Karya Sipil Purba yang Luar Biasa

97.Karya Sipil Purba yang Luar Biasa

Kamis, 3 Oktober 2013. Rombongan peneliti Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Gunung Padang memenuhi undangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan

Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur di Gedung Sate, Bandung.

Tujuannya hanya satu: “membongkar” seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan di Gunung Padang.

Ketua Tim Geologi TTRM, Dr.Danny Hilman Natawijaya memaparkan, bahwa Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Gunung Padang dibentuk dari Tim Katastrofi Purba (TKP) dengan tambahan tenaga ahli dari beragai disiplin ilmu.

TKP awalnya dibentuk dengan tujuan untuk meneliti bencana-bencana katastrofi dan kaitannya dengan maju mun-durnya peradaban nusantara di masa lalu.

Sejak tahun 2011, TKP mulai meneliti diberbagai lokasi di Indonesia. Diantaranya di wi-layah Banda Aceh, Batu Jaya, Trowulan, dan Sulawesi Tengah.

Dasar pemikirannya adalah, bahwa wilayah Nusantara selain sangat kaya sumber daya alam juga sangat sarat dengan sumber ancaman berbagai bencana alam, yaitu: gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, semburan gunung lumpur dan gerakan tanah.

Jadi, pada sisi wilayah nusantara sangat berpotensi untuk mengembangkan peradaban, tapi di lain sisi juga tempat ideal untuk jadi kuburan peradaban.

Sejak Oktober 2011, penelitian di situs megalitikum Gunung Padang dimulai, baru belakangan dibentuk dibentuk Tim Khusus yang disebut sebagai TTRM Gunung Padang.

“Penelitian Situs Gunung Padang bukan kasus cagar budaya dan riset biasa. Ini adalah “frontier research” untuk menggali peradaban nusantara secara multi disiplin dan menggunakan metodologi-teknologi mutakhir di bidang eksplorasi geologi- geofisika,” jelas Danny.

Akumulasi hasil riset TTRM yang dilakukan dalam 2 tahun terakhir, berhasil membuktikan bahwa situs Gunung Padang menyimpan peradaban yang sangat luar biasa bahkan, beyond imagination.

Gunung Padang berupa struktur teras-teras yang tersusun dari batu-batu kolom basaltik andesit yang terlihat dipermukaan bukan hanya menutup bagian atas bukit seluas 50 x 150 m2 saja, tapi menutup seluruh bukit seluas minimal 15 ha.

“Hal ini sudah terbukti setelah dilakukan pengupasan alang-alang dan pohon-pohon kecil di sebagian lereng timur oleh Tim Arkeologi pada bulan Juli 2013,” ujar dia.

Batu-batu kolom penyusun ini berat satuannya ratusan kilogram, berukuran diameter puluhan sentimeter dan panjang sampai lebih dari 1 meter.

Dapat dibayangkan, mobilisasi dan pekerjaan menyusun kolom-kolom batu ini sama sekali bukan hal yang mudah.

Kemudian, TTRM melakukan lagi uji radiocarbon dating dari sampel tanah di dekat permukaan. Hasilnya menguatkan umur radiokarbon sebelumnya bahwa, umur dari situs yang terlihat di permukaan ini adalah dalam Kemudian, TTRM melakukan lagi uji radiocarbon dating dari sampel tanah di dekat permukaan. Hasilnya menguatkan umur radiokarbon sebelumnya bahwa, umur dari situs yang terlihat di permukaan ini adalah dalam

Jadi, lapisan atas Gunung Padang adalah monumen megah, bergaya seperti Machu Pichu di Peru, tapi umurnya jauh lebih tua dan dibangun pada masa pra-sejarah Indonesia.

