuannya buat ngajak dia
berkata,” mbak
ngelakuin aktivitas tapi ya harus disesuaikan tunjukan..kasitau..sama temennya kalau mbak Riska itu cantik dan wangi ke temen-
dengan masalahnya pasien dulu..jadi gimana cara temennya..nanti pasti temen-temennya mau saya ngomong buat bujuk pasien yang gak mau
ngelakuin aktivitas itu..”. (Sumber: hasil wawancara
berteman
sama
mbak ..”. Pasien
dengan Pak. Habib selaku perawat RSJ, pada
menganggukan kepala. Perawat Habib
tanggal 24 Januari 2014).
berkata,” nahh..berarti mbak Riska harus
“saya sesuaikan sama kondisi masalahnya pasien mandi..supaya bisa nunjukin ke temennya kalau itu mas.. kalau pasien marah saya sesuaikan, pasien
mbak Riska itu gak jelek..kan sudah mandi..pasti sedih saya sesuaikan, pasien kurang percaya diri
nanti banyak yang mau berteman sama saya juga sesuaikan, pasien malu juga disesuaikan.
mbaknnya..iyaa..mbak yaaa??( suara pelan
Tergantung cara perawat ngomongnya saja..kalau
sambil
menganggukan kepala)”.
sedih saya bujuk atau dukung, kalau malu atau kurang percaya diri ya saya besarkan hatinya,
(Sumber: observasi pada tanggal 25
dimotivasi supaya gak malu”. (Sumber: hasil
Februari 2014).
wawancara dengan Ibu Yeniselaku perawat RSJ,
Dari kronologis percakapan yang
pada tanggal 29 Januari 2014).
perawat Habib Melalui kutipan wawancara dari
dilakukan oleh
terhadap pasien Riska dapat diketahui perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur
bahwa, perawat Habib melakukan tersebut dapat diketahui bahwa perawat
komunikasi yang mengandung unsur di Rumah Sakit Jiwa Menur melakukan
memotivasi pasiennya untuk bersedia komunikasi yang mempunyai maksud
melakukan aktivitas mandi. Motivasi tersendiri, yaitu komunikasi yang dilakukan
tersebut dilakukan ketika pasien Riska oleh para perawat mempunyai tujuan dan
merasa malu karena tidak mempunyai merasa malu karena tidak mempunyai
peneliti disini ialah seorang perawat pasiennya untuk bersedia melakukan
dalam melakukan komunikasi terapeutik aktivitas mandi supaya terlihat cantik
dengan pasiennya seharusnya dapat dan bersih yang pada akhirnya akan
mengerti dan menerima perasaan baik banyak teman yang mau berteman
atau buruk yang dimiliki oleh pasiennya. dengan pasien Riska. Secara tidak
3. Empathy (empati)
langsung pesan yang mengandung Empati dapat dikatakan sebagai suatu unsur motivasi tersebut memberikan efek
perasaan seseorang perawat terhadap terapi secara psikologis terhadap
sikap atau rasa “pemahaman” dan pasien Riska supaya pasien termotivasi
“penerimaan” terhadap apa yang sedang untuk bersedia mandi karena ingin
dirasakan oleh seorang pasien, dan selain mempunyai teman.
itu dapat disebut sebagai suatu Penjelasan di atas menjelaskan
kemampuan perawat didalam merasakan bagaimana data yang didapatkan oleh
dunia pribadi seorang pasien atau peneliti menjawab bahwa para perawat
merasakan perasaan yang sedang dialami menggunakan komunikasi terapeutik pada
pasiennya.
pasien di Rumah Sakit Jiwa Menur dan Perawat Anita dan pasien Roni cara mereka berkomunikasi disesuaikan
Pada saat mengajak makan pasien dengan kondisi permasalahan pasien.
Roni, perawat Anita memunculkan ketiga Dijelaskan juga pada tahap-tahap para
komunikasi terapeutik, perawat akan mengajak para pasien
karakteristik
beberapa diantaranya: untuk beraktivitas. Adapun terdapat
Warmth
beberapa karakteristik sikap yang Pasien Roni hanya melihat perawat Anita digunakan para perawat pada saat
dan hanya mengeluarkan suara “hmmm” berkomunikasi dengan pasien. Adapun hal-
(tetap memandang perawat Anita). hal yang
merupakan karakteristik Perawat Anita juga tetap memandang dan komunikasi terapeutik menurut Arwani
memberikan senyuman kepada pasien (2002, h. 54).
sambil berucap, ” iyoo..teros..? yo’opo-yo’opo..
(iyaa..terus..? gimana- gimana..)”. pasien Roni Kehangatan oleh seorang perawat
1. Warmth (kehangatan)
tiba- tiba mulai menjawab,” biyen nek aku diharapkan supaya perawat dapat
ngelatih dadi angkatan darat iku disiplin, kudu
mempengaruhi atau mengajak seorang
greget..kate budal iku aku nyepakno kabeh..klambi
klien/pasien dapat mengungkapkan ide-
seragam tak gawe iku ketok gagah ngunu..iyo wes ngunu (waktu dulu kalau saya melatih jadi angkatan
ide yang ada dalam pikirannya tanpa
darat itu disiplin, harus semangat.. kalau mau
ada rasa takut. Sekaligus dapat mengajak
berangkat saya bersiap-siap dulu semuanya..baju
pasien untuk mengekspresikan apa saja
seragam saya pakai itu kelihatan gagah gitu..iya
yang sedang dirasakannya didalam
begitulah )”.
bentuk perbuatan atau ucapan dengan
lebih mendalam. Melihat pasien yang mulai bercerita,
perawat Anita tetap mendengarkan sambil Ketika
2. Genuiness (keikhlasan)
menganggukan kepalanya membantu klien/pasien disarankan agar
kemudian berkata ,” ohh ngunu yo pak....koyoke seorang perawat dapat mengetahui
bapak pas iku gagah ambek greget yo pak..(tersenyum)..berarti bapak biyen nek arep
mengenai perasaan, nilai, dan sikap yang
ngelatih angkatan darat iku disiplin ambek kudu
dimiliki terhadap
kondisi
seorang
greget yo pak?? siap-siap gawe seragam dilek pak??
(sambil menganggukan kepala) terus pak Roni mau
perasaan bapak..yaudah jangan sedih yaa.. )”.
lapo kok males ngunu pak.. jarene kudu greget
(Sumber: observasi pada tanggal 11
ambek disiplin iyoo kan..? (ohh begitu ya
Februari 2014).
pak..sepertinya bapak waktu itu gagah dan semangat ya pak..berarti bapak dulu kalau mau melatih
Sebagai perawat, perawat Anita
angkatan darat itu disiplin dan harus semangat ya
memaklumi dengan
apapun yang
pak?? siap-siap memakai seragam dulu pak?? lalu
dilakukan pasien karena dari perilaku
pak Roni tadi mengapa kok malas begitu
pasien
tersebut,
perawat dapat
pak..katanya harus semangat dan disiplin iyaa kan”.
merencanakan atau mengetahui sikap
pasien Roni menjawab,” hmmm (sambil tetap
apayang harus dilakukan selanjutnya. Hal menatap mata perawat Anita)”. (Sumber: ini diungkapkan sendiri oleh perawat observasi pada tanggal 11 Februari
Anita.