Temuan ini saja sudah luar biasa karena selain monumen megalitik

Walaupun

yang besarnya sampai 10 kali

demikian,

Candi Borobudur, juga umurnya

umur-umur

membuktikan sudah

ada

ini sebaiknya

peradaban tinggi di Indonesia

diuji lebih

pada masa pra-sejarah yang

lanjut dengan

selama ini dianggap zaman

analisa

berbudaya masih sederhana.

radiocarbon dating atau

“Dengan kata lain, hal ini akan

metoda

merubah sejarah Indonesia dan

pengujian

Asia Tenggara,” jelas Danny.

umur absolut lainnya yang

Situs megalitikum

Gunung

lebih

Padang, tidak hanya satu lapisan

komprehensif

di permukaan saja, seperti disimpulkan oleh penelitian Balai Arkelogi dan ARKENAS. Dari penelitian, ditemukan struktur bangunan yang lebih tua lagi, berlapis-lapis sampai puluhan meter ke dalam tanah.

“Keberadaan struktur ini sudah diidentifikasi dengan baik oleh survey arkeologi, geologi, pengeboran dan geofisika bawah permukaan,” imbuhnya.

Ditambahkan ahli geologi dari LIPI ini, struktur lebih tua ini bukannya lebih sederhana tapi kelihatannya malah struktur bangunan besar yang dibuat dengan teknologi yang lebih tinggi dari kenampakan geometri dinding dan ruang-ruang besa.

“Struktur ini adalah hasil karya sipil-arsitektur purba yang luar biasa hebat,” ujarnya.

Hasil penelitian dan ekskavasi arkeologi yang dilakukan pada bulan Agustus 2012, Maret 2013, dan terakhir Juni-Juli, Agustus 2013 sudah membuktikan secara visual keberadaan lapisan budaya kedua yang hanya tertimbun satu sampai beberapa meter di bawah permukaan.

Bahkan, sebenarnya lapisan kedua ini sudah terlihat ketika penggalian arkeologi yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Bandung tahun 2005, hanya waktu itu disalah tafsirkan sebagai batuan dasar alamiah (sebagai “quarry”) karena belum ditunjang oleh penelitian geologi yang komprehensif dan tidak ditunjang oleh survey geofisika bawah permukaan.

Lapisan kedua ini juga disusun oleh batu-batu kolom andesit yang sama dengan yang di atasnya namun susunannya terlihat lebih rapih dan kelihatannya sudah menggunakan semacam material semen atau perekat diantaranya sebagai penguat.

Semen purba ini mempunyai komposisi 45 persen mineral besi, 40 persen mineral silika dan sisanya mineral lempung dan sedikit karbon.

Komposisi ini tidak bisa ditafsirkan sebagai tanah hasil pelapukan batuan atau hanya merupakan infiltrasi material yang dibawa air ke dalam tanah.

Hasil analisa umur dengan radiocarbon dating dari beberapa sampel bor menun-jukkan bahwa umur lapisan budaya di bawah permukaan ini adalah sekitar 4700 tahun SM atau lebih tua.

“Jadi lebih tua 2000 tahun dari Piramid Giza di Mesir yang konon berumur sekitar 2700 tahun SM,” ujar dia.

Ditambahkan Danny, sampai Lapisan kedua saja, sudah cukup alasan agar Situs Gunung Padang menjadi prioritas nasional dan benar-benar ditangani secara sangat serius untuk menjadi proyek pemugaran situs kebanggaan nasional.

Terlebih lagi, temuan ini adalah hasil kerja bangsa sendiri tanpa bantuan pihak asing. Penemuan lapisan budaya kedua ini, diyakini Tim Terpadu akan merubah sejarah tidak hanya Indonesia dan Asia Tenggara, tapi sejarah peradaban dunia.

Sedangkan struktur lebih tua yang tertutup oleh lapisan budaya kedua kemungkinan akan lebih fantastis lagi.

Keberadaan dinding dan rongga-rongga besar adalah kata kuncinya. Rongga dapat diidentifikasi dari survey geolistrik berupa zona resistivity yang sangat tinggi (puluhan ribu sampai lebih dari 100 ribu ohm.m). Rongga ini juga terrefleksikan oleh citra georadar.

“Tim Terpadu sudah melakukan survey tomographi seismik. Hasilnya mengkonfirmasi adanya dinding dan rongga besar di bawah situs yang dicirikan oleh low seismic velocity zone ,” ungkap Danny.