“saya mestinya ya bisa maklum ya mas..mereka kan terganggu jiwannya ya saya harus ngerti
Genuines
itu..kalau perasaan tidak nyaman ya sering
Perawat Anita kembali bertanya kepada
mas..misalnya saja saya dibentak-bentak gitu ya
pasien ,” heyy..bapak Roni sedang apa ini..(dengan
gak enak mas..tapi ya emang seperti itu intonasi suara pelan dan lambat sambil memegang
pasiennya..saya bisa maklum itu..gak pernah pundak pasien) kok diam saja..? pak Roni hari ini
masukin dalam hati mas..biasa saja”.supaya pasien mau ngapain
sih
(mengangkat alis
dan
dan suasana komunikasi saya nyaman..saya juga harus memperhatikan sikap saya mas..saya jaga
tersenyum) ??”. Pasien Roni menjawab,” males ”.
sikap saya mas..seandainya saya sedang kesal
Perawat Anita menjawab,” lhoo..hayoo kok
atau merasa tidak nyaman dengan perlakuan males begitu kenapa bapak?? Apa yang dirasain
pasien sama saya ya saya tetap menjaga sikap sama bapak saat ini..?? mungkin saya bisa bantu
saya itu mas..tidak menunjukan rasa kesal saya
bapak.??. ”. Pasien hanya menggeleng-
didepan pasien..tetap seakan-akan saya baik-baik
gelengkan kepalanya dan tidak melihat
saja saja mas agar pas ngobrol itu enak dan lancar
perawat Anita sama sekali..kemudian
(Sumber: Hasil wawancara perawat Anita mendekati pasien dan
nantinya”.
peneliti dengan perawat Anita, 23 Januari duduk disamping tempat duduk pasien dan
berkata ,”Bapak kalau ada masalah bisa cerita
KOMUNIKASI TERAPEUTIK SEBAGAI
sama saya bapakkk (sedikit menundukan kepala dan
KOMUNIKASI EFEKTIF INTERPERSONAL
menatap mata pasien)..kan saya ini perawatnya
DALAM KOMUNIKASI YANG
bapak disini..yang merawat bapak ..”. (Sumber:
DILAKUKAN PERAWAT RUMAH SAKIT
observasi pada tanggal 11 Februari
JIWA MENUR
2014). Dalam penyajian data sebelumnya, peneliti telah menggambarkan bagaimana
Empathy komunikasi yang dilakukan oleh perawat asien Roni menjawab”. P Arek iku pisan
di Rumah Sakit Jiwa Menur untuk
gak ngerti nek aku males kok.. mangkel rasane atiku
mempersuasi pasien melakukan aktivitas
ngene iki..(sambil menangis dan memandang mata perawat Anita) kudu tak kaplok ae arek iku..(anak itu
perawatan. Adapun komunikasi yang
juga tidak mengerti kalau saya malas kok.. jengkel
terjadi merupakan komunikasi efektif
rasanya hatiku kalau begini..rasanya ingin saya pukul
karena hal tersebut telah memenuhi saja anak itu)”. Sambil mengerutkan dahinya
komunikasi efektif dan menatap mata pasien perawat Anita
karakteristik
interpersonal yang efektif menurut Joseph berkata ,” Iyoo..aku ngerti kok bapak.. nek bapak
DeVito (1997, h. 259) yang menekankan
jek males.. aku ngerti perasaane bapak saiki.. kan
pada sikap:
onok suster Anita sing ngerti perasaane bapak..
a. Keterbukaan (openness): Kualitas
yowes ojo sedih yoo..(iyaa..saya mengerti kok bapak..kalau bapak lagi males..saya ngerti perasaan
keterbukaan mengacu pada tiga
bapak saat ini..kan ada suster Anita yang ngerti
aspek dari komunikasi interpersonal.
Pertama, komunikator interpersonal
diperlukan oleh bapak bisa ngomong kepada saya suster
yang efektif harus terbuka kepada Anita (menunjukan siap untuk membantu).. suster Anita lah
yang akan menjaga bapak yaah..)”.(Sumber: observasi
orang yang diajaknya berinteraksi. Ini
pada tanggal 11 Februari 2014).
tidak berarti bahwa orang tersebut harus dengan segera membukakan
kronologis percakapan semua riwayat hidupnya, aspek
Melalui
tersebut dapat diketahui bahwa perawat keterbukaan yang kedua, mengacu
bersikap terbuka terhadap pasiennya, pada kesediaan komunikator untuk
dan hal tersebut mengacu pada aspek bereaksi secara jujur terhadap stimulus
sikap keterbukaan. Ketika perawat yang datang, aspek keterbukaan
pasiennya perawat yang
menemui
dirinya dan pengertian ini adalah mengakui
mengungkapkan siapa dirinya dan posisi bahwa perasaan dan pikiran yang
dirinya sebagai perawat kepada pasien. anda lontarkan adalah “milik” anda
b. Sikap
dan anda
mendukung: Hubungan atasnya. Cara yang terbaik untuk
bertanggungjawab
interpersonal yang efektif adalah menyatakan adalah dengan pesan
hubungan di mana terdapat sikap yang menggunakan kata saya (kata
mendukung (supportiveness). Komunikasi ganti orang pertama tunggal).
yang terbuka dan empatik tidak dapat “seperti inilah perasaanku,” “inilah
berlangsung dalam suasana yang tidak pendapat saya”. pernyataan lain
mendukung. Kita memperlihatkan sikap yang menunjukan bahwa anda
mendukung dengan bersikap (1) memberikan reaksi pribadi dan tidak
deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, berusaha
bukan strategik, dan (3) provisional, obyektif. Hal ini ditunjukan salah
menguraikan
realitas
bukan sangat yakin. Hal ini ditunjukan satunya dalam kronologis percakapan
salah satunya oleh perawat Yeni pada perawat Anita pada pasien Roni:
pasien Fina:
Perawat Anita kemudian menyapa pasiennya dengan intonasi suara yang sedikit pelan, “Selamat pagi paaak...
Perawat Yeni menyentuh pundak pasien sambil perkenalkan nama saya suster Anita.. Saya akan merawat
berkata dengan intonasi suara pelan dan bapak hari ini. perawat Anita mencoba untuk mendekati
lambat,”mbak..mbak..kenapa??kok suster Yeni pasien kembali dengan mengulurkan tangannya dan tanya gak di jawab sih?? apa yang sedang memberikan senyuman serta pandangan matanya dirasakan saat ini??”.pasien menoleh ke arah kepada pasien sambil berkata,” kenalan disek wes pak..
aku suster Anita pak... aku sing bakal ngerawat perawat dengan pandangan mata yang berkaca- sampeyan nang kene..njeeh... bapak gak usah wedi
kaca seperti akan mengeluarkan air mata sambil pak..bapak nang kene bakal gak diapak-apakno kok
mengerucutkan bibirnya. (Sumber: observasi pada njehh pak.. (sambil tersenyum ramah)..bapak nang kene
tanggal 19 Maret 2014).
iku kurang sehat kondisine.. jadi bapak dirawat nang
Kronologis percakapan tersebut dapat
kene iku supoyo bapak cepet pulih.. (dengan intonasi suara pelan, kemudian perawat memandang mata
diketahui bahwa perawat menggunakan
pasien dan sedikit tersenyum) lha aku iki suster Anita
sikap mendukung yaitu deskriptif dan
sebagai perawate bapak nang Rumah Sakit Menur iki
spontan.untuk
mengharapkan pasien
(sambil meletakan telapak tangan ke bagian dada)..opo ae sing dibutuhno bapak nang kene ngomong nang suster
bercerita masalah perasaannya.
Anita.. suster Anita sing bakalan njogo bapak ngeeh aah..(kenalan dulu deh kalau begitu pak.. saya suster Anita
c. Sikap empati: empati adalah
pak.. saya yang akan merawat anda disini..yaah.. bapak tidak usah takut pak.. bapak disini tidak akan diapa-apain
kemampuan seseorang untuk
kok yaah pak..bapak dibawa kesini itu karena kurang sehat
merasakan apa yang sedang dialami
kondisinya..jadi bapak dirawat disini itu supaya bapak
oleh orang lain pada suatu saat
cepet pulih.. saya adalah suster Anita sebagai suster yang merawat bapak di Rumah Sakit Menur ini.. apa saja yang
tertentu. Komunikasi interpersonal tertentu. Komunikasi interpersonal
Melalui contoh kronologis tersebut dapat empatinya pada komunikan. Hal ini
diketahui bahwa perawat menggunakan ditunjukan salah satunya oleh perawat
sikap positif dan mendorong pasien untuk Habib pada pasien Riska:
berpartisipasi dalam komunikasi. Hal
Perawat Habib langsung
berkata,”tenang
tersebut terlihat reaksi pasien yang
yaa..mbak Riska tenang..kata siapa gak ada yang
memberikan respon dengan tersenyum dan
ngerti sama kamuuuu(suara pelan)..saya ngerti
memandang mata perawat Habib.
perasaan mbak riska saat ini..saya bisa merasakan sedih seperti mbak riska saat ini..pak Habib
ngerti..saya ngerti kamu sedih gak ada teman..
e. sikap kesetaraan: komunikasi
(dengan ekspresi mata sayu dan mengerutkan
interpersonal akan lebih efektif apabila
kening) saya ngerti perasaan mbak Riska..(perawat
suasananya setara. Hal ini ditunjukan
Habib mulai mendekati pasien kemudian duduk
salah satunya oleh perawat Anita pada
disebelah pasien dan mengusap-usap pundak pasien)”. (Sumber: observasi pada tanggal 25
pasien Roni:
Februari 2014). Perawat Anita berkata, ”Bapak Roni..lapo kok males?? Bukane TNI angkatan darat iku gak oleh
males yo pak..?? (bapak Roni..kenapa kok
Contoh kronologis
tersebut
malas??..bukannya TNI angkatan darat itu gak boleh
menggambarkan bahwa perawat juga
malas ya pak..?”) (Sumber: observasi pada tanggal
menggunakan empati ketika sedang
11 Februari 2014).
berinteraksi dengan pasiennya. Sikap empati tersebut ditunjukan dengan cara
Perawat Anita menyetarakan obrolan perawat mengatakan bahwa ia mengerti
mengenai pemahaman pasien Roni yang dengan perasaan yang sedang dirasakan
menganggap dirinnya masih merupakan pasien. Selain itu juga terlihat dengan
TNI angkatan darat. Hal ini mempermudah bahasa tubuh perawat seperti ekspresi
perawat Anita untuk mengarahkan obrolan pandangan
pada maksud awal pada pasien Roni mengerutkan kening. Dari bahasa tubuh
untuk mengajak makan. tersebut mengisyaratkan bahwa perawat
Selain itu perawat Anita juga dapat mengerti perasaan pasien.
menunjukan sikap kesetaraannya melalui
d. Sikap positif: Kita mengkomunikasikan bahasa nonverbalnya. Hal tersebut terlihat sikap positif dalam komunikasi
ketika perawat Anita berbicara dengan interpersonal dengan sedikitnya dua
perawat Anita sedikit cara: (1) menyatakan sikap positif dan
pasiennya,
membungkukan tubuhnya ketika pasien (2) secara positif mendorong orang
sedang duduk. Perawat Anita kemudian yang menjadi teman kita berinteraksi.
duduk disebelah pasiennya sambil Dapat diartikan disini bahwa sikap
berbicara. Hal tersebut terlihat bahwa positif merupakan hal yang sangat
perawat Anita menyetarakan sikapnya dibutuhkan untuk memperlancar komunikasi
ketika berbicara dengan pasiennya. interpersonal. Hal ini ditunjukan salah
Dari uraian di atas menjelaskan satunya oleh perawat Habib pada pasien
komunikasi efektif Riska:
bagaimana
interpersonal digunakan dalam komunikasi
Perawat Habib tersenyum berkata,”oh..namanya bagus
perawat pada pasien di Rumah Sakit Jiwa
ya..cantik seperti orangnya(menganggukan kepala). Mendengar hal tersebut pasien tersenyum dan
Menur. Maksud awal para perawat
memandang perawat Habib”. (Sumber: observasi pada
berkomunikasi semuanya terpenuhi dengan
tanggal 25 Februari 2014).
adanya kemauan para pasien memenuhi ajakan para perawat. Hal tersebut sesuai adanya kemauan para pasien memenuhi ajakan para perawat. Hal tersebut sesuai
bahasa utama yang digunakan dalam yang merupakan proses pengiriman
berkomunikasi dengan pasien. Seperti pesan-pesan dari seorang dan diterima
yang diungkapkan oleh informan: oleh orang lain ataupun sekelompok orang
“ kalau saya ngobrol atau komunikasi sama pasien dengan efek dan umpan balik secara
buat ngajak aktivitas ya langsung saya temui
langsung. Komunikasi interpersonal yang
ngomong langsung supaya lebih gampang dek..kalau
dilakukan adalah komunikasi diadik yang lewat tulisan gak pernah saya soalnya malah
sulit..ngajak ngomong ketemu langsung begini ae jek
oleh LittleJohn (1987, h.161) dijelaskan
susah yoo..gimana malah lewat tulisan ya sulit itu
merupakan proses komunikasi yang
hehe”. (Sumber: hasil wawancara dengan Pak. Habib
dilakukan antara dua orang dalam situasi
selaku perawat RSJ, pada tanggal 24 Januari
tatap muka.
BENTUK KOMUNIKASI VERBAL DAN Ya ngomong langsung saja mas saya waktu ngajak
pasien untuk aktivitas sama pasien.. ketemu langsung
NONVERBAL DALAM KOMUNIKASI
mas.. kalau gak gitu gak bisa mas susah soalnya
TERAPEUTIK YANG DILAKUKAN OLEH
pasien kan gangguan jiwa kalau tidak ketemu
PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA MENUR
langsung repot mas..enakan ketemu langsung”.
Dalam mempersuasi pasien untuk
(Sumber: Hasil wawancara peneliti dengan perawat Anita, 23 Januari 2014)
melakukan aktivitas sehari-hari, para
“Kalau saya berkomunikasi dengan pasien langsung
perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur
ketemumas..jadi secara langsung saja..gak pakai
melibatkan komunikasi verbal dan
media apa-apa.. medianya secara ngomong
nonverbal untuk mendukung komunikasi
langsung saja..ketemu bertatap muka itu lebih efektif
yang dilakukan.
Seperti
yang
sih mas..bisa langsung denger suara dan lihat pasien
dikemukakan oleh Hardjana (2003, h. 26) langsung. Jadi lebih jelas dan mudah ngajak
aktivitasnya. Gak pernah pakai cara lain sih mas
yang menjelaskan
bahwa
dalam
selain tatap muka gini”. (Sumber: hasil wawancara
melakukan komunikasi hampir secara
dengan Ibu.Diana selaku perawat RSJ, pada tanggal
otomatis komunikasi nonverbal ikut
20 Januari 2014).
terpakai, karena itu komunikasi nonverbal Adapun dalam melakukan bahasa bersifat tetap dan selalu ada. Hal tersebut
verbal, para perawat menyesuaikan menciptakan komunikasi yang dapat
dengan bahasa yang digunakan oleh secara mudah dipahami oleh komunikan,
pasien, seperti yang dilakukan oleh karena dapat melihat bahasa nonverbal
perawat Anita pada pasien Roni yang dan mendengar bahasa verbal yang
menggunakan bahasa Jawa dalam saling mendukung mengenai pesan yang
berkomunikasi.
disampaikan. Adapun bahasa verbal dan Berbeda dengan yang dilakukan oleh nonverbal tersebut selanjutnya akan
perawat Habib, Diana dan Yeni yang diuraikan pada sub bab selanjutnya.