Dipaparkan lebih jauh, penge-boran untuk pengambilan sampel pada Februari 2013 di lokasi yang berdekatan dengan dugaan rongga terjadi "partial water loss" yang cukup besar pada kedalaman 8 sampai 10 meter.

Diduga, bor menembus tunnel yang berisi pasir. Pengeboran selanjutnya, pada Bulan Ramadan lalu, lebih mengejutkan lagi karena mengalami total water lost yang sangat banyak sampai 32.000 liter air hilang begitu saja ketika menembus kedalaman yang sama (8-10m).

Kemungkinan besar air mengalir mengisi rongga yang besarnya minimal 32 m3 atau 4x4x2 meter,” ujar dia.

Analisa radiocarbon dating dari tanah yang menimbun lapisan bangunan berongga ini menunjukkan umur 6700 tahun SM.

“Jadi umur dari bangunan berongga ini harus lebih tua dari penimbunnya,” ungkap Danny.

Umur karbon dalam pasir yang mengisi rongga yang ditembus bor-2 sekitar 9600 tahun SM; umur radiocarbon dating dari beberapa sampel tanah/semen diantara batu- batu kolom pada kedalaman dari 8 sampai 12 meter bahkan menunjukkan kisaran umur dari 11.000 sampai 20.000 tahun SM.

Walaupun demikian, umur-umur ini sebaiknya diuji lebih lanjut dengan analisa radiocarbon dating atau metoda pengujian umur absolut lainnya yang lebih komprehensif karena angka-angka ini memang beyond imagination alias seperti tidak masuk akal karena tidak sesuai dengan pengetahuan sejarah

dan perkembangan peradaban

dipercaya umum pada saat ini.

bangunan di

Oleh karena itu pembuktiannya

bawah

pun harus extra yakin.

Gunung padang

Dari kesimpulan penelitian ini,

adalah

Tim Terpadu Riset Mandiri

“breakthrough

menyampaikan sejumlah saran.

” untuk dunia

“Dapat memulai rencana dan

ilmu

desain tahap pemugaran untuk

pengetahuan

lapisan budaya yang terlihat di

dan sekaligus

permukaan dan lapisan kedua di

dapat

bawahnya,” ujar dia.

menjadi tonggak

Juga dapat memulai rencana

kebangkitan

pengembangan kawasan Gunung

bangsa

Padang untuk pariwisata dan pusat kebudayaan. Tim Terpadu merekomendasikan melanjutkan pe-ngambilan sampel bor di lokasi yang lebih vital, yaitu menembus ruang-ruang utamanya.

Dalam tahapan ini apabila ditemukan ruang kosong dapat dilakukan penyelidikan dengan menurunkan kamera via lubang bor,” tambah dia.

Disamping itu, melanjutkan survey tomografi seismik yang lebih detil dan komprehensif, khususnya untuk memetakan ruang-ruang di bawah tanah untuk di-integrasikan dengan hasil studi geolistrik dan georadar.

“Melakukan berbagai uji laboratorium termasuk pengujian lebih lanjut umur lapisan-lapisan budaya dan melanjutkan kajian yang lebih komprehensif mencakup berbagai bidang

keilmuan,” tandas Danny.

Gunung Padang terbukti adalah mahakarya arsitektur dari peradaban tinggi kuno yang hilang atau belum dikenal saat ini. Temuan bangunan di bawah Gunung padang adalah “breakthrough” untuk dunia ilmu pengetahuan dan sekaligus dapat menjadi tonggak kebangkitan bangsa dan kebanggaan nasional yang tidak ternilai.

Keberadaan ruang-ruang memberi harapan untuk menemukan dokumen atau apapun yang dapat menguak misteri sejarah masa lampau.

Bahkan boleh jadi mengandung pengetahuan dan teknologi peradaban masa lalu yang bermanfaat serta peninggalan- peninggalan berharga lainnya.

“Penelitian Gunung Padang bukan akhir tapi awal eksplorasi warisan peradaban nusantara dengan visi multi disiplin dan penerapan metodologi-teknologi penelitian terkini,” ujar Danny