menggunakan bahasa Indonesia dalam
Bahasa Verbal yang Dilakukan oleh
berkomunikasi dengan pasien yang
Perawat Rumah Sakit Jiwa Menur
dikarenakan para pasien menggunakan Bahasa verbal merupakan sarana
bahasa Indonesia juga. Hal ini menjelaskan utama yang menyatakan suatu pikiran,
pula bahasa verbal yang dikemukakan perasaan, dan maksud seseorang,dalam
Hocket dalam (DeVito, 1997, h.119) yang prakteknya bahasa verbal menggunakan
komunikasi verbal kata-kata
mendefinisikan
merupakan komunikasi yang menggunakan berbagai aspek realitas individual
yang
mempresentasikan
bahasa dapat diibaratkan sebagai kode seseorang (Mulyana, 2005, h.238). Para
atau sistem simbol yang kemudian perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur
digunakan untuk membentuk pesan atau digunakan untuk membentuk pesan atau
mengerutkan dahi, komunikan dan komunikator. Dengan
kedua
alis,
telinga ke pasien, kondisi tersebut komunikasi memungkinkan
mendekatkan
menggoyangkan jari telunjuk kekanan dan komunikasi terjadi secara efektif yang
kekiri, menggelengkan kepala, membuka dalam penelitian ini dapat diketahui oleh
kedua telapak tangan, menunjuk arah kemauan para pasien untuk melakukan hal
jendela dengan jaru telunjuk, menepuk yang dikatakan oleh perawat di Rumah
dada perawat Habib, menyodorkan Sakit Jiwa Menur
jempol, memegang kedua tangan pasien
Bahasa Nonverbal yang Dilakukan oleh
sambil menarik keatas dan kebawah,
Perawat Rumah Sakit Jiwa Menur
mundur sekitar dua langkah dari pasien, Komunikasi nonverbal menurut Mulyana
menunjuk kedua telunjuk jari kearah mata (2005,
perawat Habib, ekspresi mata sayu, merupakan semua isyarat yang bukan
menarik-narik bagian baju perawat kata-kata. Istilah nonverbal biasanya
Habib,mengacungkan jempol, mengangkat digunakan untuk melukiskan semua
telapak tangan kearah pasien untuk peristiwa komunikasi diluar kata-kata
mengajak tos, menyentuh pundak sebelah yang terucap dan tertulis, yang pada saat
kanan pasien, menepuk pundak pasien yang sama kita harus menyadari bahwa
bagian kiri dengan pelan, menepuk bahu banyak peristiwa dan perilaku nonverbal
pasien, memegang kedua tangan pasien ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal.
sambil menarik keatas dan kebawah, Para perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur
mengusap-usap pundak pasien, intonasi menggunakan bahasa nonverbal pula
suara sedikit pelan, nada suara pelan kepada pasien agar pesan yang
suara pelan, disampaikan dapat dengan mudah
mendayu,
intonasi
mengeluarkan suara hemm, suara pelan, dipahami dan dimengerti oleh para
merapikan kera kemejanya, merapikan pasien. Karena sesuai dengan pendapat
tatanan rambut, memakai ID card sebagai Hardjana, (2003, h. 27) Komunikasi
perawat, memakai sepatu dengan kemeja nonverbal berfungsi untuk melengkapi
batiknya terlihat bagitu rapi, bau wangi komunikasi verbal serta menekankan
deodorant, mendekati pasien awalnya komunikasi verbal.
jarak sekitar lima langkah kaki dari jarak Adapun bahasa nonverbal yang
pasien, sedikit membungkukan badan di dilakukan oleh para perawat di Rumah
depan pasien, duduk disebelah pasien, Sakit Jiwa Menur yang peneliti dapatkan
mundur sekitar dua langkah dari pasien. dari hasil observasi pada saat perawat
terangkum bentuk-bentuk mempersuasi pasien untuk melakukan
Adapun
komunikasi non verbal di Rumah Sakit Jiwa aktivitas adalah sebagai berikut.
Menur :
1. Perawat Habib Mengajak pasien Riska untuk Aktivitas Mandi
1. Kinesik
Bahasa nonverbal yang dilakukan meliputi: Setiap anggota tubuh seperti ekspresi Memberikan
senyuman dan mengangkat
pandangan mata), isyarat tangan, kaki, menyodorkan tangan untuk bersalaman,
telapak
tangan,
postur tubuh.
memandang mata pasien, menganggukan Bentuk : Memberikan senyuman, sambil kepala, sedikit membungkukan badan di
telapak tangan, depan pasien, menunggu pasien berbicara
mengangkat
menyodorkan tangan untuk bersalaman, sambil menganggukan kepala, menaikan
memandang mata pasien, menganggukan memandang mata pasien, menganggukan
ucapan yang dapat dipahami. Misalkan, sambil menganggukan kepala, menaikan
kecepatan dalam berbicara, nada suara kedua
tinggi atau rendah, intensitas volume suara, mendekatkan
alis, mengerutkan
dahi,
suara siulan, erangan, gerutuan, desahan menggoyangkan jari telunjuk kekanan dan
dan lain sebagainya.
kekiri, menggelengkan kepala, membuka Bentuk: Intonasi suara sedikit pelan, nada kedua telapak tangan, menunjuk arah
suara pelan mendayu, mengeluarkan suara jendela dengan jaru telunjuk, menepuk
hemm, intonasi suara lambat, intonasi suara dada perawat Habib, menyodorkan
sedikit keras dengan ritme pelan mendayu. jempol, memegang kedua tangan pasien
4. Physicalappearance sambil menarik keatas dan kebawah,
Setiap orang mempunyai persepsi mundur sekitar dua langkah dari pasien,
terhadap penampilan fisik baik itu dalam menunjuk kedua telunjuk jari kearah mata
berbusana, warna busana, model busana, perawat Habib, ekspresi mata sayu,
dan acessoris lainnya yang dipakai menarik-narik bagian baju perawat
seperti, kacamata, tas, jam tangan, kalung, Habib,mengacungkan jempol, mengangkat
tindik atau anting-anting dan lain telapak tangan kearah pasien untuk tos,
sebagainya. Beberapa orang mempunyai meletakan tangan ke bagian dada,
pandangan mengenai cara berpakaian menundukan kepala kearah pasien,
menggambarkan menyangga dagu dengan telapak tangan,
seseorang
kepribadiannya, apakah orang tersebut mengepalkan tangan ditarik kearah bahu,
baik, berandalan, religius dan lain mengelus perut, menyodorkan kedua
sebagainya.
telapak tangan kea rah pasien, Bentuk: Merapikan kera kemejanya, mengerutkan alis, mengangkat kedua
merapikan tatanan rambut, memakai ID bahu, mengelus dada perawat Yeni keatas
card sebagai perawat, memakai sepatu dan kebawah, menggerak-gerakan kedua
dengan kemeja batiknya terlihat bagitu telapak
rapi. Perawat Anita terlihat sangat rapih belakang,menunjukan jari telunjuk ke arah
memakai kerudungnya, perawat Yeni pasien, ,mengangkat kedua telapak
terlihat rapih dengan seragam dinasnya, tangan setinggi bahu,
perawat Yeni juga terlihat sedang menata
2. Haptics bros yang digunakan pada kerudungnnya. Terdapat lima kategori sentuhan dari
5 .Olfaction
terutama yang yaitu:Fungsional-profesional, Sosial sopan,
yang impersonal
hingga personal
Bau
wewangian
menyenangkan seperti parfum telah lama Persahabatan-kehangatan,
digunakan orang untuk menyampaikan keintiman, Rangsangan seksual.
Cinta-
pesan. Seperti yang yang dilakukan oleh Bentuk: Menyentuh pundak sebelah kanan
hewan yang dimana hewan tersebut pasien, menepuk pundak pasien bagian
bau-bauannya untuk kiri dengan pelan, memegang kedua
menggunakan
menarik lawan jenis ataupun untuk tangan pasien sambil menarik keatas dan
mengetahui kedatangan musuh. kebawah, mengusap-usap pundak pasien,
Bau wangi deodorant, sedikit aroma menahan tangan pasien yang sedang
parfum.
memukul dinding.
6. Prosemik
3. Paralinguistik
Proxemics sebagai studi mengenai terapeutik yang dilakukan oleh para persepsi manusia terhadap ruang (pribadi
perawat ini terdapat seperti aspek dan sosial), cara manusia menggunakan
bahasa verbal dan bahasa nonverbal. ruang,
Dalam bahasa nonverbal dan verbal komunikasi.
tersebut terdapat model permainan yang Bentuk: Mendekati pasien awalnya jarak
dilakukan oleh para perawat pada saat sekitar lima langkah kaki dari jarak
berkomunikasi dengan pasien. Bagaimana pasien, sedikit membungkukan badan di
memilih bahasa verbal dan nonverbal depan pasien, duduk disebelah pasien,
yang bisa diterima dan dipahami pasien. mundur sekitar dua langkah dari pasien,
Model permainan menurut Jalaluddin Menyapa pasien mula-mula terlihat jarak
Rakhmat (2007, h. 123) didalam model ini, perawat Anita kurang lebih enam langkah
berhubungan dalam kaki dari posisi pasiennya, mundur sekitar
orang-orang
permainan yang tiga langkah kaki, mendekat satu langkah
bermacam-macam
didasari oleh tiga kepribadian manusia setelah sebelumnya mundur tiga kali,
yaitu, Orang Tua, Orang Dewasa, dan melangkahkan kaki mendekati pasien
Anak (Parent, Adult, Child). Didalam kisaran ukuran keramik 30x30cm, awal
hubungan interpersonal, kita menampilkan perawat Diana menyapa pasien dengan
salah satu aspek kepribadian kita (Orang jarak antara perawat dengan pasien
Tua, Orang Dewasa, Anak), dan orang lain berkisar lebih dari empat langkah kaki.
membalasnya dengan salah satu aspek Dengan uraian di atas, komunikasi
tersebut juga. Dalam komunikasi yang nonverbal yang digunakan oleh para
dilakukan oleh para perawat di Rumah perawat membantu agar terciptanya
Sakit Jiwa Menur tidak terkecuali komunikasi efektif. Hal tersebut diketahui
memposisikan mereka sebagai orang dengan adanya kemauan para pasien
dewasa yang dapat dipercaya, sehingga memenuhi ajakan para perawat untuk
para pasien mengikuti ajakan para melakukan
perawat untuk melakukan aktivitas. Terlihat diinginkan perawat. Sesuai dengan
dari hasil observasi peneliti. pernyataan Larry A. Samovar dan
Perawat Habib pada Pasien Riska Richard E Porter dalam (Mulyana, 2003,
Pasien Riska menolehkan pandangannya ke perawat
h.308) komunikasi atau bahasa nonverbal
Habib kemudian membuang pandangannya dan
mencakup semua rangsangan (kecuali
mengelengkan
kepalannya sambil berkata,”gak..gak”. dengan nada suara yang pelan
rangsangan verbal) didalam suatu setting
dan mendayu perawat Habib bertanya kepada pasien
komunikasi yang mempunyai nilai pesan
sambil menganggukan kepalannya,”ohh..gak mau
potensial bagi pengirim dan penerima,
yaaa(tersenyum kemudian menepuk pundak pasien
sehingga dapat dipahami.
sebelah kiri dengan pelan)..kalau pak Habib boleh
MODEL PERMAINAN ANALISIS
tahu,,kenapa kok mbak gak mau keluar kamar..bisa cerita sama pak Habib..nanti saya dengarkan.. ”.
TRANSAKSIONAL DIDALAM
(Sumber: observasi pada tanggal 25 Februari
HUBUNGAN INTERPERSONAL PERAWAT
DENGAN PASIEN RUMAH SAKIT JIWA
Perawat Anita pada Pasien Roni
MENUR
“ kenalan disek wes pak.. aku suster Anita pak... aku Seperti pembahasan-pembahasan di
sing bakal ngerawat sampeyan nang kene..njeeh...
sub bab sebelumnya, telah diketahui
bapak gak usah wedi pak..bapak nang kene bakal
bagaimana para perawat berkomunikasi
gak diapak-apakno kok njehh pak.. (sambil
dengan tersenyum ramah)..bapak nang kene iku kurang sehat pasiennya menggunakan
kondisine.. jadi bapak dirawat nang kene iku supoyo
komunikasi terapeutik. Dalam komunikasi
bapak cepet pulih..(dengan intonasi suara pelan, bapak cepet pulih..(dengan intonasi suara pelan,
dikemukakan oleh Machfoedz (2009, h.
sedikit tersenyum) lha aku iki suster Anita sebagai
107) meliputi tahap pra-interaksi, tahap
perawate bapak nang Rumah Sakit Menur iki ”
orientasi, tahap kerja dan tahap
(Sumber: observasi pada tanggal 11 Februari
2014). terminasi.Dengan tahap-tahap tersebut perawat di Rumah Sakit Jiwa Menurdapat
Perawat Diana pada Pasien Karno berperan sebagai pengontrol dan pemberi jalan keluar untuk masalah pasien.Kondisi
“ perawat Diana berkata,”mass..mas karno..kenapa?? Kondisi tersebut sesuai dengan tujuan
ini suster Diana..apa yang mas rasain sekarang??
komunikasi terapeutik yang dikemukan
Siapa yang memukuli mas?? Sabar yaa
oleh Videbeck (2008, h.123). Dan semua
mas..tenang..tenang (dengan intonasi suara sedikit
hal tersebut telah dilakukan oleh para
keras tetapi dengan ritme pelan mendayu) ”. (Sumber:
perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur yang
observasi pada tanggal 17 Februari 2014).
disesuaikan dengan permasalahan pasien mengalami gangguan jiwa.
Perawat Yeni pada Pasien Fina Dalam tiap-tiap tahap komunikasi
”Perawat Yeni menyentuh pundak pasien dan
terapeutik para perawat di Rumah Sakit
menggerutkan dahinya
kemudian
Jiwa Menur tersebut terlihat pula ketiga
berkata,”hemmm..mbak..sepertinya sedang sedih
karakteristik komunikasi terapeutikmenurut
yaa..bisa cerita sama susterYeni..nanti suster
Arwani (2002, h. 54) yaitu warmth
dengarkan..kenapa..kenapa sih..kenapa (dengan
(kehangatan), genuines(keikhlasan) dan
intonasi suara pelan dan tersenyum)??” (Sumber: observasi pada tanggal 19 Maret 2014).
empathy(empati). Ketiga hal tersebut Dari beberapa contoh percakapan
terlihat dari komunikasi verbal dan dari para perawat pada pasien di Rumah
nonverbal para perawat pada masing- Sakit Jiwa Menur di atas dapat diketahui
masing pasien.
bahwa para perawat memposisikan Para perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur dirinya sebagai pribadi orang dewasa.
melibatkan komunikasi verbal dan Sedangkan para pasien membalas dengan
nonverbal untuk mendukung komunikasi pribadi dirinya sendiri, sesuai umurnya
Seperti yang namun dipengaruhi latar belakang pasien
yang
dilakukan.
dikemukakan oleh Hardjana (2003, h. 26) mengalami gangguan kejiwaan. Dari itu
bahwa dalam pula kenapa para perawat memposisikan
yang
menjelaskan
melakukan komunikasi hampir secara sebagai orang dewasa. Hal tersebut
otomatis komunikasi nonverbal ikut karena para pasien dengan umur yang
terpakai, karena itu komunikasi nonverbal rata-rata
bersifat tetap dan selalu ada. Hal tersebut membutuhkan perhatian yang lebih karena
menciptakan komunikasi yang dapat penyakitnya sehingga posisi kepribadian
secara mudah dipahami oleh komunikan, mereka seperti anak (child).
karena dapat melihat bahasa nonverbal dan mendengar bahasa verbal yang
PROSES KOMUNIKASI TERAPEUTIK
saling mendukung mengenai pesan yang
PERAWAT DALAM MEMPERSUASI
disampaikan.
PASIEN UNTUK BERAKTIVITAS
Komunikasi verbal menjadi komunikasi Berdasarkan pembahasan-pembahasan
utama yang digunakan oleh para perawat sebelumnya peneliti menemukan bahwa
yang selanjutnya dilengkapi dengan proses komunikasi terapeutik yang
bahasa nonverbal yang diperlihatkan. dilakukan oleh para perawat di Rumah
Bahasa nonverbal yang ditampilkan para Sakit Jiwa Menur sesuai dengan yang
perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur ini perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur ini
juga ditunjukan melalui bahasa nonverbal Physicalappearance, Olfaction, Haptics
Paralinguistik,
seperti menatap mata pasien sambil yang bersifat persahabatan-kehangatan
mengelus pundak pasien, genuine yang dan sosial sopan, proxemics jarak yang
dapat terlihat melalui bahasa verbal para perawat lakukan di Rumah Sakit
seperti menawarkan bantuan kepada Jiwa Menur adalah jarak dekat, personal
pasien dan diiringi dengan bahasa dan sosial.
tersenyum dan Uraian hal-hal mengenai komunikasi
nonverbal
sambil
menggerakan alis mata ke atas kepada terapeutik komunikasi yang terjadi
pasien, dan empathy juga dapat diketahui merupakan komunikasi efektif karena hal
pada bahasa verbal perawat seperti tersebut telah memenuhi komunikasi efektif
mengungkapkan kepada pasien bahwa interpersonal yang efektif menurut Joseph
perawat mengerti perasaan pasien dan DeVito(1997, h. 259) yang menekankan
dapat merasakan perasaan pasien saat pada sikap:
itu, selain itu juga dapat terlihat dengan
a) Keterbukaan (openness) bahasa nonverbal seperti menyentuh
b) Sikap mendukung pundak, dan menatap mata pasien
c) Sikap empati dengan sendu sambil mengerutkan dahi
d) Sikap positif perawat. Sehingga dari tiga karakteristik
e) Sikap kesetaraan tersebut dapat diketahui bahwa para Komunikasi efektif interpersonal digunakan
perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur dalam komunikasi perawat pada pasien di
melakukan karakteristik dengan bentuk Rumah Sakit Jiwa Menur. Maksud awal
komunikasi verbal dan nonverbal yang para perawat berkomunikasi semuanya
menjadikan komunikasi tersebut efektif. terpenuhi dengan adanya kemauan para
Sehingga terjadi proses komunikasi pasien memenuhi ajakan para perawat.
persuasif perawat pada pasien di Rumah Hal tersebut sesuai dengan komunikasi
Sakit Jiwa Menur.
interpersonal menurut DeVito (1976)
INTERAKSIONISME SIMBOLIK DALAM
(dalam Liliweri, 1991, h.12) yang
KOMUNIKASI YANG DILAKUKAN OLEH
merupakan proses pengiriman pesan-
PERAWAT DALAM MEMPERSUASI
pesan dari seorang dan diterima oleh
PASIEN UNTUK MELAKUKAN AKTIVITAS
orang lain ataupun sekelompok orang Kondisi-kondisi pada penyajian data dengan efek dan umpan balik secara
sebelumnya menjelaskan bagaimana teori langsung. Komunikasi interpersonal yang
Interaksionisme Simbolik dalam komunikasi dilakukan adalah komunikasi diadik yang
antar manusia. Sebagaimana dijelaskan LittleJohn (1987, h.161) dijelaskan
bahwa teori interaksi simbolik menurut merupakan proses komunikasi yang
West and Turner (2008, h. 98) orang dilakukan antara dua orang dalam situasi
bergerak untuk bertindak berdasarkan tatap muka.
makna yang diberikannya pada orang, Proses komunikasi terapeutik untuk
benda, dan peristiwa.. Terlihat dari para mempersuasi pasien dalam beraktivitas
perawat yang mempersiapkan diri melalui tahap-tahap komunikasi terapeutik
sebelum melakukan interaksi dengan para yang di dalamnya mengandung tiga
pasien. Mempelajari dan memahami apa karakteristik yaitu warmth yang ditunjukan
saja latar belakang pasien mengalami oleh para perawat dengan cara diam dan
gangguan jiwa. Hal ini dilakukan agar mendengarkan apa
tercipta agar diungkapkan oleh pasien, dan hal tersebut
yang sedang
kesamaan makna
komunikasi dapat berlangsung efektif.
Seperti salah satunya yang dilakukan oleh dikonstruksikan secara simbolik. Misalnya perawat Anita pada pasien Roni:
pada komunikasi perawat Habib pada
Perawat Anita bertanya kepada pasien Roni ,”
pasien Riska:
lhoo..mereka sudah nunggu didepan pager mana??”. Perawat Habib berkata,”lhoo..maluuu??malu sama Pasien berkata,”iku lho wes ngenteni akuu..(tiba-tiba
siapaa?? Kenapa harus malu..?? kan mbak Riska menangis pelan)”. Melihat respon pasien yang tiba-
ngak ngapa-ngapain kenapa harus maluu?? tiba menangis, perawat Anita lalu mengelus pundak
(tersenyum dan mengoyangkan jari telunjuk kekanan pasiennya dan berkata ,”paaak..lapo kok nangis..?
menggeleng-gelengkan jarene arep ngelatih kok tambah nangis lhoo?
Habib menggelengkan (paaak..kenapa kok menangis..? katanya mau melatih
kepalannya.
Perawat
kepalannya sambil menggerakan kedua alisnnya kok malah menangis lhoo?)”. (Sumber: observasi
keatas lalu berkat a,”mbak Riska..heyyy..mbak pada tanggal 11 Februari 2014).
Riskaa.. dengerin apa yang dibilang sama pak
Dari percakapan di atas terlihat
Habib...mbak Riska kan anak baik-baik..mbak Riska
bagaimana perawat Anita “meng iya kan”
juga gak ngapa- ngapain..kenapa harus malu..??”.
Pak Roni masih sebagai tentara TNI
pasien
menjawab,”gak..aku..akuu diledekin itu..itu..(menggelengkan kepala)”. Perawat Habib
dengan mengakui ada barisan tentara
berkata,”diledekin
gimana?? Siapa yang
yang akan dilatih Pak Roni. Perawat Anita
ngeledekin??(membuka kedua telapak tangan)”.
tentunya tidak melihat ada barisan tentara
(Sumber: observasi pada tanggal 25 Februari
tersebut, perawat Anita hanya meng 2014). iyakan agar Pak Roni bisa diajak bicara
Pada saat pasien Riska menatap olehnya. Perawat Anita melakukan hal
perawat Habib sambil menggelengkan tersebut sebagai upaya terapi juga
kepalanya. Ketika itu perawat Habib seperti yang dijelaskan di penyajian data.
mencoba untuk memahami perilaku Dengan kondisi tersebut ini teori
pasiennya tersebut kemudian mencoba Interaksionisme Simbolik terlihat dalam
mengartikan makna perilaku tersebut komunikasi terapeutik ini.
kemudian perawat melakukan konfirmasi Adapun
mengenai arti dari perilaku yang Interaksionisme
dilakukan oleh pasien tersebut dengan tergambarkan pada komunikasi terapeutik
Simbolik
yang
cara memperjelasnya seperti memberikan para perawat pada pasien di Rumah Sakit
penekanan verbal dan nonverbal perawat Jiwa Menur adalah:
untuk mengkonfirmasi makna yang sebenarnya
terhadap Manusia bertindak terhadap orang pasiennya.
“misalnya pasien sedang sedih dan
lain berdasarkan makna-makna
bingung dll” dan sebaliknya juga perawat
yang dimiliki orang lain untuk
makna-makna yang Sebagai
mereka.
memberikan
dimilikinya melalui bahasa verbal dan mengamati komunikasi perawat Anita untuk
nonverbalnya ketika mengajak pasiennya mengajak pasien Roni melakukan aktivitas
melakukan aktivitas perawatan sesuai perawatan yang disesuaikan denga
dengan keinginannya. Sehingga pasien konteks permasalahan pasien. “sebagai
dapat bergerak ataupun bertindak melalui contoh ketika mengajak pasien aktivitas
apa yang diinginkan perawat sesuai dan pasien tidak bersedia, perawat
dengan makna atau simbol yang diberikan memperhatikan perilaku pasien dari segi
kepada pasiennya tersebut. verbal dan nonverbal pasien. Disitulah
Makna Dimodifikasi Melalui Proses perawat mencoba untuk memahami makna
Interpretif
dari perilaku verbal dan nonverbal pasien. Blumer (dalam West and Turner, 2008, Misalkan
h. 98) menyatakan bahwa proses memahami perilaku nonverbal pasien
interpretif ini memiliki dua langkah.
Pertama, para pelaku menentukan benda- makna sebelumnya yang dikemukan benda yang mempunyai makna. Blumer
pasien Roni tentang adanya barisan TNI berargumen bahwa bagian dari proses ini
yang sedang menunggu dilatih oleh pasien berbeda dari pendekatan psikologis dan
Roni. Memalui interpretasi tersebut, terdiri atas orang yang terlibat di dalam
perawat Anita dapat mengarahkan komunikasi dengan dirinya sendiri. Terlihat
komunikasi pada ajakan untuk mengajak pada komunikasi perawat Anita pada
pasien Roni makan.
pasien Roni sebelumnya :
Sebagian
data-data penelitian
Perawat Anita bertanya kepada pasien Roni ,”
mengenai asumsi Teori interaksionis
lhoo..mereka sudah nunggu didepan pag er mana??”.
simbolik
menjelaskan bahwa teori
Pasien berkata,”iku lho wes ngenteni akuu..(tiba-tiba
berpegang bahwa individu membentuk
menangis pelan)”. Melihat respon pasien yang tiba- tiba menangis, perawat Anita lalu mengelus pundak
makna melalui proses komunikasi karena
pasiennya dan berkata ,”paaak..lapo kok nangis..?
makna tidak bersifat intrinsik terhadap
jarene arep ngelatih kok tambah nangis lhoo?
apapun (Blumer, 1969) (dalam West and
(paaak..kenapa kok menangis..? katanya mau melatih
Turner, 2008, h. 98) Dibutuhkan konstruksi
kok malah menangis lhoo?)”. (Sumber: observasi pada tanggal 11 Februari 2014).
interpretif diantara orang-orang untuk menciptakan makna bahkan tujuan dari
Dalam percakapan di atas perawat interaksi adalah untuk menciptakan makna Anita meyakinkan dirinya tentang makna
yang sama antara perawat dan pasien. bahwa pasien Roni melihat barisan TNI
Hal ini penting karena tanpa makna yang yang sedang ada di depan pagar
sama berkomunikasi akan menjadi sangat sebagaimana yang dikatakan pasien Roni.
sulit, atau bahkan tidak mungkin. Para Setelah mengetahui apa yang sedang dan
perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur telah apa saja yang dimaknai pasien Anita,
melakukan proses pemaknaan yang barulah pasien Anita dapat selanjutnya
berasal dari komunikasi dengan pasien, menggiring arah percakapan dengan
yang mengarahkan para perawat kesamaan pamaknaan makna sehingga
bagaimana berkomunikasi selanjutnya. akan terjadi komunikasi efektif untuk
perawat dapat mempersuasi pasien. Selanjutnya perawat
Sehingga
para
mempersuasi pasien dalam melakukan Anita pada pasien Roni berkomunikasi :
aktivitas.
”Bapak Roni..lapo kok males?? Bukane TNI angkatan
darat iku gak oleh males yo pak..?? (bapak
KESIMPULAN
Roni..kenapa kok malas??..bukannya TNI angkatan
Para perawat di Rumah Sakit Jiwa
darat i tu gak boleh malas ya pak..?”) kemudian
Menur
menggunakan komunikasi
pasien Roni menjawab,” arek iku lo dikandani gak ngereken, wong tak warah aku iku males, awaku
terapeutik dalam berkomunikasi dengan
aras-arasen kok mekso ngejak latihan..raine gak
pasiennya yang terdiri dari proses tahap
ngoco ta wong aku iku males kok tambah ngenteni
pra-interaksi
(mempersiapkan diri),
nang ngarep lapangan (sedikit emosi kemudian
orientasi (pengenalan), tahap kerja, dan
menangis)..dipiker aku gak males ngunu ahh (anak itu
terminasi (evaluasi). Komunikasi tersebut
lhoo diberitahu gak memperhatikan, orang sudah
berlangsung
dengan melibatkan
saya beritahu saya itu malas, badanku malas kok memaksa ngajak latihan.. mukannya tidak bercermin
komunikasi interpersonal di dalamnya.
ta orang saya itu malas kok tambah menunggu di
Perawat
menggunakan cara-cara
depan lapangan.. dipikir saya tidak malas begitu
komunikasi yang berbeda terhadap pasien
ta)”. (Sumber: observasi pada tanggal 11 Februari
untuk mempersuasi pasiennya yang
disesuaikan dengan kondisi permasalahan Dari percakapan tersebut, terlihat pasien yang dirawatnya, seperti perawat bagaimana perawat Anita memodifikasi disesuaikan dengan kondisi permasalahan Dari percakapan tersebut, terlihat pasien yang dirawatnya, seperti perawat bagaimana perawat Anita memodifikasi
yang
SARAN
mengandung unsur terapi secara psikologis Saran untuk peneliti selanjutnya seperti
supaya dapat lebih melakukan penelitian mengandung unsur motivasi, support atau
memberikan kalimat
yang
yang tidak hanya pada bidang ilmu dukungan,dan pujian. Selain itu perawat
komunikasi saja, namun diharapkan lebih juga menggunakan sikap empati, sikap
mencoba untuk mengaplikasikan ilmu positif, mendukung, terbuka dan juga
komunikasi pada bidang ilmu lainnya. kesetaraan terhadap pasiennya. Perawat
Dapat diketahui bahwa penelitian yang juga mempergunakan bahasa nonverbal
telah dilakukan disini ilmu komunikasi juga untuk memperjelas pesan-pesan yang
berperan dalam bidang kesehatan disampaikan sehingga lebih mempermudah
terutama pada komunikasi interpersonal. perawat untuk mempersuasi pasien
Untuk penelitian selanjutnya yang ingin melakukan aktivitas perawatan sesuai
melakukan penelitian mengenai komunikasi dengan yang diinginkan oleh perawat.
terapeutik, dapat melakukan penelitian Hal di atas menunjukan adanya
dari segi proses penyembuhan pasien keterkaitan antara komunikasi terapeutik
secara utuh. Karena dalam penelitian ini dengan komunikasi interpersonal. Dimana
hanya membahas pada fokus perawat dalam menjalankan proses komunikasi
dalam proses mempersuasi pasien untuk terapeutik tersebut, perawat juga
melakukan aktivitas perawatan saja. melibatkan karakteristik dari komunikasi
Diharapkan pada perawat di Rumah interpersonal efektif. Selain itu juga untuk
Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur memperjelas komunikasi terapeutik yang
menggunakan komunikasi interpersonal digunakan para perawat juga melibatkan
yang lebih baik lagi, walaupun bentuk dari komunikasi interpersonal
sebenarnya perawat di Rumah Sakit Jiwa nonverbal seperti Kinesik,
menur telah melakukan komunikasi Paralinguistik,
Haptics,
interpersonal, namun perawat belum Physicalappearance di dalam melakukan
Proxemics,
olfaction,
mengetahui komunikasi proses mempersuasi pasiennya untuk
begitu
interpersonal. Maka diharapkan dengan melakukan aktivitas perawatan.
hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk Model
membantu perawat untuk merawat transaksional dan Interaksionisme Simbolik
permainan
analisis
pasiennya dengan pendekatan komunikasi tergambar dari aktivitas komunikasi
interpersonal.
perawat pada pasien di Rumah Sakit Jiwa Peneliti mengharapkan para perawat Menur. Para perawat berusaha memahami
di Rumah Sakit Jiwa menur supaya lebih pasien dan melakukan peran-peran yang
mengetahui teori komunikasi nonverbal diharapkan para pasien sehingga para
atau bahasa tubuh. Sebenarnya perawat perawat dapat mempersuasi pasien untuk
sudah melakukan hal tersebut namun, melakukan
dalam ruang lingkup pengetahuan atau menganggap para perawat memahami
teorinya hanya sedikit mengetahui dalam atau memaknai hal yang sama bersama
artian sebatas melakukan gerakan tubuh pasien. Sehingga para pasien memiliki
secara alamiah. Dari hasil penelitian ini kepercayaan terhadap para perawat
diharapkan dapat menambah wawasan sehingga
mengenai komunikasi nonverbal atau mempersuasi
bahasa tubuh yang dapat menunjang beraktivitas.
komunikasi perawat lebih baik lagi.
Sehingga akan mempermudah perawat
24. Mulyana, Deddy. (2003). Ilmu Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
dalam menanggani para pasiennya.
25. Mulyana, Deddy. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
DAFTAR PUSTAKA
Rosdakarya. 26. Mulyana, Deddy. ( 2008). Ilmu Komunikasi: Suatu Sumber Buku :
Pengantar. Jakarta : PT. Remaja 1. Arifin, Anwar. (2003). Ilmu Komunikasi Sebuah
Rosdakarya.
Pengantar Ringkas. Jakarta : PT
27. Ritonga, Jamiluddin. (2005). Tipologi Pesan Grafindo Persada
Raja
Persuasif. Jakarta: Rhineka Cipta. 2. Arwani. (2002). Komunikasi Dalam Keperawatan.
28. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Buku
R&D. Bandung: 3. Borg, James. (2009). Buku Pintar Memahami Bahasa
Tubuh. Jogjakarta: Think 29. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, 4. Bungin, Burhan H.M, (2007). Penelitian Kualitatif:
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
30. Sugiyono, (2008). Memahami Penelitian kualitatif. Ilmu social. Jakarta : Kencana Prenama Media
Bandung: Alfabeta.
Group 31. Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan 5. DeVito, Joseph A. (1997). Komunikasi Antar
Jiwa, Jakarta : EGC.
Manusia, edisi 5. Jakarta:
32. West, Richard & Turner, Lynn H. (2008). Pengantar Book.
Profesionial
Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, Edisi 6. DeVito, Joseph A. (2007). The Interpersonal
3. Jakarta: Salemba Humanika Communication Book.edisi
33. Widjaja. (2000). Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Educations, Inc
11. Pearson
Jakarta. PT Rineka Cipta 7. Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori dan
34. Dokumen Rumah Sakit Jiwa Menur: Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
35. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Bakti.
Aditya
(LAKIP). (2012). RS Jiwa Menur Provinsi 8. Hardjana, M. Agus. (2003). Komunikasi
Jawa Timur: Surabaya Intrapersonal & Interpersonal. Yogyakarta
Kanisius
Karya Ilmiah :
9. Ilaihi, Wahyu. (2010). Komunikasi Dakwah. Bandung
(2008). Komunikasi : Remaja Rosdakarya
36. Afrina,
Wina.
Interpersonal(terapeutik) Perawat dan Pasien 10. Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi.
Korelasional Peranan Komunikasi Bandung: Remaja Rosdakarya
:Studi
Interpersonal(terapeutik) Perawat terhadap 11. Kozier, Barbara. (1995). Fundamental of Nursing,
Pengembangan Pasien di Rumah Sakit Umum Dr. California: Copyright by
Pirngadi Medan: Universitas Sumatera Utara Publishing Company
Addist
Asley
37. Meilinda, Nurly. (2012). Komunikasi Terapeutik 12. Kozier,B., Erb,G., Berman,A., Snyder,S. (2010). Buku
Konselor dalam Menangani Orang dengan Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep &
Lupus (Odapus): Studi kasus di Syamsi Dhuha Praktik. Jakarta: EGC
Bandung. Bandung: 13. Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknis Praktis Riset
Foundation
Universitas Padjajaran komunikasi:Disertai
38. Yanti, Setianti. (2007). Komunikasi Terapeutik antara Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising,
Contoh
Universitas Komunikasi Organisasi,
Perawat dan Pasien.
Fakultas Ilmu Komunikasi. Pemasaran. Jakarta: Kencana Media Group.
14. Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik Praktis Riset
Sumber Internet:
Komunikasi. Jakarta: Kencana. 39. AKADEMI KEPERAWATAN DARMO MEDAN, 15. Littlejohn, Stephen W. (1987). Theories of Human
(2010). Perawat di Mata Dunia. Diakses Communication (Second
pada 26 November 2014, dari http:// California: Wadsworth Publishing Company.
Edition).
http://akperdarmo.com/berita-113-perawat- 16. Liliweri, Alo. (1991). Komunikasi Antar Pribadi.
di-mata-dunia.html
Pemerintah Jepang 17. Liliweri, Alo. (2003). Perspektif Teoritis, Komunikasi
Badung:Citra Aditya Bakti.
40. BNP2TKI, (2013).
Mengapresiasi Kinerja TKI Perawat. Diakses Antarpribadi: Suatu Pendekatan
pada 24 Oktober 2013, darihttp://www.bnp2 Psikologi Social Komunikasi. Bandung: Citra
Kearah
mainmenu-231/8564- Adhitya Bakti
tki.go.id/berita-
jepang-mengapresiasi- 18. Malik, Dedy Djamaluddin & Yosal Iriantara.
pemerintah-
perawat.html. (1994). Komunikasi Persuasif. Bandung
kinerja-tki-
41. Hartati, Euis (2012). Penerapan Teknik Konseling Remaja Rosdakarya.
Triadik dalam Meningkatkan Motivasi Belajar 19. Machfoedz,
Siswa Kelas IX F Smp Negeri I Tasikmalaya. Keperawatan (Komunikasi
Yogyakarta: Ganbika pada 27 Oktober 2013, dari http://mgmpbks 20. Moleong, Lexy. (2005). Metodologi Kualitatif Edisi
mpkotatasik.blogspot.com/201 Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2/11/euis2.html.
21. Moleong, Lexy. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
22. Moleong, J Lexy. (2009). Metode Penelitian Kualitatif.
Rosdakaya 23. Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu